Disusun oleh:
Ahmad Syaifudin Zuhri
Fauzi Alfathoni
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI & MANAJEMEN
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
1443/2022
Penerapan Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam
A. Pengertian Etika
Secara etimologis etika/ moral (ethics) berasal dari kata Yunani ethikos.1 yang
memiliki beberapa arti: pertama, adalah analisis konsep tentang apa yang harus, harus,
kewajiban, kode moral, baik, buruk, wajib, bertanggung jawab dan lain-lain. Kedua,
penerapan ke- dalam karakterisasi moralitas atau tindakan moral. Ketiga, perilaku
kehidupan moral yang baik. Etika adalah filsafat moralitas. Oleh karena itu, tujuan
dari etika adalah etika. Etika adalah istilah yang digunakan untuk mencakup praktik
dan aktivitas membedakan antara apa yang baik dan apa yang buruk, aturan yang
mengatur aktivitas ini, dan nilai-nilai yang diwakilinya, dipertahankan atau diarahkan
oleh aktivitas dan praktik tersebut. Menurut Robert C. Solomon, etika tidak diartikan
sebagai aturan dan kesesuaian, tetapi lebih mengacu pada bentuk kepribadian atau
karakteristik pribadi seperti kebajikan, cinta, kedermawanan, dll, tidak semua itu
tertuang dalam hukum2.
Menurut K. Bertens dalam buku Etika3, merumuskan pengertian etika kepada tiga
pengertian juga; Pertama, etika digunakan dalam pengertian nilai-niai dan norma-
norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Kedua, etika dalam pengertian kumpulan asas atau nilai-
nilai ethical atau kode etik. Ketiga, etika sebagai ilmu tentang baik dan buruk.
Menurut Ahmad Amin memberikan batasan bahwa etika atau akhlak adalah ilmu
yang menjelaskan arti yang baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh
manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang
harus diperbuat.
Perilaku bisnis yang tidak beretika terjadi pada hampir semua negara, misalnya
Mitsubishi Electric, perusahaan Jepang yang terlambat menarik produk TV-nya yang
ternyata menyebabkan terlalu panas dan kebakaran. Perusahaan Nike membayar upah
pekerja yang rendah di berbagai negara berkembang untuk membuat sepatu yang
1
Lihat, misalnya: Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak Ibn Miskawaih, (Yogyakarta: Belukar, 2004), h.
32. Lihat juga: Donny Gahral Adian, Menyoal Objektiisme Ilmu Pengetahuan (Bandung: Teraju, 2002), h. 173
2
Dawam Raharjo, Etika Ekonomi dan Manajemen, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990) h. 2.
3
K. Barten, Etika, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 27.
berharga tinggi. Di Indonesia, praktek bisnis yang tidak beretika semakin terkuak
setelah Orde Baru runtuh di awal 1998. Banyak kasus dan skandal mewarnai praktek
bisnis baik itu KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme), menyuap, memalsukan, menipu,
ataupun menyelewengkan milik perusahaan atau negara. Dari kasus Edi Tanzil, BLBI
(Bantuan Likuiditas Bank Indonesia), PT Newmont, Freeport dan yang sekarang lagi
hangat adalah kasus Gayus dengan skandal pajaknya. Di Eropa, seperti perusahaan
Enron, Merck, Xerox, Global Crossing, Rite-Aid, Oracle, ParMor, AOL Time
Warner, Citigroup dan lain-lain. Di samping itu, ada juga perusahaan yang
melaksanakan etika bisnis dalam praktek bisnisnya. Misalnya, Nestle di India yang
membantu para peternak sapi sehingga produksi susu per peternak meningkat 50 kali
lipat dan taraf hidup para peternak juga meningkat. Selain itu, Arnotts, perusahaan
biskuit Australia yang berani menarik seluruh produknya sekalipun ada orang yang
mau memberitahu produk mana yang beracun asal diberi sejumlah uang. Arnotts lebih
suka menarik seluruh produknya demi keselamatan konsumen dan dampaknya luar
biasa, enam bulan kemudian pendapatan perusahaan naik tiga kali lipat. Sekarang
yang menjadi pertanyaan adalah etika bisnis yang Islami itu seperti apa ?
