Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM


Kedudukan Akidah, Akhlak, dan Syariah Dalam Ekonomi

Disusun Oleh
DEWIT MARLINA 1212.20.3077

Dosen Pengampu
SYAHRUL HASIBUAN, M.Pd.I

PRODI : EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLA


ROKAN BAGAN BATU 2022
KATA PENGANTAR

As-salaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat dan karunia yang di limpahkan-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam senantiasa saya tercurahkan atas junjungan umat muslim Nabi
Muhammad SAW. beserta keluarga, sahabat dan para penerus risalah-Nya.

Adapun yang menjadi judul makalah saya adalah “Kedudukan Akidah, Akhlak, dan
Syariah Dalam Ekonomi” yang di dalamnya membahas kedudukan Akhlah Ekonomi Islam
dan Akhlah Kepada Manusia. Tujuan utama penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas
dari dosen pengampu saya, Anang Wahyu E.,SHI.,ME.,Sy. Dalam mata kuliah Sejarah
Pemikiran Ekonomi Syariah.

Jika dalam penulisan makalah terdapat berbagai kesalahan dan kekurangan maka
kepada para pembaca, saya memohon maaf sebesar-besarnya atas koreksi-koreksi yang terlah
di lakukan. Hal tersebut semata-mata agar menjadi suatu evaluasi dalam pembuatan makalah
ini. Mudah-mudahan dengan adanya pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat
berupa ilmu pengetahuan yang baik bagi penulis maupun bagi para pembaca.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

Pujud, 12 November 2022

penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................... I

Daftar Isi ...............................................................................................................................II

BAB I Pendahuluan...............................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ...........................................................................................1


B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................................1

BAB II Pembahasan

A. Akhlak Ekonomi Islam..............................................................................................2


B. Akhlak Kepada Manusia............................................................................................4

BAB III Penutup

A. Kesimpulan................................................................................................................8
B. Penutup......................................................................................................................8

Daftar Pustaka........................................................................................................................9

ii
1

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

1
Dalam Agama Islam terdapat 3 ajaran yang sangat ditekankan oleh Allah dan Rasul-
Nya, yang harus diamalkan dan dibenarkan dalam hati. Yaitu iman (Akidah), ihsan (Akhlak),
dan Islam (Syariah). Dalam sistem ekonomi Islam yang berlandaskan al-Qur'an dan al-Hadits
sebagai pedoman yang sangat kompleks dan sempurna. Sistem ekonomi Islam ini muncul
bukan hanya mencari keuntungan yang sebanyak-banyaknya lalu bisa menghalalkan segala
secara, tetapi untuk mencari tujuan hidup yang lebih baik dan mencari keridhoan Allah SWT.
dan keuntungan adalah sebagai hadiah yang diberikan Allah untuk kita.

Tata susun ajaran Islam yang meliputi Akidah, Akhlak, dan Syariahdi akan dijelaskan
lingkup muamalah dan salah satu aspeknya ialah ekonomi. Dari situ dapat dijelaskan bahwa
ketiganya ini menjadi saling berkait antara satu sama lainnya yang dapat mendukung untuk
memunculkan sistem ekonomi Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana akhlak dalam ekonomi Islam?


2. Bagaimana hubungan akhlak terhadap sesama manusia?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui beberapa akhlak dalam ekonomi Islam.


2. Untuk mengetahui etika yang baik dalam berbisnis.
3. Untuk mengetahui hubungan akhlak terhadap sesama manusia.

BAB II

1
Bella Eka Ratri “Kedudukan Akidah, Akhlak, Dan Syariah Dalam Ekonomi”
https://www.scribd.com/document/393056590/Kedudukan-Akidah-Akhlak-Dan-Syariah-Dalam-
Ekonomi ( di akses pada hari jumat tanggal 11 jam 8:21 )
Pembahasan

A. Akhlak Dalam Kegiatan Ekonomi

Semakin berkembangnya dunia perekonomian, Islam sudah sejak dulu membahas


dunia perekonomian. Ini terbukti dari bangsa Arab yang melakukan kegiatan perdagangan
untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka, Islam mengarahkan mekanisme berbasis moral
spiritual dalam pemeliharaan keadilan sosial pada aktivitas ekonomi.

