Anda di halaman 1dari 153

ETIKA DAN HUKUM BISNIS

Dosen : Suarny Amran,SH,MH,MKn

Tahun Akademik 2019/2020

IKOPIN
Nama : Suarny Amran, SH, MH,Mkn
Alamat : Jl. Dewi Sartika No. 18 Sumedang
Pekerjaan : 1. Dosen Akademi Koperasi Indonesia
( 1979 s/d 1981)
2. Dosen Institut Manajemen Koperasi

Indonesia/IKOPIN
(1981 s/d sekarang)
No. HP/WA : 081322722165
Email : suarny_amran@ yahoo.co.id
1.1. ETIKA DAN HUKUM BISNIS
I. PENDAHULUAN
I.1. Deskripsi Mata Kuliah
Mata kuliah ini menjelaskan konsep etika bisnis dan hukum bisnis, meliputi:
Ruang lingkup etika, etika bisnis, hukum bisnis, Perikatan dan Hukum Perjanjian,
Macam-macam Badan Usaha dan Legalitasnya, Bentuk-bentuk kerjasama bisnis
(merger, konsolidasi, Akusisi Perseroan, Joint Venture, Bisnis Waralaba (Franchise),
Perlindungan konsumen, Holding company, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Asuransi
dan penyelesaian sengketa bisnis.

I.2. Tujuan Mata Kuliah


1. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami peranan etika dalam kegiatan bisnis;
2. Mengetahui dan memahami kedudukan dan peranan hukum bisnis;
3. Mengetahui dan memahami keterkaitan etika dan bisnis, etika bisnis dan hukum bisnis;
4. Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip etika bisnis dan implementasinya dalam
pengelolaan bisnis;
5. Mengetahui dan memahami berbagai ketentuan hukum dan perundang-undangan yang
berkaitan dengan kegiatan bisnis;
6. Mengetahui dan memahami bentuk kerjasama bisnis melalui kontrak/perjanjian ;seperti
merger, joint venture, waralaba,dll
7. Mengetahui dan memahami tentang kewajiban, hak serta larangan bagi pelaku bisnis.
8. Tindakan Fraud (Kecurangan yang Disengaja) sebagai pelanggaran dalam etika bisinis
II. POKOK BAHASAN
II.1. Mata Kuliah Etika Dan Hukum Bisnis
1. Pengertian, Tujuan Etika, Etika Bisnis, dan Hukum Bisnis.
2. Prinsip-prinsip Etika Bisnis dan Good Corporate Governance dan Penerapannya.
3. Etika Bisnis Berdasarkan Nilai-Nilai Pancasila
4. Tanggung Jawab Sosial (CSR) dan Hukum Perusahaan
5. Hukum Perikatan dan Perjanjian.
6. Bentuk Badan Usaha dan Legalitasnya
7. Bentuk-bentuk Kerjasama dalam Kegiatan Bisnis.
8. Hukum Bisnis dan Perlindungan Konsumen
9. Hak Atas Kekayaan Intelektual (Merek Dagang, Rahasia Dagang, dll) dan
Perlindungan Hukumnya.
10. Larangan Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat
11. Aspek hukum Kepailitan
12. Aspek Hukum Perasuransian Dalam Bisnis

II.2. Referensi
1. Sonny Keraf, Etika Bisnis, Tuntutan dan Relevansinya
2. Prof. Dr Neni Imanniyati SH,MH, Hukum Bisnis ,dilengkapi dengan kajian hukum
bisnis Syariah
3. John Pieris c.s, Etika Bisnis & Good Corporate Governance
4. Peter Pratley, The Essence of Business Ethic/ Etika Bisnis
5. Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis, Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia
6. Mariam Darus B, Aneka Hukum Bisnis
7. Chaeruman Pasaribu,Surahwadi, Hukum Perjanjian Dalam Islam
8. Munis Fuadi, Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek
9. Moch. Faisal S., Pertumbuhan Hukum Bisnis di Indonesia
10. Tom Gunadi, Ekonomi dan Sistem Ekonomi menurut Pancasila dan UUD 1945, Dasar
Falsafah dan Hukum
11. Corporate Governance, Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas Bisnis Indonesia.
12. Bambang Rudito, Etika Bisnis dan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia
II.3. Evaluasi
 TUGAS KELOMPOK (DISKUSI) : 20%
 TUGAS INDIVIDU/KUIST : 10%
 UTS : 30 %
 UAS : 40 %
II.4. Motto Hidup

“Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan hidup selamanya


dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok “
(Ungkapan dalam agama Islam)

Menurut Covey untuk membangun manusia berkarakter ,diperlukan pengembangan


kompetensi secara utuh dan seimbang terhadapa 4 kemampuan manusia yaitu;
 Tubuh ( PQ)
 Intelektual (IQ)
 Hati ( EQ)
 Jiwa ( SQ)

Jika engkau berada di pagi hari jangan tunggu sampai petang hari
Jika engkau berada di petang hari jangan tunggu sampai pagi hari
Manfaatkanlah waktu sehatmu sebelum datang sakitmu
Manfaatkanlah waktu hidupmu sebelum datang matimu
_(Hadist Riwayat Bukhari)_

Nasib seseorang mencerminkan karakternya;


dan karakter seseorang berasal dari kebiasaan dan tindakannya;
Tindakan seseorang ditentukan oleh pikirannya. Pikiran seseorang sangat dipengaruhi oleh
perasaannya (emosinya);
dan pada akhirnya tingkat kematangan emosi/perasaan seseorang akan mencerminkan tingkat
kematangan kesadaran(spiritual) seseorang;
_(Sukrisno Agus dan I Cenik Ardana)_
III. PEMBAHASAN
III.1. Pengertian Etika
 Etika = Ethos (Yunani), yang berarti kebiasaan
 Etika diartikan sebagai kebiasaan, adat istiadat.
 Kita mengenal juga kata “moral”atau “moralitas” , bahasa Latin mos .artinya kebiasaan
 Etika dan moralitas, keduanya sama-sama sebagai sistem nilai tentang bagaimana
orang/manusia harus hidup sesuai dengan kebiasaan, adat istiadat.
 Etika dan moral sebagai sistem nilai maupun kebiasaan diturunkan melalui agama dan
kebudayaan.
 Etika Profesi merupakan kode etik yang diberlakukan untuk profesi tertentu suatu
organisasi. Kode etik berlaku untuk suatu profesi tertentu yang bertindak secara
professional
 Pengertian “Akhlak” berasal dari bahasa Arab, jamak dari “ khuluqun”, artinya budi
pekerti, tingkah laku.
 Akhlak sebagai ilmu menurut Islam adalah mengajarkan mana yang baik dan mana
yang buruk berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Rasul, yang berlakunya universal dan
komprehensif bagi seluruh umat manusia disegala waktu dan tempat.
Ilmu Etika tidak bisa dikesampingkan dari ilmu filsafat ( sebagai induknya ilmu
etika).“Etika adalah cabang filsafat yang mempelajari baik buruknya perilaku manusia”
(K. Bertens). Ilmu etika sebagai ilmu yang menyelidiki hal-hal mana yang baik dan mana
yang buruk sebagai pedoman sikap dan tingkah laku manusia dalam pergaulan di
masyarakat. Etika sebagai pedoman berperilaku, sikap atau tindakan tersebut diterima
dan diakui dalam kegiatan manusia dari kelompok tertentu. Etika dipandang sebagai
ilmu tentang berperilaku (science of conduct) mencakup aturan dasar yang dianut
dalam hidup dan kehidupan. Etika merupakan persoalan pendidikan, memberikan
contoh yang benar dan pelajaran untuk mempraktekan perilaku moral dengan atau
melalui dialog yang jujur. Jadi etika merupakan proses pembelajaran mengenai benar
dan salah dan kemudian melakukan hal-hal yang benar. Etika merupakan dasar moral
yaitu nilai tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral. Nilai sebagai kualitas suatu hal yang manjadi hal tersebut dapat disukai,
diinginkan, berguna dan dihargai, sehingga dapat menjadi obyek bagi kepentingan
tertentu . Nilai memberi makna dalam hidup yang memberikan titik tolak,isi, dan tujuan
dalam hidup. Legalitas dan moralitas saling berkaitan, akan tetapi berbeda satu sama
lain, karena suatu kegiatan yang diterima secara legal, belum tentu dapat diterima
secara etis.

III.2. Legalitas Dan Etika/Moralitas


Legalitas dan moralitas saling berkaitan, akan tetapi berbeda satu sama lain,
karena suatu kegiatan yang diterima secara legal, belum tentu dapat diterima secara
etis. Moral berhubungan dengan suatu tindakan antara yang benar dan salah dan
mengacu pada standar yang diakui tentang sikap yang benar dan baik. Memahami dan
mengerti akan makna kehidupan. Tindakan yang sesuai dengan norma disebut tindakan
bermoral baik, dan sebaliknya yang tidak sesuai dengan norma tersebut bermoral buruk
atau immoral. Moralitas dianggap sebagai salah satu alasan yang mendasari/
mendorong sesorang bertindak secara beretika.

III.3. Manfaat Etika


 Mempelajari perilaku, baik moral maupun in-moral dengan tujuan membuat
pertimbangan yang cukup beralasan dan akhirnya sampai pada rekomendasi memadai.
 Menilai praktek menusiawi dengan menggunakan standar moral.
 Memberikan pandangan tentang bagaimana bertindak secara moral pada situasi tertentu
atau memberi nasehat untuk perbaikan.
Utilitarianisme berasal dari kata utility artinya bermanfaat. Menurut teori ini
“suatu tindakan dikatakan baik jika membawa manfaat bagi banyak orang/masyarakat”
(Jeremy Bentham). Teori ini memperoleh pijakannya dalam ilmu ekonomi dan
manajemen dengan diperkenalkannya konsep cost dan benefit dan paham stakeholders.
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani “deon” yang berati kewajiban.
Menurut teori ini yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban.
Ada 3 prinsip yang harus diperhatikan :
1. Agar supaya tindakan mempunyai nilai moral, maka tindakan tersebut harus dijalankan
berdasarkan kewajiban.
2. Nilai moral tergantung pada kemauan baik, yang mendorong seseorang untuk
melakuan tindakan tersebut.
3. Sebagai sekuensi dari kedua prinsip tersebut. Tindakan yang dilakukan berdasarkan
sikap hormat pada hukum moral.
III.4. Etika Bisnis
Bisnis adalah “keseluruhan kegiatan usaha yang dijalankan oleh orang atau badan
secara teratur dan terus menerus, yaitu berupa kegiatan mengadakan barang-barang atau
jasa-jasa maupun fasilitas-fasilitas untuk diperjualbelikan, dipertukarakan, atau
disewakan dengan tujuan mendapatkan keuntungan (R.B.Simatupang). Menurut
Kamus Besar Indonesia: Bisnis adalah usaha dagang, usaha komersial dalam dunia
perdagangan. Bisnis merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan, sebagai suatu
pekerjaan, mata pencaharian, bahkan suatu profesi. Bisnis merupakan aktivitas dalam
perdagangan, dilakukan dalam rangka memperolah keuntungan baik oleh perorangan
maupun perusahaan.
Agar bisnis dapat berkembang menjadi sebuah profesi yang luhur bisnis tersebut
harus dijalankan secara etis. Untuk keberlangsungan bisnis dan dalam persaingan yang
sangat ketat, bisnis tetap harus memperhatikan norma-norma etika, agar terciptanya
iklim bisnis yang profesional. Bisnis tidak hanya bertujuan untuk profit melainkan
perlu mempertimbangkan nilai-nilai manusiawi, tidak mengorbankan kepentingan
banyak orang, bagi masyarakatpun berkepentingan agar bisnis dilaksanakan secara etis.
Bisnis dilakukan antara sesama manusia, membutuhkan etika sebagai pedoman dan
orientasi bagi pengambilan keputusan, kegiatan, dan tindak tanduk manusia dalam
melakukan bisnis. Dalam persaingan yang sangat ketat, bisnis tetap harus
memperhatikan norma-norma etika, agar terciptanya iklim bisnis yang profesional.
“Sesungguhnya hanya ada dua pokok yang penting dalam soal etika. Yang
pertama adalah untuk diikuti, yang kedua adalah kemauan untuk mengikutinya”.
(Josephson, Institut of Ethics).
Etika Bisnis suatu proses dan upaya untuk mengetahui hal-hal yang benar dan
yang salah yang selanjutnya tentu melakukan hal yang benar berkenaan dengan produk,
pelayanan perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan dan tuntutan
perusahaan. Mempelajari kualitas moral kebijaksanaan organisasi, konsep umum dan
standar untuk perilaku moral dalam bisnis, berperilaku penuh tanggung jawab dan
bermoral. Merupakan pula suatu kebiasaan atau budaya moral yang menyangkut
kegiatan bisnis suatu perusahaan.

III.5. Peran Etika dalam Bisnis


 Untuk membangun kultur bisnis yang sehat, serta diwujudkan dalam bentuk aturan
hokum.
 Sebagai kontrol terhadap individu. pelaku bisnis melalui penerapan kebiasaan atau
budaya moral atas pemahaman dan penghayatan nilai-nilai dalam prinsip moral sebagai
inti kekuatan perusahaan dengan mengutamakan kejujuran, bertanggung jawab,
disiplin, berperilaku tanpa diskriminasi.
 Etika bisnis hanya bisa berperan dalam suatu komunitas moral, tidak merupakan
komitmen individual saja, tetapi tercantum dalam suatu kerangka sosial.
 Etika bisnis menjamin bergulirnya kegiatan bisnis dalam jangka panjang, tidak terfokus
pada keuntungan jangka pendek saja.
 Etika bisnis akan meningkatkan kepuasan pegawai yang merupakan stakeholders yang
penting untuk diperhatikan dalam perusahaan.
 Pengelolaan bisnis secara profesional ; berdasarkan keahlian dan ketrampilan khusus,
mempunyai komitmen moral yang tinggi, menjalankan usahanya berdasarkan
profesi/keahlian

III.6. Prinsip-Prinsip Dalam Etika Bisnis


1. Prinsip Otonomi yaitu kemampuan untuk mengambil keputusan dan bertindak
berdasarkan keselarasan tentang apa yang baik untuk dilakukan dan bertanggung jawab
secara moral atas keputusan yang diambil.
2. Prinsip Kejujuran; dalam hal ini kejujurn adalah merupakan kunci keberhasilan suatu
bisnis, kejujuran dalam pelaksanaan kontrol terhadap konsumen, dalam hubungan
kerja, dan sebagainya.
3. Prinsip Keadilan bahwa setiap orang dalam berbisnis diperlakukan sesuai dengan
haknya masing-masing dan tidak ada yang boleh dirugikan.
4. Prinsip Saling menguntungkan; juga dalam bisnis yang kompetitif.
5. Prinsip integritas moral; ini merupakan dasar dalam berbisnis, harus menjaga nama
baik perusahaan tetap dipercaya dan merupakan perusahaan terbaik.

Pertanyaan:
1. Jelaskan pengertian etika bisnis !
2. Jelaskan mengapa suatu perusahaan harus menerapkan etika bisnis!
3. Apakah bisnis perlu beretika? Jelaskan pendapat/pandangan saudara !
4. Apakah antara bisnis dan etika ada hubungannya ? Bagaimana hubungan etika dan
hukum bisnis?
5. Jelaskan bentuk-bentuk permasalahan etika bisnis dewasa ini. Dan berikan contohnya!
III.7. Hubungan budaya dan etika
Budaya adalah hasil cipta manusia yang dihasilkan dan dipakai sebagai tata
kehidupan sehari-hari, dipakai sebagai pola kehidupan dalam masyarakat. Contoh rajin,
disiplin, hemat, menjaga kelestarian lingkungan/tidak merusak, tim kerja yang solid,
gotong royong, musyawarah, dan lain-lain. Budaya berkaitan dengan etika, masyarakat
yang berbudaya cenderung untuk memahami etika dan etika bisnis. Budaya
organisasi/perusahaan yang mendukung etika/etika bisnis dan etos kerja. Budaya yang
kuat akan mampu membentuk manajemen kinerja perusahaan. Dicirikan oleh nilai inti
darai perusahaan/organisasi yang dianut dengan kuat, diatur dengan baik dan dirasakan
bersama-sama. Budaya bisnis tidak terbentuk dengan sendirinya, tetapi melalui proses
yang cukup panjang melalui interaksi dari lingkungan. Budaya dipertahankan oleh
organisasi melalui sikap konsisten dan menerapkan secara terus menerus. Contoh
budaya disiplin, hemat, tim kerja, dan lain-lain. Saat ini dengan banyaknya produk
asing (seperti produk “fast food” (burger, KFC, CFC, Hoka-hoka Bento dan lain-lain).
Penggunaan lebih cenderung pada produk import (sandang, pangan). Bagaimana hal ini
ditinjau dari segi budaya?. Prinsip etika bisnis pada umumnya melihat juga bagaimana
budaya yang ada disekitarnya atau lingkungannya, yang turut mewarisi budaya
perusahaan. Seperti contoh :
 Bisnis yang dijalankan oleh suatu timwork yang diterapkan sebagai budaya
perusahaan.
 Adanya semangat : kejujuran, keberanian, keadilan, kesetiaan, kedermawanan dan
pengendalian diri.
Tanggung jawab pelaku bisnis sebagai “agen of development”, artinya untuk mengubah dan
membangun kehidupan masyarakat kearah yang modern, tetapi memiliki nilai-nilai
etika dan bertanggung jawab.

Corporate Governance
Menurut Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)
“Struktur yang oleh pemegang saham , komisaris, dan manajer untuk menyusun tujuan
perusahaan dan sarana untuk mencapai tujuan tersebut dan mengawasi kinerja. Suatu
sistem, proses dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antar berbagai pihak
yang berkepentingan (stakeholders). Prinsip-prinsip GCG (OECD) Organization for
Economic Corporation and Development:
1. Transparansi, yaitu ketebukaan dalam melaksanakan prosespengambilan keputusan
dalam mengemukakan informasi materriil dan relevan mengenai perusahaan.
2. Kemandirian, yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa
bentruran kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak ,manapun yang i manapun
yang tidak sesuai denag peraturan perundan-undangan yang berlaku dan prinsip-prisip
koporasi yang sehat.
Selain itu dalam mengelola perusahaan yang baik dikenal prinsip “GCG”( Good
Corporate Governance), yaitu:
1. Prinsip Fairness,
2. Prinsip Transparancy,
3. Prinsip Accountability,
4. Prinsip Responsibility.

Pertanyaan:
Jelaskan alasan pentingya penerapan prinsip-prinsip GCG tersebut dalam mengelola
perusahaan!

III.8. Etika Dan Hukum Dalam Bisnis


Etika dipandang sebagai “state of the art” hukum yaitu” pedoman perilaku yang
ditafsirkan ke dalam hukum dan digunakan sebagai pedoman”. Hukum akan
mengkodifikasi etika dalam melaksanakan kegiatan bisnis. Meskipun idak semua
harapan etika tersebut dapat dipenuhi oleh hukum. Norma etika memang bersifat
dinamis, tetapi setelah dituangkan dalam ketentuan hukum sifat dinamisnya menjadi
berkurang/menjadi statis. Pelaku bisnis mempunyai peranan dalam menumbuhkan
bisnis yang berbudaya, bermoral dan taat/sadar hukum. Kesadaran hukum harus dapat
merata diantara pelaku bisnis, para eksekutif, birokrat, yang didukung pula oleh faktor
lingkungan yang sehat dalam berbisnis, sehingga dengan demikian budaya bisnis yang
baik, sehat terjaga dan terpelihara.

Etika Bisnis Berdasarkan Nilai-Nilai Pancasila


Perspektif Pancasila sebagai landasan pembentukkan etika bisnis diperlukan
untuk:
 Pembentukan etika bisnis yang sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia
 Penegakan demokrasi ekonomi yang sejalan dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD
1945 ( Pasal 33 ).
 Memberikan perlindungan pada koperasi,usaha mikro, kecil pada khususnya.
Masalah yang sering terjadi dalam kegiatan berbisnis misalnya :
 Bidang periklanan yang dilihat dari persepektif etika bisnis: apakah ada unsur
kebohongan / penipuan; Pernyataan yang menyesatkan; bertentangan dengan moral/
etika.
 pelanggaran terhadap HAKI (hak Cipta. Merk, Paten, Design Industri, Rahsia Dagang,
dan sebagainya)
 menjalin usaha yang ilegal.
 Persaingan tidak sehat.
 Membangun bisnis untuk usaha besar, tanpa memperhitungkan faktor/dampak
lingkungan (fisik, non fisik) dan tanpa prosedur yang benar.
 Untuk memperbesar keuntungan sehingga menurunkan kualitas produksinya.
 Bisnis yang hanya memfokuskan pada bagian efisiensi (biaya / cost, overhead),dan
rasionalisasi tanpa memperhatikan unsur moral.

Etika Bisnis dan Fraud


Fraud merupakan suatau tindakan yang dilakukan secara disengaja tujuan pribadi
atau kelompok, dimana tidakan yang disengaja tersebut telah menimbulkan kerugian
bagi pihak tertentu atau lembaga/perusahaan tertentu. Bentuk Fraud seperti:
Kecurangan, kebohongan, penipuan, kejahatan, penggelapan, menipulasi,
menghilangkan barang bukti, rekayasa informasi, mengubah opini public. Keterkaitan
etika bisnis dengan fraud. Segala tindakan yang bersifat fraud dapat dikatagorikan
sebagai pelanggaran etika.

Pertanyaan/tugas :
Segala tindakan yang bersifat fraud dapat dikatagorikan sebagai pelanggaran etika. Setujukah
saudara pernyataan tersebut Berikan komentar saudara!
III.9. Hukum Bisnis
Bisnis merupakan keseluruhan kegiatan usaha yang dijalankan oleh orang atau
badan secara teratur dan terus-manerus, yaitu berupa kegiatan mengadakan barang-
barang atau jasa-jasa maupun fasilitas-fasilitas untuk diperjualbelikan, dipertukarkan,
atau disewakan dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Dalam upaya memperoleh
keuntungan/laba tersebut, tentu perlu adanya rambu-rambu pengontrol, agar tidak
menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan bisnis tersebut, maka diperlukan
hukum,selain etika.
Hukum Bisnis yaitu seperangkat kaidah yang diadakan untuk mengatur serta
menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul dalam aktivitas antar manusia
khususnya dalam bidang perdagangan. Serangkaian peraturan yang berkaitan secara
langsung maupun tidak langsung dengan urusan-urusan perusahaan dalam menjalankan
roda perekonomian.
Hukum bisnis dapat diartikan juga sebagai:
1. Sebagai hukum mengenai bisnis dan dunia bisnis
2. Hukum wahana kegiatan bisnis
3. Hukum sarana berbagai bisnis dengan pihak yang relevan
4. Hukum untuk menjamin bisnis dari gangguan dan ancaman
5. Hukum untuk memecahkan problema-problema yuridis yang makin canggih.
Kegiatan/usaha/bisnis mencakupan bidang:
1. Kegiatan perdagangan (jual beli, eksport-impor,bursa efek, valuta asing, agen,dealer,
grosir,dll)
2. Kegiatan perindustrian ( pertanian, kerajinan, percetakan, perkebunan pabrik,dll).
3. Kegiatan bidang jasa- jasa /servise (konsultan, asuransi, akuntan, perhotelan).
4. Kegiatan bidang pembiayaan/ keuangan(perbankan dan lembaga keuangan non
perbankan.

