Anda di halaman 1dari 9

ETIKA BISNIS DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF

OLEH :
Dzikirina Indriani 20180520011
Ilmi Firdaus Bahri Saputri 20180520018
Muhammad Ibnu Asy’ari 20180520023
Sherina Prameswari W.S 20180520041
Selvia Meiliasari Amanda 20180520045
Maslacha Mayang Anggrayni 20180520046
Miftahur Rezki A.Q 20180520054

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam perkembangan kontemporer ini, dunia Islam sedang melewati salah satu
fase sejarah dunia yaitu masa krisis global. Di tengah krisis global dengan sistem
kontemporer yang bebas nilai dan hampa nilai, dominasi pusaran paham kapitalis dan
sosialis, kita menemukan Islam sebagai suatu sistem yang mampu memberikan daya tawar
positif, dengan menghadirkan nilai-nilai etika dan moral yang lengkap serta mengajarkan
semua dimensi kehidupan (Raharjo, 2001: 3). Keunikan pendekatan Islam terletak pada
sistem nilai yang salah satunya mewarnai tingkah laku ekonomi masyarakat. Dalam Islam
diajarkan nilai-nilai dasar ekonomi yang bersumber pada ajaran tauhid. Islam lebih dari
sekadar nilai-nilai dasar etika ekonomi, seperti keseimbangan, kesatuan, tanggung jawab
dan keadilan, tetapi juga memuat keseluruhan nilai-nilai yang fundamental serta norma-
norma yang substansial agar dapat diterapkan dalam operasional lembaga ekonomi Islam
di masyarakat. Umer Chapra (dalam Ghazali, 1992: 2) menjelaskan bahwa pembangunan
ekonomi Islam dibangun berdasarkan nilai-nilai etika dan moral serta mengacu pada tujuan
syariat (maqashid al-syari’ah), yaitu memelihara iman (faith), hidup (life), nalar (intellect),
keturunan (posterity), dan kekayaan (wealth).
Konsep ini menjelaskan bahwa sistem ekonomi hendaknya dibangun berawal dari
suatu keyakinan (iman) dan berakhir dengan kekayaan (property). Pada gilirannya tidak
akan muncul kesenjangan ekonomi atau perilaku ekonomi yang bertentangan dengan
prinsip-prinsip syariat. Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia boleh dikatakan
mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini ditandai dengan banyak berdirinya
lembaga keuangan yang secara konsep maupun operasionalnya menggunakan prinsip-
prinsip syariah. Beberapa kalangan membuat penilaian bahwa dari segi keberadaan dan
peranan lembaga keuangan syariah dirasakan belum maksimal, sedangkan mengukur dari
segi sosialisasi sistem ekonomi syariah kepada masyarakat relatif masih terbatas. Padahal
sosialisasi ekonomi syariah kepada masyarakat merupakan aspek penunjang dalam strategi
pemberdayaan ekonomi syariah di Indonesia (Praja, 2004: 25). Wawasan dan pengetahuan
tentang ekonomi syariah umumnya hanya di kalangan akademisi dan praktisi lembaga
keuangan syariah, sedangkan masyarakat bawah belum tentu mengenal dan
memahaminya secara jelas. Padahal ekonomi syariah merupakan sistem ekonomi yang
lebih memberikan daya tawar positif, bukan hanya dari aspek hukum (syari’at), tetapi juga
bisa menjadi sistem ekonomi alternatif yang dapat mendukung proses pembangunan
ekonomi di Indonesia. Basis utama sistem ekonomi syariah sesungguhnya terletak pada
aspek kerangka dasarnya yang berlandaskan syariah, tetapi juga pada aspek tujuannya yaitu
mewujudkan suatu tatanan ekonomi masyarakat yang sejahtera berdasarkan keadilan,
pemerataan, dan keseimbangan. Atas dasar itu, maka pemberdayaaan ekonomi syariah di
Indonesia hendaknya dilakukan dengan strategi yang ditujukan bagi perbaikan kehidupan
dan ekonomi masyarakat. Tuntutan masyarakat dewasa ini terutama di lapisan masyarakat
bawah adalah bagaimana memenuhi kebutuhan hidup mereka yang paling mendasar.
Sistem ekonomi Islam memiliki pijakan yang sangat tegas bila dibandingkan dengan sistem
ekonomi liberal dan sosialis yang saat ini mendominasi sistem perekonomian dunia. Sistem
ekonomi liberal lebih menghendaki suatu bentuk kebebasan yang tidak terbatas bagi
individu dalam memperoleh keuntungan (keadilan distributif), dan sosialisme menekankan
aspek pemerataan ekonomi (keadilan yang merata), menenentang perbedaan kelas sosial
dan menganut asas kolektivitas. Adapun sistem ekonomi syariah mengutamakan aspek
hukum dan etika yakni adanya keharusan menerapkan prinsip-prinsip hukum dan etika
bisnis yang Islami, antara lain prinsip ibadah (al-tauhid), persamaan (al-musawat),
kebebasan (al-hurriyat), keadilan (al-‘adl), tolong-menolong (al-ta’awun), dan toleransi (al-
tasamuh). Prinsip-prinsip tersebut merupakan pijakan dasar dalam sistem ekonomi syariah,
sedangkan etika bisnis mengatur aspek hukum kepemilikan, pengelolaan dan
pendistribusian harta, yakni menolak monopoli, eksploitasi dan diskriminasi serta menuntut
keseimbangan antara hak dan kewajiban. Islam telah mengatur kehidupan manusia dengan
ketentuan-ketentuan yang semestinya. Keberadaan aturan itu semata-mata untuk
menunjukkan jalan bagi manusia dalam memperoleh kemuliaan. Kemuliaan bisa didapatkan
dengan jalan melakukan kegiatan yang diridai Allah Swt.. Sikap manusia yang menghargai
kemuliaan akan selalu berusaha “menghadirkan” Allah di dalam setiap tarikan napasnya
(Sudarsono, 2003: 104).

