Anda di halaman 1dari 15

SISTEM MANAJEMEN OPERASIONAL BANK SYARIAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah

LEGAL AUDIT SYARIAH

Dosen Pengampu:

Choirul Munif, S.Ag, SH, MH

Disusun Oleh:

1. Devi Nina Sari Ning P.R (20302053)


2. Anif Muhammad Husni A (20302055)
3. Anisa Oktavia Nur Fadila (20302058)
4. Ryantori Mukti (20302059)

FAKULTAS SYARIAH
HUKUM EKONOMI SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI
2023
KATA PENGANTAR
Dengan puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya kepada kami. Tidak lupa
sholawat serta salam kami haturkan kepada baginda nabi Muhammad SAW. Yang menjadi
tauladan bagi umat manusia.

Oleh karena itu, kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Legal
Audit Syariah yaitu Bapak Choirul munif S,Ag. SH, MH yang memberikan tugas ini.
Sehingga kami bisa berlatih dan dapat menyelesaikannya dengan baik. Kelompok kami
banyak mengalami kesulitan disebabkan kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat
kerjasama dan kesungguhan kami dalam mengerjakan makalah ini, akhirnya dapat
diselesaikan dengan baik.

Kami menyadari sebagai mahasiswa yang pengetahuannya tidak seberapa yang masih
perlu belajar dalam penulisan makalah. Bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik saran yang positif. Agar tercipta makalah yang lebih
baik serta berdaya guna di masa yang akan datang. Besar harapan kami, sehingga makalah ini
bermanfaat dan mushlahat bagi semua orang.

Kediri, 09 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.....................................................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4

C. Tujuan.............................................................................................................................4

BAB II.......................................................................................................................................5

PEMBAHASAN.......................................................................................................................5

A. Pola Manajemen Bank Syari’ah..................................................................................5

B. Sistem Penghimpunan Dana Bank Syariah.................................................................8

C. Produk dan Jasa Bank Syariah..................................................................................12

BAB III....................................................................................................................................14

PENUTUP...............................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pola Manajemen Bank Syariah?
2. Bagaimana Sistem Penghimpunan Dana Bank Syariah?
3. Apa saja Produk dan Jasa Bank Syariah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pola Manajemen Bank Syariah
2. Untuk mengetahui Sistem Penghimpunan Dana Banl Syariah
3. Untuk mengetahui Produk dan Jasa bank Syariah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pola Manajemen Bank Syari’ah
Manajemen dalam bahasa Arab disebut dengan idarah diambil dari pekertaan
adartasy-syai’a atau perkataan, sedangkan menurut istilah sebagian pengamat
mengatakan sebagai alat merealisasikan tujuan umum, oleh karena itu mereka
mengartikan idarah (manajemen) secara istilah adalah suatu aktivitas khusus
menyangkut kepemimpinan, pengarahan, pengembangan personal, perencanaan, dan
pengawasan terhadap pekerjaan–pekerjaan yang berkenaan dengan unsur–unsur dalam
suatu proyek. Dengan bertujuan agar hasil–hasil yang ditargetkan dapat tercapai dengan
cara yang efektif dan efisien.1
Kedudukan Manajemen dalam Syariah Islam
Islam mewajibkan para penguasa dan para pengusaha untuk berbuat adil, jujur dan
amanah demi terciptanya kebahagian manusia (falah) dan kehidupan yang baik (hayatan
thayyibah) yang sangat menekankan aspek persaudaraan (ukhuwah), keadilan sosial
ekonomi, dan pemenuhan kebutuhan spiritual umat manusia. Umat manusia yang
memiliki kedudukan yang sama disisi Allah sebagai Kholifah dan sekaligus sebagai
hamba-Nya tidak akan dapat merasakan kebahagiaan dan ketenangan batin kecuali bila
kebutuhan-kebutuhan material dan spiritual telah dipenuhi.
Tujuan utama syariat adalah memelihara kesejahteraan manusia yang mencakup
perlindungan keimanan, kehidupan, akal, keturunan dan harta benda mereka. Apa saja
yang menjamin terlindunginya lima perkara ini adalah maslahat bagi manusia dan
dikehendaki.2
Prinsip Manajemen Dalam Syariah
Perbuatan manusia menurut pendekatan syariah dapat berbentuk perbuatan ibadah
mu’amalah. dan dapat berbentuk perbuatan. Suatu perbuatan ibadah pada dasarnya tidak
boleh dilakukan kecuali ada dalil atau ketentuan yang terdapat dalam Al-Qur’an atau
Hadis yang menyatakan bahwa perbuatan itu harus dilakukan atau boleh dilakukan.
Sedangkan dalam pada dasarnya mu’amalah semua perbuatan boleh dilakukan kecuali