Pemahaman Bidang Hukum Bagi Seorang Pengusaha (Enterpreneur)


Bisnis merupakan kegiatan ekonomis. Bisnis yang baik adalah bisnis yang
membawa banyak keuntungan, tentunya memerlukan rambu-rambu pengontrol, agar
tidak menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan bisnis tersebut. Hukum sebagai
salah satu alat pengawasan (social control) yang efektif untuk mengendalikan praktek
bisnis yang tidak sehat. Hukum menetapkan secara tegas apa yang harus dilakukan atau
tidak boleh dilakukan, serta bentuknya yang tertulis memberi rasa aman bagi para
pelaku bisnis, apabila terjadi pelanggaran sanksinya jelas. Bisnis tidak bisa lepas dari
faktor hukum, tetapi hukum saja belum cukup untuk mengatur bisnis, dalam hal ini
didukung oleh faktor lain seperti etika. Bahkan pada taraf normatif, etika mendahului
hukum. Mematuhi hukum dalam bisnis adalah suatu keharusan. Berikut pemahaman
hukum bagi pengusaha:
1. Keberadaan hukum atau undang-undang yang berhubungan dengan usahanya atau
kegiatan bisnis.
2. Hak dan kewajiban yang ditimbulkan oleh keberadaan hukum atau undang-undang
yang bersangkutan.
3. Sanksi-sanksi yang akan terjadi terhadap pelanggaran hukum yang bersangkutan.
4. Manfaat keberadaan hukum tersebut sebagai pertimbangan bagi pengusaha dan pihak-
pihak lain yang terkait.
Etika bisnis mendasari terbentuknya hukum (substantif) bukan sebaliknya hukum
yang membentuk etika bisnis. Etika sebagai bagian/cabang dari filsafat (umum) yang
mempelajari tentang tingkah laku manusia mengenai baik dan buruknya dalam
kehidupan bermasyarakat.
Filsafat hukum mempelajari tentang hakekat hukum, juga merupakan cabang filsafat
(khusus). Keduanya (etika dan filsafat) pada dasarnya sama-sama membahas mengenai
aturan tingkah laku manusia dalam kehidupan masyarakat dan dipraktekan dalam
kehidupan bermasyarakat. Etika berkaitan dengan tentang apa yang benar dan apa yang
salah, sedangkan hukum cenderung dapat ditafsirkan sebagai masalah legal atau ilegal.
Tidak semua etika diatur secara penuh oleh hukum, karena etika terus berkembang
dalam kehidupan masyarakat yang mencerminkan pemikiran etis masyarakat dalam
membangun etika bisnis, sedangkan hukum bersifat terbatas. Namun demikian hukum
harus dapat mengkodifikasikan harapan dari etika (bisnis), meskipun disadari bahwa
tidak semua harapan etika tersebut dapat dipenuhi seluruhnya oleh hukum.
Pembangunan kultur bisnis yang sehat, idealnya dimulai dari perumusan kembali etika
dasar (yang disepakati oleh semua pihak) yang digunakan sebagai norma perilaku
sebelum aturan/norma perilaku dibuat dan dilaksanakan. Norma/aturan etika bisnis
tersebut kemudian diwujudkan dalam bentuk hukum. Dalam hal ini etika dapat
dipandang sebagai state of the art hukum yaitu merupakan pedoman perilaku yang
ditafsirkan kedalam hukum sebagai pedoman/peraturan selanjutnya. Pada dasarnya
norma bersifat dinamis,begitu dituangkan dalam hukum sifat dinamisnya menjadi
berkurang dan bahkan mungkin statis. Pemahaman bidang hukum penting bagi seorang
pengusaha (enterpreneur), antara lain :
 Keberadaan hukum atau undang-undang yang berhubungan dengan usahanya atau
kegiatan bisnis.
 Hak dan kewajiban yang ditimbulkan oleh keberadaan hukum atau undang-undang
yang bersangkutan.
 Sanksi-sanksi yang akan terjadi terhadap pelanggaran hukum yang bersangkutan.
 Manfaat keberadaan hukum tersebut sebagai pertimbangan bagi pengusaha dan pihak-
pihak lain yang terkait.

Pengertian Hukum
 Menurut Prof. DR.Mochtar Kusumaatmadja,S.H, LLM.
“Hukum sebagai suatu perangkat kaidah dan asas-asas yang mengatur kehidupan manusia
dalam masyarakat, mencakup pula lembaga (institutions) dan proses (processes) yang
diperlukan untuk mewujudkan hukum itu dalam kenyataan”.
 Menurut E. Utrech;
“Hukum adalah himpunan peraturan (perintah dan larangan) yangmengurus tata tertib suatau
masyarakat sehingga harus ditaati oleh masyarakat itu”.

Unsur – Unsur Hukum:


1. Serangkaian peraturan yang mengatur tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
2. Peraturan itu dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib dalam suatu masyarakat
3. Peraturan tersebut mempunyai kekuatan ( bersifat )memaksa
4. Terhadap pelanggaran atas peraturan tersebut dikenakan sanksi yang tegas

Landasan Hukum Bisnis:


Landasan Idiel : PANCASILA
Landasan Konstitusional : UUD 1945 Pasal 33, Pasal 26 ayat 2
Ketentuan hukum lainnya :
1. Hukum Perdata (KUH Perdata, KUH dagang)
2. Hukum Pidana
3. UU Perpajakan dan Peraturan Pelaksanaanya
4. UU Perseroan Terbatas (UU No. 4/2007)
5. UU Anti-Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU No.5/1999
6. UU Perlindungan Konsumen (UU No. 8/1999)
7. Hukum dagang
8. Hukum Ketenagakerjaan dan Peraturan pelaksanaanya
9. UU HAKI : UU No. 14/2001 tentang paten
UU No. 15 tahun 2001 tentang Merek
UU No. 19/2002 tentang Hak Cipta
10. UU tentang Rahasua Dagang (UU No. 30/2000)
11. UU Kepailitan dan Peniadaan Kewajiban Pembayaran Utang (UU No. 37/2004)
12. UU Perkoperasian (UU No. 25/1992)
13. UU Tindak Pidana Pencucian Utang (UU No. 15/2002 dan UU No. 25/2003)
14. Peraturan Daerah

Penegakan Hukum menjadi prasyarat bagi terciptanya pembangunan ekonomi/bisnis.


Cara mengetahui dan menerapkan hukum :
 Mematuhi hukum dalam bisnis adalah keharusan
 Hukum adalah rambu-rambu dan merupakan alat pengawasan agar dapat mencegah
praktik bisnis tidak sehat yang bisa merugikan pihak-pihak yang terkait dalam bisnis
tersebut.
Fungsi Hukum
1. Social Control : Hukum untuk menjaga agar masyarakat ada dalam pola- pola tingkah
laku yang telah diterima oleh masyarakat.
2. Social Engineering: Hukum sebagai alat untuk melakukan perubahan dan pembaharuan
masyarakat, melalui peraturan perundang-undangan. Sarana menciptakan; Ketertiban,
Keadilan, Kepastian.
Yang hendak di capai oleh hukum yakni ketertiban, keadilan dan kepastian.
Kegiatan bisnis tidak lepas dari faktor hukum dan rambu-rambu hukum selain rambu-rambu
etika bisnis. Pemahaman hukum penting bagi setiap pelaku bisnis agar terlindungi dari
praktek bisnis curang, menyadari bahwa Indonesia adalah negara hukum dan di mata hukum
manusia itu sama, artinya tidak ada pengecualian. Memperhatikan berbagai peraturan
perundang-undangan dan perkembangannya terkait dengan perekonomian. Mengetahui
beberapa UU yang berhubungan dengan masalah bisnis, misalnya dengan cara membaca
buku-buku, majalah, atau koran yang memaparkan UU atau Peraturan-peraturan pemerintah
pusat dan daerah. Jangan mencoba-coba untuk mengelabui atau melanggar hukum baik
sengaja atau tidak disengaja dengan sebab ketidaktahuan kita, karena hukum harus tetap
dilaksanakan atau diterapkan beserta sanksi-sanksinya. Dalam menerapkan usaha harus
mengetahui syarat-syarat hukum yang menjadi landasan usaha tersebut beserta persyaratan
yang terkait. Hati-hatilah dalam membuat perjanjian atau kontrak dengan pihak lain. Jangan
sampai kita dirugikan atau kena jebakan yang secara hukum adalah sah sifatnya tetapi secara
faktual sangat merugikan kita, atau membuat perjanjian yang akan melanggar hukum.
Mintalah nasehat atau saran dari penasehat hukum dan dari yang sudah berpengalaman.
Menjadi anggota asosiasi dagang atau perusahaan sejenis yang banyak manfaatnya bagi
perlindungan dan kemajuan usaha. Misalnya Inkindo, Gapensi, Akli, Asephi, dsb. Membaca
dan menyimak kasus-kasus hukum aktual yang meliputi pelanggaran hukum oleh pengusaha,
perselisihan hukum di antara pengusaha yang dimuat di surat kabar, majalah, buku, dan lain-
lain, agar kita bisa mengambil pelajaran dan manfaat dari kasus-kasus tersebut.
Pembagian hukum berdasarkan sumber hukum:
a. Sumber Hukum Material: “Sumber hukum yang isinya mengikat masyarakat untuk
mematuhinya karena sesuai dan bersumber dari kesadaraan hukum yang hidup dalam
masyarakat”. Contoh dalam ekonomi; situasi ekonomi dalam masyarakat akan
menyebabkan timbulnya aturan-aturan atau hukum dalam bidang ekonomi
b. Sumber Hukum Formal: “Sumber hukum yang mempunyai kekuatan hukum yang
mengikat dan wajib dipedomani karena cara pembentukannya diterima oleh masyarakat
tersebut. Sumber hukum formal : Undang-undang, Kebiasaan, Perjanjian, Keputusan
Hakim, dan pendapat para ahli hukum.

Pembagian hukum berdasarkan materi/ isinya:


a. Hukum Publik: “Hukum yang mengatur hubungan antara negara dan atau aparatnya
dengan warga negara yang menyangkut kepentingan umum atau publik (seperti:
Hukum administrasi negara, hukum pidana, hukum tatanegara, hukum pajak,dll).”
b. Hukum Privat/Hukum Perdata: “Hukum yang mengatur hubungan individu yang satu
dengan individu yang lainnya yang mempunyai kepepentingan perseorangan sehingga
disebut hukum sipil.

Pembagian hukum menurut waktu berlakunya:


a. Hukum Positif: “Yaitu hukum yang berlaku sekarang bagi suatu masyarakat tertentu
dalam suatu negara atau daerah tertentu.”
b. Ius constituendum: “Hukum yang diharapkan berlaku pada waktu yang akan datang.”

Asas-Asas Hukum:
1. Asas Lex Specialis Derogat Legi Generalis
Asas ini berarti hukum ataupun perundang-undangan yang bersifat umum
mengsampingkan hukum atau perundang-undangan yang bersifat umum. Apabila
terjadi konflik atau pertentangan antara peraturan perundangan-undangan yang khusus
dengan yang umum , maka yang berlaku adalah perundang-undanagn yang bersifat
khusus.
2. Asas Lex Superiori Derogat Legi Inferiori
Asas ini berarti peraturan/hukum yang lebih tinggi tingkatannya mengalahkan peraturan
atau hukum yang lebih rendah tingkatannya.
3. Asas Lex Posteriori Derogat Legi Priori
Asas ini berarti pada perturan yang tingkatannya sederajat peraturan yang baru
mengalahkan peraturan yang lama apabila mengatur subtansi yang sama, namun
bertentangan. Peraturan yang lahir kemudian mengesampingkan peraturan yang telah
ada sebelumnya apabila mengatur substansi yang sama namun isinya
bertentangan.Peraturan yg sebelumnya tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dng
peraturan yg lahir kemudian.
Subyek hukum adalah setiap pendukung hak dan kewajiban/ mempunyai kewenangan
hukum. Subyek hukum terdiri dari;
1. Manusia/ orang;
2. Badan Hukum.

Unsur Badan Hukum:


1. Adanya harta kekayaan terpisah dari harta pribadi
2. Memiliki tujuan tertentu
3. Memilki kepentingan sendiri
4. Memiliki adanya organ yang teratur
5. Perkumpulan orang(organisasi)
6. Dapat melakukan perbuatan hukum
7. Memiliki harta kekayaan sendiri
8. Memilki pengurus
9. Memiliki hak dan kewajiban
10. Dapat digugat atau menggugat di depan pengadilan

III.10. Obyek Hukum dan Obyek Hukum Bisnis


Obyek hukum adalah segala sesuatu yang bermanfaat bagi subyek hukum,
mempunyai nilai ekonomis dan dapat dikuasai. Obyek hukum “benda” (benda
berwujud, benda tidak berwujud, benda bergerak, benda tidak bergerak).

Hukum Perikatan dan Perjanjian


Perikatan adalah hubungan hukum antara dua pihak, pihak yang satu berhak atas
prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi tersebut.
Unsur- unsur Perikatan:
1. Adanya hubungan hukum ( yang menimbulkan akibat hukum yaitu timbulnya hak dan
kewajiban
2. Adanya pihak-pihak (debitur dan kreditur)
3. Adanya prestasi : - berbuat sesuatu
- tidak berbuat sesuatu
- memberikan sesuatu
Sumber Perikatan:
 Ketetapan undang-undang
 Perjanjian; perbuatan hukum antara satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
satuorang lain ataulebih. (Pasal 1313 KUHPerdata). Bentuk perjanjian; tertulis, tidak
tertulis.

Asas Perjanjian:
1. Asas Kebebasan Berkontrak( Pasal 1338 KUHPerdata)
2. Asas Konsensualisme
3. Asas Pacta sun servanda( asas kepastian hukum)
4. Asas kekuatan mengikat
5. Asas kepastian hukum
6. Asas Moral
7. Asas kebiasaan
8. Asas kepatutan
9. Asas keseimbangan
10. Asas kepercayaan
11. Asas Itikad baik (Goede trouw)

Syarat-syarat sahnya perjanjian:


Berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata :
1. Adanya kata sepakat dari pihak-pihak ;
2. Pihak-pihak dinyatakan cakap hukum;
3. Obyeknya tertentu;
4. Adanya sebab yang dihalalkan
1 dan 2 merupakan syarat subyektif, 3 dan 4 merupakan syarat obyektif

Macam-macam perjanjian:
 Perjanjian konsensus
 Perjanjian formal
 Perjanjian riil
Perjanjian yang diatur dalam KUHPerdata;
1. Perjanjian Jual Beli
2. Perjanjian Sewa Menyewa
3. Perjanjian Borongan
4. Perjanjian Kuasa
5. Perjanjian Perburuhan
6. Perjanjian Pinjam Meminjam

Perjanjian yang diatur di luar KUHPerdata;


 Perjanjian Sewa Beli/Leasing
 Perjanjian Joint Venture
 Perjanjian Waralaba

Perjanjian Baku (Standart Contract)


Perjanjian Baku adalah perjanjian yang isinya dibuat/disusun secara sepihak.
Ciri-ciri perjanjian baku a.l.:
1. Isi perjanjian dibuat/ ditentukan secara sepihak (oleh Kreditur) yang posisinya relatif
kuat.
2. Debitur tidar turut dalam menentukan substansi kontrak
3. Debitur cenderung untuk menerima isi kontrak karena kebutuhan.
4. Dibuat secara tertulis
5. Format dipersiapkan terlebih dahulu isi dan formatnya (masal ataupun individual)
Contoh Perjanjian Baku : Perjanjian Kredit, Perjanjian Asuransi, dll.

Waralaba ( Franchise)
Waralaba berasal dari kata “wara” yang berarti lebih atau istimewa. “ Laba”
berati untung. Jadi Waralaba usaha yang memberikan keuntungan lebih. Dalam PP
No.16 Tahun 1997 dan KepMen Perindag No.259/1997 Tentang Tata Cara Pelaksanaan
Pendaftarn Usaha.
Waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan
dan/atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan, atau ciri khas
yang dimilki pihak lain dengan imbalan berdasarkan persyaratan dan atau penjualan
barang dan jasa.
Wanprestasi dan Forcemajeur
Wanprestasi = perbuatan ingkar janji
Bentuk wanprestasi:
1. Tidak melakukan apa yang telah disanggupinya.
2. Melaksanakan isi perjanjian tetapi tidak sebagaimana mestinya.
3. Melaksanakan perjanjian tetapi terlambat
4. Melakukan yang ternyata tidak boleh dilakukan.
Penetapan wanprestasi dengan cara somasi.

Force Majeur
“Force majeur” atau “overmacht” adalah suatu keadaan darurat, debitur tidak
dapat melaksanakan perjanjian, yang disebabkan bukan kesalahan debitur. Akibat
hukum dari force majeur timbul resiko yaitu kewajiban memikul kerugian yang
disebabkan adanya kejadian diluar kesalahan salah satu pihak. Siapa yang bertanggung
jawab terhadap resiko yang timbul? Tanggung jawab resiko menurut teori obyektif dan
teori subyektif. Risiko dalam hukum perikatan merupakan ajaran tentang siapakah yang
harus menanggung ganti rugi apabila debitur tidak memenuhi prestasidalam keadaan
force majeur. Akibat keadaan memaksa:
1. Kreditur tidak dapat menuntut agar perikatan itu dipenuhi
2. Tidak dapat mengatakan debitur berada dalam keadaan lalai dan karena itu tidak dapat
menuntut
3. Kreditur tidak dapat meminta pemutusan perjanjian
III.11. Topik Makalah Kelompok MK Etika dan Hukum Bisnis
Kelompok 1 : Etika Bisnis, Manfaat dan Penerapan Prinsip Etika Bisnis
Kelompok 2 : Peranan Etika Bisnis Dalam Menjalankan Perusahaan
Kelompok 3 : Implementasi Good Corporate Governance Pada PT dan Koperasi
Kelompok 4 : Peran dan Fungsi Legalitas Dalam Bisnis On Line
Kelompok 5 : Peranan Perjanjian Waralaba Dalam Pengembangan Usaha Kecil dan
Menengah
Kelompok 6 : Fungsi dan Peran Periklanan Ditinjau Dari Etika dan Hukum Bisnis
Kelompok 7 : Perlindungan Konsumen ditinjau dari Perspektf Etika dan Hukum Bisnis
Kelompok 8 : Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility/ CSR Perusahaan
Ditinjau Dari Etika dan Hukum Bisnis
Kelompok 9 : Perlindungan Hukum Terhadap Rahasia Dagang Milik Perusahaan
Kelompok 10 : Perlindungan Merek Terkenal Ditinjau Dari Etika Dan Hukum Bisnis
Kelompok 11 : Koperasi sebagai Badan Usaha dalam Sistem Perkonomian Indonesia

III.12. Pedoman Penulisan Makalah Kelompok


 Out Line : BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PERMASALAHAN
BAB III : PEMBAHASAN
BAB IV : SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA/REFERENSI
 Menggunakan Time New Roman, berukuran 12
 Spasi : 1,5
1.2. HUKUM BISNIS
I. PENDAHULUAN
III.13. Deskripsi Mata Kuliah
Mata kuliah ini menjelaskan secara keseluruhan pengertian dan perkembangan
hukum bisnis, Perikatan dan Hukum Perjanjian, Macam-macam Badan Usaha dan
Legalitasnya, Akusisi Perseroan, Pengabungan Perseroan, Peleburan Perusahaan
Lembaga Pembiayaan; Factoring, Leasing, Modal Ventura.bentuk kerjasama dalam
kegiatan bisnis melalui kontrak/perjanjian; seperti merger, konsolidasi, Akusisi
Perseroan, Joint Venture, Bisnis Waralaba (Franchise), perlindungan konsumen,
kewajiban, hak serta larangan bagi pelaku bisnis, Perlindungan Hak Atas Kekayaan
Intelektual. Larangan Monopoli dan Persaingan tidak Sehat

III.14. Tujuan Umum Mata Kuliah


1. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami pengertian dan perkembangan hukum
bisnis;
2. Mengetahui dan memahami Letak Hukum Bisnis Dalam Hukum Positif di Indonesia
3. Mengetahui dan memahami Perikatan dan Hukum Perjanjian;
4. Mengetahui dan memahami Sumber-sumber Hukum Perusahaan
5. Mengetahui dan memahami Macam-macam Badan Usaha dan Legalitasnya
6. Mengetahui dan memahami Akusisi Perseroan, Pengabungan Perseroan,Peleburan
Perusahaan.
7. Mengetahui dan memahami Lembaga Pembiayaan; Factoring, Leasing, Modal Ventura.
8. Mengetahui dan memahami bentuk kerjasama dalam kegiatan bisnis melalui
kontrak/perjanjian ;seperti merger, konsolidasi, Akusisi Perseroan, Joint Venture,
Bisnis Waralaba( Franchise).
9. Mengetahui dan memahami tentang perlindungan konsumen, kewajiban, hak serta
larangan bagi pelaku bisnis.
10. Mengetahui dan memahami Perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual (Hak Cipta,
Hak Merek, HakPaten, Rahsia Dagang)
IV. POKOK BAHASAN
IV.1. Mata Kuliah Hukum Bisnis
1. Pengertian Hukum , Tujuan Hukum, Sumber Hukum.
2. Letak Hukum Bisnis Dalam Hukum Positif di Indonesia.
3. Perikatan dan Hukum Perjanjian;
4. Mengetahui dan memahami Sumber-sumber Hukum Perusahaan
5. Macam-macam Badan Usaha dan Legalitasnya
6. Mengetahui dan memahami Akusisi Perseroan, Pengabungan Perseroan,Peleburan
Perusahaan.
7. Bentuk-bentuk Kerjasama dalam Kegiatan Bisnis.
8. Lembaga Pembiayaan dalam Kegiatan Bisnis
9. Hukum Bisnis dan Perlindungan Konsumen
10. Hak Atas Kekayaan Intelektual (Hak Cipta, Hak Merek, HakPaten, Rahsia Dagang)
dan Perlindungan Hukumnya.

IV.2. Referensi
1. Abdul Kadir Muhammad,Hukum Perusahaan Indonesia.
2. Mariam Darus B, Aneka Hukum Bisnis
3. Munis Fuadi, Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek
4. -------------, Menata Bisnis Modern di Era Global
5. Moch. Faisal S., Pertumbuhan Hukum Bisnis di Indonesia
6. Tom Gunadi, Ekonomi dan Sistem Ekonomi menurut Pancasila dan UUD 1945, Dasar
Falsafah dan Hukum
7. Corporate Governance, Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas Bisnis Indonesia.
8. Mubyarto, Ekonomi Pancasila
9. Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis, Prinsip dan Pelaksaaannya di Indonesia
10. Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Waralaba
V. PEMBAHASAN
V.1. Kedudukan Hukum Bisnis Dalam Hukum Positif Di Indonesia
Sistem Hukum di Indonesia
Suatu sistem adalah kumpulan asas-asas yang terpadu yang merupakan landasan, di
atasnya dibangun tertib hukum. Asas hukum dikonkritkan dalam aturan hukum yang
merumuskan kaidah perilaku. Sistem hukum dijabarkan ke dalam sub-sistem, seperti Hukum
Nasional dapat dijabarkan dalam Hukum Perdata, Hukum Pidana, Hukum Administrasi
Negara, Hukum Tata Negara,dsb. Selanjutnya subsistem tersebut dijabarkan ke dalam bagian
yang lebih kecil seperti sub-sitem Hukum Perdata dijabarkan ke dalam sub-sistem Hukum
Bisnis (Kontrak/HukumPerjanjian, Hukum Perkreditan, dsb.) Dari sistem Hukum Nasional,
hukum yang mengatur kegiatan bisnis merupakan subsistem dari Hukum Perdata dan Hukum
Administrasi Negara (Hukum Publik). Sejalan dengan perkembangan peradaban manusia,
batas-batas antara Hukum publik dan perdata semakin sulit ditentukan. Hal tersebut
disebabkan karena faktor-faktor antara lain: Terjadinya proses sosialisasi di dalam hukum
sebagai akibat dari makin banyaknya bidang-bidang kehidupan masyarakat yang
memperlihatkan adanya unsur kepentingan umum/ masyarakat yang perlu dilindungi dan
dijamin. Misalnya di dalam bidang hukum bisnis.

PUBLIK Lex Specialis Hukum


Perdata :

1. Hukum Dagang/Hukum
1. Hukum Pidana
Bisnis
H 2. Hukum Pajak
2. Hukum Perburuhan
U 3. Hukum Tata Negara
3. Hukum Perkawinan
K 4. Hukum Internasional
4. Hukum Agraria/
U 5. DanPRIVAT
Lain-lain PERDATA
Pertanahan
M
5. Hukum Waris
SISTEMATIKA MENURUT SISTEMATIKA MENURUT
6. Dan Lain-lain
ILMU PENGETAHUAN KUHPERDATA
1. Hukum Perorangan
1. Hukum Perorangan
(Persoon Recht)
2. Hukum Benda
2. Hukum Keluarga
3. Hukum Perikatan
(Familie Recht)
4. Hukum Pembuktian
3. Hukum Harta
dan Daluarsa
Kekayaan

(Vermogen Recht)

4. Hukum Waris (Erf


V.2. Hubungan Hukum Perdata Dengan Kuhd
Hubungan antara H. Dagang dengan H.Perdata terdapat hubungan yang erat, karena
sebagian dari aturan–aturan hukum Dagang terdapat dalam hukum Perdata tentang Perikatan.
Perikatan adalah hukum yang mengatur hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang di
satu pihak menimbulkan kewajiban dan dipihak yang lain menimbulkan suatu hak. Hak dan
kewajiban tersebut bersumber dari perjanjian. KUH-Dagang merupakan lex specialis
terhadap KUH-Perdata dan KUH-Perdata sebagai lex generalis terhadap KUHD. KUHD
adalah hukum yang bersifat khusus sedangkan KUH-Perdata merupakan peraturan yang
bersifat umum.

