Anda di halaman 1dari 11

BUTIR- BUTIR MABADI KHAIRA UMMAH

Tugas Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aswaja 1

Dosen Pengampu: Ahmad Mansur, M.Pd

Disusun Oleh:

Calista Agriffina 221290005

Siti Nur Jannah 221290045

Program Studi Bimbingan Dan Konseling Pendidikan Islam

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS MA’ARIF LAMPUNG


2023M/1444
KATA PENGANTAR

‫ِبْس ِم ِهللا الَّرْح َمِن الَّرِحْيِم‬

Assalamualaikum Wr.Wb

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberi nikmat, rahmat serta
hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Butir-butir mabadi khaira ummah. Makalah ini merupakan salah satu tugas
mata kuliah Aswaja 1 di progam studi Bimbingan dan Konseling Pendidikan
Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UMALA pada semester tiga.
Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad Mansur, M.Pd selaku
dosen pembimbing mata kuliah Aswaja 1 dan kepada segenap pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Akhirnya kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih ada
banyak kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Wassalamualaikum. Wr.Wb.

Metro, 6 Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan Masalah......................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................2
PEMBAHASAN....................................................................................................................2
A. Butir-butir mabadi khaira ummah..........................................................................2
1. As-Shidqu...........................................................................................................2
2. Al-Amanah wal-Wafa bil ‘ah.............................................................................3
3. Al-‘Adalah.........................................................................................................3
4. At-Ta’awun........................................................................................................4
5. Istiqamah............................................................................................................4
BAB III.................................................................................................................................6
PENUTUP............................................................................................................................6
KESIMPULAN..............................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
salah satu konsep penting dalam Islam yang merujuk pada prinsip-
prinsip dasar yang diperlukan untuk membentuk masyarakat yang baik dan
sesuai dengan nilai-nilai agama Islam. Konsep ini bermula dari
pemahaman bahwa Islam bukan hanya sekadar agama, tetapi juga sebuah
panduan hidup yang mencakup aspek sosial, moral, dan etika. Mabadi
Khaira Ummah menekankan pentingnya akhlak yang baik, solidaritas, dan
keadilan dalam membentuk sebuah masyarakat yang harmonis dan
bermartabat.
Dalam konteks sejarah, konsep ini telah menjadi pedoman penting
bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan sehari-hari mereka. Prinsip-
prinsip Mabadi Khaira Ummah menjadi dasar dalam membentuk perilaku
individu dan interaksi sosial yang adil dan etis, dengan tujuan menciptakan
masyarakat yang mengedepankan kesejahteraan bersama dan ketertiban
sosial sesuai dengan ajaran Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Ada berapa Butir-Butir Mabadi khaira Ummah?

2. Apa makna dari setiap Butir-butir Mabadi Khaira Ummah?

3. Apa saja butir-butir yang dimiliki Mabadi Khaira Ummah?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui jumlah Butir-Butir Mabadi Khaira Ummah

2. Mengetahui makna dari setiap Butir-Butir Mabadi khaira Ummah.

3. Mengetahui apa saja butir-butir yang dimiliki Mabadi Khaira Ummah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Butir-butir mabadi khaira ummah

Perkembangan kebutuhan-kebutuhan internal NU Sendiri karena


perlu beberapa penyesuaian dan pengembangan dari gerakan Mabadi
Khaira Ummah yang pertama agar lebih jumbuh dengan konteks kekinian.
Konsekuensi-konsekuensi dari berbagai perkembangan itu akan
menyentuh persoalan arah dan titik tolak gerakan serta strategi
pelaksanaannya. Di ata telah dijelaskan pengembangan kerangka tujuan
bagi gerakan ini. Berkaitan dengan itu pula, diperlukan penyesuaian dan
pengembangan yang menyangkut butir-butir yang dimasukkan dalam
Mabadi Khaira Ummah dan spesifikasi pengertiannya. Jika semula
Mabadi Khaira Ummah hanya memuat tiga butir nilai seperti As-Shidqu,
Al-Amanah wal-Wafa bil ‘ah, dan At-Ta’awun lalu dua butir lagi perlu
ditambahkan untuk mengantisipasi persoalan dan kebutuhan kontemporer.
Kedua butir itu adalah al-’Adalah dan al-Istiqamah. Dengan demikian,
gerakan Mabadi Khaira Ummah kita ini akan membawa lima butir nilai
yang dapat pula disebut sebagai “Al-Mabadi Al- Khamsah”.