Perekonomian sangat berpengaruh pada kehidupan manusia, semakin banyak materi


yang di miliki maka manusia itu akan hidup bahagia tapi di sisi lain moral Islam
mengarahkan pada kenyataan bahwa hak milik harus berfungsi sebagai pembebas manusia
dari sifat materialistis. Dalam Islam legistimasi hak milik akan bergantungan dan erat sekali
dengan pesan moral untuk menjamin keseimbangan kehidupan, konsep akhlak sangat erat
sekali kaitannya dengan hukum Allah SWT. yang bersangkut paut dengan halal haram. Allah
SWT. menciptakan harta untuk umatnya tapi tidak untuk di salah gunakan, manusia
merupakan perantara pemanfaatan harta yang di berikan oleh Allah SWT. dan
pemanfaatannya umat dan agama.2

Ada empat nilai utama yang berhubungan dengan akhlak dan ekonomi yang
berlandaskan Islam yaitu :

1. Rabbaniyah (keTuhanan) yaitu ekonomi yang sesuai dengan tuntunan Allah


dan untuk mencari ridha Allah SWT.
2. Akhlak ekonomi yaitu dalam melakukan kegiatan ekonomi kaum muslim
tidak boleh meninggalkan akhlak seperti aktivitas pariwisata kaum muslimin
tidak boleh mengizinkan membawa minuman khamr atau menjadikan
rumahnya sebagai tempat berjudi serta menghalalkan yang haram lainnya.
3. Ekonomi Kemanusiaan yaitu manusia harus bekerja keras dan berkreasi untuk
mendapatkan perekonomian yang baik.
4. Pertengahan yaitu adanya keseimbangan antara individu dan masyarakat.3

Akhlak ekonomi juga merupakan tindakan ekonomi yang mencampur adukkan antara
ranah ekonomi dan hukum agama yang merupakan penentuan kebijakan ekonomi yang di
tujukan kepada umat muslim yang melekat pada watak manusia.4
2
Mustofa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Prenada Media Grup Hlm.120-124
3
Thonthowi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, Robbani Press Jakarta Hlm. 23,25,27,64,83
4
Aris Hoestoro, Ekonomi Islam, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Hlm. 210

2
Akhlak ekonomi sumber daya yang di gunakan secara rasional sesuai kebutuhan tidak
boleh berlebih-lebihan, dalam kegiatan sehari-hari tanpa di sadari sebenarnya kita telah
melakukan kegiatan ekonomi.5

Akhlak ekonomi dalam Islam yang di gunakan untuk mencegah hal-hal yang di larang
dalam Islam. Di dalam melakukan kegiatan ekonomi kita harus tahu aturan-aturannya mana
yang di perbolehkan.

Dalam ekonomi bisnis Islam kita harus memiliki akhlak atau etika yang baik, dengan
kata lain pelaku ekonom harus memiliki prinsip yang baik dalam bertransaksi, berperilaku,
berhubungan dengan pelaku ekonom lain agar dapat mencapai tujuan-tujuan bisnisnya yang
sesuai dengan prinsip-prinsip moralitas yang mencakup pada: aspek baik atau buruk, terpuji
atau tercela, benar atau salah, wajar atau tidak wajar, pantas atau tidak pantas dari semua
perilaku manusia.6

Dalam berbisnis, tentu ada etika yang harus di miliki oleh seorang pebisnis dan etika
ini berperan penting dalam berbisnis karena tanpa etika yang baik bisnis tidak akan berjalan
dengan baik dengan kata lain bisnis tidak akan berjalan seperti apa yang di harapkan. Berikut
ini beberapa sikap yang harus di terapkan oleh pelaku bisnis antara lain sebagai berikut :

1. Kejujuran, sikap jujur sangat penting dalam bisnis karena dapat menghindari
kegiatan tipu-menipu demi meraup keuntungan, masih banyak yang
melakukan tindakan kecurangan, maka dari itu sikap jujur ini sangat perlu di
terapkan dalam bisnis karena akan menimbulkan rasa saling percaya.7
2. Sikap otonomi, yaitu sikap atau kemauan seseorang dalam mengambil
keputusan secara sadar tanpa paksaan orang lain, agar tidak ada kekecewaan
dari salah stau pihak pelaku bisnis.8
3. Keadilan, dalam berbisnis setiap orang di tuntut untuk bersikap adil, semua di
perlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan dapat di
pertanggung jawabkan. Maka dari itu dalam kegiatan bisnisnya perlu di
lakukan sesuai dengan haknya masing-masing, agar tidak ada salah satu pihak
yang di rugikan.