V.3. Asas-Asas Hukum


1. Asas Lex Specialis Derogat Legi Generalis
Asas ini berarti hukum ataupun perundang-undangan yang bersifat umum mengsampingkan
hukum atau perundang-undangan yang bersifat umum. Apabila terjadi konflik atau
pertentangan antara peraturan perundangan-undangan yang khusus dengan yang
umum , maka yang berlaku adalah perundang-undanagn yang bersifat khusus.
2. Asas Lex Superiori Derogat Legi Inferiori
Asas ini berarti peraturan/hukum yang lebih tinggi tingkatannya mengalahkan peraturan atau
hukum yang lebih rendah tingkatannya.
3. Asas Lex Posteriori Derogat Legi Priori
Asas ini berarti pada perturan yang tingkatannya sederajat peraturan yang baru mengalahkan
peraturan yang lama apabila mengatur subtansi yang sama,namun bertentangan.
Peraturan yang lahir kemudian mengesampingkan peraturan yang telah ada sebelumnya
apabila mengatur substansi yang sama namun isinya bertentangan.Peraturan yg
sebelumnya tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dng peraturan yg lahir
kemudian.
V.4. Pengertian Hukum
HMN. Poerwosutjipto: “Hukum adalah keseluruhan norma,yang oleh pengusaha
negara atau penguasa masyarakat yang berwenang menetapkan hukum,dinyatakan atau
dianggap sebagai peraturan yang mengikat bagi sebagian atau seluruh anggota
masyarakat, dengan tujuan untuk mengadakan suatu tatanan yang dikehendaki oleh
pengusaha tersebut.”
Menurut Soerjono Soekanto Hukum diartikan sebagai:
1. Ilmu pengetahuan
2. Suatu disiplin
3. Kaidah
4. Tata hukum
5. Petugas (law enforcement officer).
6. Keputusan penguasa
7. Proses pemerintahan
8. Sikap tindak ajeg atau perilaku yang teratur
9. Nilai-nilai
Menurut Mochtar Kusumaatmadja “Hukum sebagai suatu perangkat kaidah dan asas-asas
yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, mencakup pula lembaga
(institutions) dan proses (processes) yang diperlukan untuk mewujudkan hukum itu
dalam kenyataan.”

V.5. Tujuan dan Fungsi Hukum


 Apa yang hendak dicapai oleh hukum ?
- Ketertiban
- Keadilan
- Kepastian
 Fungsi Hukum : Sebagai alat/ sarana dalam mencapai tujuan hukum. Sarana
menciptakan ;
- Ketertiban
- Keadilan
- Kepastian
Sarana mengubah perilaku masyarakat (Hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat).

V.6. Subyek dan Obyek Hukum


Subyek hukum adalah setiap pendukung hak dan kewajiban/ mempunyai
kewenangan hukum. Subyek hukum terdiri dari;
1. Manusia/ orang
2. Badan Hukum
4 syarat atau unsur Badan Hukum yaitu:
1. adanya harta kekayaan terpisah
2. .mempunyai tujuan tertentu
3. mempunyai kepentingan sendiri
4. adanya organ yang teratur
Bentuk Badan Hukum
 Badan Hukum keperdataan : Perseroan Terbatas, Koperasi, Yayasan
 Badan Hukum Publik : Badan Usaha Milik Negara (BUMN,BUMD), Departemen
Obyek hukum adalah segala sesuatu yang bermanfaat bagi subyek hukum,
mempunyai nilai ekonomis dan dapat dikuasai. Obyek hukum ---- “benda”( benda
berwujud, benda tidak berwujud, benda bergerak, benda tidak bergerak).
V.7. Hukum Bisnis
Bisnis merupakan keseluruhan kegiatan usaha yang dijalankan oleh orang atau
badan secara teratur dan terus-manerus, yaitu berupa kegiatan mengadakan barang-
barang atau jasa-jasa maupun fasilitas-fasilitas untuk diperjualbelikan,
dipertukarkan,atau disewakan dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Dalam upaya
memperoleh keuntungan/laba tersebut , tentu perlu adanya rambu-rambu pengontrol,
agar tidak menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan bisnis tersebut, maka
diperlukan hukum,selain etika. Seperangkat kaidah yang diadakan untuk mengatur serta
menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul dalam aktivitas antar manusia
khususnya dalam bidang perdagangan. Serangkaian peraturan yang berkaitan secara
langsung maupun tidak langsung dengan urusan-urusan perusahaan dalam menjalankan
roda perekonomian. Kegiatan/usaha/bisnis mencakupan bidang:
1. Kegiatan perdagangan (jual beli, eksport-impor,bursa efek, valuta asing, agen,dealer,
grosir,dll)
2. Kegiatan perindustrian (pertanian, kerajinan, percetakan, perkebunan pabrik,dll)
3. Kegiatan bidang jasa- jasa /servise (konsultan, asuransi, akuntan, perhotelan)
4. Kegiatan bidang pembiayaan/keuangan (perbankan dan lembaga keuangan non
perbankan.
Pemahaman bidang hukum bagi seorang pengusaha (enterpreneur):
1. Keberadaan hukum atau undang-undang yang berhubungan dengan usahanya atau
kegiatan bisnis.
2. Hak dan kewajiban yang ditimbulkan oleh keberadaan hukum atau undang-undang
yang bersangkutan.
3. Sanksi-sanksi yang akan terjadi terhadap pelanggaran hukum yang bersangkutan.
4. Manfaat keberadaan hukum tersebut sebagai pertimbangan bagi pengusaha dan pihak-
pihak lain yang terkait.

V.8. Sumber Hukum Bisnis


1. Undang – Undang
2. Kebiasaan
3. Yurisprudensi
4. Perjanjian dan Perjanjian Internasional
5. Doktirn/Pendapat Ahli Hukum
V.9. Pembagian Hukum Berdasarkan Materi/ Isinya
Hukum Publik:
Hukum yang mengatur hubungan antara negara dan atau aparatnya dengan warga negara
yang menyangkut kepentingan umum atau publik (seperti: Hukum administrasi negara,
hukum pidana,hukum tatanegara, hukum pajak,dll).

Hukum Privat/Hukum Perdata:


Hukum yang mengatur hubungan individu yang satu dengan individu yang lainnya yang
mempunyai kepepentingan perseorangan sehingga disebut hukum sipil.

Hukum Bisnis :
Seperangkat kaidah yang diadakan untuk mengatur serta menyelesaikan persoalan-persoalan
yang timbul dalam aktivitas antar manusia khususnya dalam bidang perdagangan.
Dalam pembagian/pengelompokan hukum tersebut , kedudukan Hukum Bisnis
merupakan bagian Hukum Publik, atau Hukum Perdata.

V.10. Hukum Perusahaan


Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang
bersifat tetap dan terus-menerus dan didirikan, bekerja, serta berkedudukan dalam
wilayah negara Indonesia dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba. (Pasal
1 huruf (b) UU No.3Tahun 1982 Tentang Daftar Wajib Perusahaan. Perusahaan adalah
setiap bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap dan terus-menerus dengan
tujuan memperoleh keuntungan atau laba, baik yang diselenggrakan oleh perorangan
maupun badan usaha yang bebentuk badan hukum atau bukan badan hukum, yang
didirikan dan berkedudukan dalam wilayah negara Indonesia ( Pasal 1 UU No.8 Tahun
1997 Tentang Dokumen Perusahaan.

Unsur-Unsur Perusahaan
1. Badan Usaha
Badan usaha yang didirikan secara sah/legalitasnya. Mempunyai bentuk hukum tertentu
(PT,Koperasi, CV, Firma, Perum).
2. Kegiatan dalam bidang perekonomian
Meliputi bidang kegiatan perindustrian, perdagangan, jasa, pembiayaan.
3. Terus Menerus
Kegiatan usahanya tidak insidentil, bukan pekerjaan sambilan.
4. Bersifat Tetap
Kegiatan tidak berubah dalam waktu singkat,tetapi ada jangka waktu yang cukup lama,
ditetapkan dalam akta pendrian
5. Terang-terangan
Diketahui umum/ terdaftar, akta pendirian, merk, dll.
6. Menperoleh laba/keuntungan
Tujuan perusahaan untuk memperoleh laba dari modal yang dihimpun.
7. Melakukan Pembukuan
Pencatatan atas jalannya kegiatan perusahaan.
2. HUKUM PERIKATAN
DAN PERJANJIAN
I. Hukum Perikatan Dan Perjanjian
Perikatan adalah hubungan hukum antara dua pihak, pihak yang satu berhak atas
prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi tersebut. Adanya hubungan hukum
(yang menimbulkan akibat hukum yaitu timbulnya hak dan kewajiban).
Unsur-unsurnya berupa;
1. Kekayaan
2. Adanya pihak-pihak (debitur dan kreditur)
3. Adanya prestasi :
- berbuat sesuatu
- tidak berbuat sesuatu
- memberikan sesuatu
Sumber Perikatan:
 Ketetapan undang-undang misal: karena lewat waktu, kematian, kelahiran
 Perjanjian; Perjanjian adalah perbuatan hukum antara satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satuorang lain ataulebih. (Pasal 1313 KUHPerdata).
Bentuk perjanjian; tertulis, tidak tertulis.
Syarat Sahnya Perjanjian:
a. Syarat Subyektif
 Adanya kata sepakat dari pihak-pihak
 Pihak-pihak dinyatakan cakap hukum;
b. Syarat Obyektif
 Obyeknya tertentu;
 Adanya sebab yang dihalalkan
Dasar Hukum Perjanjian;
Pasal 1313 KUH Perdata: Perjanjian adalah perbuatan hukum antara satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.
Syarat sah umum diluar Pasal1320 KUHPerdata;
1. Kontrak harus dilakukan dengan itikad baik
2. Kontrak tidak boleh bertentangan dengan kebiasaan yang berlaku
3. Kontrak harus dilakukan berdasarkan asas kepatutan
4. Kontrak tidak boleh melanggar kepentingan umum

Fungsi Atau Arti Penting Perjanjian Dalam Lalu Lintas Bisnis


Perjanjian sebagai wadah hukum bagi para pihak dalam menuangkan hak dan
kewajibannya masing-masing. Perjanjian sebagai bingkai aturan main alat bukti adanya
hubungan hukum. Perjanjian/kontrak memberikan/menjamin kepastian hukum.
Perjanjian/ kontrak menunjang iklim yang kondusif bisnis (win-win solution).

Akibat Hukum Perjanjian


1. Para pihak terikat pada isi perjanjian dan juga berdasarkan kepatutan, kebiasaan dan
undang-undang ( Pasal 1338 KUHPerdata)
2. Perjanjian harus dilaksankan dengan itikad baik ( pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata)
3. Kreditur dapat meminta pembatalan perbuatan debitur yang merugikan (pasal 1341
KUHPerdata)
4. Kontrak tidak boleh melanggar kepentingan umum

Asas Perjanjian
1. Asas Kebebasan Berkontrak( Pasal 1338 KUHPerdata)
2. Asas Konsensualisme
3. Asas Pacta sun servanda( asas kepastian hukum)
4. Asas kekuatan mengikat
5. Asas kepastian hukum
6. Asas Moral
7. Asas kebiasaan
8. Asas kepatutan
9. Asas keseimbangan
10. Asas kepercayaan
11. Asas Itikad baik (Goede trouw)

Macam-Macam Perjanjian:
1. Perjanjian konsensus
2. Perjanjian formal
3. Perjanjian riil

Perjanjian yang diatur dalam KUHPerdata;


1. Perjanjian Jual Beli
2. Perjanjian Sewa Menyewa
3. Perjanjian Borongan
4. Perjanjian Kuasa
5. Perjanjian Perburuhan
6. Perjanjian Pinjam Meminjam

Perjanjian yang diatur di luar KUHPerdata;


1. Perjanjian Sewa Beli/Leasing
2. Perjanjian Joint Venture
3. Perjanjian Waralaba,dll.
Materi ini akan dibahas lebih lanjut pada “Bentuk-bentuk kerjasama”

Perjanjian Baku (Standart Contract)


adalah perjanjian yang isinya dibuat/disusun secara sepihak Ciri-ciri perjanjian baku a.l.:
1. Isi perjanjian dibuat/ ditentukan secara sepihak (oleh Kreditur) yang posisinya relatif
kuat.
2. Debitur tidar turut dalam menentukan substansi kontrak
3. Debitur cenderung untuk menerima isi kontrak karena kebutuhan.
4. Dibuat secara tertulis
5. Format dipersiapkan terlebih dahulu isi dan formatnya (masal ataupun individual)
Contoh Perjanjian Baku : Perjanjian Kredit, Perjanjian Kerja, Perjanjian Asuransi, dll.
VI. Wanprestasi dan Forcemajeur
Wanprestasi = perbuatan ingkar janji Menurut Pasal 1234 KUHPerdata: “Prestasi
adalah tindakan/perbuatan seseorang yang menyerahkan sesuatu, melakukan sesuatu
dan tidak melakukan sesuatu. Sebaliknya dianggap wanprestasi apabila:
1. Tidak melakukan apa yang telah disanggupinya.
2. Melaksanakan isi perjanjian tetapi tidak sebagaimana mestinya.
3. Melaksanakan perjanjian tetapi terlambat
4. Melakukan yang ternyata tidak boleh dilakukan.
5. Penetapan wanprestasi dengan cara somasi

VII. Force Majeur


“Force majeur” atau “overmacht” adalah suatu keadaan darurat, debitur tidak
dapat melaksanakan perjanjian, yang disebabkan bukan kesalahan debitur. Akibat
hukum dari force majeur timbul resiko yaitu kewajiban memikul kerugian yang
disebabkan adanya kejadian diluar kesalahan salah satu pihak. Siapa yang bertanggung
jawab terhadap resiko yang timbul? Tanggung jawab resiko menurut teori obyektif dan
teori subyektif. Risiko dalam hukum perikatan merupakan ajaran tentang siapakah yang
harus menanggung ganti rugi apabila debitur tidak memenuhi prestasidalam keadaan
force majeur. Akibat keadaan memaksa:
1. Kreditur tidak dapat menuntut agar perikatan itu dipenuhi
2. Tidak dapat mengatakan debitur berada dalam keadaan lalai dan karena itu tidak dapat
menuntut
3. Kreditur tidak dapat meminta pemutusan perjanjian
3. ASPEK ETIKA PERIKLANAN
I. Aspek Etika Periklanan
Menurut Dewan Periklanan Indonesia dalam Etika Pariwara Indonesia (Tata
Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia): “Iklan ialah pesan komunikasi pemasaran
atau komunikasi publik tentang sesuatu produk yang disampaikan melalui sesuatu
media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta ditujukan kepada sebagian atau
seluruh masyarakat”. Iklan atau pariwara adalah promosi barang, jasa, perusahaan dan
ide yang harus dibayar oleh sebuah sponsor. Pemasaran melihat iklan sebagai bagian
dari strategi promosi secara keseluruhan. Komponen lainnya dari promosi termasuk
publisitas, relasi publik, penjualan, dan promosi penjualan. Menurut Thomas M. Garret,
SJ, iklan dipahami sebagai aktivitas-aktivitas yang lewatnya pesan-pesan visual atau
oral disampaikan kepada khalayak dengan maksud menginformasikan atau
mempengaruhi mereka untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi, atau untuk
melakukan tindakan-tindakan ekonomi secara positif terhadap idea-idea, institusi-
institusi tau pribadi-pribadi yang terlibat di dalam iklan tersebut. 2. Iklan atau pariwara
adalah promosi barang, jasa, perusahaan dan ide yang harus dibayar oleh sebuah
sponsor. Pemasaran melihat iklan sebagai bagian dari strategi promosi secara
keseluruhan. Komponen lainnya dari promosi termasuk publisitas, relasi publik,
penjualan, dan promosi penjualan. Menurut Thomas M. Garret, SJ, iklan dipahami
sebagai aktivitas-aktivitas yang lewatnya pesan-pesan visual atau oral disampaikan
kepada khalayak dengan maksud menginformasikan atau mempengaruhi mereka untuk
membeli barang dan jasa yang diproduksi, atau untuk melakukan tindakan-tindakan
ekonomi secara positif terhadap idea-idea, institusi-institusi tau pribadi-pribadi yang
terlibat di dalam iklan tersebut.
Fungsi Iklan
Menurut Sonny Keraf adalah:
 Pemberi Informasi
Iklan berfungsi untuk membeberkan dan menggambarkan seluruh kenyataan yang serinci
mungkin tentang suatu produk. Sasaran iklan adalah konsumen dapat mengetahui
kegunaan, kelebihan dan kemudahan-kemudahan produk tersebut dengan baik dan
memutuskan untuk membelinya.
 Pembentuk Pendapat Umum
Iklan berfungsi untuk menarik massa konsumen untuk membeli produk tersebut dengan cara
manipulatif, persuasif dan tendensius.

Prinsip Moral Yang Perlu Dalam Iklan

Asas-Asas Periklanan
1. Jujur, benar, dan bertanggungjawab.
2. Bersaing secara sehat.
3. Melindungi dan menghargai khalayak, tidak merendahkan agama,budaya, negara, dan
golongan, serta tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.
4. Urgensi suatu iklan yang memenuhi fungsi iklan namun beretika
Ciri-Ciri Iklan Yang Baik
 Etis: berkaitan dengan kepantasan.
 Estetis: berkaitan dengan kelayakan (target market, target audiennya, kapan harus
ditayangkan?).
 Artistik: bernilai seni sehingga mengundang daya tarik khalayak.

VIII. Beberapa Persoalan Etis Periklanan


Pertama, Iklan merongrong otonomi dan kebebasan manusia. Dalam banyak
kasus ini jelas sekali terlihat. Iklan membuat manusia tidak lagi dihargai kebebasannya
dalam menentukan pilihannya untuk membeli produk tertentu. Banyak pilihan dan pola
konsumsi manusia modern sesungguhnya adalah pilihan iklan. Manusia didikte oleh
iklan dan tunduk pada kemauan iklan, khususnya iklan manupulatif dan persuasif yang
tidak rasional. Ini justru sangat bertentangan dengan imperatif moral, manusia tidak
boleh diperlakukan hanya sebagai alat demi kepentingan lain di luar dirinya, termasuk
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Pada fenomena iklan manipulatif,
manusia benar-benar menjadi objek untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dan
tidak sekedar di beri informasi untuk membantunya memilih produk tertentu. Kedua,
dalam kaitan dengan itu, iklan manipulatif dan persuasif non-rasional menciptakan
kebutuhan manusia dengan akibat manusia modern menjadi konsumtif. Secara
ekonomis hal ini tidak baik karena dengan demikian akan menciptakan permintaan ikut
menaikkan daya beli masyarakat. Bahkan, dapat memacu prduktivitas kerja manusia
hanya memenuhi kebutuhan hidupnya yang bertambah dan meluas itu. Namun, di pihak
lain muncul masyarakat konsumtif, di mana banyak dari apa yang dianggap manusia
sebagai kebutuhannya sebenarnya bukan benar-benar kebutuhan. Ketiga, yang menjadi
persoalan etis yang serius adalah bahwa iklan manipulatif dan persuasif non-rasional
malah membentuk dan menentukan identitas atau citra memiliki barang sebagaimana
ditawarkan iklan. Ia belum merasa diri penuh kalau belum memakai minyak rambut
seperti diiklankan bintang film terkenal, dan seterusnya. Identitas manusia modern lalu
hanyalah identitas massal, serba sama, serba tiruan, serba polesan, serba instan.
Keempat, bagi masyarakat Indonesia dengan tingkat perbedaan ekonomi dan sosial
yang tinggi, iklan merongrong rasa keadilan sosial masyarakat. Iklan yang
menampilkan yang serba mewah sangat ironis dengan kenyataan sosial di mana banyak
anggota masyarakat masih berjuang untuk sadar hidup. Iklan yang mewah tampil
seakan tanpa punya rasa solidaritas dengan sesamanya yang miskin.

4. TANGGUNG JAWAB
SOSIAL PERUSAHAAN
(CORPORATE SOSIAL
RESPONSIBILITY(CSR))
I. Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Corporate Sosial Responsibility (CSR)
menurut The World Business Council for Sustainable Developement (WBCSD) yaitu
komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan,
bekerja dengan karyawan perusahaan tersebut, komunitas-komunitas setempat (lokal)
dan komunitas secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan.
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corparate Social Responsibility (CSR) ,
merupakan komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara ilegal, dan
berkontribusi untuk peningkatan ekonomi perusahaan bersamaan dengan peningkatan
kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan komunitas secara
lebih luas. World Business Council for sustainable development: Komitmen
berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberi kontribusi
bagi pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas kehidupan karyawan dan
keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat luas pada umumnya. Fraderick et
al:  Corporate Social Responsibility (CSR) dapat diartikan sebagai prinsip yang
menerangkan bahwa perusahaan harus dapat bertanggungjawab terhadap efek yang
berasal dari setiap tindakan didalam masyarakat maupun lingkungannya.

VIII.1. Peraturan CSR di Indonesia


1. BUMN wajib melaksanakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (Permen
BUMN: Per-05/MBU/2007 pasal 1 ayat 6 dan 7))
2. PT yang mengelola SDA diwajibkan melaksanakan tanggungjawab sosial dan
lingkungan. (Pasal 74) UUNo.40 Tahun 2007 Tentang PerseroanTerbatas)
3. Bagi PMA berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
(UU No. 25 Tahun 2007 pasal 34)
4. Perusahaan pengelola minyak dan gas bumi wajib mengembangkan masyarakat
sekitarnya dan jaminan hak-hak masyarakat adat.
(UU No.22 Tahun 2001 pasal 13 ayat 3)

VIII.2. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dan Masyarakat


Corporate Sosial Responsibility merupakan komitmen bisnis untuk berkontribusi
dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan
perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas setempat dan komunitas
secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Perusahaan
bertanggung jawab terhadap seluruh stakeholder perusahaan

VIII.3. Manfaat CSR bagi Perusahaan


1. Meningkatkan Citra Perusahaan
2. Memperkuat “Brand” Perusahaan
3. Mengembangkan Kerja Sama dengan Para Pemangku Kepentingan
4. Membedakan Perusahaan dengan Pesaingnya
5. Menghasilkan Inovasi dan Pembelajaran untuk Meningkatkan Pengaruh Perusahaan
6. Membuka Akses untuk Investasi dan Pembiayaan bagi Perusahaan
7. Meningkatkan Harga Saham

IX. Program CSR


Program kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan dalam kontek CSR
dikategorikan dalam bentuk:
 Public relation, usaha menanamkan persepsi positif kepada komunitas tentang kegiatan
yang dilakukan oleh perusahaan (misal : penghijauan)
 Strategi Defensif, kegiatan untuk menangkis upaya negatif yang berkembang dengan
melakukan kegiatan (pemberdayaan karyawan)
Keinginan tulus untuk melakukan CSR, yaitu melakukan program untuk
kebutuhan komunitas atau komunitas sekitar perusahaan atau kegiatan perusahaan yang
berbeda. Dalam kegiatan tersebut perusahaan sama sekali tidak mengambil suatu
keuntungan secara materiel tetapi berusaha untuk menanamkan kesan baik terhadap
komunitas berkaitan dengan kegiatan perusahaan.
CSR didasarkan pada transparansi dampak sosial atas kegiatan atau aktivitas yang
dilakukan oleh perusahaan. Transparansi informasi yang diungkapkan tidak hanya
informasi keuangan perusahaan, tetapi perusahaan juga diharapkan mengungkapkan
informasi mengenai dampak sosial dan lingkungan hidup yang diakibatkan aktivitas
perusahaan. Saat ini disepakati bahwa paradigma pembangunan berubah dari
pertumbuhan ekonomi menjadi pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable
development). Yang dimaksud berkelanjutan adalah: suatu program sebagai dampak
dari usaha-usaha yang telah dirintis.
IX.1. Tipe perusahaan melakukan CSR berdasarkan golongan
 Golongan pertama, sekedar basa-basi dan keterpaksaan.
 Golongan dua, dilakukan agar sesuai dengan peraturan (compliance).
 Golongan tiga, golongan dimana CSR sudah dianggap sebagai budaya kerja
perusahaan.

IX.2. Tujuan dan Sasaran Program CSR


Tujuan
 Mewujudkan kemandirian masyarakat,
 Meningkatkan ekonomi lokal, dan
 Mewariskan program-program yang berbasiskan Triple Bottom Lines kepada generasi
penerus untuk berkelanjutan hidup masyarakat sekitar.
Sasaran
Pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan external stakeholders.