1.2 Rumusan Masalah


1. Etika Bisnis dalam Perspektif Islam
2. Etika Bisnis dalam Perspektif non-Islam
BAB II
PEMBAHASAN

“Etika Bisnis dalam Perspektif Islam”

Etika bisnis merupakan seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar dan salah
dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip moralitas, ada beberapa hal yang
dapat dikemukakan yaitu :

1. menanamkan kesadaran akan adanya dimensi etis dalam bisnis.


2. memperkenalkan argumentasi moral dibidang ekonomi dan bisnis serta cara
penyusunannya.
3. membantu untuk menentukan sikap moral yang tepat dalam menjalankan profesi.

Etika bisnis merupakan hal yang vital dalam perjalanan sebuah aktivitas
bisnis professional. Sebagaimana diungkapkan oleh Dr. syahata, bahwa etika bisnis
mempunyai fungsi substansial membekali para pelaku bisnis beberapa hal sebagai
berikut:
1.  Membangun kode etik aslam yang mengatur, mengembangkan dan menancapkan
metode berbisnis dalam kerangka ajaran agama.

2.    Kode etik islam dapat menjadi dasar hukum dalam menetapkan tanggung jawab
pelaku bisnis, terutama bagi diri meraka sendiri, antara komunitas bisnis,
masyarakat , dan di atas segalanya adalah tanggung jawab dihadapan Allah.

3.    Kode etik diperspsi sebagai dokumen hokum yang dapat mnyelesaikan persoalan
yang munculdari pada harus diserahkan kepada pihak peradilan.

4.    Kode etik dapat memberi kontribusi dalam penyelesaian banyak persoalan yang
terjadi antara sesame pelaku bisnis.

5.    Kode etik dapat membantu mengembangkan kurikulum pendidikan, pelatihan dan


seminar yang di perlukan bagi pelaku bisnis yang menggabungkan nilai-nilai moral
dan perilaku baik dengan prinsip bisnis kontemporer.

6.    Kode etik ini dapat mempresentasikan bentuk aturan islam yang konkret dan
bersifat cultural sehiongga dapat mendeskripsikan konfrehensif dan orisinalitas
ajaran islam yang dapat diterapkan disetiap zaman dan tempat.

   Dasar  Falsafah Etika dalam Islam


Etika bersama dengan agama berkaitan eret dengan manusia tentang upaya
pengaturan kehidupan dan perilakunya. Islam meletakan “ teks suci” sebagai dasar
kebenaran, sedangkan fisafat barat meletakan “akal” sebagai dasar.
Substansi engan kemaha kuasaan  tuhan tanggung jawab manusia. Dan (3)
keadilan tuhan dan realitas kadilannya di hari kemudian.
Berbagai teori etika barat dapat dilihat dari susut pandang islam sebagai berikut:
1.    Teologi utilitarian dalm islam :”hak individu dan kelompok penting” dan “
tanggungjawab adalh perseorangan.
2.    Distributive justice dalam islam:” hak orang miskin berada pada harta orang kaya.
3.    Deontology dalam isslam :” niat baik tidak dapat mengubah yang “haram” jadi
“halal”.
4.    Enternal law dalam islam :” allah mewajibkan manusia untuk mempelajari wahyu
dan ciptannya.