1
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMPYKPN, 2002.
Hlm.147-148.
2
Zainul Arifin; pengantar Muhammad Syafii Antonio, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah,
Jakarta:Pustaka Alvabet, cet.4,2006, hlm, 85-86.
ada ketentuan dalam Al-Qur’an atau Hadis yang melarangnya. Beberapa prinsip atau
kaidah dan teknik manajemen yang ada relevansinya dengan Al-Qur’an atau Hadis
antara lain sebagai berikut:3
1) Prinsip Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Setiap muslim wajib melakukan perbuatan yang ma’ruf, yaitu perbuatan yang
baik dan terpuji seperti perbuatan tolong menolong (ta’awun), menegakan keadilan
di antara manusia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mempertinggi
efisiensi, dan lain-lain. Sedangkan perbuatan (keji), seperti korupsi, suap,
pemborosan dan sebagainya munkar harus di jauhi dan bahkan harus diberantas.
Maka daripada itu, untuk melaksanakan prinsip tersebut maka ilmu manajemen
harus dipelajari dan dilaksanakan secara sehat, baik secara bijak maupun secara
ilmiah.
2) Kewajiban Menegakan Kebenaran
Ajaran Islam adalah metode Illahi untuk menegakan kebenaran dan
menghapuskan kebatilan, dan untuk menciptakan masyarakat yang adil, sejahtera
dan diridhai oleh Allah. Manajemen sebagai suatu metode pengelolaan yang baik
dan benar, untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan kebenaran. Menegakan
kebenaran adalah metode Allah yang harus ditaati oleh manusia. Dengan demikian,
manajemen yang disusun oleh manusia untuk menegakan kebenaran itu menjadi
wajib.
3) Kewajiban Menegakan Keadilan
Hukum syari’ah mewajibkan kita untuk menegakan keadilan, kapan dan
dimanapun kita berada. Semua perbuatan dilakukan dengan adil. Adil dalam
menimbang, adil dalam bertindak, dan adil dalam menghukum. Adil itu harus
dilakukan dimanapun dan dalam keadaan apapun, baik diwaktu senang maupun
diwaktu susah. Sewaktu sebagai orang kecil harus berbuat adil, sewaktu sebagai
orang yang berkuasa yang berkecukupan harus adil pula. Tiap muslim harus adil
kepada dirinya sendiri dan adil pula terhadap orang lain.
4) Kewajiban menyampaikan amanah
Allah dan Rasul-Nya memerintahkan kepada setiap muslim untuk menunaikan
amanah. Seseorang manajer perusahaan adalah pemegang amanat dari pemegang
sahamnya, yang wajib mengelola perusahaan tersebut dengan baik, sehingga