X. Lingkup CSR
Lingkup aktivitas CSR:
1. Lingkungan hidup (environment), meliputi; pencegahan semua polusi, pemanfaatan
limbah, daur ulang, pelestarian lingkungan hidup, pencegahan pemanasan global, dll
2. Efisiensi energi (energy efficiency), seperti penggunaaan energi alternatif, penghematan
energi disemua bidang, atau menyuarakan kesadaran atas krisis energi.
3. Sumber daya manusia (human resources) ditujukan terutama untuk karyawan
perusahaan atas haknya, seperti pelatihan, gaji yang mencukupi, lingkungan kerja yang
sehat dan aman, jaminan kesehatan atau tunjangan lain, serta hubungan yang harmonis
antar karyawan di semua jenjang manajemen.
4.  Pengembangan masyarakat (community development) Aspek ini yang sering kali
menjadi perhatian utama perusahaan sebagai bentuk pelayanan masyarakat, baik
dibidang pendidikan, kesehatan, maupun donasi. Dan hendaknya disertai dengan
pendidikan moral sehingga kemandirian masyarakat terbentuk.
5. Produk (product) Perhatian terhadap keamanan dan kualitas produk, terutama produk
konsumsi telah mendapat perhatian besar dari masyarakat dunia. Bila perusahaan tidak
dapat menjamin kualitas produk maka kegiatan tanggung jawab sosialnya terhadap
masyarakat sudah tidak berarti.
Kelangsungan hidup (sustainability) menjadi isu yang sangat penting karena mencakup
pengertian yang luas dan dalam. Perusahaan harus menunjukkan perhatian dan cara
dalam menjaga nilai ekonomi dan sosialnya dalam berusaha memenuhi kepentingan
stakeholdersnya.

Argumen yang Mendukung CSR


1. Perusahaan tidak dapat dipisahkan dari para individu yang terlibat didalamnya harus
peka terhadap publik
2. Bukankah tanpa masyarakat perusahaan tidak akan berarti dan berfungsi?
3. Menyeimbangkan antara kekuasaan dan tanggungjawab dalam perusahaan
4. Meminimalisir regulasi pemerintah untuk mengikat perilaku bisnis
5. Melakukan investasi untuk mendapatkan tingkat keuntungan jangka panjang.
6. Merespon perubahan tuntutan dari pihak-pihak yang terlibat dlm perusahaan.
7. Membenahi persoalan yang ditimbulkan dari bsinis.

Argumen yang Menolak CSR


1. Perusahaan adalah organisasi pencari laba bukan person atau organisasi sosial
2. Bukankah perusahaan telah membayar pajak kepada Negara, sehingga kesejahteraan
publik diambil alih pemerintah?
3. Menurunkan efisiensi dan keuntungan
4. Menimbulkan biaya yang membuat perusahaan tidak kompetitif terhadap pesaing.
5. Membutuhkan keahlian social yang tidak dimiliki oleh perusahaan Tanggung jawab
social merupakan urusan pemerintah

CSR menjadi Peluang


Dengan menerapkan CSR (corporate social responsibility), perusahaan berkesempatan
untuk mendapatkan akses investasi dan pembiayaan dari investor dan juga berkesempatan
mengembangkan kerja sama dengan para pemangku kepentingan yang mana ini
menguntungkan perusahaan. Bagi masyarakat dengan adanya perusahaan menerapkan CSR,
mereka (masyarakat) berkesempatan/berpeluang untuk mendapatkan bantuan dari perusahaan
tersebut.
Contoh :
PELAKSANAAN “CSR“ Di PT APAC INTI CORPORA
 PT APAC INTI CORPORA adalah perusahaan tekstil terpadu yang berlokasi di
Kelurahan Harjosari, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Berdiri
pada tahun 1990.
 Menempati areal pabrik seluas sekitar 120 hektar dengan jumlah karyawan 11.300
orang (per Desember 2007)
 Memproduksi benang tenun, kain mentah, kain Denim/ jeans dan kain finish serta jasa
laundry.

PELAKSANAAN PROGRAM CSR INTERNAL PERUSAHAAN:


1. Sosial : Kesehatan, Kematian, Serikat Pekerja,
2. Ekonomi : Koperasi, Paguyuban Purna Tugas
3. Budaya : Kesenian,
4. Olahraga : Saran Dan Prasarana Olah Raga
5. Agama : Ibadah (Haji) dan Tempat/Sarananya
6. Pendidikan dan Pelatihan Bagi Karyawan.

PROGRAM CSR EKSTERNAL:


1. Sosial : Bantuan sarana prasarana serta kegiatan di lingkungan, donor darah,
pengobatan massal, bantuan insidentil korban bencana alam.
2. Ekonomi : Pujasera, Transportasi, Pelatihan
3. Agama : Haji, Kajian agama.
4. Pendidikan : Program Beasiswa

CONTOH VISI, MISI DAN MOTTO PERUSAHAAN (CSR)


Visi
Membangun kepentingan perusahaan untuk kepentinganbersama perusahaan dan komunitas
Misi
Menjalankan seluruh kegiatan usaha dengan tetap memperhatikan kesejahteraan komunitas
(wholesome community) dan dengan menerapkan konsep ramah lingkungan (environment
friendly) dengan tetap memperhatikan pengembangan perusahaan yang berkelanjutan
(sustainable development).
Motto
“Turut membangun kehidupan bermutu (better shelter for a better life)”

XI. Kesimpulan
Penerapan CSR perusahaan dapat diterapkan dengan cara menyesuaikan dan
mengimbangi dengan kebudayaan dan kebutuhan masyarakat sekitar. Sehingga dalam
penerapan CSR sangat diperlukan suatu pendekatan komunikasi yang efektif. Dalam
menjalankan sebuah bisnis harus memperhatikan orang-orang yang secara tidak
langsung berhubungan dengan bisnis yang di jalankan (eksternal (masyarakat dan
lingkungan sekitar)) dan perlu adanya tanggung jawab dalam menjalankan sebuah
bisnis atau perusahaan. Dengan penerapan CSR sebagai sebuah program yang wajib
sebagai bentuk rasa terima kasih perusahaan kepada masyarakat dan juga sebagai
bentuk perhatian perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya.
5. BENTUK-BENTUK BADAN
USAHA DAN LEGALITASNYA
I. Pengertian Perusahaan
Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang
bersifat tetap dan terus-menerus dan didirikan, bekerja, serta berkedudukan dalam
wilayah negara Indonesia dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba. ( Pasal
1 huruf (b) UU No.3 Tahun 1982 Tentang Daftar Wajib Perusahaan.
Bentuk usaha adalah organisasi usaha atau badan usaha yang menjadi wadah
penggerak setiap jenis usaha yang disebut bentuk hukum perusahaan (company atau
corporation) Bentuk hukum perusahaan diatur /diakui oleh undang-undang baik
bersifat perorangan / persekutuan/badan hukum (PO/PD,Firma,CV, PT, Koperasi).
Jenis Usaha adalah berbagai macam usaha di bidang perekonomian yang
meliputi bidang perindustrian, perdagangan,, jasa, dan bidang keuangan (pembiayaan).
Usaha dalam arti hukum perusahaan meliputi unsur: dalam bidang ekonomi, dilakukan
oleh pengusaha, memperoleh keuntungan/laba.

XI.1. Unsur-unsur Perusahaan


1. Badan usaha yang menjalankan kegiatan di bidang ekonomi yang mempunyai bentuk
hukum tertentu seperti: PD, Firma, CV, PT, Koperasi
2. Kegiatan dalam bidang ekonomi, meliputi bidang kegiatan perindustrian, perdagangan,
jasa, pembiayaan.
3. Dilaksanakan secara kontinu, kegiatan usahanya tidak insidentil, bukan pekerjaan
sambilan.
4. Bersifat tetap, kegiatan tidak berubah dalam waktu singkat,tetapi ada jangka waktu
yang cukup lama, ditetapkan dalam akta pendrian.
5. Terang-terangan, diketahui umum, ada izin usaha, terdaftar, akta pendirian, merk,dll.
6. Mencari keuntungan /laba, tujuan perusahaan untuk memperoleh laba dari modal yang
dihimpun.
7. Adanya pembukuan sebagai alat pembuktian, pencatatan atas jalannya kegiatan
perusahaan.

XI.2. Pembukuan Perusahaan


 Dasar hukum : Pasal 6, 7, 8, 9, dan 12 KUHDagang “Bahwa setiap pengusaha
diwajibkan oleh undang-undang untukmembuat dan memelihara pembukuan tentang
kegiatan perusahaan.”
 Fungsi pembukuan 2 (dua) Fungsi pembukuan bagi perusahaan:
1. Pencatatan tentang aset / harta kekayaan perusahaan.
2. Sebagai alat bukti
 Sifat Pembukuan; Bersifat rahasia , kekecualiannya bahwa kerahasiaan tersebut dapat
diterobos dalam hal:
1. Representasi ( Pembukaan oleh Hakim di Pengadilan)
2. Komunikasi (Pemberitaan)/Pasal 12 KUHDagang
XI.3. Dasar Hukum Pengaturan Badan Usaha
1. Persekutuan Perdata (Pasal 1618 KUHPerdata)
2. Firma ( KUHDagang/Pasal 16 KUHDagang)
3. Persekutuan Komanditer /CV( Pasal 19 KUHDagang)
4. Perseroan Terbatas ( UU No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas )
5. Koperasi (UU No.25 Tahun 1992Tentang Perkoperasian)
6. Bentuk Hukum Perusahaan
a. Perusahaan Badan Hukum
1. Bersifat keperdataan : Perseroan Terbatas, Koperasi
2. Bersifat hukum Publik : Badan Usaha Milik Negara BUMN,BUMD
b. Perusahaan Bukan Badan Hukum
1. Perusahaan Perorangan
2. Firma, Persekutuan Perdata (CV)
7. Badan Usaha sebagai subyek hukum terdiri dari :
a. Badan usaha yang telah berbadan hukum (Perseroan Terbatas, Koperasi)
b. Badan usaha yang bukan badan hukum (Firma, CV).

XI.4. Pihak-Pihak Pembantu Dalam dan Luar Lingkungan Perusahaan


Pembantu dalam lingkungan perusahaan yang mempunyai hubungan kerja tetap
dan subordinatif dengan pengusaha dan bekerja dalam lingkungan perusahaan tersebut:
1. Pemegang prokurasi ;pemegang kuasa dari perusahaan/wakil pengusaha untuk
mengelola bidang tertentu dari perusahaan (mis, produksi, pemasaran, admin,keuangan,
SDM, perlengkapan)
2. Pengurus Filial; pemegang kuasa dr perusahaan/wakil pengusaha untuk mengelola
bidang tertentu dari perusahaan yang meliputi daerah tertentu.
3. Pelayan toko
4. Pekerja keliling
Pembantu luar lingkungan perusahaan yang mempunyai hubungan kerja tetap dan koordinatif
dengan pengusaha:
1. AGEN PERUSAHAAN: pihak yg mewakili pengusaha untuk mengadakan dan
melaksanakan perjanjian dengan pihak ketiga atas nama perusahaan tersebut.
2. PERUSAHAAN PERBANKAN: Lembaga keuangan yang mewakili pengusaha untuk
melakukan:
- Menerima uang dari pihak ketiga
- Penyimpan uang milik pengusaha selaku nasabah
- Pembayaran kepada pihak ketiga
Pembantu luar lingkungan perusahaan yang mempunyai hubungan kerja tidak tetap dan
koordinatif dengan pengusaha:
1. Makelar; adalah orang yang menjalankan perusahaan dengan menhubungkan
pengusaha denganpihak ketiga untuk mengadakan berbagai perjanjian.
2. Komisioner; adalah orang yg menjalankan perusahaan dengan membuat perjanjian atas
namanya sendiri berdasarkan perintah danpembiayaan komiten (orang yang memberi
perintah) dengan menerima upah atau provisi, dan harus bertanggung jawab kepada
komiten.
3. Notaris/Pengacara; pihak yang membatu pengusaha yang bersifat tidak tetap dan
koordinasi (sifatnya insidentil)

A. Perseroan Terbatas (UU No 40/2007)


Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan adalah badan hukum
yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan
pelaksanaanya.
Perangkat Organisasi PT
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
2. Direksi
3. Komisaris

Cara Pendirian PT
1. Didirikan oleh 2 orang atau lebih
2. Didirikan dengan akta otentik
3. Modal dasar minimal 50 juta rupiah
4. Pengesahan oleh Menteri Hukum dan HAM
5. Pendaftaran
6. Pengumuman dalam Tambahan Berita Negara

Tanggung Jawab PT dan Pemegang Saham


 Selaku badan hukum PT mempunyai tanggung jawab yang bersifat terbatas, yaitu
kekayaan yang dimiliki PT .
 Tanggung jawab pemegang saham bersifat terbatas pada modal/saham yang disetorkan.

B. Firma (Pasal 16 KUHD)


Firma adalah persekutuan perdata yang menjalankan perusahan di bawah satu
nama bersama. Tanggung jawab sekutunya mengikat sekutu/anggota firma lainnya.

C. Persekutuan Komanditer/CV (Pasal19 KUHD)


Persekutuan yang didirikan oleh satu atau beberapa orang secara tanggung
menanggung dan bertanggungjawab untuk keseluruhannya /solider dan satu atau lebih
pihaknya sebagai pelepas uang. Terdiri dari sekutu aktif (komplementer) dan sebagian
sebagi sekutu komanditer (pelepas uang) dengan tanggung jawab terbatas

D. Koperasi (UU No 25/1992)


Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan (Pasal
1 ayat 1 UU No.25/1992)
E. Persekutuan Perdata (Pasal 1618 KUHPerdata):
Perjanjian dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri unrtuk
memasukan sesuatu kedalam perusahaan dengan maksud untuk membagi keuntungan
atau manfaat yang diperoleh karenanya.

XII. Legalitas Perusahaan


A. AKTA PENDIRIAN
1. Fungsi Akta Pendirian
2. Isi Akta
B. NAMA PERUSAHAAN
1. Fungsi Nama Perusahaan
2. Pemberian Nama Parusahaan
- larangan mengunakan nama perusahaan orang lain,
- larangan memakai merek orang lain
- larangan memakai nama perusahaan yang menyesatkan,
- larangan memakai merek orang lain
3. Pengakuan danPengesahan
C. SURAT IJIN PERUSAHAAN (SIUP, dan TDUP ( Tanda Daftar Usaha Perdagangan)
D. NPWP

Mengapa Perlu Legalitas/Perizinan?


1. Izin usaha memberi kekuatan sebuah usaha di berbagai hal.
2. Pengakuan dari institusi lain dan kepercayaan konsumen agar dapat diwujudkan.
3. Bentuk legalitas resmi, yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum dan
pengakuan secara sah dari berbagai pihak yang berwenangan
4. Legalitas merupakan sebuah wujud kepatuhan pelaku usaha terhadap hukum yang
berlaku dalam menjalankan usaha.

Tujuan Pembuatan Surat Izin Usaha


1. Sebagai alat pengesahan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk memperlancar
masalah perizinan tempat usaha.
2. Mencegah terjadinya masalah yang dapat mengganggu kelancaran usaha di kemudian
hari
3. Memperlancar kegiatan perdagangan ekspor impor.
4. Memperlancar dalam kegiatan lelang karena SIUP merupakan salah satu syarat untuk
melakukan pelelangan secara legal
5. Memperlancar dalam kegiatan lelang karena SIUP merupakan salah satu syarat untuk
melakukan pelelangan secara legal
6. SIUP diterbitkan berdasarkan tempat kedudukan /domisili perusahaan dan berlaku di
seluruh wilayah Republik Indonesia.
7. SIUP berlaku selama perusahaan yang bersangkutan masih menjalankan kegiatan
Usaha Perdagangan.

XII.1. Wajib Daftar Perusahaan (WDP)


Pengaturan tentang wajib daftar diatur dalam UU No.3 Tahun1982 Tentang
Wajib Daftar Perusahaan. Daftar Perusahaan adalah: daftar catatan resmi yang diadakan
menurut/berdasarkan ketentuan undang-undang, atau peraturan pelaksananya dan
memuat tentang hal-hal yang wajib didaftarkan perusahaan serta disahkan oleh pejabat
yang berwenang di Kantor Pendaftaran Perusahaan .

Tujuan WDP
1. Mencatat bahan-bahan keterangan yang dibuat secara benar oleh suatu perusahaan dan
merupakan sumber imformasi resmi untuk semuapihak yang berkepentingan mengenai
identitas perusahaan yang tercantum dalam Daftar Perusahaan.
2. Melindungi perusahaan yang jujur
3. Melindungi masyarakat atau konsumen
4. Perkembangan dunia usaha
5. Memudahkan pembinaan, pengarahan , pengawasan.

Perusahaan Yang Tidak Wajib Daftar atau Yang Dikecualikan;


1. Perusahaan kecil perorangan
2. Perusahaan yang diurus, dikelola, oleh pribadi pemiliknya sendiri dengan
mempekerjakan anggota keluarga ,yang hanya untuk memenuhi nafkah sehari-hari
3. Perusahaan yang tidak merupakan badan hukum/persekutuan

Dokumen Perusahaan
Dasar hukum
Pasal 6 KUH Dagang: “Setiap orang yang menjalankan perusahaan diwajibkan untuk
menyelenggarakan catatan-catatan menurut syarat-syarat perusahaannya tentang
keadaan hartanya berhubungan dengan tentang apa saja yang berhubungan dengan
perusahannya. Diwajibkan 6 bulan pertama untuk membuat neraca.

Tanda Daftar Usaha Perdagangan dan Surat Izin Usaha Perdagagan


Dasar hukum
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan dan SIUP No. 408/MPP/10/1997
Ditegaskan, bahwa setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan
wajib memperoleh perizinan di bidang perdagangan meliputi : 1. TDUP dan 2. SIUP.

XIII. Aspek Legalitas Usaha

Dasar Hukum
1. UU No.25 tahun 1992 tentang Perkoperasian
2. UU No 20 tahun 2008 tentang UMKM
3. UU No.3 Tahun1982 Tentang Wajib Daftar Perusahaan.
4. UU No. 20 TAHUN 2008 Tentang Perlindungan Konsumen
5. Peraturan presiden No.98/2014 tentang Perizinan Untuk UMK
6. Permen Perindag No.77/2013 tentang Penerbitan SIUP danTanda Daftar Perusahaan
Secara Simultan Bagi Perusahaan perdanganaga
7. SKB Menteri KUMKM, Menteri Perdagangan, Menteri Dalam Negeri ( Pebruari 2015)
8. Surat Edaran Meteri UKM No. 15/2015

Manfaat Ijin Usaha Mikro Dan Kecil (IUMK)


1. Legalitas
IUMK adalah bentuk legalitas resmi yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum
dan pengakuan secara sah dari berbagai pihak yang berwenangan. IUMK merupakan
salah satu wujud kepatuhan pelaku UKM terhadap hukum yang berlaku.
2. Mudah untuk menjalin kerjasama
Menjalin kerjasama sesama pelaku UKM sejenis atau tidak sejenis, dan dapat.
memberikan kepercayaan dan kekuatan sebuah usaha.
3. Sadar Pajak
Memberikesadaran dan mendorong membayar pajak sesuai dengan bidang usaha yang
dimilkinya.
4. Perlindungan lokasi usaha
Memperoleh keamanan dan kepastian, jaminan hukum dan perlindungan di lokasi
usahanya.
5. Pendampingan dan Pengembangan Usaha
Melalui pendampingan dan pengembangan usaha dari instansi terkait, memperluas
akses bisnisnya. Pemberdayaan melalui program-program bisnis.
6. Nilai Untuk Akses Permodalan
UKM dapat mengakses permodalan dari bank dan non bank. Pengajuan kredit lebih
mudah

Pengurusan IUKM
Melengkapi dokumen-dokumen a.l:
1. Surat pengantar dari RT dan RW setempat tentang jenis dan lokasi usaha yang dimiliki
2. KTP, Kartu keluarga
3. NPWP
4. Pas photo
5. Mengisi formulir dan kelengkapnya
6. Penerbitan IUMK, oleh instansi terkait (kecamatan).
XIII.1. SIUP
Jenis – Jenis SIUP
1. SIUP BESAR, diberikan kepada perusahaan yang memiliki modal dan kekayaan bersih
atau modal disetor dalam AKTA PENDIRIAN/PERUBAHAN dengan nilai diatas
Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
2. SIUP MENENGAH, diberikan kepada perusahaan yang memiliki modal dan kekayaan
bersih atau modal disetor dalam AKTA PENDIRIAN/PERUBAHAN dengan nilai
diatas Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) s/d Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta
rupiah).
3. SIUP KECIL, diberikan kepada perusahaan yang memiliki modal dan kekayaan bersih
atau modal disetor dalam AKTA PENDIRIAN/PERUBAHAN dengan nilai sampai
dengan Rp.200.000.000- (dua ratus juta rupiah).

Prosedur Pengurusan SIUP


 Untuk permohonan SIUP Kecil
Permohonan dan persyaratannya diajukan melalui Kantor Dinas Perindustrian &
Perdagangan.
 Pengurusan berbagai surat izin usaha dapat dilakukan dikantor dinas perindustrian
setiap daerah kabupaten/kota.
 Persyaratan Administrasi
Berkas-berkas yang harus dilengkapi untuk mengurus pembuatan SIUP tergantung pada jenis
atau bentuk usaha yang dijalankan.

Persyaratan SIUP
BARU
1. Fotocopy KTP Penanggung Jawab;
2. Pas Photo.
3. Fotocopy NPWP
4. Fotocopy akte pendirian perusahaan ;
5. Fotocopy akte perubahan perusahaan (apabila ada);
6. Fotocopy pengesahan/pendaftaran Badan Hukum dari Kementerian Hukum & Ham;
7. Fotocopy Izin Gangguan (HO);
8. Surat kuasa dan fotocopy KTP penerima kuasa bagi pemohon yang pengurusan izinnya
melalui jasa pihak lain.

PERPANJANGAN
1. Fotocopy KTP Penanggung Jawab;
2. Pas Photo
3. Potocopy NPWP;
4. SIUP asli & Fotocopy yg berlaku sebelumnya;
5. Fotocopy Akte Pendirian Perusahaan yang sudah di sahkan dan akte perubahan (bila
ada);
6. Fotocopy pengesahan/pendaftaran Badan Hukum;
7. Fotocopy Izin Gangguan (HO);

XIII.2. TDP (Tanda Daftar Perusahaan)


BARU
1. Fotocopy KTP Penanggung Jawab;
2. Fotocopy Akte Pendirian Perusahaan (bagi usaha yang berbadan hukum);
3. Fotocopy Izin Gangguan (HO);
4. Fotocopy SIUP;
5. Fotocopy NPWP;
6. Surat kuasa dan fotocopy KTP penerima kuasa bagi pemohon yang pengurusan izinnya
melalui jasa pihak lain.

PERPANJANGAN
1. Fotocopy KTP Penanggung Jawab;
2. Potocopy NPWP;
3. TDP asli & Fotocopy yg berlaku sebelumnya;
4. Fotocopy Akte Pendirian Perusahaan yang sudah di sahkan dan akte perubahan (bila
ada);
5. Fotocopy pengesahan/pendaftaran Badan Hukum; Fotocopy Izin Gangguan (HO); dan
6. Fotocopy SIUP;
7. Surat kuasa dan fotocopy KTP penerima kuasa bagi pemohon yang pengurusan izinnya
melalui jasa pihak lain
XIII.3. Persyaratan Izin Gangguan/ Hinder ordonantie (HO)
1. Fotocopy KTP;
2. Pas photo
3. Fotocopy bukti lunas PBB (SPPT dan STTS) Tahun berjalan;
4. Fotocopy dan asli surat izin atasan (bagi pemohon Pegawai Negeri & Anggota
TNI/Polri);
5. Persetujuan Tetangga (kiri ,kanan, depan, belakang) yang diketahui oleh RT & Lurah
setempat (untuk daerah Perumahan/tidak sesuai zoning);
6. Fotocopy sertifikat tanah/lahan/ SPTU;
7. Surat Perjanjian/penumpangan bagi yang menggunakan lahan/bangunan pihak lain
dilampirkan copy KTP pemilik lahan sesuai sertifikat tanah;
8. Fotocopy IMB Asli atau Penertiban.
9. Fotocopy Kartu Keluarga;
10. Fotocopy Akte Pendirian Perusahaan beserta Akte Perubahan (bagi usaha yang
berbadan hukum);
11. Fotocopy AMDAL (jika dinilai diperlukan);
12. Izin Lingkungan (bagi usaha yang wajib AMDAL)
13. Sket Lokasi
14. Surat kuasa dan fotocopy KTP penerima kuasa bagi pemohon yang pengurusan izinnya
melalui jasa pihak lain.

