DISUSUN OLEH :
AGUSTINA
NIM. 1741000017
KELAS A – MALAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “PENGANTAR FIQIH
MUAMALAH KONTEMPORER” ini tepat waktu. makalah ini ditulis untuk
memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Syariah.
Penulisan makalah ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan baik
dari segi penulisan isi. Oleh sebab itu, dengan hati yang terbuka penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi para pembaca dan umumnya bagi kemajuan pendidikan di
Indonesia.
AGUSTINA
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1 Husnan Budiman, 1982, Pengantar Ilmu fiqh, Surabaya : Usaha Offset, hlm. 17
1
1. Apa Pengertian Fiqih Muamalah Modern?
2. Apa saja Asas-Asas Fiqh Muamalah?
3. Apa Ruang Lingkup Fiqh Mumalah Kontemporer (Modern)?
4. Bagaimana Pembagian Fiqih Mu’amalah?
5. Bagaimana Dinamika Fiqih Kontemporer?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2 Wahbah az-Zuhaili, 1999, Fiqih Muamalah Perbankan Syariah, Jakarta: Team Counterpart
Bank Muamalat Indonesia, hlm. 5
3Wahbah az-Zuhaili, 2010, Fiqih Islam Wa Adillatuhu 1: Pengantar Ilmu, Terj. Abdul Hayyie
al-Kattani, dkk, Jakarta : Gema Insani, hlm. 27.
3
dari pengelompokan hukum Islam oleh ulama klasik (Ibadah dan muamalah). Fiqh
muamalah merupakan peraturan yang menyangkut hubungan kebendaan atau
yang biasa disebut dikalangan ahli hukum positif dengan nama hukum private.
Hukum private dalam pengertian tersebut tidak lain hanya berisi pembicaraan
tentang hak manusia dalam hubungannya satu sama lain, seperti hak penjual untuk
menerima uang dari pembeli dan pembeli menerima barang dari penjual.4
4 Ibid, hlm.27.
5 http://belajarilmukomputerdaninternet.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-kemitraan.html
4
sebagai akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
ketentuan bahwa keuntungan dibagi dengan kesepakatan sedangkan kerugian
berdasarkan porsi dana.6
4. Manfa’ah
Manfa’ah dalam bermuamalah diartikan sebagai suatu kegiatan yang memiliki
nilai guna kepada pelaku muamalah itu sendiri.
5. ‘An Tarodhin
Dalam referensi lain asas ini disebut dengan al ridho, artinya Setiap bentuk
muamalat antar individu atau kelompok harus berdasarkan pada suka sama
suka atau suka rela.
6. ‘Adamul Gharar
Secara bahasa ‘Adamun artinya tidak ada atau ketiadaan, sementara gharar
artinya ketidaktentuan atau ketidakjelasan. Berdasarkan kedua kata tersebut
maka ‘adamul gharar dapat diartikan menghilangkan sesuatu yang belum
tentu dan jelas. Dalam fiqh muamalah gharar dapat dikatakan setiap transaksi
yang masih belum jelas barangnya atau tidak berada dalam kuasanya alias di
luar jangkauan7. Dalam referensi lain ‘adamul gharar yaitu, bahwa setiap
bentuk muamalat tidak boleh ada tipu daya atau yang menyebabkan salah
satu pihak merasa dirugikan sehingga menimbulkan adanya ketidaksukaan.
Seperti di jelaskan dalam Al-Qur’an QS. Al-Baqarah:188 :
“Jangan kamu makan harta di antaramu dengan cara batil dan jangan
menyuap para hakim agar kamu dapat merampasbagian harta orang lain
dengan cara yang mengandung dosa, padahal kamu menyadarinya”.8
6 M. Sulaeman Jajuli , Kepastian Hukum Gadai Tanah dalam Islam, Yogyakarta : deepublish,
hlm.103
7 http://langkahsupian.blogspot.co.id/2012/05/prinsip-asas-dan-kaidah-fiqih-muamalah.html
?m=1
8 http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/196708282005011-ELAN SUMARNA/
Artikel/ TEORI_MOTIVASI.pdf. Diakses tanggal 05-09-2015 , jam 12.00
5
7. Kebebasan Membuat Akad
Hukum Islam mengakui kebebasan berakad, yaitu satu prinsip hukum yang
menyatakan bahwa setiap orang dapat membuat akad jenis apapun tanpa
terikat kepada nama-nama yang telah ditentukan dalam undang-undang
syari’ah memberikan usul apa saja kedalam akad, dan yang dibuatnya itu
sesuai kepentingannya dan tidak berakibat memakan harta sesama dengan
jalan bathil. Kaidah-kaidah hukum islam menunjukkan bahwa hukum islam
menganut asas kebebasan berakad.9 Dijelaskan dalam Al-Qur’an QS.Al-
Maidah : 1
6
kajian dalam Al-Qur’an dan Hadits. Kajian fiqh kontemporer tersebut dapat
dikategorikan ke dalam beberapa aspek, yaitu :
1. Aspek hukum keluarga, seperti: Pembagian harta waris, akad nikah
melalui telepon, penggunaan alat kontra sepsi, KB dan lain-lain.
