Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGANTAR FIQIH MUAMALAH KONTEMPORER

DISUSUN OLEH :

AGUSTINA
NIM. 1741000017
KELAS A – MALAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

UNIVERSITAS POTENSI UTAMA


MEDAN
T.A. 2017 – 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “PENGANTAR FIQIH
MUAMALAH KONTEMPORER” ini tepat waktu. makalah ini ditulis untuk
memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Syariah.
Penulisan makalah ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan baik
dari segi penulisan isi. Oleh sebab itu, dengan hati yang terbuka penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi para pembaca dan umumnya bagi kemajuan pendidikan di
Indonesia.

Medan, Maret 2018


Penulis,

AGUSTINA

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................. 1
C. Tujuan Penulisan Makalah ................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Fiqih Muamalah Modern . ................................. 3
B. Asas-Asas Fiqh Muamalah ................................................. 4
C. Ruang Lingkup Fiqh Mumalah Kontemporer (Modern) .... 6
D. Pembagian Fiqih Mu’amalah ............................................. 7
E. Dinamika Fiqih Mumalah Kontemporer ............................ 9
BAB III KESIMPULAN ......................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Islam sebagai agama yang universal, mengajarkan seluruh aspek
kehidupan penganutnya seperti masalah ibadah, akhlaq termasuk juga tata cara
dalam kehidupan sehari-hari yang sering kita sebut dengan muamalat. Pada masa
perkembangan peradaban Islam para ilmuwan dan pemikir muslim mulai meneliti
dan mencari penjelasan tentang masalah muamalat ini baik melalui penafsiran al-
Qur’an, hadits Rasulullah saw maupun pendapat-pendapat para shahabat yang
hidup di zaman rasulullah yang lebih mengetahui bagaimana cara Rasul ber-
muamalat yang mulai berkembang pada abad perta Hijriyah1.
Seiring dengan perkembangan zaman tentu saja problematika dan
fenomena muamalah ini semakin beragam sehingga membutuhkan pengkajian
yang lebih dalam lagi. Untuk menjawab tantangan ini para ulama kontemporer
pun tidak mau berpangku tangan melihat fenomena yang semakin beragam,
mereka mencoba kembali meneliti dan berusaha menemukan pemecahan masalah
dari fenomena muamalah tersebut dengan mengkombinasikan antara cara rasional
dan tradisional dengan teknologi yang ada sekarang sehingga Islam tetap
menunjukkan jati dirinya sebagai agama yang peka tehadap segala zaman dan
hasilnya mereka memecahkan seluruh permasalahan yang ada yang kemudian
dikenal dengan konsep fiqh muamalah kontemporer.
Lalu bagaimana sebenarnya konsep fiqh muamalah kontemporer tersebut?
Melalui makalah ini penulis akan mencoba menjelaskan seluruh permasalahan
yang telah dikemukakan di atas.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :

1 Husnan Budiman, 1982, Pengantar Ilmu fiqh, Surabaya : Usaha Offset, hlm. 17

1
1. Apa Pengertian Fiqih Muamalah Modern?
2. Apa saja Asas-Asas Fiqh Muamalah?
3. Apa Ruang Lingkup Fiqh Mumalah Kontemporer (Modern)?
4. Bagaimana Pembagian Fiqih Mu’amalah?
5. Bagaimana Dinamika Fiqih Kontemporer?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ekonomi Syariah dan untuk menambah wawasan penulis tentang
penerapan fiqih muamalah kontemporer.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fiqih Muamalah Modern