XIII.4. Pengurusan Izin Perusahaan Perorangan


1. Foto copy KTP pemilik perusahaan .
2. Foto copy NPWP.
3. Surat keterangan domisili atau SITU.
4. Neraca perusahaan.
5. Meterai senilai Rp. 6.000,-
6. Foto penanggung jawab/direktur utama/pemilik perusahaan ukuran 4 x 6 cm sebanyak
dua lembar.
7. Izin-izin lain yang terkait usaha yang dijalankan.
XIII.5. Pengurusan perizinan CV dan FIRMA
1. Fotokopi Akta Pendirian ( telah didaftarkan pada Pengadilan Negeri.)
2. Fotokopi KTP Direktur/Penanggung jawab.
3. Fotokopi NPWP.
4. Neraca Terakhir Perusahaan bermaterai Rp. 6.000,-
5. Susunan Pengurus.
6. Surat keterangan domisili usaha dari kelurahan, diketahui kecamatan.
7. Pas foto warna ukuran 4x6 dua lembar.

XIII.6. Pengurusan SIUP Perseroan Terbatas


1. Foto copy akta pendirian PT yang disahkan oleh menteri Hukum dan HAM.
2. Foto copy surat keputusan pengesahan badan hukum dari Menteri Hukum dan HAM.
3. Foto copy KTP direktur utama atau penanggung jawab perusahaan atau pemegang
sahamnya.
4. Foto copy NPWP.
5. Surat keterangan domisili atau SITU
6. Surat izin gangguan/HO
7. Izin prinsip
8. Neraca perusahaan
9. Foto penanggung jawab/direktur utama/pemilik perusahaan
10. Materai senilai Rp. 6.000,-
11. Foto copy kartu keluarga jika penanggung jawabnya seorang perempuan.
12. Izin teknis dari instansi terkait jika diperlukan.

XIII.7. Pengurusan SIUP Koperasi


1. Foto copy akta pendirian koperasi yang telah mendapatkan pengesahan dari instansi
yang berwenang.
2. Foto copy KTP dewan pengurus dan dewan pengawas koperasi.
3. Susunan dewan pengurus dan dewan pengawas.
4. Foto copy NPWP.
5. Foto copy SITU dari pemerintah daerah.
6. Neraca koperasi.
7. Meterai senilai Rp. 6.000.-
8. Foto penanggung jawab/direktur utama/pemilik perusahaan ukuran 4 x 6 cm sebanyak
2 lembar.
9. Izin-izin lain yang terkait (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan) usaha yang
dijalankan, misalnya jika usaha kita menghasilkan limbah, kita harus memiliki izin
AMDAL dari aparat pemerintah setempat.

XIV. Aspek Legalitas Badan Usaha


XIV.1. Perusahaan Perorangan
Merupakan perusahaan yang didirikan, dimiliki, dijalankan, dan
dipertangungjawabkan oleh perseorangan. Tidak ada pemisahan antara kekayaan
pribadi pemilik dengan kekayaan perusahaan .

Jenis Usaha Perorangan


1. Aneka usaha yang termasuk dalam industri rumah tangga
2. Aneka usaha berbentuk toko-toko
3. Aneka bentuk usaha rumah makan
4. Berbagai jenis percetakan

Prosedur Mendirikan Perusahaan Perorangan


a. Izin permohonan usaha dari Dinas perdagangan di wilayah, dengan melengkapi
persyaratan antar lain:
1. Fc KTP Pemilik perusahaan;
2. Fc NPWP;
3. Surat Keterangan domisili;
4. Neraca perusahaan;
5. Meterai Rp 6000,-
b. Izin permohonan tempat usaha (SITU) dari Pemerintah Daerah setempat, dengan
syarat-syarat:
1. Menyerahkan proposal yang berisi rencana dan uraian lengkap usah yang akan
dikerjakan/ diusahakan, termasukmodal usahanya.
2. Mengisi formulir yang telah ditetapkan/disiapkan
3. Menyertakan denah lokasi usaha
4. Fotocopy KTP pengurus perusahaan
5. Fotocopy NPWP
6. Fotocopy Surat bukti kepemilikan tanah dan/atau bangunan
c. Apabila dianggap penting untuk menguatkan kedudukannya dapat dibuat dengan akta
notaris

Kelebihan Perusahaan Perorangan:


- Mudah pendirian dan pembubarannya
- Tidak ditentukan besarnya modal
- Tidak perlu berbadan hokum
- Cepat dalam pengambilan keputusan
- Seluruh keuntungan menjadi milik sendiri
- Pemilik lebih leluasa mengelola usaha

Kelemahann Perusahaan Perorangan:


- Modal usaha kecil sehingga sulit berkembang
- Aset pribadi sulit dibedakan dengan aset perusahaan
- Pengelolaan tergantung kemampuan pengusaha
- Seluruh kerugian menjadi tanggung jawab sendiri
- Kemampuan manajemen terbatas

XIV.2. CV
Persekutuan yang didirikan oleh satu atau beberapa orang secara tanggung
menanggung dan bertanggungjawab untuk keseluruhannya /solider dan satu atau lebih
pihaknya sebagai pelepas uang. Terdiri dari sekutu aktif (komplementer) dan sebagian
sebagi sekutu komanditer (pelepas uang) dengan tanggung jawab terbatas

XIV.3. FIRMA
Persekutuan perdata yang menjalankan perusahan di bawah satu nama bersama.
Tanggung jawab sekutunya mengikat sekutu/anggota firma lainnya
XIV.4. Perseroan Terbatas
Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,
didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
undang-undang ini serta peraturan pelaksanaanya.

XIV.5. Koperasi
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan(Pasal 1
ayat 1 UU No 25/1992).
6. BENTUK-BENTUK
KERJASAMA
DALAM KEGIATAN BISNIS
I. Bentuk – Bentuk Kerjasama
XIV.6. Merger
Penggabungan satu atau beberapa badan usaha, sehingga dari sudut ekonomi
merupakan satu kesatuan, tanpa melebur badan usaha yang bergabung. Dasar/ alasan
penggabungan melalui merger adalah :
1. Dapat dimanfaatkan aset yang lebih efisien dalam kesatuan perseroan,
2. Adanya integrasi usaha,sehingga biaya produksi dapat ditekan lebih murah,
3. Dengan menggabungkan persoroan diharapkan mampu menerik manajemen yang
profesional,
4. Menghindarkan bubarnya perusahaan yang bergabung karena rugi,
5. Tidak terjadinya performa yang kurang baik pada perusahaan yang merugi yang diajak
bergabung .

XIV.7. Konsolidasi
Penggabungan antara dua atau lebih badan usaha yang menggabungkan diri
saling melebur menjadi satu dan membentuk satu badan usaha yang baru. Konsolidasi
sering disebut peleburan. Contoh: PT A + PT B + PT C = PT D. Tujuan kerjasama
badan usaha dengan bentuk merger dan konsolidasi dalam praktek adalah untuk
menyehatkan badan usaha (restrukturisasi). Restrukturisasi berarti melakukan
perombakan secara mendasar seluruh mata rantai bisnis dengan tujuan untuk mencapai
daya saing dan kompetisi.Perubahan meliputi manajemen usaha, manjamanen
organisasi, keuangan dan aspek hukumnya. Menurut Soewito (1998), restrukturisasi
meliputi:
1. Restrukturisasi bisnis, bertujuan untuk melakukan penataan terhadap seluruh mata
rantai perusahaan guna meningkatkan daya saing dan kompetisi
2. Restrukturisasi keuangan, untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan
3. Restrukturisasi manajemen, penataan manajemen perusahaan untuk meningkatkan daya
saing
4. Restrukturisasi organisasi, pembenahan perusahaan, a.l.; memperbaiki proses
pengambialm keputusan,kebutuhan pegawai yang optimal, pendelegasian tugas,
penggabungan beberapa fungsi unit.
5. Restrukturisasi bidang hukum,dengan meningkatkan status badan hukum, dan legalitas
lainnya sesuai ketentuan perundang-undangan.
XIV.8. Joint Venture
Menurut Amirizal (1996), joint venture adalah kerjasama antara pemilik modal
asing dengan pemilik modal nasional berdasarkan perjanjian (contractueel). Secara
umum Joint Venture diartikan sebagai persetujuan di antara dua pihak atau lebih untuk
melakukan kerjasama dalam suatu kegiatan, namun tetap memperhatikan ketentua
Pasal 1320 KUHPerdata.

Beberapa manfaat Joint Venture:


1. Mitra lokal mendapat bantuan pendanaan dengan memanfaatkan modal asing
2. Mitra lokal dapat, memanfaatkan kemampuan manajemen asing yang kaya pengalaman
3. Mitra lokal dapat, memanfaatkan dan menembus pasar diluar negeri yang dikuasi
patner asing.
4. Mitra lokal dapat, menerima transfer teknologi asing
5. Mitra lokal dapat, meningkatkan kemampuan karyawan domestik dengan training
(keterampilan), yang diberikan pihak asing.
6. Bagi investor mendapatkan akses sumber lokal dan pasar domestik

XIV.9. Waralaba (Franchise)


Waralaba berasal dari kata “wara” yang berarti lebih atau istimewa. “Laba” berati
untung. Jadi Waralaba usaha yang memberikan keuntungan lebih. Dalam PP No.16
Tahun 1997 dan KepMen Perindag No.259/1997 Tentang Tata Cara Pelaksanaan
Pendaftarn Usaha
waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan
dan/atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan, atau ciri khas yang
dimilki pihak lain dengan imbalan berdasarkan persyaratan dan atau penjualan barang dan
jasa. Menurut Winarto: Waralaba adalah hubungan kemitraan antara usahawan yang kuat dan
sukses dengan usahawan yang relatif baru atau lemah dalam usaha tersebut dengan tujuan
saling menguntungkan khusunya dalam bidang usaha penyediaan produk dan jasa langsung
kepada konsumen . Dalam bentuknya sebagai bisnis, waralaba memiliki dua jenis kegiatan:
1. Waralaba produk dan merek dagang;
Pemberian ijin kepada penerima waralaba untuk menggunakan merek dagang
yang diwaralabakan dan pemberi waralaba memperoleh pembayaran royalty dimuka.
(bentuknya keagenan, distributor, dan lisensi penjualan).
2. Waralaba format bisnis
Pemberian sebuah lisensi oleh pemberi waralaba kepada penerima waralaba ,
lisensi tersebut memberi hak kepada penerima waralaba untuk berusaha dengan
menggunakan merek dagang /nama dagang pemberi waralaba, dan untuk menggunakan
keseluruhan paket yang terdiri dari seluruh elemen yang diperlukan untuk membuat
seorang yang sebelumnya belum terlatih dalam bisnis dan untuk menjalankannya
dengan bantuan yang terusmenerus atas dasar yang telah ditentukan sebelumnya.

Waralaba format bisnis menurut Martin Mandelson meliputi:


1. Konsep bisnis yang yang menyeluruh dari pemberi waralaba
2. Adanya proses permulaan dan pelatihan atas seluruh aspek peneloaan bisnis sesuai
dengan konsep pemberi waralaba,
3. Proses bantuan dan bimbingan yang terus menerus dari pihak pemberi waralaba

Alasan pemberian waralaba:


Alasan pemberi waralaba untuk menawarkan bisnisnya (Amir Karamoy):
1. Kekurangan modal untuk ekspansi usaha/pasar yang lebih luas
2. Kekurangan personiluntuk menjalankan usahanya
3. Melakukan perluasan pasar lebih cepat

XV. Lembaga Pembiayaan Dalam Bisnis


Lembaga Pembiayaan adalah: Badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan
dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara
langsung dari masyarakat. Unsur-unsur Lembaga Pembiayaan:
1. Melakukan kegiatan dalam bentuk penyediaan dana dan/ atau barang modal
2. Tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat sehingga sering disebut non-
depository financial institution

Dasar Hukum
Lembaga Pembiayaan diatur dalam Keppres No. 61/1988, junto Kepmen Keuangan
No.1251/KMK.013/1988,junto Kepmen KeuanganNo.468/KMK.017/1995 tentang Ketentuan
danTata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.
Apa persamaann antara Lembaga Pembiayaan dengan perbankan?
Persamaannya : Sama-sama melakukan kagiatan pembiayaan bagi badan usaha lainnya.
Perbedaannya :
1. Lembaga Pembiayaan dalam melaksanakan kegiatannya tidak menunggu dana dari
masyarakat, sedangkan perbankan memngut dana dari masyarakat
2. Lembaga Pembiayaan dalam melaksanakan kegiatann pembiayaan dalam bentuk
penyediaan dana atau barang modal, sedangkan perbankan melakukan kegiatan
pembiayaan hanya dalam bentuk modal finansial.

XVI. Jenis-Jenis Lembaga Pembiayaan


XVI.1. Leasing (Sewa Guna Usaha)
Dasar hukum Leasing diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/
KMK.013/1988. Kata Leasing berasal dari kata “lease”artinya “menyewakan”. Leasing
adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan atau
menyewakan barang-barang modal untuk digunakan oleh perusahaan lain dalam jangka
waktu tertentu dengan kriteria sebagai berikut:
1. Pembayaran sewa dilakukan secara berkala
2. Masa sewa minimal 2 tahun
3. Adanya hak opsi : yaitu hak perusahaan pengguna barang modal untuk mengembalikan
atau membeli barang modal yang disewakan pada akhir jangka waktu perjaijan leasing.
Beberapa pengertian; Lessor adalah perusahaan pembiayaan atau perusahaan sewa guna
usaha yang telah memperoleh ijin dari Menteri Keuangan. Lesse adalah perusahaan
atau perorangan yang menggunakan barang dengan pembiayaan lessor.

Keuntungan Perjanjian Leasing:


1. Fleksibel
2. Ongkos relatif murah
3. Penghematan pajak
4. Pengaturannya tidak rumit
5. Kriteria lesse longgar
6. Pemutusankontrakoleh lesse
7. Pembukuanyang mudah
Kelemahan Perjanjian Leasing:
1. Bunga yang tinggi
2. Kurangnya perlindungan hukum
3. Proses eksekusi leassing sulit

XVI.2. Modal Ventura


Modal ventura merupakan suatu investasi dalam bentuk pembiayaan berupa
penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan swasta sebagai pasangan usaha untuk
jangka waktu tertentu, biasanya dalamn bentuk uang tunai atau yang ditukarkan
dengan saham pada perusahaan pasangan untuk jangka tertentu. Umumnya investasi
dilakukan dalam bentuk penyerahan modal secara tunai yang ditukar dengan sejumlah
saham pada perusahaan pasangan usaha.

XVI.3. Pembiayaan Konsumen


Suatu lembaga yang dalam melakukan pembiayaan pengadaan barang untuk
kebutuhan konsumen dilakukan dengan sistem pembayaran secara angsuran atau
berkala.

XVI.4. Kartu Kredit (Credit Card)


Pembiayaan langsung diberikan padakonsumen atau masyarkat. Alat pembayaran
melalui jasa bank atau perusahaan pembiayaan dalam transaksi jual beli barang atau
jasa atau alat menarik uang tunai di bank.

XVI.5. Factoring (Anjak Piutang)


Dasar hukum Leasing diatur dalam Keputusan Presiden No. 61 Tahun 1988 junto
Surat Keputusan Menteri KeuanganNo.468/KMK 017/1995. “Anjak piutang adalah
usaha pembiayaan dalam bentuk pembelian dan/atau pengaliahn serta pengurusan
piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan.
7. ASPEK HUKUM BISNIS
PERLINDUNGAN KONSUMEN
I. PENDAHULUAN
Dalam pelaksanaan perlindungan konsumen aspek hukum memiliki peranan yang
penting dari aspek ekonomi. Pada aspek ekonomi yang menjadi fokus pembahasan
adalah situasi ekonomi yang dimiliki konsumen, sedangkan dalam aspek hukum yang
menjadi fokus pembahasan adalah bagaimana hukum diterapkan dalam rangka
menjamin hak-hak konsumen untuk dilindungi dari berbagai hal yang merugikan.

XVI.6. Dasar Hukum:


1. UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
2. UU No 7 Tahun 1996 tentang Pangan
3. PP No,69 Tahun 1999 tentang Labelisasi dan Iklan Pangan
4. PerMen Kes RI No 382/Menkes/Per/VI/1989 tentang Pendaftaran Makanan
5. PermenKes RI No 280/MenKes/Per/XI/76 tentang Ketentuan Peredaran dan Penandaan
Pada Makanan yang Mengandung Bahan Berasal dari Babi.
6. PP No 102 Tahun 2000 tentang Standarisasi Nasional
7. Keppres No.12 Tahun 1991 tentang Penyusunan, Penerapan, dan Pengawasan
Standarisasi Nasional Indonesia

XVI.7. Permasalahan
Pembentukan Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen merupakan
langkah positif pemerintah dalam mengimplementasiakan aspirasi masyarakat
komsumen. Namun demikian undang-undang yang bagus tersebut tidak akan berarti
jika tidak didukung oleh pelaksanaan yang bagus. Maka untuk mewujudkan suatu
sistim perlindungan konsumen yang efektif, sangat diperlukan komitmen dari aparat
penegak hukum untuk dapat melaksanakan tugasnya secara konsisten dan bersungguh-
sungguh. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen(Pasal
1UUNo.8/1999).

XVI.8. Tujuan Perlindungan Konsumen:


1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan, kemandirian konsumen
2. Melindungi diri, mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkanyan dari ekses negative pemakaian barang dan/atau jasa.
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut
hak-haknya sebagai konsumen.
4. Menciptakan sistim perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum
dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.
5. Menumbuhkan kesadaran para pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha.
6. Menjamin kelangsungan usaha, produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan,
keamanan dan keselamatan kosumen.

XVI.9. Perlindungan Konsumen


“Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian
hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen (Pasal 1 ayat 1 UU No. 8/1999
tentang Perlindungan Konsumen). Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/
atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,
orang lain maupun makhluk hidup lain, dan tidak untuk diperdagangkan. Pelaku usaha
adalah setiap orang perorangan atau badan usaha baik yang berbentuk badan hukum
maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan
kegiatan dalam wilayah hukum RI , baik sendiri maupun bersama-sama melalui
perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.

XVII. SERTIFIKASI
Sertifikasi merupakan dokumen yang merupakan bentuk pengakuan formal dari
penerapan standar mutu tertentu, yang tujuannya adalah memberikan jaminan kepada
konsumen, bahwa produk yang telah disertifikasi tersebut adalah yang telah memenuhi
standar mutu tertentu.

XVII.1. Peran Penting Sertifikasi


Mengingat bahwa kondisi konsumen Indonersia tergolong yang potensial
dirugikan, maka harus diupayakan bentuk perlindungan yang efektif. Disinilah penting
sertifikasi berbicara, dalam arti pelaku usaha yang memiliki posisi lebih kuat harus
mengupayakan suatu bentuk pertanggung jawaban terhadap produk yang ditawarkan
.Sehingga produk yang ditawarkan/dihasilkan terjamin mutunya dan aman untuk
dikomsumsi.
XVII.2. Pentingnya Sertifikasi Bagi Pelaku Usaha
Memberikan kepercayaan kepada konsumen demi kelangsungan hidup
perusahaan.
1. Sebagai jaminan bagi pelaku usaha untuk menjamin kepuasan konsumen ,dimana
sertifikasi tersebut merupakan wujud komitmen perusahaan untuk memberikan produk
yang bermutu dan aman dikomsumsi konsumen.
2. Mempertahankan loyalitas pelanggan karena pelanggan merasa puas oleh pelayanan
yang diberikan pelaku usaha .
3. Untuk menarik konsumen baru karena ada jaminan bahwa konsumen akan memperoleh
produk yang bermutu dengan pelayanan yang baik.

XVII.3. Pentingnya Sertifikasi Bagi Konsumen


1. Hak untuk memperoleh kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan / atau jasa
2. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan dan / atau
jasa
3. Hak untuk mendapatkan advokasi dan upaya perlindungan konsumen secara patut
4. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen
5. Hak untuk diperlakukan dan dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.
6. Hak unutk mendapatkan kompensasi, gantu rugi dan / atau penggantian apabila barang
dan / atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya.
7. Hak – hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan lainnya.

XVII.4. Perlindungan Konsumen Dari Segi Mutu


1. Standar mutu, pemberian sertifikasi.
2. HAKI/Merk
3. Menentukan masa daluwarsa suatu produk (tgl, bln, thn)
4. Kehalalan, perlindungan konsumen terhadap produk yang halal
5. Pengawasan produk impor, mencegah terjadinya kerugian bagi masyarakat,
pemerintah dan mengatasi masalah yang telah terjadi atau mencegah terjadinya
masalah kesehatan di Indonesia sebagai akibat masuknya barang-barang berbahaya ke
Indonesia
XVIII. KEHALALAN
Berdasarkan pasal 30 KepMen Pertanian No. 745/1002 tentang Persyaratan dan
Pengawasan Pemasukan Daging dari Luar Negeri menentukan:
1. Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan ke dalam wilayah Indonesia pangan
yang dikemas untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label pada,di dalam, dan
atau di kemasan pangan.
2. Label, sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) memuat keterangan sekurang-
kurangnya mengenai:
a. Nama produk
b. Daftar bahan yang digunakan
c. Berat bersih/ isi bersih
d. Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke wilayah
Indonesia
e. Keterangan tentang halal
f. Tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa
3. Selain keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemerintah dapat
menetapkan keterangan yang wajib atau dilarang dicantumkan pada label pangan.
Hal tersebut di atas khususnya tentang keterangan halal untuk suatu produk pangan sangat
penting bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Dalam PP No
69/1999 tentang Label dan Iklan Pangan dimaksudkan agar masyarakat (umat Islam)
terhindar dari mengkonsumsi pangan yang tidak halal.

XIX. KEWAJIBAN DAN HAK PELAKU BISNIS DAN KONSUMEN


XIX.1. Kewajiban Pelaku Bisnis
1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya
2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan, dan
pemeliharaan
3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan
berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku.
5. Memberikan kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan/atau mencoba barang
dan /atau jasa tertentu serta member jaminan dan/atau garansi atas barang yang
dibuatdan/atau yang diperdagangkan.

XIX.2. Hak Pelaku Bisnis


1. Hak untuk menerima pembayaran yg sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan
nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
2. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad
tidak baik.
3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum
sengketa konsumen.
4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian
konsumen tudak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainya

XIX.3. Hak Konsumen


1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan
3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secar patut
6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan kosumen
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminasi
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
10. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang dan/atau jasa demi keamanan dan keselamatan
11. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang ada/atau jasa
12. Membayar upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut

XIX.4. Larangan Bagi Pelaku Usaha


Pelaku usaha dilarang memproduksi atau mem[erdagangakn barang dan / atau jasa yang:
1. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan
2. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih, atau netto, dan jumlah dalam hitungan
sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut.
3. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam hitungan menurut
ukuran yang sebenarnya.
4. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan / kemanjuran sbgmn dinyatakan
dalam label, etiket, atau keterangan barang dan / jasa tersebut.
5. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya, mode
sebagaimana dinyatakan dalam label barang dan /atau jasa tersebut.
6. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau
promosi penjualan barang dan / atau jasa tersebut
7. Tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa
8. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan halal di
dalam label
9. Tidak memasang label atau membiuat penjelasan barang yang memuat nama barang.
Ukuran, berat, isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat
sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk penggunaan
yang menurut ketentuan harus dipasang/ dibuat
10. Tidak memuat informasi dan / atau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa
Indonesia sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
11. Memperdagangkan barang rusak, cacat atau bekas dan tercemar tanpa memberi
informasi secara lengkap dan benar atas barang dimaksud
XX. PENGAWASAN DAN PEMBINAAN
Pengawasan oleh pemerintah terhadap pelaku usaha dalam memenuhi standar
mutu produksi barang dan / atau jasa, pencantuman label serta pelayanan purna jual
yaitu pelayanan yang dilakukan oleh pelaku usaha terhadap konsumen misalnya
tersedianya suku cadang dan jaminan atau garansi. Pengawasan dilakukan oleh
masyarakat terhadap barang atau jasa yang beredar di pasar, dilakukan dengan cara
penelitian, pengujian dan atau survey. Aspek pengawasan meliputi pemuatan informasi
tentang resiko penggunaan barang jika diharuskan, pemasangan label, pngiklanan dan
lain-lain.