5
Google,IPI, Journal Akhlak Ekonomi Islam
6
Drs. Faisal Badreon. dkk, Etika Bisnis Dalam Islam, Jakarta: Kencana, 2006, Hlm. 70
7
Ilyas, Yunahar. Kuliah Akhlak,LPPI UMY, Yogyakarta. Hlm. 17
8
Aziz, Abdul. Journal Akhlak Ekonomi Suatu Tinjauan Teonomik, IPI, Hlm. 7

3
4. Saling percaya, sikap ini menuntut agar bisnis bisa berjalan sedemikian ragu
tanpa ada keraguan dari salah satu pihak. Karena tanpa saling percaya bisnis
tidak akan berjalan sesuai dengan apa yang di harapkan.9
5. Bertanggung jawab, seseorang harus bertanggung jawab atas segala apa yang
dia kerjakan dalam berbisnis, agar tidak ada kekecewaan antara pihak yang
satu dengan yang lain.10
6. Saling menghargai, dengan saling menghargai seseorang akan terhindar dari
kesalah pahaman antara rekan bisnis.

Dalam peningkatan akhlak ekonomi bisnis Islam, sikap-sikap di atas sangatlah penting dalam
berbisnis, tanpa kita menerapkan sikap-sikap di atas dalam berbisnis mungkin bisnis yang
kita jalankan tidak akan sesuai dengan apa yang kita harapkan.

B. Akhlah Kepada Manusia

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang mana dalam menjalankan
kehidupannya ia tidak bisa terlepas dari bantuan orang lain. Manusia yang satu dengan
manusia yang lain seharusnya bisa saling berkontribusi agar terciptanya suatu kehidupan
rukun dan harmonis.

Salah satu hal yang menjadi peran penting dalam pelaksanaan hubungan sosial antar
sesama adalah dengan adanya akhlak. Seperti yang diketahui bahwa akhlak yang tidak lain
adalah budi pekerti merupakan sebuah aspek dalam jiwa seseorang yang memicu untuk
melakukan suatu perbuatan tanpa perencanaan. Akhlak merupakan hal yang peranannya
sangat penting karena akhlak merupakan pembeda antara manusia dengan hewan atau
makhluk lainnya. Oleh karena itu, dalam kehidupan akhlak mempunyai andil yang besar.

Dalam kehidupannya, antar manusia pasti akan saling kerkesinambungan dan


berhubungan karena pada kenyataannya manusia di kelilingi oleh manusia lain. Seorang
manusia harus berbuat baik kepada orang lain agar manusia yang lain pun dapat memberikan
timbal balik yang baik juga. Agar timbal balik yang kita terima itu baik tentunya kita harus
mempunyai dan menjaga akhlak mulia kepada sesama manusia. Lalu bagaimanakah bentuk

9
Naqvi, Syed Nawab Haider. Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009, Hlm. 20
10
Muhammad. Fauroni, R. Lukman. Visi al-Qur’an tentang etika dan Bisnis, Salemba Diniyah, 2002, Hlm. 2

4
akhlak yang baik kepada sesama itu? Beberapa bentuk akhlak yang baik kepada sesama itu di
antaranya :