Islam bukan hanya agama umat, tetapi juga merupakan pedoman hidup para
pemeluknya, dan setiap aspek kehidupan manusia diatur oleh hukum Islam. Salah
satunya adalah aspek etika bisnis yang diatur oleh Islam. Islam menyatakan bahwa
etika bisnis yang baik tidak dapat dipisahkan dari masalah penting lainnya. Filsafat
Islam mengajarkan etika bisnis di samping beberapa konsep bisnis penting lainnya.
Etika Bisnis Islam berlandaskan pada konsep tauhid (tauhid).
Dalam ajaran Islam, istilah yang paling erat kaitannya dengan etika dalam Al Qur'an
adalah khuluq Dalam kamus al-Munawwir, khuluq berarti ; tabiat, budi pekerti,
kebiasaan , kesatriaan dan keperwiraan, agama4 Kata khuluq dari kholuqo sangat
dengan khalq dari kholaqo yang berarti ; menjadikan, menciptakan. Dari kata kholaqo
- yakhluqu keluar kata khaliq ; sang pencipta, dan makhluk ; yang diciptakan. Dan
dari kata kholuqo -yakhluqu keluar istilah al-akhlaq yang kemudian sudah menjadi
sebuah ilmu tersendiri.
Sangat menarik bila dicermati, kedekatan kholaqo yang berarti mencipta dan kholuqo
yang berarti berperangai, ternyata perangai atau kebiasaan (akhlak) tidak akan
4
Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir Kamus Arab Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif,
1997), h. 364.
terbentuk kecuali ada kehendak dan I’tikad manusia dalam menciptakan
perbuatannya. Al-Quran juga menggunakan sejumlah istilah lain untuk
menggambarkan konsep tentang kebaikan: khair (kebaikan), birr (kebenaran), qist
(persamaan), adl (kesetaraan dan keadilan), haqq (kebenaran dan kebaikan), ma’ruf
(mengetahui dan menyetujui) dan taqwa (ketakwaan). Tindakan yang terpuji disebut
sebagai salihat dan tindakan yang tercela disebut sebagai sayyi’ar5 .
Dalam khazanah pemikiran Islam, etika dipahami sebagai Al-Ahlak atau Al-Adab.
Hal ini bertujuan untuk mendidik moralitas manusia. Etika ditemukan dalam isi
materi dari bagian yang sangat luas dari Al-Qur'an dan dikembangkan dengan
pengaruh Filsafat Yunani pada tasawuf.
Dalam hal mencari nafkah, umat Islam dituntut mencari karunia yang telah diturunkan
oleh Allah di muka bumi ini. Karena di alam raya ini Allah telah menyediakan
berbagai kebutuhan manusia untuk kehidupan mereka, Allah memudahkan manusia
untuk sejahtera di muka bumi. Allah memanggil setiap orang untuk memasuki dunia
ekonomi, bekerja dan berjuang dengan sungguh-sungguh sehingga mereka menjadi
anggota masyarakat yang bekerja, baik untuk kepentingan mereka sendiri maupun
orang lain. Sementara itu, Nabi Muhammad SAW menunjukkan bahwa salah satu
cara terbaik dan terpenting untuk mencari nafkah adalah melalui usaha dan usaha
sendiri.
5
Muhammad Luqman Fauroni R, Visi Al-quran tentang etika bisnis (Jakarta, Salemba
Diniyyah, 2002), h.70.
B. Etika Dalam Prespektif Islam
Islam menempatkan nilai-nilai moral pada urutan pertama Pada dasarnya, Islam
diturunkan sebagai kode etik dan akhlak yang berkenaan dengan kehidupan manusia,
sebagaimana dinyatakan dalam hadits : “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak
mulia”. Istilah yang paling dekat dengan konsep akhlak dalam Islam adalah akhlak.
Dalam Islam, akhlak (akhlak) sebagai cerminan keyakinan Islam (iman). Etika Islam
memberikan sanksi internal yang kuat serta lembaga penegak dalam penerapan
standar etika. Konsep moralitas dalam Islam tidak pragmatis dan relatif, tetapi
mutlak dan abadi. Jadi, Islam menjadi sumber nilai dan etika dalam segala aspek
kehidupan manusia secara menyeluruh, termasuk dalam dunia bisnis. Al-Qur’an
memberi pentunjuk agar dalam bisnis tercipta hubungan yang harmonis, saling ridha,
tidak ada unsur eksploitasi (QS. 4: 29) dan bebas dari kecurigaan atau penipuan,
seperti keharusan membuat administrasi dalam transaksi kredit (QS. 2 : 282). Syed
Nawab Haidar Naqvi dalam buku “Etika dan Ilmu Ekonomi : Suatu Sintesis Islami”,
memaparkan empat aksioma etika ekonomi, yaitu, tauhid, keseimbangan (keadilan),
kebebasan dan tanggung jawab. Tauhid merupakan wacana teologis yang melandasi
segala aktivitas manusia, termasuk dalam menjalankan bisnis. Tauhid membangunkan
manusia sebagai makhluk yang mulia Jadi dalam bisnis manusia tidak lepas dari
pengawasan Tuhan dan dalam rangka melaksanakan titah Tuhan (QS. 62:10)
Keseimbangan dan keadilan, berarti, bahwa perilaku bisnis harus seimbang dan adil.