XX.1. Permasalahan- Permasalahan Dalam Perlindungan Konsumen


Kita sudah memiliki 3 UU yang secara eksplisit mengatur perdagangan makanan
dan minuman yang aman untuk kesehatan yakni UU ttg kesehatan, UU ttg pangan dan
UU ttg perlindungan konsumen. Namun ketiga UU ini beluim dimaksimalkan perannya
untuk menghentikan pemakaian bahan-bahan yang berbahaya dan tidak aman dalam
makanan sehingga masih banyak beredar berbagai produk pangan olahan yang tidak
aman bagi kesehatan. Konsumen mempunyai hak atas keamanan unutk produk pangan
ini diatur dalam pasal 4 UU No.8/ 1999, hal senada disebutkan dalam UU No.7/1996
ttg pangan, pangan yang aman merupakan persyaratan utama yang harus dipenuhi dan
setipa orang yang memproduksi pangan unutk diedarkan dilarang menggunakan bahan
tambahan pangan yang dinyatakan terlarang.

XX.2. Penegakan Hukum Perlindungan Konsumen


Masih lemahnya upaya penegakan hukum terhadap pelanggaran maka dapat
disimpulkan bahwa perlindungan terhadap konsumen masih lemah, posisi konsumen
sering dirugikan dan lemahnya pengawasan terhadap standarisasi mutu barang dan
peraturan yang berlaku, akibat negara berkembang menjadi sasaran tujuan barang-
barang ilegal dengan mutu yang rendah dari negara maju. Terjadinya berbagai kasus
seperti ; pencurian pulsa melalui bisnis dengan pengiriman SMS, terjadinya berbagai
pelanggaran bisnis oleh pelaku bisnis dalam memprodusi barang dan maupundi bidang
jasa , dalam usaha produksi makanan, obat- obatan, periklanan. Sebenarnya
konsekuensi hukum dari pelanggaran hak-hak konsumen dapat dijatuhkan sanksi
berupa sanksi pidana, sanksi perdata. Sanksi juga bisa diberikan dalam bentuk ganti
rugi perdata, sanksi administrasi berupa ganti rugi yang dijatuhkan oleh pengadilan
umum atau pejabat pemerintah namun hal ini belum dilaksanakan oleh pemerintah kita.

XX.3. Permasalahan Perlindungan Konsumen Terkini


Belakangan ini kita dihebohkan dengan beredarnya permen berformalin. Atas
peredaran tersebut, tim gabungan DISPERINDAG, YLKI dan BPOM telah mengambil
langkah-langkah. Salah satunya sidak ke swalayan-swalayan dan distributor. Sejumlah
sampel diambil untuk diperiksa. Sementara sisa masih disimpan di swalayan atau
distributor. Tidak ada penyitaan barang oleh tim walaupun telah terbukti mengandung
zat berbahaya bagi konsumen. Kita sudah memilki 3 (tiga) Undang-undang yang secara
eksplisit mengatur perdagangan makanan dan minuman yang aman untuk kesehatan
yakni UU tentang Kesehatan, UU tentang Pangan dan UU tentang Perlindungan
Konsumen. Namun ke-3 UU ini belum dimaksimalkan perannya untuk menghentikan
pemakaian bahan-bahan berbahaya dalam makanan sehingga masih banyak beredar
berbagai produk bahan olahan yang tidak aman bagi kesehatan. Konsumen mempunyai
hak atas keamanan untuk produk pangan. Ini diatur dalam pasal 4 UU No.8/ 1999. hal
senada disebutkan dalam UU No.7/ 1996 tentang Pangan, Pangan yang aman
merupakan persyaratan utama yang harus dipenuhi dan setiap orang yang memproduksi
pangan diedarkan dilarang menggunakan bahan tambahan pangan yang dinyatakan
terlarang. Namun setiap kali keamanan pangan berbenturan dengan akal-akalan pelaku
industri pangan, kita kembali tersentak karena pengalaman tidak pernah kita jadikan
pelajaran. Tragedi biskuit beracun (1989), kasus mie instan beracun (1994) dan tragedi
mie basah dan tahu berformalin (2005) tampaknya tidak cukup menjadi lampu kuning
bagi pemerintah untuk menata kembali keamanan pangan berkelanjutan.
Berdasarkan peraturan MENKES No.722/ MENKES/ PER/ IX/ 1988, formalin
termasuk bahan kimia yang tidak boleh digunakan untuk bahan makanan. Formalin yag
mengandung 37% formaldehid dalam air dan biasanya mengandung methanol hingga
15% sebagai pengawet, jika dikonsumsi bisa menimbulkan tenggorokan dan perut
terasa terbakar, sakit menelan, diare dan kanker. Bidang kesehatan merupakan sektor
yang relatif lengkap dalam melindungi konsumen. Khusus dibidang periklanan
MENKES mengkritik pedas bahwa iklan obat-obatan yang beredar dimasyarakat,
khususnya di TV telah menyesatkan.ini berarti terdapat ketidak jujuran dan baru satu
media bagaimana dengan media lainnya. Ketentuan periklanan khusus untuk obat dan
makan baru dapat ditayangkan jika sudah diperiksa oleh BPOM, dengan fungsinya :
melakukan evaluasi produk sebelum diizinkan beredar; post marketing vigilance
(kewaspadaan) dalam bentuk pengujian lab; melakukan pre audit dan pasca audit atas
iklan dan promosi produk. Kelemahan aturan ini tidak merumuskan eksplisit sanksi
terhadap pelanggaran,hanya dinyatakan sanksi administratif dan atau lainnya sebagai
peraturan per-UU-an. UU 40/1999 tentang perusahaan melarang iklan yang
merendahkan martabat agama,minuman keras dan rokok.sanksi denda 500 juta.
Penyeludupan hukum dilakukan dengan kemasan karya (poster, jingel, film)
mengandung aspek seni.uupk telah antisipasi kreativitas tersebut.dengan terobosan
bahwa pelanggaran etika disamakan dengan tindak pidana (pasal 17(1)f JO 62(2) dan
(3) JO 63)dengan ancaman pidan penjara maksimal 2 tahun dan pidana denda maksimal
500 juta rupiah, praktik?

XXI. BENTUK-BENTUK KERJASAMA BISNIS


XXI.1. Merger
“Suatu penggabungan satu atau beberapa badan usaha sehingga dari sudut
ekonomi merupakan satu kesatuan, tanpa melebur badan usaha yang bergabung.
Dasar/ alasan penggabungan melalui merger adalah:
1. Dapat dimanfaatkan aset yang lebih efisien dalam kesatua perseroan,
2. Adanya integrasi usaha,sehingga biaya produksi dapat ditekan lebih murah,
3. Dengan menggabungkan persoroan diharapkan mampu menerik manajemen yang
profesional,
4. Menghindarkan bubarnya perusahaan yang bergabung krn rugi,
5. Tidak terjadinya performa yang kurang baik pada perusahaan yang merugi yang diajak
bergabung .

XXI.2. Konsolidasi
“Penggabungan antara dua atau lebih badan usaha yang menggabungkan diri
saling melebur menjadi satu dan membentuk satu badan usaha yang baru.

XXI.3. Joint Venture


“Bentuk persetujuan di antara dua pihak atau lebih, untuk melakukan kerjasama dalam suatu
kegiatan”
XXI.4. Waralaba (Franchise)
Waralaba berasaldari kata “wara” yang berarti lebih atau istimewa. “Laba” berati
untung. Jadi Waralaba usaha yang memberikan keuntungan lebih. Perikatan dimana
salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan hak atas
kekayaan intelektual atau penemuan, atau ciri khas yang dimilki pihak lain dengan
imbalan berdasarkan persyaratan dan atau penjualan barang dan jasa(PP No.16 Tahun
1997 dan KepMen Perindag No.259/1997 tentang Tata Cara PelaksanaanPendaftarn
Usaha Waralaba. Menurut Winarto : Waralaba adalah hubungan kemitraan antara
usahawan yang kuat dan sukses dengan usahawan yang relatif baru atau lemah dalam
usaha tersebut dengan tujuan saling menguntungkan khusunya dalam bidang usaha
penyediaan produk dan jasa langsung kepada konsumen. Dalam bentuknya sebagai
bisnis, waralaba memiliki dua jenis kegiatan:
1. Waralaba produk dan merek dagang;
Pemberian ijin kepada penerima waralaba untuk menggunakan merek dagang yang
diwaralabakan dan pemberi waralaba memperoleh pembayaran royalty dimuka.
(bentuknya keagenan, distributor, dan lisensi penjualan).
2. Waralaba format bisnis
Pemberian sebuah lisensi oleh pemberi waralaba kepada penerima waralaba , lisensi tersebut
memberi hak kepada penerima waralaba untuk berusaha dengan menggunakan merek
dagang /nama dagang pemberi waralaba, dan untuk menggunakan keseluruhan paket
yang terdiri dari seluruh elemen yang diperlukan untuk membuat seorang yang
sebelumnya belum terlatih dalam bisnis dan untuk menjalankannya dengan bantuan
yang terusmenerus atas dasar yang telah ditentukan sebelumnya.

Menurut Martin Mandelson waralaba format bisnis meliputi:


1. Konsep bisnis yang yang menyeluruh dari pemberi waralaba
2. Adanya proses permulaan dan pelatihan atas seluruh aspek pengeloaan bisnis sesuai
dengan konsep pemberi waralaba,
3. Proses bantuan dan bimbingan yang terus menerus dari pihak pemberi waralaba

Alasan pemberi waralaba untuk menawarkan bisnisnya (Amir Karamoy):


1. Kekurangan modal untuk ekspansi usaha/pasar yang lebih luas
2. Kekurangan personiluntuk menjalankan usahanya
3. Melakukan perluasan pasar lebih cepat
8. HAK ATAS KEKAYAAN
INTELEKTUAL (HAKI)
I. PENDAHULUAN
Indonesia ikut perjanjian Perdaganagan Internasional WTO (World Trade
Organization ) sejak tahun 1994, dimana dalam lampirannya terdapat TRIPs ( Trade
Related Aspect Of Intellectual Property Rights ) yang menjadi acuan untuk meratifikasi
peratutan perundang-undangan mengenai HAKI melalui UU No.7 tahun 1994. Maka
perlindungan dan pengembangan karya intelektual (Desain, Paten, Cipta, Rahasia
Dagang, Merek, dll) menjadi poin yang sangat penting. Diera globalisasi, invensi
Kekayaan Intelektual (HAKI) dapat dijadikan sebagi competitive advantage dalam
persaingan global dan sekaligus sebagai aset yang mempunyai nilai ekonomi.
Sebagai negara berkembang, Indonesia harus memandang sisi perdagangan
internasional yang menimbulkan adanya persaingan tersebut sebagai suatu hal yang
mempunyai arti penting.pembangunan ekonomi yang semakin menitik beratkan pada
sektor industri terutama yang berorientasi eksport memerlukan pengamanan bagi
pemasarannya. Globalisasi identik dengan free market, free competition. Hal ini
memberikan dampak yang cukup besar terhadap perlindungan HAKI di Indonesia.
HAKI adalah instrumen hukum yang memberikan perlindungan hak pada seseorang
atas segala hasil kreativitas dan perwujudan karya intelektual serta memberikan hak
kepada pemiliknya untuk menikmati keuntungan ekonomi dari kepemilkikan tersebut.
Bagaimana implementasi perlindungan HAKI dan pemahaman masyarakat mengenai
HAKI?

XXI.5. Pengertian Hak Atas Kekayaan Intelektual / HAKI (Intellectual Property


Rights)
HAKI adalah: hak yang timbul dari hasil olah pikir otak manusia yang menghasilkan
suatu produk atau proses yang berguna/bermanfaat untuk manusia. Hak untuk menikmati
secara ekonomi hasil dari suatu kreativitas intelektual. Merupakan hasil pemecahan atas
masalah yang dihadapi oleh seseorang. Sesuai dengan kodratnya seseorang akan terdorong
untuk berfikir secara kreatif guna memecahkan suatu masalah yang dialaminya, yang memicu
daya cipta. Obyek yang diatur dalam HAKI adalah karya yang timbul atau lahir karena
kemampuan intelektual manusia. Kekayaan Intelektual adalah sebuah kekuatan yang dapat
digunakan untuk meperkaya kehidupan seseorang dan masa depan suatu bangsa secara
material, budaya, dan social. Pada prinsipnya HAKI adalah hak untuk menikmati secara
ekonomi hasil dari suatu kreativitas intelektual. Obyek yang diatur dalam HAKI adalah
karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia.
XXI.6. Mengapa Melindungi HAKI?
1. Hak- hak Alami:
Dalam Deklarasi HAKI sedunia : bahwa setiap orang memilki hak untuk mendapatkan
perlindungan ( untuk kepentingan moral dan material) yang diperoleh dari ciptaan
ilmiah, kesusesteraaan atau artistik dalam hal dia sebagai pencipta .
2. Perlindungan Reputasi :
Bahwa perusahaan (besar) telah banyak menghabiskan waktu, biaya unrtuk membangun
sebuah reputasi bagi produk-produk merek (contoh; Coca-cola,Mc.Donalds)
Perusahaan ini mencoba untuk menghindarkan/ mencegah pihak lain menggunakan
reputasi mereka untuk memproduksi/menjual produk-produk milik mereka.
3. Dorongan dan imbalan dari inovasi dan penciptaan

XXI.7. Alasan Haki Perlu Dilindungi Oleh Hukum


Alasan “bersifat non-ekonomis“ menyatakan bahwa perlindungan hukum akan
memacu mereka yang menghasilakan karya-karya inteletual tersebut untuk terus
melakukan kreativitas intelektualnya.Hal ini akan meningkatkan perkembangan hidup
mereka.
Alasan “bersifat ekonomis” untuk melindungi mereka yang melahirkan karya-
karya intelektual tersebut, serta mendapatkan keuntungan material dari karya-karya
nya . Dipihak lain melindungi mereka dari adanya peniruan,pembajakan, penjiplakan,
perbuatan curang lainnya yang dilakukan oleh orang lain atas karya-karya mereka
yang berhak.

XXI.8. Manfaat HAKI


1. Aset perusahaan
2. Pendukung dalam pengembangan usaha.
3. Pencegah persaingan usaha tidak sehat dan peningkat daya saing.
4. Pemacu inovasi/ kreativitas
5. Pembentuk image
XXI.9. Macam-Macam Hak Atas Kekayaan Intelektual Dan Perlindungannya
XXI.10. Haki Sebagai Hak Eklusif
 Hak ekonomi, yakni hak khusus bagi pencipta untuk mengumumkan dan
memperbanyak ciptaannya, dan atu memberi ijin kepada orang lain.
 Hak moral, yakni hak yang berkenaan dengan mengadakan larangan bagi orang lain
untuk mengadakan perubahan judulnya, larangan pengubahan nama penciptanya, dan
hak mengadakan perubahan karya ciptanya.

XXI.11. Permohonan HAKI


3(tiga) jalur permohonan HAKI
1. Dirjen HKI
2. Kantor Wilayah Kemenkumham
3. Konsultan Terdaftar di Kemenkumham

XXI.12. Pelaku Usaha Usaha Mikro, Kecil, Menengah Dan Besar Berdasarkan
UU No. 20 Tahun 2008
XXI.13. Organisasi Dunia yang Menangani HAKI
1. WIPO : World Intellectual Property Organisation
2. WTO : World Trade Organisation
3. GATT : Government Agreement Tariff on Trade
4. TRIP’S : Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights
 TRIP’S menitikberatkan kepada norma dan standar
 Sifat persetujuan dalam TRP’S adalah ketaatan yang bersifat memaksa
 TRIP’S memuat ketentuan penegakan hukum yang sangat ketat dengan
mekanisme penyelesaian sengketa diikuti dengan sanksi yang bersifat
retributif.

XXI.14. Kiat Memperoleh Perlindungan HAKI


XXII. MEREK DAN PENDAFTARAN HAK MEREK
Menurut Pasal 1 Ayat 2 Uu No.15/2001. Merek Adalah Suatu “Tanda” Yang
Berupa Gambar, Nama, Kata, Huruf-Huruf, Angka-Angka , Susunan Warna Atau
Kombinasi Dari Unsur-Unsur Tersebut Yang Memiliki Daya Pembeda Dan Digunakan
Dalam Kegiatan Perdagangan Barang Dan Jasa.

XXII.1. Fungsi Merek


1. Tanda pengenal.
2. Alat promosi
3. Jaminan mutubarang
4. Menunjukan asal barang

XXII.2. Fungsi Pendaftaran Merek


1. Alat bukti bagi pemilik yang berhak atas merek yang didaftarkan
2. Sebagai dasar penolakan terhadap merek yang sama secara keseluruhan atau sama pada
pokoknya yang dimohonkan pendaftar oleh orang lain untuk barang/jasa sejenis
3. Sebagai dasar untuk mencegah orang lain memakai merek yang sama keseluruhan atau
sama pada pokoknya dalam pendaftaran untuk barang/jasa sejenis

XXII.3. Dasar Hukum Merek


1. Undang-undang No.15 Tahun 2001 tentang Merek
2. Undang-undang No.5 Tahun 1994 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat
3. Pasal 6 berbunyi :Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha
dalam menjalankan kegiatan produksi atau pemasaran barang dan atau jasa yang
dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan
usaha
4. Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

XXII.4. Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terdaftar


1. Perlindungan hukum bagi merek terdaftar selam 10 tahun dan berlaku surut sejak
tanggal penerimaan permohonan merek bersangkutan, dan dapat diperpanjang kembali
2. Merek yang digugat dibatalakan atas putusan pengadilan
3. Pengalihan merek terdaftar, a.l.;melalui pewarisan, perjanjian wasiat, hibah,
4. Sanksi terhadap pelanggran penggunaan merek terdaftar milik pihak lain tanpa izin
kena sanksi pidana (Pasal 90 UUM)

XXII.5. Persyaratan Pendaftaran Merek


1. Foto copy NPWP Pemilik
2. Foto copy NPWP Badan Hukum
3. Foto copy Akta Badan Hukum dilegalisir Notaris
4. Surat Keterangan dari UKM (apabila dari UKM)
5. Foto copy KTP (2 buah)
6. Contoh Merek jumlah 30 buah, ukuran min. 3x3 cm, maksimal 9x9 cm
7. Formulir pendaftaran rangkap 4(kertas F4)
8. Surat pernyataan diatas materai 6000
9. Bukti setortunai asli dari bank (BRI)
10. Map hijau.

XXIII. HAK CIPTA


Menurut Pasal 1 UU NO.19/2002 Tentang Hak Cipta. Hak ekslusif bagi pencipta
atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberi
izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan - pembatasan menurut perundang -
undangan. Ciptaan adalah hasil dari setiap karya yang menunjukkan keasliannya dalam
lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra. Perlindungan suatu ciptaan timbul secara
otomatis sejak ciptaan itu diwujudkan dalam bentuk yang nyata. Pendaftaran ciptaan
tidak merupakan suatu kewajiban untuk mendapatkan hak cipta. Namun surat
pendaftaran diperlukan apabila ciptaanya akan dijadikan alat bukti dipengadilan
apabila timbul sengketa dikemudian hari terhadap ciptaannya tersebut.

XXIII.1. Pengalihan Hak Cipta


1. Pewarisan
2. Hibah
3. Wasiat
4. Perjanjian tertulis
5. Sebab-sebablain yang dibenarkan oleh perturan per-uu-an
XXIII.2. Ciptaan yang Dilindungi
1. Buku, program komputer, pamflet.
2. Ceramah, kuliah,pidato dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu
3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikandan ilmu pengetahuan
4. Lagu atau musik dengan atautanpa teks
5. Drama atau drama musik,tari,pewayangan dan pantomim
6. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir kaligrafi, seni
patung, seni terapan,arsitektur, peta,seni batik, fotografi, sinematografi, terjemahan,
tafsir, saduran, bunga rampai, dan karya

XXIII.3. Persyaratan Hak Cipta


1. Mengisi formulir
2. Melampirkan bukti kewarganegaraan pencipta/ pemegang hakcipta
3. Melampirkan bukti badan hukum bila perusahaahn adalah badan hokum contoh ciptaan
dan uraian atas ciptaannya yang dimohon
4. Melampirkan surat kuasa apabila melalui kuasa
5. Membayar biaya permohonan
6. Melampirkan contoh ciptaan dan uraian atas ciptaannya yang dimohon
 Program Komputer; 2 buah disket/CD disertai buku petunjuk pengoperasian dari
program komputer tersebut. CD/DVD disertai uraian ciptaannya
 Seni lukis, seni batik, seni motif, seni kaligrafi dan logo dan gambar: 10 lembar
berupa foto
 Seni ukir, seni patung, seni kerajinan tangan; 10 buah berupa foto
 Lagu; 10 buah berupa notasi dan atau syair
 Alat Peraga; 1 buah disertai buku petunjuk
 Tari (koreografi); 10 buah berupa gambar dan rekamannya
 Buku dan Karya tulis lainnya; 2 buah dijilid dengan edisi baru. Apabila suatu
buku berisi foto seseorang harus dilampirkan surat tidak berkeberatan orang yang
difoto atau dari ahli warisnya
XXIII.4. Prosedur Pendaftaran Hak Cipta

XXIII.5. Lingkup Perlindungan Rahasia Dagang


Menurut pasal 2 UURD (UU No.30/2000) : “Metode produksi, metode
pengolahan, metode penjualan, atau informasi lain dibidang teknologi dan atau bisnis
yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum.” Informasi
rahasia yang memperoleh perlindungan :
• Informasi Yang Bersifat Rahasia
• Informasi Yang Memiliki Niai Ekonomi

XXIII.6. PATEN
Paten adalah hak ekslusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil
invensinya di bidang teknologi yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakannya. Dasar hukum pengaturan Paten; Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2001 Tentang Paten.
XXIV. DESAIN INDUSTRI
Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi
garis atau warna atau garis dan warna, atau gabungan dari daripadanya yang berbentuk
tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan
dalam tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu
produk, barang,komoditi industri, atau kerjinan tangan.(Pasal 1ayat (1) UU
No.31/2000). Hak Desain Industri adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara RI
kepada pendisain atas hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu melaksanakan
sendiri atau memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakan hak
tersebut. (Pasal 1ayat (5) UU No.31/2000. Desain industri merupakan suatu kreasi yang
berasal dari hasil perwujudan ide atau inspirasi yang mempunyai perbedaan dengan
kreasi yang ada sebelumnya. Desain industri merupakan suatu alat produksi yang dapat
digunakan untuk membuat barang yang sama seaca berulang-ulang.
Pendaftaran Desain Industri merupakan elemen penting dalam perlindungan desain industri.

XXIV.1. Dasar Hukum Desain Industri


1. Undang-undang No.31 Tahun 2000 tentang Desain Industri
2. Undang-undang No.5 Tahun 1994 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat
3. Pasal 6 berbunyi :Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha
dalam menjalankan kegiatan produksi atau pemasaran barang dan atau jasa yang
dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan
usaha
4. Undang-Undan No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
XXIV.2. Prosedur Permohonan Merk
XXV. RAHASIA DAGANG
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang, Rahasia
dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/atau
bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga
kerahasiannya oleh pemilik rahasia dagang.

Lingkup Rahasia Dagang


1. Metode produksi
2. Metode pengolahan
3. Metode penjualan
4. Informasi lain
5. Yaitu dibidang teknologi dan/atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak
diketahui oleh masyarakat umum
Hak Apa Yang Dimiliki Pemegang Rahasia Dagang ?
1. Menggunakan sendiri rahasia dagang yang dimilikinya
2. Memberikan lisensi kepada pihak lain untuk menggunakan rahasia dagang untuk
kepentingan yang bersifat komersil
3. Mengajukan gugatan secara perdata atau tuntutan secara pidana kepada siapapun yang
dengan sengaja dan tanpa hak mengunakan hak tersebut dari pemiliknya.

Lisensi Rahasia Dagang


1. Merupakan izin yang diberikan oleh pemilik rahasia dagang kepada pihak lain melalui
suatu perjanjian berdasarkan pada pemberian hak ( bukann pengalihan hak) untuk
menikmati manfaat ekonomi dari suatu rahasia dagang yang diberi perlindungan dalam
jangka waktu tertentu dan syarat tertentu.
2. Perjanjian lisensi wajib dicatatkan ( data yang bersifat administratif )tidak mencakup
subtansi rahasia dagang, pada DJHKI dengan dikenakan biaya sesuai ketentuan
perundang-undangan

XXV.1. Paten
Paten adalah hak ekslusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil
invensinya di bidang teknologi yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakannya. Dasar hukum pengaturan Paten: Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2001Tentang Paten.

XXV.2. Perjanjian Waralaba (Franchise)


Perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan atau
menggunakan hak atas kekayaan intekektual atau penemuan atau curi khas usaha yang
dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain
tersebut, dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan atau jasa ( Pasal 1 PP
No.16 Tahun 1997 Tentang Waralaba).