1. Husnudzan.
Secara bahasa husnudzan berasal dari lafadz “husnun” yang artinya baik dan
“adzonu” prasangka, sehingga husnudzan berarti prasangka, perkiraan, atau dugaan
yang baik. Menurut istilah husnuzan adalah cara pandang sesesorang yang
membuatnya melihat sesuatu secara positif.
Seseorang yang memiliki sikap husnuzan memandang semua orang baik dan
akan mepertimbangkan sesuatu dengan pikiran jernih, hatinya bersih dari prasangka
yang belum tentu kebenaranya sehingga tidak menimbulkan kekacauan dalam
pergaulan.
Pentingnya husnudzan terhadap sesama manusia, dalam hidupnya akan
memiliki banyak teman, disukai kawan, dan di segani lawan. Husnuzan terhadap
sesama manusia juga merupakan kunci sukses dalam pergaulan, baik pergaulan di
sekolah, keluarga, maupun di lingkungan masyarakat. Sebab tidak ada pergaulan yang
harmonis tanpa adanya prasangka baik antara satu individu dengan individu lainnya.
Dengan begitu hubungan persahabatan dan persaudaraan menjadi lebih baik, terhindar
dari penyesalan dalam hubungan dengan sesama dan selalu senang dan bahagia atas
kebahagiaan orang lain.11
2. Tawadhu’
Tawadhu’ secara bahasa adalah " ‫ "الَّتْذ ُلْل‬ketundukan dan "‫ "الَّتَخ ا ُش ْع‬rendah hati.
Secara terminologis Tawadhu’ adalah ketundukan kepada kebenaran dan
menerimanya dari siapapun datangnya baik ketika suka atau dalam keadaan marah.
Orang yang tawadhu’ adalah orang yang merendahkan diri dalam pergaulan dan tidak
menampakkan kemampuan yang dimiliki.12 Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad
SAW:
“Sesungguhnya Allah memberi wahyu kepadaku agar engkau semua saling tawaduk,
sehingga tidak ada orang yang bersikap sombong kepada yang lain dan tidak ada yang
menganiaya seseorang terhadap yang lain”.13
Sesungguhnya orang yang tawadhu’ dan lemah lembut, keduanya itulah yang
mendapatkan ketenangan serta kasih sayangnya diatas bumi, yang mana kepada

11
Baljon, Bimbingan Remaja Berakhlak Mulia, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1991), Halm. 16.
12
Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004), 177.
13
H. R. Abu Daud., 4897.

5
saudara-saudara mereka sesama mukmin mereka berlaku lemah lembut dan penuh
kasih sayang. Sementara kepada orang kafir musuh-musuh Islam mereka bersikap
keras dalam artian tegas.14
Tawadhu’ dapat dikatakan jalan ynag mengantarkan manusia bersatu dan damai
dalam pergaulan, dan sebagai sikap untuk membina persaudaraan.

3. Tasamuh
Tasamuh berasal dari kata ‫ َتَس اَم َح – َيَتَس اَم َح‬yang artinya toleransi. Tasamuh
berarti sikap tenggang rasa saling menghormati saling menghargai sesama manusia
untuk melaksanakan hak-haknya. Kita wajib menghormati karena manusia dapat
merasakan bahagia apabila hidup bersama manusia lainnmya. Pada hakikatnya, sikap
seperti ini telah dimiliki oleh manusia sejak masih usia anak-anak, namun perlu
dibimbing dan diarahkan.15
Tasamuh dapat menjadi pengikat persatuan dan kerukunan, mewujudkan
suasana yang harmonis, dapat menjalin dan memperkuat tali silaturrahmi kepada
sesama, mempererat tali persaudaraan dengan semua kalangan, menjalin kasih sayang
antar umat beragama, dan memperoleh banyak kemudahan.
4. Ta’awun
Ta’awun berasal dari bahasa arab ‫ َتَع اُو ًن ا‬- ‫ َيَتَع اَو ُن‬- ‫ َتَع اَو َن‬yang berarti tolong
menolong, gotong royong, atau bantu membantu dengan sesama. Ta’awun adalah
kebutuhan hidup manusia yang tidak dapat dipungkiri, kenyataan membuktikan
bahwa suatu pekerjaan atau apa saja yang membutuhkan pihak lain pasti tidak akan
dapat dilakukan sendiri oleh seseorang meski dia memiliki kemampuan dan
pengetahuan.16
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri dalam masyarakat
tanpa bantuan dan kerjasama dengan manusia lain dalam memenuhi kebutuhan sehari-
hari baik yang sifatnya material maupun non material. Orang kaya membantu yang
miskin dalam hal materi dan harta, sementara orang miskin membantu yang kaya
dalam hal tenaga dan jasa. Saling menolong tidak hanya dalam hal materi tetapi dalam
berbagai hal diantaranya tenaga, ilmu, dan nasihat. Suatu masyarakat akan nyaman

14
Masan al Fat, Aqidah Akhlak, (Semarang: Adi Cita, 1994), 126.
15
Ibid. 186.
16
Anwar Masy’ari, Akhlak Al-Qur’an, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990), 153.