2. Aspek ekonomi, seperti: sistem bunga dalam bank, zakat profesi,
asuransi, kredit, arisan dan lain-lain.
3. Aspek pidana, seperti: hukum pidana islam dalam sistem hukum nasional.
4. Aspek kewanitaan seperti: busana muslimah (jilbab), wanita karir,
kepemimpinan wanita, dan lain-lain.
5. Aspek medis, seperti: pencangkokan organ tubuh atau bagian organ
tubuh, pembedahan mayat, euthanasia, ramalan genetika, cloning,
penyebrangan jenis kelamin dari pria ke wanita atau sebaliknya, bayi
tabung, percobaan-percobaan dengan tubuh manusia dan lain-lain.
6. Aspek teknologi, seperti: menyembelih hewan secara mekanis, seruan
adzan atau ikrar basmalah dengan kaset, makmum kepada radio atau
televisi, dan lain-lain.
7. Aspek politik (kenegaraan), seperti: yakni perdebatan tentang istilah
“Negara islam”, proses pemilihan pemimpin, loyalitas kepada penguasa
(kekuasaan), dan lain sebagainya.
8. Aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah, seperti: tayammum
dengan selain tanah (debu), ibadah kurban dengan uang, menahan haid
karena demi ibadah haji, dan lain sebagainya.10
7
2. Munakahat (Hukum Perkawinan)
3. Muhasanat (Hukum Acara)
4. Amanat dan ‘Aryah (Hukum Pinjaman)
5. Tirkah (Harta Peninggalan)
8
p. Musaraqah
q. Muzara’ah dan mukhabarah
r. Pinjam meminjam
s. Riba
t. Dan beberapa permasalahan kontemporer (asuransi, bank dll)
2. Al-muamalah Al-Adabiyah
Hal-hal yang termasuk ruang lingkup Al-muamalah Al-Adabiyah adalah
ijab dan Kabul, saling meridhoi, tidak ada keterpaksaan, hak dan
kewajiban, dan segala sesuatu yang bersumber dari panca indra manusia
yang ada kaitannya dengan peredaran harta.11
9
Mengingat hukum islam merupakan salah satu bagian ajaran agama yang
terpenting, maka perlu ditegaskan di sini aspek mana yang mengalami perubahan
dalam kaitannya dengan hukum islam tersebut. Karena agama dalam
pengertiannnya sebagai wahyu Tuhan tidak akan berubah, tetapi tentang
pemikiran manusia tentang ajarannya, terutama dalam hubungan dengan
penerapannya di dalam dan di tengah-tengah masyarakat yang selalu berubah.
Berdasarkan hal tersebut di atas, bahwa perubahan yang dimaksud bukanlah
perubahan secara tekstual tetapi secara kontekstual. Teks Al-Qur’an tentunya
tidak mengalai perubahan, tetapai pemahaman dan penerapannya dapat
disesuaikan dengan konteks perkembangan zaman. Karena perubahan sosial
merupakan suatu proses kemasyarakatan yang berjalan secara terus menerus,
maka perubahan penerapan dan pemahaman ajaran islam juga harus bersifat
kontinu sepanjang zaman. Dengan demikian ialam akan tetap relevan dan actual,
serta mampu menjawab tantangan modernitas.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan
sosial secara umum ada dua macam. Ada yang terletak di dalam masyarakat
(factor intern) seperti bertambah dan berkurangnya jumlah penduduk, adanya
penemuan-penemuan baru, terjadinya pertentangan atau konflik dalam masyarakat
dan timbulnya pemberontakan atau revolusi di dalam masyaakat itu sendiri. Dan
ada pula yang bersumber dan sebagai pengaruh dari masyarakat lain (factor
ekstern) seperti terjadinya peperangan dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Pengaruh-pengaruh unsur perubahan di atas dapat menimbulkan perubahan
dalam system pemikiran islam termasuk pembaharuan dalam hukum islam.