Pemberi Waralaba
Badan usaha atau perorangan yang memberikan hak kepada pihak lain untuk
memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan
atau ciri-ciri khas usaha yang dimiliki (Pasal 1 ayat 2 PP No.16/1997).
Penerima Waralaba
Badan usaha atau perorangan yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau
menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri-ciri khas usaha
yang dimiliki. Pemberi Waralaba.(Pasal 1 ayat 3 PP No.16/1997).

Klausula Perjanjian Waralaba


1. Nama, alamat, dan tempat kedudukan perusahaan masing-masing pihak
2. Nama, dan jabatan masing-masing pihak yang berwenang menandatangani perjanjian.
3. Nama dan jenis HAKI,penemuan atau ciri khas usaha, misalnya : sistem manajemen,
cara penjualan atau penataan, cara distribusi.
4. Hak dan kewajiban masing-masinpihak,bantuan dan fasilitas
5. Penunjukan wilayah pemasaran usaha waralaba
6. Jangka waktu perjanjian
7. Cara menyelesaikan perselisihan
8. Penghakhiran perjanjian
9. Ganti kerugian
10. Penggunaan barang atau bahan hasil produksi, dalam negetri dan dipasok oleh
pengusaha kecil.
11. Pembinaan bimbingan danpelatihan

Persyaratan Usaha Waralaba


1. Mengutamakan Produksi Dalam, dengan memperhatikan standar mutu barang dan jasa
2. Mengutamakan Pengusaha Kecil dan Menengah dalam rangka penyediaan dan atau
pengadaan barang dan jasa serta wajib mengutamakan kerjasama atau pasokan barang
atau jasa dari penguasaha kecil dan menengah.(Pasal 17 PP No.259/1997)
3. Menyelenggarakan Waralaba Bertahapdilaksanakan di setiap wilayah Indonesia secara
bertahap dengan memperhatikan pengembangan UMKM dankebutuhan
masyarakat,tingkat perkembangansosial dan ekonomi di wilayah yang bersangkutan.
4. Mengutamakan Pengusaha Kecil dan Menengah dalam rangka penyediaan dan atau
pengadaan barang dan jasa serta wajib mengutamakan kerjasama atau pasokan barang
atau jasa dari penguasaha kecil dan menengah.(Pasal 17 PP No.259/1997)
5. Larangan lebih dari 1(satu) Penerima Waralaba Untuk lokasi yang berdekatan bagi
Penerima waralaba dilarang melaksankan usaha yang sama untuk barang dan atau jasa
yang sama dan menggunakan merek yang sama karena akan mengakibatkan
ketidaklyakan.(Pasal 19 PP No.259/1997)

XXVI. Perlindungan Konsumen


Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum
untuk memberikan perlindungan kepada konsumen (Pasal 1UU No.8/1999 tentang
Perlindungan Konsumen).

Dasar Hukum
1. UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
2. UU No 7 Tahun 1996 tentang Pangan
3. PP No,69 Tahun 1999 tentang Labelisasi dan Iklan Pangan
4. PerMen Kes RI No 382/Menkes/Per/VI/1989 tentang Pendaftaran Makanan
5. PermenKes RI No 280/MenKes/Per/XI/76 tentang Ketentuan Peredaran dan
Penandaan Pada Makanan yang Mengandung Bahan Berasal dari Babi.
6. PP No 102 Tahun 2000 tentang Standarisasi Nasional
7. Keppres No 12 Tahun 1991 tentang Penyusunan, Penerapan, dan Pengawasan
Standarisasi Nasional Indonesia

Tujuan Perlindungan Konsumen


1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan, kemandirian konsumen
2. Melindungi diri, mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkanyan dari ekses negative pemakaian barang dan/atau jasa
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut
hak-haknya sebagai konsumen
4. Menciptakan sistim perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum
dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi,
5. Menumbuhkan kesadaran para pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha
6. Menjamin kelangsungan usaha, produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan,
keamanan dan keselamatan kosumen.
XXVI.1. Kewajiban Dan Hak Pelaku Bisnis Dan Konsumen
Kewajiban Pelaku Bisnis (Pasal 7 UU No.8/1999)
1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya
2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan, dan
pemeliharaan
3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan
berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku.
5. Memberikan kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan/atau mencoba barang
dan /atau jasa tertentu serta member jaminan dan/atau garansi atas barang yang
dibuatdan/atau yang diperdagangkan.
6. Memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggatian atas kerugian akibat penggunaan,
pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan
7. Memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa
yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Hak Pelaku Bisnis (Pasal 6 UU No.8/1999)


1. Hak untuk menerima pembayaran yg sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan
nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
2. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad
tidak baik.
3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum
sengketa konsumen.
4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian
konsumen tudak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainya

Hak Konsumen (Pasal 4 UU No.8/1999)


1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan
3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secar patut
6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan kosumen
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminasi
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya

Kewajiban Konsumen
1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang dan/atau jasa demi keamanan dan keselamatan
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang ada/atau jasa
3. Membayar upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut

Permasalahan- Permasalahan Dalam Perlindungan Konsumen


Kita sudah memiliki 3 UU yang secara eksplisit mengatur perdagangan makanan
dan minuman yang aman untuk kesehatan yakni UU ttg kesehatan, UU ttg pangan dan
UU ttg perlindungan konsumen. Namun ketiga UU ini beluim dimaksimalkan perannya
untuk menghentikan pemakaian bahan-bahan yang berbahaya dan tidak aman dalam
makanan sehingga masih banyak beredar berbagai produk pangan olahan yang tidak
aman bagi kesehatan. Konsumen mempunyai hak atas keamanan unutk produk pangan
ini diatur dalam pasal 4 UU No.8/ 1999, hal senada disebutkan dalam UU No.7/1996
ttg pangan, pangan yang aman merupakan persyaratan utama yang harus dipenuhi dan
setipa orang yang memproduksi pangan unutk diedarkan dilarang menggunakan bahan
tambahan pangan yang dinyatakan terlarang.

Penegakan Hukum Perlindungan Konsumen


Masih lemahnya upaya penegakan hukum terhadap pelanggaran maka dapat
disimpulkan bahwa perlindungan terhadap konsumen masih lemah, posisi konsumen
sering dirugikan dan lemahnya pengawasan terhadap standarisasi mutu barang dan
peraturan yang berlaku, akibat negara berkembang menjadi sasaran tujuan barang-
barang ilegal dengan mutu yang rendah dari negara maju. Terjadinya berbagai kasus
seperti ; pencurian pulsa melalui bisnis dengan pengiriman SMS, terjadinya berbagai
pelanggaran bisnis oleh pelaku bisnis dalam memprodusi barang dan maupundi bidang
jasa , dalam usaha produksi makanan, obat- obatan, periklanan. Sebenarnya
konsekuensi hukum dari pelanggaran hak-hak konsumen dapat dijatuhkan sanksi
berupa sanksi pidana, sanksi perdata. Sanksi juga bisa diberikan dalam bentuk ganti
rugi perdata, sanksi administrasi berupa ganti rugi yang dijatuhkan oleh pengadilan
umum atau pejabat pemerintah namun hal ini belum dilaksanakan oleh pemerintah kita.

Permasalahan Perlindungan Konsumen Terkini


Belakangan ini kita dihebohkan dengan beredarnya permen berformalin. Atas
peredaran tersebut, tim gabungan DISPERINDAG, YLKI dan BPOM telah mengambil
langkah-langkah. Salah satunya sidak ke swalayan-swalayan dan distributor. Sejumlah
sampel diambil untuk diperiksa. Sementara sisa masih disimpan di swalayan atau
distributor. Tidak ada penyitaan barang oleh tim walaupun telah terbukti mengandung
zat berbahaya bagi konsumen. Kita sudah memilki 3 (tiga) Undang-undang yang secara
eksplisit mengatur perdagangan makanan dan minuman yang aman untuk kesehatan
yakni UU tentang Kesehatan, UU tentang Pangan dan UU tentang Perlindungan
Konsumen. Namun ke-3 UU ini belum dimaksimalkan perannya untuk menghentikan
pemakaian bahan-bahan berbahaya dalam makanan sehingga masih banyak beredar
berbagai produk bahan olahan yang tidak aman bagi kesehatan. Konsumen mempunyai
hak atas keamanan untuk produk pangan. Ini diatur dalam pasal 4 UU No.8/ 1999. hal
senada disebutkan dalam UU No.7/ 1996 tentang Pangan, Pangan yang aman
merupakan persyaratan utama yang harus dipenuhi dan setiap orang yang memproduksi
pangan diedarkan dilarang menggunakan bahan tambahan pangan yang dinyatakan
terlarang. Namun setiap kali keamanan pangan berbenturan dengan akal-akalan pelaku
industri pangan, kita kembali tersentak karena pengalaman tidak pernah kita jadikan
pelajaran. Tragedi biskuit beracun (1989), kasus mie instan beracun (1994) dan tragedi
mie basah dan tahu berformalin (2005) tampaknya tidak cukup menjadi lampu kuning
bagi pemerintah untuk menata kembali keamanan pangan berkelanjutan.
Berdasarkan peraturan MENKES No.722/ MENKES/ PER/ IX/ 1988, formalin
termasuk bahan kimia yang tidak boleh digunakan untuk bahan makanan. Formalin yag
mengandung 37% formaldehid dalam air dan biasanya mengandung methanol hingga
15% sebagai pengawet, jika dikonsumsi bisa menimbulkan tenggorokan dan perut
terasa terbakar, sakit menelan, diare dan kanker. Bidang kesehatan merupakan sektor
yang relatif lengkap dalam melindungi konsumen. Khusus dibidang periklanan
MENKES mengkritik pedas bahwa iklan obat-obatan yang beredar dimasyarakat,
khususnya di TV telah menyesatkan.ini berarti terdapat ketidak jujuran dan baru satu
media bagaimana dengan media lainnya. Ketentuan periklanan khusus untuk obat dan
makan baru dapat ditayangkan jika sudah diperiksa oleh BPOM, dengan fungsinya :
melakukan evaluasi produk sebelum diizinkan beredar; post marketing vigilance
(kewaspadaan) dalam bentuk pengujian lab; melakukan pre audit dan pasca audit atas
iklan dan promosi produk. Kelemahan aturan ini tidak merumuskan eksplisit sanksi
terhadap pelanggaran,hanya dinyatakan sanksi administratif dan atau lainnya sebagai
peraturan per-UU-an. UU 40/1999 tentang perusahaan melarang iklan yang
merendahkan martabat agama,minuman keras dan rokok.sanksi denda 500 juta.
Penyeludupan hukum dilakukan dengan kemasan karya (poster, jingel, film)
mengandung aspek seni.uupk telah antisipasi kreativitas tersebut.dengan terobosan
bahwa pelanggaran etika disamakan dengan tindak pidana (pasal 17(1)f JO 62(2) dan
(3) JO 63)dengan ancaman pidan penjara maksimal 2 tahun dan pidana denda maksimal
500 juta rupiah, praktik?

XXVII. SERTIFIKASI
Sertifikasi merupakan dokumen yang merupakan bentuk pengakuan formal dari
penerapan standar mutu tertentu, yang tujuannya adalah memberikan jaminan kepada
konsumen, bahwa produk yang telah disertifikasi tersebut adalah yang telah memenuhi
standar mutu tertentu.

XXVII.1. Peran Penting Sertifikasi


Mengingat bahwa kondisi konsumen Indonersia tergolong yang potensial
dirugikan, maka harus diupayakan bentuk perlindungan yang efektif. Disinilah penting
sertifikasi berbicara, dalam arti pelaku usaha yang memiliki posisi lebih kuat harus
mengupayakan suatu bentuk pertanggung jawaban terhadap produk yang ditawarkan
.Sehingga produk yang ditawarkan/dihasilkan terjamin mutunya dan aman untuk
dikomsumsi.

XXVII.2. Sertifikasi Bagi Pelaku Usaha


1. Memberikan kepercayaan kepada konsumen demi kelangsungan hidup perusahaan.
2. Sebagai jaminan bagi pelaku usaha untuk menjamin kepuasan konsumen ,dimana
sertifikasi tersebut merupakan wujud komitmen perusahaan untuk memberikan produk
yang bermutu dan aman dikomsumsi konsumen.
3. Mempertahankan loyalitas pelanggan karena pelanggan merasa puas oleh pelayanan
yang diberikan pelaku usaha .
4. Untuk menarik konsumen baru karena ada jaminan bahwa konsumen akan memperoleh
produk yang bermutu dengan pelayanan yang baik.

XXVII.3. Sertifikasi Bagi Konsumen


1. Hak untuk memperoleh kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan / atau jasa
2. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan dan / atau
jasa
3. Hak untuk mendapatkan advokasi dan upaya perlindungan konsumen secara patut
4. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen
5. Hak untuk diperlakukan dan dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.
6. Hak unutk mendapatkan kompensasi, gantu rugi dan / atau penggantian apabila barang
dan / atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya.
7. Hak – hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan lainnya.

XXVII.4. Perlindungan Konsumen Dari Segi Mutu


1. Standar mutu, pemberian sertifikasi.
2. HAKI/Merk
3. Menentukan masa daluwarsa suatu produk (tgl, bln, thn)
4. Kehalalan (Pasal 30 KepMen Pertanian No. 745/1002 tentang Persyaratan dan
Pengawasan Pemasukan Daging dari Luar Negeri Perlindungan konsumen terhadap
produk yang halal
5. Pengawasan produk impor; Mencegah terjadinya kerugian bagi masyarakat,
pemerintah dan mengatasi masalah yang telah terjadi atau mencegah terjadinya
masalah kesehatan di Indonesia sebagai akibat masuknya barang-barang berbahaya ke
Indonesia
6. Label, memuat keterangan sekurang-kurangnya mengenai:
a. Nama produk
b. Daftar bahan yang digunakan
c. Berat bersih/ isi bersih
d. Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke wilayah
Indonesia
e. Keterangan tentang halal
f. Tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa

XXVIII. Kemitraan
Manfaat kemitraan; kemanfaatan ini dapat dicapai sepanjang kemitraan yang
dilakukan didasarkan pada prinsip saling memperkuat, memerlukan, dan
menguntungkan.
1. Meningkatkatnya produktivitas dan efisiensi
2. Jaminan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas
3. Menurunkan resiko kerugian
4. Memberikan social benefit yang cukup tinggi
5. Meningkatkan ketahanan ekonomi secara nasional.
XXIX. PATEN
Paten adalah hak ekslusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil
invensinya di bidang teknologi yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakannya. Dasar hukum pengaturan Paten; Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2001 Tentang Paten.

Dasar Hukum Paten


1. Undang-undang No.14 Tahun 2001 tentang Paten
2. Undang-undang No.7 Tahun 1994 tentang Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdaganagn Dunia
3. Peraturan Pemerintah No.34 Tahun1991 tentang Tata cara Permintaan Paten

NO KETERANGAN PATEN PATEN SEDERHANA


1 Jumlah klaim 1 invensi atau beberap invensi 1 invensi
yang merupakan satu kesatuan
invensi
2 Masa perlindungan 20 tahun terhitung sejak tanggal 10 b tahun terhitung sejak
penerimaan permohonan paten tanggal penerimaan paten

3 Pengumuman 18 bulan setelah tanggal 3 bulan setelah tanggal


permohonan penerimaan penerimaan
4 Jangka waktu 6 bulan terhitung sejak 3 bulan terhitung sejak
mengajukan diumumkan diumumkan
keberatan
5 Yang diperiksa Kebaruan(novelty), langkah Kebaruan(novelty), dapat
dalam pemeriksaan inventif dapat diterapakn dalam diterapakan dalam bidang
substanstif industri industri
6 Lama pemerikasan 36 tahun terhitung sejak tanggal 24 bulan terhitung sejak
substansi penerimaan pemeriksaan tanggal penerimaan
substansi permohonan permeriksaan
substansi
Produk atau proses
7 Obyek paten Produk atau alat
XXX. Hak Cipta
Dasar Hukum Hak Cipta
1. Undang-undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
2. Undang-undang No.7 Tahun 1994 tentang Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia
3. Peraturan Pemerintah No.34 Tahun1991 tentang Tata cara Permintaan Paten

“Mari Kita Hormati dan Hargai Karya Orang Lain dan Kita Lindungi Karya Kita
Sendiri.”
9. ASPEK LEGAL ASURANSI
I. Pengertian Asuransi
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, antara seseorang
penanggung yang mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima
suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan
dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu (Pasal 246 KUHD). Menurut Pasal
1 ayat 1 UU No. 2 Tahun 1992 tentang Perasuransian): Asuransi atau pertanggungan
adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk
memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak
ketiga yang mungkuin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang
tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal
atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

XXXI. Perjanjian Asuransi


Syarat-Syarat Sahnya Asuransi:
1. Memenuhi ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata (sebagai syarat Lex Generalis)
a. Kesepakatan para pihak,
b. Kewenangan berbuat,
c. Obyek tertentu,
d. Kausa yang halal
2. Diatur dalam KUHD dan UU No.2 Tahun 1992 tentang Perasuransian (Lex Spesialis)
a. Kesepakatan (Consensus) meliputi:
1) Benda yang menjadi objek asuransi
2) Pengalihan resiko dan pembayaran premi
3) Ganti kerugian
4) Syarat-syarat khusus asuransi
5) Dibuat secara tertulis yang disebut polis
b. Kewenangan (Authority) meliputi:
1) Kewenangan subyektif
2) Kewenangan obyektif
c. Obyek Tertentu (Fixed obyect), meliputi:
1) Harta kekayaan dan kepentingan yang melekat pada harta kekayaan harus jelas
2) Jiwa atau raga manusia.
3) Dalam hukum perjanjian asuransi pemberitahuan ttg kondisi obyek yang
diasuransikan mutlak dibertahukan oleh tertanggung( teori obyektivitas)
sebagai pertimbangan dalam pengalihan resiko
d. Kausa yang Halal (Legal Cause)
Perjanjian asuransi isinya tidak bertentangan dengan Undang- Undang, ketertiban umum,
dan kesusilaan.

XXXII. Fungsi Lembaga Asuransi


1. Sebagai lembaga pelimpahan resiko
Asuransi/ pertanggungan di dalamnya selalu mengandung pengertian adanya suatu
risiko.Terjadinya resiko belum pasti karena masih tergantung pada suatu peristiwa yang
belum pasti pula. Adanya pelimpahan tanggung jawab memikul beban resiko tersebut,
kepada pihak lain yang sanggup mengambil alih tanggung jawab,maka sebagai kontra
prestasi dari pihak lain yang melimpahkan tanggung jawab ini, dia diwajibkan
membayar sejumlah uang kepada pihak yang menerima pelimpahan tanggung jawab.
2. Sebagai lembaga penyerap dana dari masyarakat
3. Asuransi sebagai suatu lembaga keberadaannya adalah untuk memenuhi tugas tugas
sosial dan kebutuhan khusus masyarakat. Perusahaan Asurauansi mempunyai fungsi
untuk mengambil alih resiko

XXXIII. Terjadinya Perjanjian Asuransi


1. Bargaining Theory (teori Tawar Menawar), Perjanjian asuransi terjadi apabila
penawaran dari pihak yang satu dihadapkann dengan penerimaan oleh pihak lainnya.
Keunggulan bargaining theory ini adanya kepastian hukum berdasarkan kesepakatan
kedua belah pihak.
2. Acceptance Theory (Teori Penerimaan), Perjanjian asuransi terjadi dan mengikat para
pihak pada saat penawaran sungguh-sungguh telah diterima oleh tertanggung.
3. Akta asuransi bersifat tertulis dalam bentuk polis
4. Pembuktian syarat/janji khusus asuransi dicantumkan dalam polis
XXXIV. Asuransi Sebagai Perjanjian Mempunyai Beberapa Sifat
1. Sebagai perjanjian timbal balik, karena adanya hak dan kewajiban yang saling
berhadapan,
2. Merupakan perjanjian bersyarat, karena adanya penggantian kepada tertanggung
tergantung pada terjadinyaperistiwa yang dijanjikan, apabila tidak terjadi kewajiban
penanggung pun tidak timbul, atau sebaliknya apabila peristiwa yang teerjadi tidak
sesuai maka penanggung tidak diwajibkan memberikan penggantian,
3. Asuransi sebagai perjanjian pengalihan dan pembagian resiko,
4. Sebagai perjanjian konsensus,
5. Perjanjian penggantian kerugian dan kepercayaan diantara para pihak,
6. Sebagai perjanjian untung-untungan,karena terdapat unsur “peristiwa yang belum pasti”

XXXV. Asuransi Merupakan “Standart Contract”/Kontrak Baku


1. Isinya ditentukan sepihak oleh Penanggung.
2. Tertanggung menerima isi/ketentuan dalam perjanjian asuransi umumnya karena butuh,
3. Dibuat secara tertulis,
4. Bersifat massal maupun individual

XXXVI. Prinsip –Prinsip Asuransi


No Prinsip –Prinsip Uraian
Asuransi
1 Prinsip Insurable interest Dalam hukum asuransi apabila seorang menutup
( pasal 250 KUHD ) perjanjian asuransi,yang bersangkutan harus mempunyai
kepentingan terhadap obyek/barang yang diasuransikan,
apbl tidak maka penanggung tidak diwajibkan
memberikan ganti rugi.
2 Prinsip Ulmost good Tertanggung harus mempunyai itikad baik dengan
faith ( pasal 251 KUHD) memberitahukan semua fakta material tentang obyek yang
diasuransikan dengan benar, sejujur-jujurnya dan lengkap.
Seharusnya hal ini diberlakukan pula kepada penanggung
3 Prinsip Indemnity (pasal Pemberian ganti rugi kepada tertanggung harus seimbang
246 KUHD) dengan kerugian yang diderita, karena fungsi asuransi
adalah mengalihkan resiko atau membagi resiko yang
kemungkinan diderita oleh tertanggung karena terjadinya
peristiwa yang tidak pasti. Sehinga perlu diketahui
berapanilai atau harga dari obyekyang diasuransikan.
(asuransi ganti rugi)
4 Prinsip Proximate Cause Melihat dari rangkaian peristiwa yang terjadi, harus
dilihat/dipilih sebab yang paling dekat/domonan dengan
kerugian yang terjadi.Hal ini dalam praktek tidak tidak
mudah dan tdak diatur dalam KUHD
5 Prinsip kontribusi dan Subrogasi adalah mengantikan kedudukan tertanggung
subrogasi oleh penanggung yang telah membayar ganti kerugian,
(pasal 284 KUHD) dalam melaksanakan hak-hak tettanggung kepada pihak
ketiga yang menyebabkan kerugian.Berlaku hanya pada
asuransi kerugian.saja.