Fiqih muamalah merupakan salah satu dari bagian persoalan hukum Islam
seperti yang lainnya yaitu tentang hukum ibadah, hukum pidana, hukum
peradilan, hukum perdata, hukum jihad, hukum perang, hukum damai, hukum
politik, hukum penggunaan harta, dan hukum pemerintahan. Semua bentuk
persoalan yang dicantumkan dalam kitab fiqih adalah pertanyaan yang
dipertanyakan masyarakat atau persoalan yang muncul di tengah-tengah
masyarakat. Kemudian para ulama memberikan pendapatnya yang sesuai kaidah-
kaidah yang berlaku dan kemudian pendapat tersebut dibukukan berdasarkan hasil
fatwa-fatwanya.2
Secara bahasa (etimologi) Fiqih (‫ )فقه‬berasal dari kata faqiha (‫ )فقه‬yang
berarti Paham dan muamalah berasal dari kata ’Amila yang berarti berbuat atau
bertindak atau Al ‘amaliyyah maksudnya yang berhubungan dengan amaliyah
(aktifitas), baik aktifitas hati seperti niat, atau aktifitas lainnya, seperti membaca al
Qur’an, shalat, jual beli dan lainnya. Muamalah adalah hubungan kepentingan
antar sesama manusia. Muamalah tersebut meliputi transaksi-transaksi
kehartabendaan seperti jual beli, perkawinan, dan hal-hal yang berhubungan
dengannya, urusan persengketaan (gugatan, peradilan, dan sebaginya) dan
pembagian warisan.3
Secara istilah (terminologi) fiqh muamalah dapat diartikan sebagai aturan-
aturan Allah yang wajib ditaati yang mengatur hubungan manusia dengan
manusia dalam kaitannya dengan cara memperoleh dan mengembangkan harta
benda.
Fiqh muamalah dalam pengertian kontemporer sudah mempunyai arti
khusus dan lebih sempit apabila dibandingkan dengan muamalah sebagai bagian

2 Wahbah az-Zuhaili, 1999, Fiqih Muamalah Perbankan Syariah, Jakarta: Team Counterpart
Bank Muamalat Indonesia, hlm. 5
3Wahbah az-Zuhaili, 2010, Fiqih Islam Wa Adillatuhu 1: Pengantar Ilmu, Terj. Abdul Hayyie
al-Kattani, dkk, Jakarta : Gema Insani, hlm. 27.

3
dari pengelompokan hukum Islam oleh ulama klasik (Ibadah dan muamalah). Fiqh
muamalah merupakan peraturan yang menyangkut hubungan kebendaan atau
yang biasa disebut dikalangan ahli hukum positif dengan nama hukum private.
Hukum private dalam pengertian tersebut tidak lain hanya berisi pembicaraan
tentang hak manusia dalam hubungannya satu sama lain, seperti hak penjual untuk
menerima uang dari pembeli dan pembeli menerima barang dari penjual.4

B. Asas-Asas Fiqh Muamalah


Fiqh muamalah dalam penerapannya memiliki beberapa asas yang
mendasarinya, yaitu:
1. ‘Adalah
Dalam suatu perjanjian para pihak dituntut untuk menjalankan keadilan dalam
mengungkapkan kehendak dan keadaan dan memenuhi semua kewajiban.
Perjanjian harus senantiasa mendatangkan keuntungan yang setara atau
seimbang, serta tidak boleh mendatangkan kerugian bagi salah satu pihak.
2. Mu’awanah
Mu’awanah memiliki arti Kemitraan. Yang dimaksud dengan
kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau
lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan
prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan.5
3. Musyarakah
Musyarakah merupakan akad kerja sama diantara para pemilik modal yang
mencampurkan modal mereka dengan tujuan mencari keuntungan. Dalam
musyarakah, para mitra sama-sama menyediakan modal untuk membiayai
suatu usaaha terentu dan bekerja bersama mengelola usaha tersebut. Modal
yang ada harus digunakan dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan bersama sehingga tidak boleh digunakan umtuk kepentingnan
pribadi atau dipinjamkan pada pihak laain tanpa seizin mitra lainnya. Dewan
Syariah Nasional MUI dan PSAK No. 106 mendefinisikan musyarakah

4 Ibid, hlm.27.
5 http://belajarilmukomputerdaninternet.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-kemitraan.html