Keseimbangan berarti tidak berlebihan (ekstrim) dalam mengejar keuntungan
ekonomi (QS.7:31). Kepemilikan individu yang tak terbatas, sebagaimana dalam
sistem kapitalis, tidak dibenarkan. Dalam Islam, Harta mempunyai fungsi sosial yang
kental (QS. 51:19).
Menurut Ibnu Farabi, yang dikutip ar-Raghib, fulanun tajirun bi kadza8, berarti seseorang
yang mahir dan cakap yang mengetahui arah dan tujuan yang diupayakan dalam usahanya.
Dalam penggunaannya kata tijarah pada ayat-ayat di atas terdapat dua macam pemahaman.
Pertama, dipahami dengan perdagangan yaitu pada surat Al-Baqarah ; 282. Kedua, dipahami
dengan perniagaan dalam pengertian umum.
Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa term bisnis dalam Al-quran dari tijarah pada
hakikatnya tidak semata-mata bersifat material dan hanya bertujuan mencari keuntungan
material semata, tetapi bersifat material sekaligus immaterial, bahkan lebih meliputi dan
mengutamakan hal yang bersifat immaterial dan kualitas. Aktivitas bisnis tidak hanya
dilakukan semata manusia tetapi juga dilakukan antara manusia dengan Allah SWT, bahwa
bisnis harus dilakukan dengan ketelitian dan kecermatan dalam proses administrasi dan
perjanjian-perjanjian dan bisnis tidak boleh dilakukan dengan cara penipuan, kebohongan,
hanya karena memperoleh keuntungan. Dalam hal ini, ada dua definisi tentang pengertian
perdagangan, dari dua sudut pandang yang berbeda, yaitu menurut mufassir dan ilmu fikih :
Perdagangan adalah satu bagian muamalat yang berbentuk transaksi antara seorang
dengan orang lain.
Transaksi perdagangan itu dilaksanakan dalam bentuk jual beli yang diwujudkan
dalam bentuk ijab dan qabul.
6
Lihat QS. 2 : 282 ; QS An-Nisa : 29, QS. At-Taubah : 34 ; QS An-Nur : 37 ; QS As-Shaff : 10
7
Ahmad Warson Munawwir, Op. cit., h. 534.
8
Al-Raghib al-Ashfahani, Mu’jam Mufradat Al-quran
9
Ahmad Wardi Muslich, fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010), h.13.
Perdagangan yang dilaksanakan bertujuan atau dengan motif untuk mencari
keuntungan.
E. Kesimpulan
Tijarah atau bisnis pada hakikatnya tidak semata-mata bersifat material dan hanya bertujuan
mencari keuntungan material semata, tetapi bersifat material sekaligus immaterial, bahkan
lebih meliputi dan mengutamakan hal yang bersifat immaterial dan kualitas. Aktivitas bisnis
tidak hanya dilakukan semata manusia tetapi juga dilakukan antara manusia dengan Allah
SWT, bahwa bisnis harus dilakukan dengan ketelitian dan kecermatan dalam proses
administrasi dan perjanjian-perjanjian dan bisnis tidak boleh dilakukan dengan cara penipuan,
kebohongan, hanya karena memperoleh keuntungan. Ketika kita sedang melakukan kegiatan
bisnis kita harus memperhatikan serta menerapkan etika bisnis islam seperti bebisnis dengan
jujur dan tidak menipu karena pada haikatnya jika kita jujur dan bersyukur niscaya Allah
akan menolong serta melipatgandakan rezeki hambanya. Ingat jika kita mendapatkan
keuntungan dalam bisnis kita harus bersyukur dan ketika kita sedang mengalami kerugian
kita harus bersabar.