1. As-Shidqu
Butir ini mengandung arti kejujuran / kebenaran, kesungguhan dan
keterbukaan. Kejujuran/ kebenaran adalah satunya kata dengan
perbuatan, ucapan dengan pikiran. Apa yang diucapkan sama dengan
yang di bathin. Jujur dalam hal ini berarti tidak plin-plan dan tidak
dengan sengaja memutar balikkan fakta atau memberikan informasi
yang menyesatkan. Dan tentu saja jujur pada diri sendiri.
Termasuk dalam pengertian ini adalah jujur dalam bertransaksi dan
jujur dalam bertukar pikiran. Jujur dalam bertransaksi artinya menjauhi
segala bentuk penipuan demi mengejar keuntungan. Jujur dalam
bertukar pikiran artinya mencari mashlahat dan kebenaran serta
bersedia mengakui dan menerima pendapat yang lebih baik.

2
2. Al-Amanah wal-Wafa bil ‘ah
Butir ini memuat dua istilah yang saling terkait, yakni al-amanah
dan alwafa’ bil ’ahdi. Yang pertama secara lebih umum meliputi
semua beban yang harus dilaksanakan, baik ada perjanjian maupun
tidak, sedang yang disebut belakangan hanya berkaitan dengan
perjanjian. Kedua istilah ini digambungkan untuk memperoleh satu
kesatuan pengertian yang meliputi: dapat dipercaya, setia dan tepat
janji.
Dapat dipercaya adalah sifat yang diletakkan pada seseorang yang
dapat melaksanakan semua tugas yang dipikulnya, baik yang bersifat
diniyah maupun ijtima’iyyah. Dengan sifat ini orang menghindar dari
segala bentuk pembekalaian dan manipulasi tugas atau jabatan.
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha
Melihat. Sifat dapat dipercaya, setia dan tetap janji menjamin integritas
pribadi dalam menjalankan wewenang dan dedikasi tehadap
tugas.Sedangkan al-amanah wal wafa bil ’ahdi itu sendiri, bersama-
sama dengan ash-shidqu, secara umum menjadi ukuran kredebilitas
yang tinggi di hadapan pihal lain: satu syarat penting dalam
membangun berbagai kerjasama.

3. Al-‘Adalah

Al Adalah, keadilan. Pakar tafsir dari Iran, Sayyid Thabathabai,


mensinyalir bahwa keadilan adalah ketakwaan, artinya, siapa diantara
umat yang bertakwa maka tak ada jarak sedikitpun baginya untuk
tidak berbuat adil dalam segala hal. Ambruknya sendi sendi
penting dalam keumatan dikarenakan banyak pemimpin dan elit
umat yang sudah tidak siap berbuat adil dalam makna adil yang