   Etika Skriptual
            Etika skriptual dapat diartika sebagai sebuah etika yang berangkat dari
interprestasi yang melibatkan aktivitas intelektual yang serius dan sungguh-sungguh
terhadap nash ai quran dan sunnah nabi sabagai etika utama.
            Al quran dipandang mencakup tiga hal utama, yaitu hakikat benar dan salah,
keadilan dan kekuasaan dan kekuasaan tuhan dan kebebasan dan tanggungjawab.
Sumber :
-          Al quran dan topic analisis. Teks dan interpretasinya, kebaikan dan kebenaran,
keadilan tuhan dan tanggung jawab.
-          Bukti-bukti dan tradisi hadis nabi : kekuasaan tuhan, kemampuan manusia,
kebaikan ada di dalam hati, rukun iman, inti keadilan dan tanggung jawab moral.

   Teori etika teologis


Rasionalisasi etika , dasar-dasar deontology dari  benar dan salah : (a)kapasitas
manusia dan tanggungjawabnya,(b) kebijaksaan tuhan dan kedilan.
Etika kebebasan , ketentuan tuhan sebagai dasar benar dan salah :(a)  capacity dan
acquisition,(b) keadilan dan ketidakadilan yang diterapkan tuhan.

Persoalan teologi, memunculkan berbagai aliran pemikiran dalam islam, antara


lain :
1)    Mu’tazilah berhadapan asy ariah , meliputi sumber pengetahuan =akal pikiran
2)    Sumber hukum = akal, wahyu dan agama, syariat baik/buruk= akal dan syariat.
3)    Jabariah terhadap qadariah.

  Rasionalisme (mu’tazilah)
Benar / salah terbatas a hokum etika berkaitan dengan : pujian/ cercaan,
pahala/siksa. Manusia diberi akal jadi harus berfikir untuk menentukan perbuatan.
Perbuatan dan tanggung jawab bergantung pada pengetahuan . akal menopang
kehidupan etika secara keseluruhan . benar/.salah diketahui lewat pengetahuan
atau akal.

   Semi rasionalis-asyriah
(1)  dasar pnentuan benar/salah :a. benar =apa yang dikehendaki dan di perintah Allah,
salah = apa yang dilarang allah,b. perbuatan itu di ciptakan tuhan dan manusia, c.
wahyu yang menentukan segala hal yang menjadi kewajibansecara moral dan
agama, d.peran wahyu adlah mengonfirmasikan apa yang telah di temukan oleh
akal.
(2)  Tanggungjawab manusia a. sebatas/sesuai dengan perbuatan yang berasal dari
kekuasaan yang diciptakan saja.
(3)  Keadilan tuhan : apapun yang dilakukan / dikehendaki tuhan itu adil.

   Etika filsafat
Latar belakang pendapat mayoritas ahli-ahli islam: tidak ada mazhab etika dalam
pemikiran islam karena dalam pemikiran islam karena sudah ada Al quran dan
Hadist.

Prinsip utama :
1)    Berpihak pada teori etika yang bersifat universal dan fitri.
2)    Moralitas dalam islam didasarkan pada keadilan menempatkan segala sesuatu pda
tempatnya.
3)    Tidak etis akan menghasilkan kebahagiaan termai dunia dan fisik.
4)    Tindakann etis bersifat rasional.

   Etika keagamaan
Ciri-cirinya adalah :
1)    Berakar pada Al quran dan Hadist
2)    Cenderung melepas kepelikan metodolodi langsung mengungkapkan moralitas
islam secara langsung.
3)    Kebaikan/perilaku yang baik menurut : Al Dunya, miskawaih, hasan al basin,
mawardi.

5
         Kabaikan / perilaku yang baik, Ai Dunya : Ucapan yang benar, setia dan taat
kepada Allah, dermawan, membalas perbuatan baik, menegakkan kebenaran ,
solider terhadap teman.

   Teori keadilann distribusi islam


Para pengamat mengatakan bahwa, tujuan distribusin dalam islam adalah
persamaan dalam distribusi.
Dalam pandangan munawar iqbal, bahwa yang di maksud dengan distribusi justice
dalam islam adlah distribusi yang menjamin 3 hal berikut:

1)    Jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar bagi semua.


2)    Objektivitas atau kedilan  tetapi bukan persamaan dalam pendapatan individu
3)    Pembatasan ketidak merataan ekstrem dalam pendapatan dan kekayaan individu.
“Etika Bisnis dalam Perspektif non-Islam”

Teori Keadilan Distribusi


  

Inti dari teori inibahwa “perbuatan disebut etis apabila menjunjung keadilan distribusi
barang dan jasa” yang berdasarkan pada konsep “fairness”. Konsep yang
dikemukakan oleh john rawls, filsuf kontemporer dari harfard, memiliki nilai dasar
keadilan.
Suatu perbuatan dikatakan etis bila berakibat pemerataan / kesamaan
kesejahteraan dan beban.