4
sebagai akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
ketentuan bahwa keuntungan dibagi dengan kesepakatan sedangkan kerugian
berdasarkan porsi dana.6
4. Manfa’ah
Manfa’ah dalam bermuamalah diartikan sebagai suatu kegiatan yang memiliki
nilai guna kepada pelaku muamalah itu sendiri.
5. ‘An Tarodhin
Dalam referensi lain asas ini disebut dengan al ridho, artinya Setiap bentuk
muamalat antar individu atau kelompok harus berdasarkan pada suka sama
suka atau suka rela.
6. ‘Adamul Gharar
Secara bahasa ‘Adamun artinya tidak ada atau ketiadaan, sementara gharar
artinya ketidaktentuan atau ketidakjelasan. Berdasarkan kedua kata tersebut
maka ‘adamul gharar dapat diartikan menghilangkan sesuatu yang belum
tentu dan jelas. Dalam fiqh muamalah gharar dapat dikatakan setiap transaksi
yang masih belum jelas barangnya atau tidak berada dalam kuasanya alias di
luar jangkauan7. Dalam referensi lain ‘adamul gharar yaitu, bahwa setiap
bentuk muamalat tidak boleh ada tipu daya atau yang menyebabkan salah
satu pihak merasa dirugikan sehingga menimbulkan adanya ketidaksukaan.
Seperti di jelaskan dalam Al-Qur’an QS. Al-Baqarah:188 :

“Jangan kamu makan harta di antaramu dengan cara batil dan jangan
menyuap para hakim agar kamu dapat merampasbagian harta orang lain
dengan cara yang mengandung dosa, padahal kamu menyadarinya”.8

6 M. Sulaeman Jajuli , Kepastian Hukum Gadai Tanah dalam Islam, Yogyakarta : deepublish,
hlm.103
7 http://langkahsupian.blogspot.co.id/2012/05/prinsip-asas-dan-kaidah-fiqih-muamalah.html
?m=1
8 http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/196708282005011-ELAN SUMARNA/
Artikel/ TEORI_MOTIVASI.pdf. Diakses tanggal 05-09-2015 , jam 12.00

5
7. Kebebasan Membuat Akad
Hukum Islam mengakui kebebasan berakad, yaitu satu prinsip hukum yang
menyatakan bahwa setiap orang dapat membuat akad jenis apapun tanpa
terikat kepada nama-nama yang telah ditentukan dalam undang-undang
syari’ah memberikan usul apa saja kedalam akad, dan yang dibuatnya itu
sesuai kepentingannya dan tidak berakibat memakan harta sesama dengan
jalan bathil. Kaidah-kaidah hukum islam menunjukkan bahwa hukum islam
menganut asas kebebasan berakad.9 Dijelaskan dalam Al-Qur’an QS.Al-
Maidah : 1

“Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah janji-janji. Hewan ternak


dihalalkan bagimu, kecuali yang akan disebutkan kepadamu, dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang berihram (haji atau umrah).
Sesungguhnya Allah menetapkan hukum sesuai dengan yang Dia kehendaki”.
8. Al Musawah
Asas ini memiliki makna kesetaraan atau kesamaan, artinya bahwa setiap
pihak-pihak pelaku muamalah berkedudukan sama.
9. Ash Shiddiq
Dalam Islam manusia diperintahkan untuk menjunjung kejujuran dan
kebenaran. Jika dalam bermuamalah kejujuran dan kebenaran tidak
dikedepankan, maka akan berpengaruh terhadap keabsahan perjanjian.
Perjanjian yang di dalamnya terdapat unsur kebohongan maka bisa menjadi
batal atau tidak sah.

C. Ruang Lingkup Fiqh Mumalah Kontemporer (Modern)


Ruang lingkup Kajian fiqh kontemporer mencakup masalah-masalah fiqh
yang berhubungan dengan situasi kontemporer (modern) dan mencakup wilayah

9 http:// surya-muamalah.blogspot.co.id/2012/10/kebebasan-berakad.htm|?m=1. Di akses


tanggal 05-09-2105, jam 21:41.

6
kajian dalam Al-Qur’an dan Hadits. Kajian fiqh kontemporer tersebut dapat
dikategorikan ke dalam beberapa aspek, yaitu :
1. Aspek hukum keluarga, seperti: Pembagian harta waris, akad nikah
melalui telepon, penggunaan alat kontra sepsi, KB dan lain-lain.
2. Aspek ekonomi, seperti: sistem bunga dalam bank, zakat profesi,
asuransi, kredit, arisan dan lain-lain.
3. Aspek pidana, seperti: hukum pidana islam dalam sistem hukum nasional.
4. Aspek kewanitaan seperti: busana muslimah (jilbab), wanita karir,
kepemimpinan wanita, dan lain-lain.
5. Aspek medis, seperti: pencangkokan organ tubuh atau bagian organ
tubuh, pembedahan mayat, euthanasia, ramalan genetika, cloning,
penyebrangan jenis kelamin dari pria ke wanita atau sebaliknya, bayi
tabung, percobaan-percobaan dengan tubuh manusia dan lain-lain.
6. Aspek teknologi, seperti: menyembelih hewan secara mekanis, seruan
adzan atau ikrar basmalah dengan kaset, makmum kepada radio atau
televisi, dan lain-lain.
7. Aspek politik (kenegaraan), seperti: yakni perdebatan tentang istilah
“Negara islam”, proses pemilihan pemimpin, loyalitas kepada penguasa
(kekuasaan), dan lain sebagainya.
8. Aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah, seperti: tayammum
dengan selain tanah (debu), ibadah kurban dengan uang, menahan haid
karena demi ibadah haji, dan lain sebagainya.10