Dengan demikian hukum islam akan tetap mampu mengembangkan dirinya sesuai
dengan tuntutan zaman (modernitas). Tanpa adanya upaya pembaharuan
pemikiran dimaksud tentu akan menimbulkan kesulitan dalam kemasyarakatan
hukum sebagai salah satu pilar masyarakat, sedangkan kehidupan masyarakat itu
sendiri senantiasa mengalami perkembangan, maka upaya pembaharuan
pemahaman hukum islam pun harus dapat mengikuti perubahan itu.
Fiqh kontemporer yang dihasilkan melalui ijtihad yang kontemporer
melihat bahwa ilmu dan produk hukum fiqh sebagai sumber etika social dan
10
kemaslahatan. Fiqh kontemporer membagi fiqh menjadi tiga bagian: pertama,
kemaslahatan yang bersifat primer; yaitu kemaslahatan yang harus menjadi acuan
utama bagi implentasi syari’ah islam. Sebab jika tidak, maka akan terjadi
ketimpangan dan ketidakadilan yang menyebabkan ambruknya tatanan social.
Kedua, kemaslahatan sekunder. Yaitu kemaslahatan yang tidak mengakibatkan
ambruknya tatanan social dan hukum, melainkan sebagai upaya untuk
meringankan bagi pelaksana sebuah hukum. Ketiga, kemaslahatan suplementer.
Yaitu kemaslahatan yang memberikan perhatian pada masalah etika dan estetika.
Dari keterangan diatas, menunjukkan betapa pentingnya dalam merekonstruksi
fiqh klasik menjadi sebuah keilmuan fiqh yang lebih terbuka dan progresif, demi
tercapainya pemahaman teologi yang bersifat empiris, pluralis, dan egaliter. Karna
dengan pemikiran yang seperti inilah diharapkan fiqh klasik yang terkesan out of
date dapat disegarkan kembali dengan pola-pola pemikiran yang lebih eksklusif,
sehingga sedapat mungkin mampu menjawab problem-problem keumatan islam,
sehingga dalam setiap langkah pengerjaan terhadap syari’ah islam yang dilakukan
mereka(kaum muslimin) dapat dilakukan dengan niatan yang pasti dan jelas serta
agar mereka tidak terbelenggu dengan aturan-aturan yang ada di dalam keilmuan
fiqh tersebut.
11
BAB III
KESIMPULAN
Latar belakang munculnya isu Fiqh kontemporer yaitu akibat adanya arus
modernisasi yang meliputi hampir sebagian besar Negara- Negara yang dihuni
oleh mayoritas umat islam. Modernisasi tersebut melahirkan berbagai macam
bentuk perubahan baik secara struktural maupun kultural.
Teks Al-Qur’an tentunya tidak mengalai perubahan, tetapi pemahaman
dan penerapannya dapat disesuaikan dengan konteks perkembangan zaman.
Karena perubanhan sosial merupakan suatu proses kemasyarakatan yang berjalan
secara terus menerus, maka perubahan penerapan dan pemahaman ajaran islam
juga harus bersifat kontinu sepanjang zaman. Dengan demikian islam akan tetap
relevan dan aktual, serta mampu menjawab tantangan modernitas.
Ruang lingkup fiqh kontemporer meliputi aspek hukum keluarga, aspek
ekonomi, aspek pidana, aspek kewanitaan, aspek medis, aspek teknologi, aspek
politik (kenegaraan), dan aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah.
Sifat dinamis dan terbuka terhadap perubahan ini sebagai konsekuensi
logis dari tugas fiqh, yang harus selalu berusaha menyelaraskan problema
kemanusiaan yang terus berkembang dengan pesat dan akseleratif dengan dua
sumber rujukan utamanya yaitu Al-Qur’an dan Hadits.
Kompleksitas persoalan-persolan baru yang muncul di masa kini tentunya
akan membutuhkan pemecahan masalah berdasarkan nilai-nilai agama. Di sinilah
letak betapa pentingnya rumusan ideal moral maupun formal dari fiqh
kontemporer tersebut.
12
DAFTAR PUSTAKA
Mun’im A. Sirry, 1996, Sejarah Fiqih Islam: Sebuah Pengantar, Surabaya: Risalah
Gusti,
http://surya-muamalah.blogspot.co.id/2012/10/kebebasan-berakad.htm|?m=1. Di
akses tanggal 05-09-2105, jam 21:41.
http://belajarilmukomputerdaninternet.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-
kemitraan.html
http://langkahsupian.blogspot.co.id/2012/05/prinsip-asas-dan-kaidah-fiqih-
muamalah.html ?m=1
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/196708282005011-ELAN
SUMARNA/ Artikel/ TEORI_MOTIVASI.pdf. Diakses tanggal 05-09-
2015 , jam 12.00
13