  Teori utilitarianisme
Teori ini mengarahkan kita dalam pengambilan keputusan etika dengan
pertimbangan manfaat terbesar bagi banyak pihak sebagai hasil akhirnya.semakin
bermanfaat pada semakin banyak orang, perbuatan itu semakin etis.
Benthan menciptakan prosedur mekanis untuk memperkirakan status moral dari
suatu perbuatan, metodenya disebut felific calculus. Dan kemudian S.Mill
melakukan Revisi dan mengembangkan lebih lanjut konsep ini sehingga menjadi
bagian penting dari konsep liberal dalam tujuan kebijakan Negara.

  Konsep Deontologi
Deontologi berasal dari kata deon yang berarti tugas atau kewwajiban. Apabila
sesuatu dilakukan berdasarkan kewajiban, maka ia melepaskan sama sekali
moralitas dari konsekuensi perbuatannya.tokoh pengembang konsep ini adalah
imanuel kant.
6
  Teori keutamaan (virtue ethics)
Dasar teori ini adalah tidak menyoroti perbuatan manusia semata, namun seluruh
manusia sebagai pelaku moral.pendekatan ini menggunakan dasar pemikiran
aristoteles tentang kebijakan/kesalehan, dimana manusia sebagai makhluk politik
tak dapat lepas dari polis/komunitasnnya.

  Teori hokum abadi(Eternal Law)


Dasar dari teori ini adalah bahwa perbuatan etis harus didasarkan ajaran kitab suci
dan alam, nammun permasalahan timbul karena kemudian agama menganjurkan
meninggalkan keduniawian dengan meditasi untuk menjadi orang yang sempurna.

  Teori personal libertarianisme


Teori ini bersifat deontology karena melindungi hak kebebasan individu, namun
bersifat teleology pula, karena juga melihat hasil, yaitu apakah kebebasan telah
dibatasi atau tidak.
Teori ini dikembangkn oleh Robert Nozick, dimana perbuatan etika diukur bukan
dengan keadilan distribusi kekayaan namun dengan kedilan/kesamaan kesempatan
bagi semua terhadap pilihan-pilihan yang ada untuk kemakmuran mereka. Teori ini
percaya bahwa moralitas akabn tumbuh subur dari maksimalisasi kebebasan
individu.

  Teori Ethical Egoisme


Dalam teori ini maksimalisasi kepentingan individu dilakukan sesuai keinginan
individu yang bersangkutan. Kepentingan bukan harus barang/kekayaan,  bisa pula
ketenaran, keluarga bahagia, pekerjaan yang baik atau apapun yang dianggap
penting oleh pengambil keputusan.

  Teori Existentialisme
Tokoh yang mengembangkan pahan ini adlah jean-paul Sartre. Menurutnya standar
perilaku tidak dapat dirasionalisasikan . menurut interpretasinya eksistensi
mendahului esensi.Awainya manusia dahulu yang ada kemudian baru ia
menentukan siapa ia atau esensi dirinya. Setiap orang adalah makhluk bebas.
Pertanggungjawaban moral berada pada setiap individu dengan caranya sendiri-
sendiri.

  Teori Relativisme
Teori ini berpendapat bahwa etika itu bersifat relative. Jawaban etika tergantung
dari situasinya. Dasar pemikiran ini adalah bahwa tidak ada criteria universal untuk
menentukan perbuatan etis.setiap individu menggunakan kriterianya masing-
masingdan berbeda setiasp budaya atu Negara.

  Teori hak (right)


Teori ini cenderung paling banyak digunakan dan popular untukmmasa modern.
Nilai dasar yang dianut adalah liberty (kebebasan). Perbuatan etis harus
berdasarkan hakindividu terhadap memilih. Setiap individu memliki hak moral yang
tidak dapat ditawar.
BAB III
PENUTUP

A.  KESIMPULAN

Begitu kuatnya oxymoron itu, muncul istilah business ethics atau ethics in
business. Sekitar dasawarsa 1960-an, istilah itu di Amerika Serikat menjadi bahan
controversial. Orang boleh saja berbeda pendapat mengenai kondisi moral
lingkungan bisnis tertentu dari waktu ke waktu. Tetapi agaknya kontroversi ini
bukanya berkembang ke arah yang produktif, tapi malah semakin menjurus ke
suasana debat kusir.

Anda mungkin juga menyukai