D. Pembagian Fiqih Mu’amalah Kontemporer


Penetapan pembagian fiqh mu’amalah yang dikemukakan ulama fiqh
sangat berkaitan dengan definisi fiqh mu’amalah yang mereka buat yaitu dalam
arti luas dan arti sempit. Menurut Ibn Abidin, fiqih muamalah dalam arti luas
dibagi menjadi lima bagian :
1. Muawadhah Maliyah (Hukum Perbendaan)

10 Muhammad Azhar, Fiqh Kontemporer dalam pandangan aliran neomodernisme,


Yogyakarta, Lesiska, 1996, hal.22

7
2. Munakahat (Hukum Perkawinan)
3. Muhasanat (Hukum Acara)
4. Amanat dan ‘Aryah (Hukum Pinjaman)
5. Tirkah (Harta Peninggalan)

Pada prakteknya, Al-Muamalah Al-Madiyah dan Al-Muamalah Al-


Adabiyah tidak dapat dipisahkan. Secara garis besar pembagian fiqih muamalah
ini meliputi dua hal :
1. Al-mu’amalah Al-madiyah, yaitu muamalah yang mengkaji objek
muamalah (bendanya). Dengan kata lain, al-muamalah al-madiyah adalah
aturan yang ditetapkan syara’ terkait dengan objek benda. Dimaksudkan
dengan aturan ini, bahwa dalam memenuhi kebutuhan yang sifatnya
kebendaan, seperti jual-beli (al-bai’), tidak saja ditujukan untuk
mendapatkan keuntungan (profit) semata, akan tetapi juga bagaimana
dalam aturan mainnya harus memenuhi aturan jual-beli yang ditetapkan
syara’. Yang termasuk kedalam kategori muamalah ini adalah :
a. Al Ba’i (Jual Beli)
b. Syirkah (perkongsian)
c. Al Mudharabah (Kerjasama)
d. Rahn (gadai)
e. Kafalah dan dhaman (jaminan dan tanggungan)
f. Utang Piutang
g. Sewa menyewa
h. Hiwalah (Pemindahan Utang)
i. Sewa Menyewa (Ijarah)
j. Upah
k. Syuf’ah (gugatan)
l. Qiradh (memberi modal)
m. Ji’alah (sayembara)
n. Ariyah (pinjam meminjam)
o. Wadi’ah (titipan)

8
p. Musaraqah
q. Muzara’ah dan mukhabarah
r. Pinjam meminjam
s. Riba
t. Dan beberapa permasalahan kontemporer (asuransi, bank dll)
2. Al-muamalah Al-Adabiyah
Hal-hal yang termasuk ruang lingkup Al-muamalah Al-Adabiyah adalah
ijab dan Kabul, saling meridhoi, tidak ada keterpaksaan, hak dan
kewajiban, dan segala sesuatu yang bersumber dari panca indra manusia
yang ada kaitannya dengan peredaran harta.11