3
Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,2014) halaman 68-72
menguntungkan pemegang saham dan memuaskan konsumennya. Sebaiknya
orang-orang yang menyalah gunakan amanat.
Unsur Manajemen Syari’ah dan Implikasinya di Bank Syari’ah
Manajemen sebagai suatu sistem didalamnya terdapat unsur-unsur yang saling terkait
antara satu dengan yang lain dalam rangka mencapai sasaran. Unsur satu dengan yang
lain tidak dapat dipisahkan. Hal inilah sebagai suatu konsep keutuhan. Islam memberikan
dorongan kepada umatnya untuk melihat sesuatu secara utuh (kaffah). Terkait dengan
manajemen sebagai suatu kaffah sistem, maka didalamnya terdapat unsur-unsur yaitu:
Perencanaan, Pengorganisasian, Struktur Organisasi, Perencanaan Organisasi dan
Pengawasan:
1. Perencanaan
Semua dasar serta tujuan manajemen harus terintegrasi, konsisten dan saling
menunjang satu sama lain. Untuk menjaga konsistensi kearah pencapaian tujuan
manajemen maka setiap usaha itu harus didahului perencanaan yang baik.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian diartikan sebagai keseluruhan proses pengelompokan orang-
orang, alat-alat tugas, tanggung jawab, dan wewenang sedemikian rupa sehingga
tercipta suatu kesatuan yang dapat digerakkan dalam rangka mencapai tujuan.
Allah menciptakan manusia dalam satu komunitas, satu sama lainnya saling
berhubungan dan berinteraksi. Kesemuanya ditugasi sebagai khaliifah di muka
bumi. Dalam menjalankan fungsi kekhalifahannya diharapkan dapat menciptakan
kemakmuran yang terwujud dari saling menolong dan tidak terpecah belah.
3. Struktur Organisasi
Disamping Dewan Komisaris dan Direksi, Bank Umum Syariah dan BPR Syari’ah
wajib memiliki dewab Pengawas Syariah (DPS) yang ditempatkan di kantor pusat
bank tersebut. Anggota DPS harus terdiri dari para pakar di bidang Syariah
muamalah yang ditunjuk oleh Dewan Syariah Nasional (DSN). Sementara itu bagi
bank umum konvensional yang membuka kantor cabang Syariah, selain wajib
memiliki DPS juga diwajibkan membentuk Unit Usaha Syariah (UUS). UUS
merupakan satuan kerja di kantor pusat bank umum yang berfungsi sebagai kantor
induk bagi kantor-kantor cabang Syariah. Karena BPR konvensional tidak
diperkenankan untuk memiliki kantor cabang Syariah, maka UUS tidak dikenal
pada BPR.
Tugas utama DPS adalah mengawasi kegiatan usaha bank agar tidak menyimpang
dari ketentuan dan prinsip Syariah yang telah difatwakan oleh DSN. Selain itu DPS
juga mempunyai fungsi;
1) Sebagai penasehat dan pemberi saran kepada direksi, pimpinan Unit Usaha
Syari’ah dan pimpinan kantor cabang Syariah mengenai hal yang berkaitan
dengan aspek Syariah.
2) Sebagai mediator antara bank dan DSN
3) Sebagai perwakilan DSN yang ditempatkan pada bank.
4) Perencanaan Organisasi
Perencanaan organisasi bank adalah pengelompokkan yang logis dari
kegiatan-kegiatan bank, menurut hasil yang ingin dicapai yang menunjukkan
dengan jelas tanggung jawab dan wewenang suatu tindakan. Stuktur organisasi
tergantung pada besar-kecilnya bank (bank size), keragaman layanan yang
ditawarkan, keahlian personilnya dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Tidak ada acuan baku pada penyusunan struktur organisasi bagi bank
dalam segala situasi kebutuhan operasinya. Bank mengorganisasikan fungsi-
fungsi untuk melayani nasabahnya atau menempatkan karyawan yang ada atau
karyawan yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Struktur organisasi
setiap bank berikut tanggung jawab dan wewenang para pejabatnya bervariasi
satu sama lain. Oleh karena itu struktur organisasi mencerminkan pandangan
manajemen tentang pandangan cara yang paling efektif untuk mengoperasikan
bank.
5) Pengawasan Kelancaran operasi bank adalah kepentingan utama bagi
manajemen puncak (top management). Melalui pengawasan para manajer
dapat memastikan top management tercapai atau tidaknya harapan mereka.
Pengawasan juga dapat membantu mereka mengambil keputusan yang lebih
baik.
B. Sistem Penghimpunan Dana Bank Syariah
Kegiatan penyaluran dana bank syariah meliputi 5 (lima) jenis (pembiayaan) yang
akan memperoleh 4 (empat) jenis pendapatan, yaitu yang pertama pembiayaan akad
murabahah akan memperoleh pendapatan berupa “margin keuntungan”. Yang kedua,
pembiayaan akad ijarah akan memperoleh pendapatan berupa “hasil sewa”. Yang ketiga,
pembiayaan akad musyarakah ( syirkah ) dan akad mudharabah akan memperoleh
pendapatan “bagi hasil”. Yang keempat, pelayanan jasa-jasa pelengkap akan
memperoleh “fee base income” atau “fee”. Yang kelima, jasa-jasa “Lalu Lintas
Pembayaran Perbankan” dalam dan luar negeri akan memperoleh “fee base income” atau
disebut “fee”. Uraian di atas menunjukkan bahwa dari segi penyaluran dana hanya
kegiatan akad mudharabah dan akad musyarakah yang memberikan imbalan “bagi hasil”.
Kegiatan penghimpunan dana pada bank konvensional secara garis besar terdiri dari
giro, tabungan dan deposito, demikian juga bank syariah melakukan kegiatan
menghimpun dana giro, tabungan dan deposito, namun disesuaikan ketentuan prinsip
syariah yaitu system wadiah dan mudharabah tanpa bunga. Perbedaan yang signifikan
dalam menghimpun dana masyarakat antara bank konvensional dan bank syariah adalah
system bunga berlaku untuk segala kegiatan bank konvensional, sedangkan bank syariah
tidak mengenakan bunga kepada nasabahnya. Kegiatan menghimpun dana di bidang
mudharabah pada akad giro, tabungan dan deposito menganut system “bagi hasil”
Kegiatan menghimpun dana di bidang wadiah untuk giro dan tabungan hanya
memberikan insentif yang tidak diperjanjikan pada awal akad.
Akad-akad penghimpunan dana
Menurut Pasal 19 (a) dan (b) Undang Undang No 21 tahun 2008 a) Simpanan giro
dan tabungan berdasarkan akad wadi’ah. Pasal tersebut juga mengungkapkan bahwa b)
investasi berupa deposito, tabungan, giro berdasarkan akad mudharabah. Akad lainnya
pada butir a) dan b) di atas tidak bertentangan dengan syariah. Adiwarman A. Karim
mengelompokkan pengertian beberapa akad dalam bank syariah sebagai berikut, giro
syariah meliputi wadiah dan mudharabah muthlaqah dan muqayyadah. Tabungan syariah
meliputi wadiah dan mudharabah muthlaqah dan muqayyadah. Dan deposito syariah
adalah mudharabah muthlaqah dan muqayyadah.Menurut Muhammad Syafi’I Antonio,
modal pemegang saham. Pengelopomkannya adalah titipan giro wadiah adh dhamanah
dan tabungan wadiah adh dhamana. Kemudian, investasi: giro mudharabah, tabungan
mudharabah dan deposito mudharabah muthlaqah dan muqayyadah.4
Akad Akad Penyaluran Dana
Objek pembiayaan bank syariah dapat digolongakan menjadi 2 jenis, yaitu akad akad
yang objeknya menawarkan pendapatan (return) yang relatip pasti dan digolongkan ke
dalam Natural Certainty Contract (NCC) dan akad-akad yang objeknya tidak
menawarkan return yang pasti dan digolongkan ke dalam Natural Uncertainty Contract
(NUC).