6
dan sejahtera jika dalam kehidupan masyarakat tertanam sikap ta’awun dan saling
membantu satu sama lain. Seperti penjelasan dalam Al-Qur’an:

‫َو َتَع اَو ُنْو اَع َلى اْلِبِّر َو الَّتْقَو ى َو َال َتَع اَو ُنْو اَع َلى ْااِل ْثِم َو اْلُع ْد َو اُن‬
“Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa dan
jangan tolong menolong kamu dalam berbuat dosa dan kesalahan”.17
Pentingnya menerapkan sikap ta’awun tolong menolong pekerjaan akan dapat
terselesaikan dengan lebih sempurna, melahirkan cinta dan belas kasih antar orang
yag saling menolong, mengurangi berbagai macam fitnah, dapat menghilangkan
kecemburuan sosial, dan menghapus jurang pemisah antar orang yag mampu dan
orang yang tidak mampu karena yang satu dengan yang lain saling melengkapi.

17
QS. 5: 2.

7
8

BAB III

Penutup

A. Kesimpulan

a. Empat nilai utama yang berhubungan dengan akhlak dan ekonomi yang berlandaskan
Islam yaitu, ekonomi yang sesuai dengan tuntunan Allah dan untuk mencari ridha
Allah, tidak boleh meninggalkan akhlak seperti aktivitas pariwisata dengan
menghalalkan yang haram, manusia harus bekerja keras dan berkreasi, dan adanya
keseimbangan antara individu dan masyarakat.
b. Akhlak ekonomi dalam Islam yang di gunakan untuk mencegah hal-hal yang di larang
dalam Islam. Di dalam melakukan kegiatan ekonomi kita harus tahu aturan-aturannya
mana yang di perbolehkan.
c. Dalam berbisnis sendiri terdapat etika yang harus di terapkan oleh pelaku bisnis yaitu,
kejujuran, sikap otonomi, keadilan, dan saling percaya.
d. Beberapa bentuk akhlak yang baik kepada sesama yaitu, husnudzan (berprasangka
baik), tawadhu’ (rendah hati), tasamuh (toleransi), dan ta’awun (tolong menolong).
e. Seorang manusia harus berbuat baik kepada orang lain agar manusia yang lain pun
dapat memberikan timbal balik yang baik juga. Agar timbal balik yang kita terima itu
baik tentunya kita harus mempunyai dan menjaga akhlak mulia kepada sesama
manusia.

B. Saran

Dan di harapkan, dengan di selesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun


penyusun dapat menerapkan akhlak baik dan sesuai dengan ajaran Islam terutama dalam
bidang ekonomi dan kehidupan sehari-hari. Walaupun tidak sesempurna Nabi Muhammad
SAW. setidaknya kita termasuk ke dalam golongan kaumnya. Bismillah...
Daftar Pustaka

Mustofa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Prenada Media Grup

Thonthowi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, Robbani Press Jakarta.

Aris Hoestoro, Ekonomi Islam, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.

Google, IPI, Journal Akhlak Ekonomi Islam.

Drs. Faisal Badreon. dkk, Etika Bisnis Dalam Islam, Jakarta: Kencana, 2006.

Ilyas, Yunahar. Kuliah Akhlak,LPPI UMY, Yogyakarta.

Aziz, Abdul. Journal Akhlak Ekonomi Suatu Tinjauan Teonomik, IPI.

Naqvi, Syed Nawab Haider. Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2009.

Muhammad. Fauroni, R. Lukman. Visi al-Qur’an tentang etika dan Bisnis, Salemba Diniyah,
2002.

Baljon, Bimbingan Remaja Berakhlak Mulia, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1991).

Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004).

H. R. Abu Daud.

Masan al Fat, Aqidah Akhlak, (Semarang: Adi Cita, 1994), 126

Anwar Masy’ari, Akhlak Al-Qur’an, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990)

Al-Qur’an

Anda mungkin juga menyukai