E. Dinamika Fiqih Mumalah Kontemporer


Perkembangan kehidupan manusia selalu berjalan sesuai dengan ruang dan
waktu, dan ilmu fiqh adalah ilmu yang selalu berkembang karena tuntutan
kehidupan zaman. Fiqh adalah ilmu yang sangat penting bagi kehidupan umat
islam.
Dengan semakin berkembangnya arus informasi dan jaringan komunikasi
dunia, terjadi pulalah apa yang disebut dengan proses modernisasi. Modernisasi
tersebut melahirkan berbagai macam bentuk perubahan baik secara struktural
maupun kultural.12
Perubahan struktural berarti perubahan yang hanya meliputi struktur sosial
belaka, yakni jalinan dan hubungan satu sama lain dari keseluruhan unsur sosial.
Unsur-unsur sosial yang pokok adalah kaidah-kaidah, lembaga-lembaga,
kelompok-kelompok dan lapisan sosial. Sedangkan perubahan secara kultural
lebih bersifat ideologis atau immaterial yakni perubahan nilai-nilai, pemikiran dan
sebagainya. Dalam era modernisasi dewasa ini, salah satu aspek pemikiran yang
turut mengalami tuntutan perubahan adalah di bidang hukum islam.

11 https://tabassamsite.wordpress.com/2016/04/06/makalah-fiqh-muamalah, diakses tanggal


20 Maret 2018 Jam 15.00 Wib.
12 Mun’im A. Sirry, 1996, Sejarah Fiqih Islam: Sebuah Pengantar, Surabaya: Risalah Gusti,
hal. 57

9
Mengingat hukum islam merupakan salah satu bagian ajaran agama yang
terpenting, maka perlu ditegaskan di sini aspek mana yang mengalami perubahan
dalam kaitannya dengan hukum islam tersebut. Karena agama dalam
pengertiannnya sebagai wahyu Tuhan tidak akan berubah, tetapi tentang
pemikiran manusia tentang ajarannya, terutama dalam hubungan dengan
penerapannya di dalam dan di tengah-tengah masyarakat yang selalu berubah.
Berdasarkan hal tersebut di atas, bahwa perubahan yang dimaksud bukanlah
perubahan secara tekstual tetapi secara kontekstual. Teks Al-Qur’an tentunya
tidak mengalai perubahan, tetapai pemahaman dan penerapannya dapat
disesuaikan dengan konteks perkembangan zaman. Karena perubahan sosial
merupakan suatu proses kemasyarakatan yang berjalan secara terus menerus,
maka perubahan penerapan dan pemahaman ajaran islam juga harus bersifat
kontinu sepanjang zaman. Dengan demikian ialam akan tetap relevan dan actual,
serta mampu menjawab tantangan modernitas.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan
sosial secara umum ada dua macam. Ada yang terletak di dalam masyarakat
(factor intern) seperti bertambah dan berkurangnya jumlah penduduk, adanya
penemuan-penemuan baru, terjadinya pertentangan atau konflik dalam masyarakat
dan timbulnya pemberontakan atau revolusi di dalam masyaakat itu sendiri. Dan
ada pula yang bersumber dan sebagai pengaruh dari masyarakat lain (factor
ekstern) seperti terjadinya peperangan dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Pengaruh-pengaruh unsur perubahan di atas dapat menimbulkan perubahan
dalam system pemikiran islam termasuk pembaharuan dalam hukum islam.
Dengan demikian hukum islam akan tetap mampu mengembangkan dirinya sesuai
dengan tuntutan zaman (modernitas). Tanpa adanya upaya pembaharuan
pemikiran dimaksud tentu akan menimbulkan kesulitan dalam kemasyarakatan
hukum sebagai salah satu pilar masyarakat, sedangkan kehidupan masyarakat itu
sendiri senantiasa mengalami perkembangan, maka upaya pembaharuan
pemahaman hukum islam pun harus dapat mengikuti perubahan itu.
Fiqh kontemporer yang dihasilkan melalui ijtihad yang kontemporer
melihat bahwa ilmu dan produk hukum fiqh sebagai sumber etika social dan