4
Ismail, 2011, Perbankan Syariah, Jakarta, Kencana.
1) Akad Pembiayaan Natural Certainty Contract (NCC)
Di dalam akad pembiayaan usaha yang dikategorikan Natural Certainty Contract
(NCC) dikenal adanya “teori pertukaran” dengan hasil pendapatan dikategorikan
sebagai “Margin Keuntungan” dan “hasil sewa”. Natural Certainty Contract
(NCC)) meliputi akad-akad kelompok pembiayaan al murabahah dan akad-akad
kelompok pembiayaan al ijarah yaitu:
Akad Al Murabahah (Al Bai’)
Bilamana barang (real asset) dipertukarkan dengan finansial, maka dikatakan jual
beli dengan perolehan pendapatan yang disebut “margin keuntungan”, yaitu:
a) Al Naqdan, adalah akad jual-beli tunai, penyerahan barang dan uang
bersamaan
b) Bai’ Al Muajjal, adalah akad jual beli tangguh, barang diserahkan terlebih
dahulu, sedangkan pembayaran dilakukan dibelakang secara Lump Sum.
c) Bai’ At Taqsith, adalah akad jual beli tangguh, barang diserahkan terlebih
dahulu, sedangkan pembayaran dilakukan dibelakang secara angsuran.
d) Al Bai’ As Salam, adalah akad jual beli tangguh, barang diserahkan
dibelakang, sedangkan pembayaran dilakukan terlebih dahulu secara Lump
Sum.
e) Al Bai’ Al Istishna, adalah akad jual beli tangguh, barang diserahkan p,
sedangkan pembayaran dilakukan lebih dahulu secara angsuran.5
Akad Ijarah Bila mana manfaat barang yang dipertukarkan dengan finansial, maka
dikatakan ijarah atau sewa menyewa. Ijarah murni berbeda halnya dengan jual beli,
karena yang dipertukarkan hanyalah manfaat barang, bukan kepemilikan, sedangkan jual
beli yang dipertukarkan adalah fisik dan kepemilikan barang. Hasil perolehan
pendapatan dalam transaksi ijarah disebut “hasil sewa”. Akad-akad yang termasuk dalam
kelompok ijarah dikategorikan sebagai Natural Certainty Contracts, terdiri dari 3 macam,
yaitu:
a. Ijarah Murni. Jika yang dipertukarkan jasa dengan finansial, maka dikatakan
ijarah, bila tanpa memperhitungkan kinerja, misalnya upah tukang harian,
honor pegawai harian, dan semacamnya, maka dikatakan ijarah murni.
b. Ijarah-Jua’lah . Jika yang dipertukarkan Jasa dengan finansial dengan
memperhitungkan kinerja, misalnya upah borongan tukang, insentif atau
5
Rachmadi Usman, 2012, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika.
bonus untuk pencapaian suatu target seperti target penjualan barang akan
diberikan insentif berdasarkan perhitungan omset sehingga dikatakan sebagai
ijarah jua’lah.
c. Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) . Bilamana aset atau barang yang
dipertukarkan dengan finansial dan diakhir kontrak terjadi perpindahan hak
kepemilikan barang sewaan, baik berdasarkan pembelian, maupun secara
hibah yang telah diperjanjikan pada awal pembuatan akad, maka disebut Ijarah
Muntahiyah Bittamlik.6
2) Akad akad Pembiayaan Natural Uncertainty Contract (NUC)
Objek pembiayaan yang dikategorikan Natural Uncertainty Contract (NUC),
dikenal adanya “teori percampuran”, pihak-pihak yang bertransaksi saling
mencampurkan aset mereka, baik real asset (barang dan jasa) maupun financial
asset ( uang dan surat-surat berharga ) menjadi satu kesatuan, kemudian
menanggung resiko bersama-sama untuk mendapatkan keuntungan.Pembiayaan
Natural Unertainty Contract (NUC) meliputi:
Akad Al Musyarakah
a. Al Mufawadah, usaha kerjasama dari dua orang atau lebih yang
mengabungkan semua syirka, keuntungan dan kerugian usaha ditanggung
bersama sama sesuai kesepakatan di muka.
b. Al Inan, usaha kerjasama dari dua orang atau lebih sebagai penyedia modal
(shahibul maal) dalam porsi yang sama besarnya, keuntungan dan kerugian
usaha ditanggung bersama-sama secara proporsional.
c. Al Wujuh,adalah syirka antara dua pihak (misalnya Xdan Y) sama sama
melakukan kerjasama dengan pihak ketiga (misalnya Z) dengan menyediakan
modal. Pihak X dan Y adalah tokoh masyarakat. Keuntungan dan kerugian
sesuai kesepakatan
d. Al Abdan, usaha kerjasama dari dua orang yang mempunyai jenis profesi yang
berbeda untuk mengerjakan suatu pekerjaan atau proyek guna mendapatkan
hasil atau pendapatan. profesi yang berbeda, misalnya tukang batu dan tukang
kayu bekerjasama mengerjakan sebuah borongan bangunan rumah tinggal.
Pendapatan dari borongan tersebut dibagi menurut nisbah yang telah
ditetapkan di awal akad.