3
sesungguhnya. Keadilan diukur secara nalar kegunaan
(pragmatisme),keadilan mulai dianggap baik dilakukan kalau
menguntungkan diri dan komunitasnya. Kalau keadilan
ditegakkan minimal diinternal NU, maka tidak akan banyak konflik
yang mewarnai kehidupan elit, kiai dan pesantren pesantren
NU, terutama dalam perspektif kultur politik.
Besikap adil (al’adalah) mengandung pengertian obyektif,
proposional dan taat asas. Butir ini mengharuskan orang berpegang
kepada kebenaran obyektif dan menempatkan segala sesuatu pada
tempatnya. Distorsi penilaian sangat mungkin terjadi akibat pengaruh
emosi, sentimen pribadi atu kepentingan egoistic. Distorsi semacam ini
dapat menjerumuskan orang kedalam kesalahan fatal dalam
mengambil sikap terhadap suatu persolan. Buntutnya sudah tentu
adalah kekeliruan bertindak yang bukan saja tidak menyelesaikan
masalah, tetapi bahkan menambah-nambah keruwetan. Lebih-lebih
jika persolan menyangkut perselisihan atau pertentangan diantara
berbagai pihak. Dengan sikap obyektif dan proporsional distorsi
semacam ini dapat dihindarkan.
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan
dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi
Maha Melihat. Implikasi lain dari al-’adalah adalah kesetiaan kepada
aturan main (correct) dan rasionalitas dalam perbuatan keputusan,
termasuk dalam alokasi sumberdaya dan tugas (the right man on the
right place). “Kebijakan” memang sering kali diperlukan dalam
mengangani masalah–masalah tertentu. Tetapi semuanya harus tetap di
atas landasan (asas) bertindak yang disepakati bersama.

4
4. At-Ta’awun

At-ta’awun merupakan sendi utama dalam tata kehidupan


masyarakat : manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan pihak
lain. Pengertia ta’awun meliputi tolong menolong, setia kawan dan
gotong royong dalam kebaikan dan taqwa. Imam Mawardi mengaitkan
pengertian al-birr(kebaikan) dengan kerelaan manusia dan taqwa
dengan ridha Allah SWT. Memperoleh keduanya berarti memperoleh
kebahagiaan yang sempurna. Ta’awun juga mengandung pengertian
timbal balik dari masing-masing pihak untuk memberi dan menerima.
Oleh karena itu, sikap ta’awun mendorong setiap orang untuk
berusaha dan bersikap kreatif agar dapat memiliki sesuatu yang dapat
disumbangkan kepada orang lain dan kepada kepentingan bersama.dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan
bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat
siksa- Nya. (QS. Al-Maidah [5] : 2)

5. Istiqamah

Istiqamah mengandung pengertian ajeg-jejeg, berkesinambungan


dan berkelanjutan. Ajeg-jejeg artinya tetap dan tidak bergeser dari
jalur(thariqah) sesuai dengan ketentuan Allah SWT dan rasul-Nya,
tuntunan yang diberikan oleh salafus shalih dan aturan main serta
rencana-rencana yang disepakati bersama. Kesinambungan artinya
keterkaitan antara satu kegiatan dengan kegaiatan yang lain dan antara
satu periode dengan periode yang lain sehingga kesemuanya
merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dan saling menopang
seperti sebuah bangunan.
Sedangkan makna berkelanjutan adalah bahwa pelaksanaan
kegiatan-kegiatan tersebut merupakan proses yang berlangsung terus
menerus tanpa mengalami kemandekan, merupakan suatu proses maju
(progressing) bukannya berjalan di tempat (stagnant). Sesungguhnya
5
orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” Kemudian
mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka malaikat akan turun
kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan
janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah
yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS. Fushshilat [41]: 30)

6
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Butir-butir mabadi Khairra Ummah ini mengembangkan lima aspek kunci
yang menjadi fondasi utama dalam membentuk masyarakat yang adil, jujur, dan
saling mendukung seperti As-Shidqu , Al-Amanah wal-Wafa bil ‘ah,
Al-‘Adalah, At-Ta’awun, dan Istiqamah.
Butir-butir Mabadi Khaira Ummah merupakan panduan yang dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam skala personal maupun
kolektif, untuk membentuk masyarakat yang kokoh, adil, dan berkelanjutan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Wahyu Egi Widayat, D. (2019). Penguatan Aswaja Annahdliyah Melalui


Literasi Kampus. CV. Pilar Nusantara.

Burhani, Ahmad Najib. "Nahdlatul Ulama dan Tantangan Keagamaan


Kontemporer."

Husnan, A. B. (2021). Fikrah Nahdliyah Dalam Membentuk Moral


Bangsa; Studi Empiris Di PWNU Jawa Timur. Khatulistiwa, 2(2), 77.

Anda mungkin juga menyukai