10
kemaslahatan. Fiqh kontemporer membagi fiqh menjadi tiga bagian: pertama,
kemaslahatan yang bersifat primer; yaitu kemaslahatan yang harus menjadi acuan
utama bagi implentasi syari’ah islam. Sebab jika tidak, maka akan terjadi
ketimpangan dan ketidakadilan yang menyebabkan ambruknya tatanan social.
Kedua, kemaslahatan sekunder. Yaitu kemaslahatan yang tidak mengakibatkan
ambruknya tatanan social dan hukum, melainkan sebagai upaya untuk
meringankan bagi pelaksana sebuah hukum. Ketiga, kemaslahatan suplementer.
Yaitu kemaslahatan yang memberikan perhatian pada masalah etika dan estetika.
Dari keterangan diatas, menunjukkan betapa pentingnya dalam merekonstruksi
fiqh klasik menjadi sebuah keilmuan fiqh yang lebih terbuka dan progresif, demi
tercapainya pemahaman teologi yang bersifat empiris, pluralis, dan egaliter. Karna
dengan pemikiran yang seperti inilah diharapkan fiqh klasik yang terkesan out of
date dapat disegarkan kembali dengan pola-pola pemikiran yang lebih eksklusif,
sehingga sedapat mungkin mampu menjawab problem-problem keumatan islam,
sehingga dalam setiap langkah pengerjaan terhadap syari’ah islam yang dilakukan
mereka(kaum muslimin) dapat dilakukan dengan niatan yang pasti dan jelas serta
agar mereka tidak terbelenggu dengan aturan-aturan yang ada di dalam keilmuan
fiqh tersebut.

11
BAB III
KESIMPULAN

Latar belakang munculnya isu Fiqh kontemporer yaitu akibat adanya arus
modernisasi yang meliputi hampir sebagian besar Negara- Negara yang dihuni
oleh mayoritas umat islam. Modernisasi tersebut melahirkan berbagai macam
bentuk perubahan baik secara struktural maupun kultural.
Teks Al-Qur’an tentunya tidak mengalai perubahan, tetapi pemahaman
dan penerapannya dapat disesuaikan dengan konteks perkembangan zaman.
Karena perubanhan sosial merupakan suatu proses kemasyarakatan yang berjalan
secara terus menerus, maka perubahan penerapan dan pemahaman ajaran islam
juga harus bersifat kontinu sepanjang zaman. Dengan demikian islam akan tetap
relevan dan aktual, serta mampu menjawab tantangan modernitas.
Ruang lingkup fiqh kontemporer meliputi aspek hukum keluarga, aspek
ekonomi, aspek pidana, aspek kewanitaan, aspek medis, aspek teknologi, aspek
politik (kenegaraan), dan aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah.
Sifat dinamis dan terbuka terhadap perubahan ini sebagai konsekuensi
logis dari tugas fiqh, yang harus selalu berusaha menyelaraskan problema
kemanusiaan yang terus berkembang dengan pesat dan akseleratif dengan dua
sumber rujukan utamanya yaitu Al-Qur’an dan Hadits.
Kompleksitas persoalan-persolan baru yang muncul di masa kini tentunya
akan membutuhkan pemecahan masalah berdasarkan nilai-nilai agama. Di sinilah
letak betapa pentingnya rumusan ideal moral maupun formal dari fiqh
kontemporer tersebut.

12
DAFTAR PUSTAKA

Husnan Budiman, 1982, Pengantar Ilmu fiqh, Surabaya : Usaha Offset.

Muhammad Azhar, Fiqh Kontemporer dalam pandangan aliran neomodernisme,


Yogyakarta, Lesiska, 1996

Mun’im A. Sirry, 1996, Sejarah Fiqih Islam: Sebuah Pengantar, Surabaya: Risalah
Gusti,

M. Sulaeman Jajuli , Kepastian Hukum Gadai Tanah dalam Islam, Yogyakarta :


deepublish

Wahbah az-Zuhaili, 1999, Fiqih Muamalah Perbankan Syariah, Jakarta: Team


Counterpart Bank Muamalat Indonesia.

Wahbah az-Zuhaili, 2010, Fiqih Islam Wa Adillatuhu 1: Pengantar Ilmu, Terj.


Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, Jakarta : Gema Insani.

http://surya-muamalah.blogspot.co.id/2012/10/kebebasan-berakad.htm|?m=1. Di
akses tanggal 05-09-2105, jam 21:41.

http://belajarilmukomputerdaninternet.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-
kemitraan.html

http://langkahsupian.blogspot.co.id/2012/05/prinsip-asas-dan-kaidah-fiqih-
muamalah.html ?m=1

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/196708282005011-ELAN
SUMARNA/ Artikel/ TEORI_MOTIVASI.pdf. Diakses tanggal 05-09-
2015 , jam 12.00

https://tabassamsite.wordpress.com/2016/04/06/makalah-fiqh-muamalah, diakses tanggal


20 Maret 2018 Jam 15.00 Wib.

13

Anda mungkin juga menyukai