6
Tadjuddin Malik, 2016, Strategi Pemasaran Pembiayaan Produk Produk Bank Syariah, Samata Gowa,
Gunadarma Ilmu.
C. Produk dan Jasa Bank Syariah
Pengertian Produk Jasa
Pengertian Produk Jasa produk dalam Islam adalah suatu yang dihasilkan proses
produksi yang baik, bermanfaat dan dapat dikonsumsi, serta berdayaguna bagi
konsumen. Sesuatu yang tidak berdayaguna dan dilarang oleh Islam merupakan
pengertian produk dalam Islam. Barang dalam ekonomi Islam adalah barang yang dapat
dipertukarkan dan juga berdayaguna secara moral. 7 Menjaga kualitas produk dan jasa
bahkan memperbaiki kualitasnya harus selalu dilakukan. Jangan sampai kualitas produk
tidak sesuai dengan apa yang kita berikan konsumen.
Rasulullah SAW dimasa mudanya selalu berbisnis dengan menjaga kualitas barang
dagangan sehingga beliau menjadi sangat dipercaya oleh pelanggannya. Beliau pernah
menegur keras seorang pedagang kurma yang menyembunyikan kurma berkualitas
rendah pada tumpukan bawah dagangannya. Inovasi terhadap produk dan jasa juga harus
terus dilakukan, sebagaimana hadist Rasulullah yang mengingatkan bahwa kehidupannya
hari ini harus lebih baik dari kemarin. Orang yang kehidupannya sama dengan kemarin
disebut merugi, apalagi yang lebih buruk dari kemarin.
Dalam sistem perbankan syariah, terdapat beberapa produk yang dioperasikan atau
diaplikasikan dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Produk tersebut telah
diterapkan di beberapa negara yang mayoritas penduduknya beragama muslim. Produk-
produk perbankan syariah yang telah mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah
Nasional untuk dijalankan antara lain sebagai berikut.
1. Pendanaan
Produk-produk pendanaan bank syariah ditujukan untuk memobilisasi dan
investasi tabungan untuk pembangunan perekonomian dengan cara yang adil
sehingga keuntungan yang adil dapat dijamin bagi semua pihak. Tujuan mobilisasi
dana merupakan hal penting karena Islam secara tegas mengutuk penimbunan
tabungan dan menuntut penggunaan sumber dana secara produktif dalam rangka
mencapai tujuan sosial-ekonomi Islam.8
Upaya penghimpunan dana dirancang sedemikian rupa untuk menarik minat
masyarakat untuk menjadi nasabah. Prinsip utama dalam penghimpunan dana
(funding) adalah kepercayaan. Artinya kemauan masyarakat untuk menaruh

7
Abdul Halim Usman, Management Strategi Syariah Teori, Konsep dan Aplikasi, (Jakarta: Zikrul
Hakim, 2015), h. 133.
8
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 122.
dananya pada bank sangat dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan masyarakat
terdapat bank itu sendiri.
Jumlah dana yang dapat dihimpun dalam perbankan tidak terbatas. Namun
demikian, perbankan syariah harus mampu mengidentifikasi berbagai sumber dana
dan mengemasnya kedalam produk-produknya sehingga memiliki nilai jual yang
layak. Penghimpunan dana di perbankan syariah dapat berbentuk giro, tabungan
dan deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan
dana masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah.9
2. Pembiayaan
Berdasarkan UU no 7 tahun 1992, yang dimaksud pembiayaan adalah
penyediaan uang atau tagihan berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu yang teelah ditentukan ditambah dengan
sejumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil.
Sedangkan menurut PP No.9 tahun 1995, tentang pelaksanaan simpan pinjam
oleh koperasi, pengertian pinjaman adalah penyediaan uang atau tagihan,
berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara koperasi dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi hutangnya setelah
jangka waktu yang telah ditentukan dengan disertai pembayaran sejumlah imbalan.
Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk
pembiayaan syariah terbagi ke dalam empat kategori yang dibedakan bedasarkan
tujuan penggunaanya yaitu: pembiayaan dengan prinsip jual-beli ditujukan untuk
memiliki barang, prinsip sewa ditujukan untuk mendapatkan jasa, prinsip bagi hasil
digunakan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna mendapatkan barang dan
jasa, sedangkan akad pelengkap ditujukan untuk memperlancar masing-masing
produk.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
9
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafinfo Persada,
2006), h. 107.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim Usman, Management Strategi Syariah Teori, Konsep dan Aplikasi, (Jakarta:
Zikrul Hakim, 2015), h. 133.
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafinfo
Persada, 2006), h. 107.
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 122.
Ismail, 2011, Perbankan Syariah, Jakarta, Kencana.
Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,2014)
halaman 68-72
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan
AMPYKPN, 2002. Hlm.147-148
Rachmadi Usman, 2012, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, Jakarta, Sinar
Grafika.
Tadjuddin Malik, 2016, Strategi Pemasaran Pembiayaan Produk Produk Bank Syariah,
Samata Gowa, Gunadarma Ilmu.
Zainul Arifin; pengantar Muhammad Syafii Antonio, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah,
Jakarta:Pustaka Alvabet, cet.4,2006, hlm, 85-86.

Anda mungkin juga menyukai