XXXVII. Hak dan Kewajiban Tertanggung


No HAK TERTANGGUNG KEWAJIBAN TERTANGGUNG
1 Menuntut agar polis ditanda tangani Membayar premi kepada penanggung
oleh penanggung ( pasal 259 KUHD)
2 Prinsip kontribusi dan subrogasi Memberikan keterangan yang benar kepada
(pasal 284 KUHD) penaggung mengenai objek yang
diasuransikan
3 Meminta ganti kerugian kepada Mengusahakan atau mencegah agar
penanggung(pasal 261 KUHD) peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian
terhadap obyek yang diasuransikan tidak
terjadi atau dapat dihindari.
4 Melalui pengadilan, tertanggung dapat Memberitahukan kepada penanggung bahwa
membebaskan panaggungan dari telah terjadi peristiwa yang obyek yang
segala kewajibannya pada waktu yang diasuransikan, berikut usaha-usaha
akan datang (pasal 272 KUHD) pencegahannya.
5 Mengadakan solvabiliteit verzekering
(pasal 280 KUHD)
6 Menuntut pengembalian premi baik
seluruhnya maupun sebagia,apabila
perjanjian asuransi batal atau gugur
(pasal 281 KUHD)
7 Menuntut ganti kerugian kepada
penanggung apabila peristiwa yang
diperjanjikan dalam polis terjadi
XXXVIII. Hak dan Kewajiban Penanggung
No HAK PENANGGUNG KEWAJIBAN PENANGGUNG
1 Menurut pembayaran premi kepada Memberikan ganti kerugian atau
tertanggung sesuai dengan perjanjian memberikan sejumlah uang kepada
tertanggung apabila peristiwa yang
diperjanjikan terjadi
2 Meminta keterangan yang benar dan Mendatangi dan menyerahkan polis kepada
lengkap kepada tertanggung yang tertanggung (pasal 259,260 KUHD)
berkaitan dengan obyek yang
diasuransikan kepadanya
3 Memiliki premidan bahkan menuntutnya Mengembalikan premi kepada tertanggung
dalam hal peristiwa yang diperjanjikan jika asuransi batal atau gugur
terjadi tetapi disebabkan oleh kesalahan
tertanggung sendiri (pasal 276 KUHD)
4 Memiliki premi yang sudah Dalam asuransi kebakaran, penaggung
diterimadalam hal asuransi batal atau harus mengganti biaya yang diperlukan
gugur yang disebabkan oleh perbuatan untuk membangun kembali apabila dalam
curang dari tertanggung (pasal 282 asuransi tersebut diperjanjian demikian
KUHD) (pasal 289 KUHD)
5 Melakukan asuransi kembali
(reinsurance hervezekering) kepada
penanggung yang lain (pasal 271
KUHD)

VIII. Double Insurance


1. Secara hukum tidak dibenarkan untuk mengansuransikan suatu benda/barang yang
sudah diasuransikan dengan nilai penuh, diasuransikan lagi untuk waktu yang sama dan
atas “evenemen”yang sama.( Pasal 252 KUHD).
2. Jika asuransi kedua masih diadakan maka asuransi kedua ini batal.
3. Doubel asuransi untuk mencegah tidak terjadi ganti rugi melebihi nilai benda (lihat
pasal 246 KUHD)

Contoh kasus:
Pada tanggal 1 Januari 2005 Andi mengasuransikan sebuah rumah yang bernilai 300
juta Rupiah terhadap bahaya kebakaran pada Perusahaan Asuransi “A” dengan jumlah
asuransi 300 juta rupiah (full insurance) untuk jangka waktu 1 tahun. Pada tgl.1 Juni
2005 ia mengasuransikan lagi rumah tersebut terhadap bahaya yang sama dan jangka
waktu yang sama dengan jumlah asuransi 200 juta ke Perusahaan Asuransi “B”. Pada
tanggal 10 November 2005 terjadi kebakaran, rumah tersebut habis.
Menurut Pasal 277 ayat (1) KUHD penanggung “A” berkewajiban membayar klaim
kepada tertanggung sejumlah 300 juta,, sedangkan penanggung “B” dibebaskan.
Apabila kebakaran terjadi tanggal 5 Pebruari 2006, maka penanggung “A”
berkewajiban membayar kepada Pak Andi,sedangkan penggung “B”bebas karena
asuransi sudah berakhir. Pada pasal 252 KUHD memakai rumusan “asuransi kedua
batal”, Pasal ini mengancam mengadakan asuransi lebih dari satu atas benda yang
sama, evenemen yang sama dan berakhir pada saat yang sama pula, sedang asuransi
pertama diadakan dengan penuh.

XXXIX. Re- Asuransi


1. “ Penanggung selamanya berhak untuk mengasuransikan tentang apa yang telah
ditanggungnya” ( Pasal 271 KUHD)
2. “Pihak yang mengasuransikan adalah Penanggung sendiri. Kepentingannya adalah
tanggung jawab dalam asuransi pertama.
3. Perusahaan Asuransi kerugian hanya dapat menyelenggarakan usaha dalam bidang
asuransi kerugian termasiuk reasuransi ( UU No.2/1992)
4. Reasuransi meringankan beban penanggung, apabila terjadi “evenemen”
5. Kedudukan penaggung akan bertambah kuat.
6. Reasuransi memberi manfaat yang berharga bagi penanggung dan tertanggung.

XL. Polis Re-Asuransi


Polis reasuransi dibuat tersendiri, syarat-syarat klausul yang terdapat dalam
asuransi juga ada dalam reasuransi yang keduanya bersambung.

XLI. Klasifikasi Bisnis Asuransi


1. Asuransi Kerugian
2. Asuransi Kebakaran
3. Asuransi Laut
4. Asuransi Tanggung Jawab
5. Asuransi Kendaraan Bermotor
XLII. Syarat –syarat Asuransi Kebakaran
1. Hari dan Tanggal kapan asuransi itu diadakan.
2. Nama tertanggung yang mengadakan asuransi kebakaran untuk diri sendiri atau untuk
kepentingan pihak ketiga.
3. Keterangan yang cukup jelas mengenai benda yang diasuransikan terhadap bahaya
kebakaran.
4. Jumlah yang diasuransikan terhadap bahaya kebakaran.
5. Bahaya – bahaya (evenem) mulai berjalan dan berakhir menjadi tanggungan
penaggung.
6. Waktu bahaya – bahaya (evenem) mulai berjalan dan berakhir menjadi tanggungan
penaggung.
7. Premi asuransi kebakaran yang dibayar oleh tertanggung.
8. Janji-janji khusus yang diadakan antara pihak-pihak dan keadaan yang perlu diketahui
olehdan untuk kepentingan penaggung.
9. Letak dan perbatasan benda yang diasuransikan.
10. Pemakaian untuk benda yang diasuransikan.
11. Sifat danpemakaian gedung yang berbatasan, sejauh itu berpengaruh terhadap risiko
kebakaran yang menjadi beban penanggung.
12. Harga benda yang diasuransikan terhadap bahaya kebakaran.
13. Letak dan perbatasan gedungdan tempat dimana terdapat, tersimpan atau tertimbun
benda bergerak yang diasuransikan.

XLIII. Asuransi Laut


XLIII.1. Dasar hukum pengaturan:
1. Pasal 246- Pasal 286 KUHD tentang Asuransi pada umumnya sejauh tudak diatur
dengan ketentuan khusus
2. Pasal 592- Pasal 685 KUHD tentang Asuransi Bahaya Laut Pasal 686-Pasal 695
KUHD tentangAsuransi Bahaya Sungai dan Perairan Pedalaman
3. Pasal 709-Pasal 721 KUHD tetang Avarai
4. Pasal 744 KUHD tentang berakhirnya Perikatan dalam Perdagangan Laut
XLIII.2. Asuransi laut meliputi unsur-unsur sebagai berikut:
1. Obyek asuransi yang diancam bahaya, selalu dari kapal dan barang muatan.
2. Jenis bahaya yang mengancam benda asuransi yang bersuber dari alam (badai,
gelombang besar, hujan angin, kabut tebal, batu karang, gunung es dan sebagainya) dan
yang bersiumber dari manusia (nahkoda, awak kapal, dan pihak ketiga) seperti
perampokan, pemberontakan awak kapal, penahanan,atau perampasan oleh penguasa
negara dan sebagainya)

XLIII.3. Obyek Asuransi Laut (pasal 593 KUHD)


1. Tubuh kapal, kosong atau bermuatan, dengan atau tanpa persenjataan, berlayar
sendirian atau bersama-sama dengan kapal lain.
2. Alat perlengkapan kapal,
3. Bahan bagi keperluan hidup bagi kapal,
4. Barang-barang muatan
5. Keuntungan yang diharapkan,
6. Biaya angkutan yang akan diterima

XLIII.4. Menurut Pasal 594 KUHD, asuransi laut dapat diadakan:


1. Atas seluruh atau sebagianbarang-barang muatan, baik bersama-samamaupun sendiri-
sendiri.
2. Dalam waktu damaiatau waktu perang, sebelum atau selama perjalanan yang ditempuh
kapal;
3. Untuk perjalanan pergi atau pulang,untuk seluruh perjalanan atau untuk waktu tertentu
4. Untuk seluruh bahaya laut

XLIII.5. Asuransi batal apabila:


1. Barang-barang yang oleh peraturan perundang-undangan dilarang untuk
diperdagangkan
2. Kapal Indonesia atau kapal asing yang digunakan untuk mengangkut barang-barang
yang dilarang tersebut.
3. Misal barang hasil perampokan, sapi yang terkena penyakit hewan menular,jenis obat
bius, morfin dan narkotik
XLIV. Polis Asuransi Laut
1. Nama nakhoda dan nama kapal dengan menyebutkan jenisnya
2. Tempat pemuatan barang ke dalam kapal
3. Pelabuhan pemberangkatan kapal
4. Pelabuhan pemuatan atau pembongkaran
5. Pelabuhan mana saja yang akan disinggahi kapal
6. Tempat bahaya mulai berjalan atau tanggungan penanggung
7. Nilai kapal yang diasuransikan
8. Bahaya badai, guruh, karam, kandas, melanggar kapal lain, menyenggol kapal,
menabrak kapal, terdampar kapal, terpaksa mengubah jurusan, perjalanan, atau kapal.
9. Bahaya pelemparan barang-barang ke laut.
10. Bahaya pelemparan,kekerasan,banjir,perampasan,bajaklaut,penyamun,penanahan atas
perintah penguasa,pernyataan perang,tindakan pembalasan.
11. Bahaya karena kurang hati-hati, kealpaan atau kecurangan pihak nakhoda atau anak
buah kapal.
12. Pada umumnya karena segala bahaya yangakan datang dari luar apapun namanya,
kecuali oleh ketentuan undang-undang atau janji-janji dalam polis penaggung
dibebaskan dari bahaya-bahaya tersebut.

XLV. Asuransi Tanggung Jawab


1. Pengertian
2. Polis Asuransi Tanggung Jawab
3. Obyek Asuransi Tanggung Jawab
4. Evemen dan Ganti Kerugian

XLVI. Asuransi Jiwa


1. Adalah perjanjian antara2 pihak/lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan
diri kepada tertanggung dengan menerima premi untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
diasuransikan.
2. … untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan (Pasal1 ayat 1 UU No. 2Thn. 1992
tentang Perasuransian )
3. Evemen dan Santunan
4. Pasal 302 KUHD : “ Jiwa seseorang dapat diasuransikan untuk yang berkepentingan,
baik untuk selama hidupnya maupun untuk waktu yang ditentukan sesuai perjanjian.”
5. Pasal 33 KUHD : “Orang yang berkepentingan dapat mengadakan asuransi itu bahkan
tanpa diketahui atau persetujuan orang yang diasuransikan itu.

XLVII. Asuransi Sosial


1. Asuransi Sosial Kecelakaan Penumpang (ASKEP)
2. Asuransi Sosila Kecelakaan Lalu LintasJalan
3. Asuransi Sosial Tenaga Kerja dan Program Jamsostek
4. Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil
5. Asuransi Sosial ABRI (ASABRI)
6. Asuransi Sosial Kesehatan (Askes)
Kasus
Anton membeli sebuah kendaraan bermotor di Jakarta untuk dipakai sendiri
dengan harga Rp.350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah). Kemudian, dia
memerintahkan Bidin untuk mengangkut kendaraan tersebut dengan kapal ke
Pontianak. Karena khawatir rusak, Bidin mengasuransikannya pada Perusahaan
Asuransi PPL terhadap bahaya-bahaya laut dengan klausula all risks dengan
jumlahRp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Ketika mengadakan asuransi, dia
menyatakan dalam polis, kendaraan itu miliknya sendiri. Akan tetapi, karena suatu
halangan, kapal tidak jadi berangkat,padahal premi sudah dibayar lunas.

Pertanyaan
1. Jika kapal jadi berangkat,kemudian terjadi peristiwa yang dinyatakan dalam polis,
siapakah yang berhak mengklaim ganti kerugian,Anton atau Bidin? Alasanya?
2. Dapatkah penanggung memenuhi klaim pihak tertanggung dengan mengemukakan
alasannya?
3. Hitunglah premi restorno yang diterima oleh Bidin apabila jumlah premi yang dibayar
itu atas dasar 2% (dua persen)!.
Premi Restorno adalah premi yang telah dibayar oleh tertanggung kepada penanggung yang
dapat dituntut pengembaliannya, baik untuk seluruhnya maupun sebagian jika asuransi
batal atau gugur, sedangkan tertanggung telah beritikad baik.
1. Yang berhak mengklaim ganti kerugian adalah Bidin karena dia adalah contract party.
Sedangkan Anton tidak berhak karena dia bukan contract party (pasal 264, pasal 276
KUHD)
2. Namun, penanggung tidak berkewajiban memenuhi klaim ganti kerugian karena Bidin
tidak mempunyai kepentingan dalam asuransi, sedangkan Anton tidak berhak atas ganti
kerugian karena bukan contract party (pasal 250 KUHD).
3. Perhitungan premi restorno yang diterima kembali oleh Bidin adalah sebagai berikut:
Jumlah asuransi …………………………………………… = Rp.300.000.000,00

Jumlah premi yang dibayar


2% x Rp.300.000.000,00 ………………………………….. = Rp. 6.000.000,00

Jumlah ganti kerugian u/ penanggung karena kapal tidak jadi berangkat adalah:
1/2% x Rp.3.000.000,00 …………………………………. = Rp.1.500.000,00
Premi restorno yang diterima oleh Bidin adalah:
Rp.6.000.000,00 – Rp.1.500.000,00 …………………… =Rp.4.500.000,00

PERBEDAAN ASURANSI KONVENSIONAL DAN ASURANSI SYARIAH

KETERANGAN ASURANSI SYARIAH ASURANSI KONVENSIONAL


Pengawasan Dewan Adanya Dewan Pengawas Tidak ada
Syariah Syariah. Fungsinya mengawasi
produk yang dipasarkan dan
investasi dana
Akad Tolong – menolong (takaful) Jual beli
Investasi Dana Investasidana berdasarkan Investasi dana berdasarkan bunga
syariah dengan sistem bagi
hasil (mudharabah)
Kepemilikan Dana Dana yang terkumpul dari Dana yang terkumpul dari
nasabah (premi) merupakan nasabah (premi) menjadi milik
milik peserta. Perusahaan perusahaan sehingga perusahaan
hanya sebagai pemegang bebas menentukan investasinya.
amanah untuk mengelola.
Pembayaran Klaim Dari rekening tabarru’ (dana Dari rekening dana perusahaan
kebajikan) seluruh peserta
yang sejak awal sudah
diikhlaskan oleh peserta untuk
keperluan tolong-menolong
bila terjadi musibah.
Keuntungan (profil) Dibagi antara perusahaan Seluruhnya menjadi milik
dengan peserta sesuai dengan perusahaan.
prinsip bagi hasil
(mudharabah)
10. ASPEK HUKUM
KELEMBAGAAN DAN USAHA
KOPERASI
I. Pengertian Koperasi
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan (Pasal
1 ayat 1 UU No 25/1992). Koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang
bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan
budaya bersama melalui perusahaan yang mereka miliki bersama dan dikendalikan
secara demokratis(ICA,23 September 1995). Mengacu pada Pasal 1ayat (1) UU
No.25/1992 Koperasi adalah:
1. Lembaga ekonomi yang mewadahi kepentingan ekonomi rakyat dan misi utamanya
melayani dan melindungi kepentingan ekonomi para anggotanya.
2. Misi idiil koperasi adalah mendemokratisasai kehidupan ekonomi bangsa dan
masyarakat dan mewujudkan kemandirian usaha yaitu proses dimana setiap kelompok
masyarakat dituntut semakin mampu untuk menolong dirinya sendiri.
3. Kegiatan koperasi bersifat kekeluargaan, berarti bahwa koperasi bersifat kemanusiaan
dan kebersamaan.

Ciri Ganda Organisasi Koperasi


1. Merupakan perhimpunan orang dengan menekankan pada keikutsertaannya secara
pribadi kedalam perhimpunan tersebut (koperasi), pada waktu yang bersamaan dengan
pola organisasi yang kuat mempertahankan perhimpunan (koperasi) itu hidup selama
jangka waktu lebih lama dan terlepas dari perubahan keanggotannya.
2. Sebagai badan usaha secara ekonomis dan efisien untuk dapat berkompetisi/bersaing
dengan badan usaha lainnya dan pada waktu yang bersamaan harus dikelola sedemikian
rupa, sehingga tujuan koperasi memajukan anggota secara efektif dipatuhi oleh para
pengurus dan badan pemeriksa koperasi sebagai pedoman pokok bagi kebijaksanaan
usaha.

Ciri-Ciri Koperasi Sebagai Organisasi Sosio-Ekonomi


1. Sebagai perkumpulan orang-orang dengan paling tidak satu kepentingan ekonomi yang
sama dan dengan keanggotaan yang berubah-ubah.
2. Tujuan perkumpulan dan tujuan setiap individu/ anggotanya untuk memenuhi
kebutuhan bersama melalui tindakan bersama yang didasarkan pada saling menolong.
3. Sarana untuk mencapai tujuan ini adalah dengan mendirikan suatu usaha bersama
(usaha koperasi ).
4. Tujuan usaha bersama ini adalah menyelenggarakan jasa/barang untuk peningkatan
situasi ekonomi anggota-anggota kelompok (peningkatan ekonomi usaha anggota atau
rumah-rumah tangga).

XLVIII. Jati Diri Koperasi


Perumusan jatidiri Koperasi menurut ICA di Manchester (ICA Cooperative Identity
Statement/ICS, 1995) meliputi:
1. Definisi
Koperasi adalah perkumpulan otonomi dari orang-orang yag berhimpun secara sukarela
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi-aspirasi ekonomi, sosial dan
budaya bersama melalui perusahaan yang mereka miliki bersama dan mereka
kendalikan secara demokratis;
2. Nilai-nilai.
Koperasi mendasarkan diri pada nilai-nilai menolong diri sendiri, tanggung jawab sendiri,
demokratis, persamaan kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial dan kepedulian
terhadap orang lain;
3. Prinsip-prinsip Koperasi
Prinsip Koperasi menurut ICA di Manchester (ICA Cooperative Identity Statement/ICS)
1995:
a. Keangotaan sukarela dan terbuka
Koperasi adalah organisasi sukarela, terbuka kepada semua orang untuk mengunakan
pelayanan yang diberikannya dan mau menerima tanggung jawab keanggotaan,
tanpa membedakan jenis kelamin (gender), latar belakang sosial, suku, politik dan
atau agama.
b. Pengawasan oleh anggota secara demokratis
Koperasi adalah organisasi demokratis yang dikontrol oleh anggotanya yang secara
aktif berpartisipasi dalam merumuskan kebijakan dan membuat putusan.
c. Partisipasi anggota dalam kegiatan ekonomi
Anggota berkontribusi menyetorkan modal mereka secara adil dan melakukan
pengawasan secara demokratis atas modal koperasi.
d. Otonomi dan kemandirian
Koperasi adalah organisasi mandiri dan otonom yang dikendalikan/ diawasi oleh
anggotanya. Walaupun koperasi membuat perjanjian dengan organisasi lainnya
termasuk pemerintah atau menambah modal dari sumber luar, koperasi harus
tetap dikendalikan secara demokratis oleh anggotanya dan mempertahankan
ekonomi koperasi.
e. Pendidikan, pelatihan dan informasi
Koperasi memberikan pendidikan dan pelatihan untuk angotanya, pengurus, pengawas,
manajer dan karyawan sehingga mereka dapat berkontribusi secara efektif untuk
perkembangan koperasi.
f. Kerjasama antar koperasi
Koperasi melayani anggotanya dengan memperkuat gerakan koperasi melalui
kerjasama dengan struktur koperasi pada tingkat lokal, nasional, regional dan
internasional. Dengan demikian diharapkan gerakan koperasi dapat meraih
anggotanya dengan efektif dan dapat memperkuat gerakan koperasi.
g. Kepedulian terhadap masyarakat
Koperasi melakukan kegiatan untuk pengembangan masyarakat sekitarnya secara
berkesinambungan melalui kebijakan yang diputuskan oleh rapat anggota

XLIX. Prinsip Koperasi Indonesia (UU RI No.25 Th 1992)


1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;
2. Pegelolaan dilakukan secara demokratis;
3. Pembagian Sisa Hasil Usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa
masing-masing anggota;
4. Pemberian balas jasa yang terbatas tehadap modal;
5. Kemandirian;
6. Pendidikan Perkoperasian;
7. Kerjasama antar koperasi

XLIX.1. Status Hukum Kelembagaan Koperasi


1. Kedudukan koperasi sebagai badan usaha yang berstatus badan hukum dicantumkan
dalam Pasal 9 Undang-Undang No.25/1992 tentang Perkoperasian “Koperasi
memperoleh status badan hukum setelah akta pendiriannya disahkan oleh pemerintah”
2. Apabila Akta Pendirian Koperasi telah disahkan oleh pejabat yang berwenang, maka
sejak saat itu koperasi berstatus sebagai badan hukum.
3. Suatu koperasi yang telah disahkan pemerintah adalah suatu badan hukum, segala hak
dan kewajiban serta perikatan atas nama koperasi yang diperoleh atau dibuat sebelum
tanggal resmi diakui sebagai badan hukum seketika itu beralih kepada koperasi.
4. Setelah diperolehnya status badan hukum, maka secara hukum, koperasi tersebut telah
diakui keberadaanya seperti yang mempunyai kecakapan untuk bertindak, memiliki
wewenang untuk mempunyai harta kekayaan, melakukan perbuatan hukum antara lain:
membuat perjanjian, menggugat dan digugat di muka pengadilan.
5. Tindakan hukum badan hukum koperasi baik kedalam maupun keluar dilakukan oleh
pengurus, sebagaimana personifikasi badan hukum (Pasal 30 ayat 2 huruf a UU
No.25/1992)

XLIX.2. Kriteria Koperasi Sebagai Badan Hukum


Kriteria koperasi sebagai badan hukum a.l:
1. Adanya harta kekayaan sendiri;
2. mempunyai tujuan tertentu;
3. mempunyai kepentingan sendiri;
4. mempunyai hak dan kewajiban;
5. adanya organisasi yang teratur;
6. dapat menggugat dan digugat di muka pengadilan
XLIX.3. Prosedur Pendirian Badan Hukum Koperasi

XLIX.4. Syarat Pendirian Koperasi


1. Memenuhi syarat secara material dan syarat formal.
2. Syarat material; sekurang-kurangnya terdiri dari 20 (dua puluh) orang untuk Koperasi
Primer (Pasal 6 ayat(1) UU No.25/1992).
3. Untuk Koperasi Sekunder dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) Koperasi Primer
(Pasal 6 ayat (2).
4. Syarat formal pendirian koperasi yaitu :
a. Dibuat dengan Akta Pendirian yang memuat Anggaran Dasar.
b. Berkedudukan dalam wilayah negara Republik Indonesia.
c. Akta Pendirian tersebut harus didaftarkan kepada Pejabat.
d. Memperoleh pengesahan dan Pejabat.
e. Diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

XLIX.5. Anggaran Dasar/ ART Koperasi


1. Anggaran Dasar Koperasi merupakan aturan dasar tertulis yang memuat tata kehidupan
koperasi yang disusun dan disepakati oleh para pendiri koperasi pada saat rapat
pembentukan koperasi.
2. Anggaran Dasar mengatur hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan koperasi baik
secara internal maupun eksternal.
3. Isi/muatan AD, memuat ketentuan hukum yang berlaku bagi semua anggota, pengurus,
pengawas dan pengelola koperasi, serta hubungan hukum antara koperasi dengan
anggota.
4. Kedudukan Anggaran Dasar Koperasi sebagai undang-undang bagi koperasi yang
mempunyai kekuatan mengikat sebagai “derivatif” dari hukum perikatan. AD/ ART
Koperasi berlaku sebagai kontrak/ perjanjian antara para pendiri koperasi.

XLIX.6. Manfaat Anggaran Dasar/ART


1. Sebagai pedoman tertulis tentang tata kehidupan organisasi koperasi untuk menjamin
ketertiban organisasi,pelaksanaan fungsi, tugas, wewenang dan tanggung jawab dari
perangkat organisasi koperasi (rapat anggota, pengurus dan pengawas), serta pengelola
(manajer) dan anggota koperasi.
2. Sebagai jaminan dalam menjalin hubungan atau kerja sama yang dilaksanakan koperasi
dengan pihak pihak ke tiga.
3. Memberikan kepastian hukum telah terbentuk koperasi sebagai badan usaha yang sah
dan memunyai hak dan kewajiban dalam melaksanakan aktivitas organisasi dan
usahanya

XLIX.7. Muatan AD/ ART Koperasi


1. Daftar nama pendiri
2. Nama dan tempat kedudukan Koperasi
3. Maksud dan tujuan serta bidang usaha koperasi
4. Ketentuan mengenai keanggotaan
5. Ketentuan mengenai rapat anggota
6. Ketentuan mengenai pengelolaan
7. Ketentuan mengenai permodalan

8. Ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya koperasi


9. Ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha koperasi
10. Ketentuan mengenai sanksi

XLIX.8. Perubahan Anggaran Dasar


1. perubahan AD yang menyangkut penggabungan koperasi, pembagian dan perubahan
bidang usaha koperasi harus dimintakan pengesahannya oleh pemerintah.
2. Ketentuan mengenai pengesahan atau penolakan pengesahan akta pendirian, dan
perubahan anggaran dasar diatur oleh peraturan pemerintah (Kep Men KUKM RI No.
104.1/KEP/M.KUKM/X/2002)

XLIX.9. Aspek Hukum Manajemen Dalam Struktur Organisasi Koperasi


Dilihat dan tipe struktur koperasi di atas maka peran manajemen usaha maupun
manajemen organisasi harus sama-sama kuat, dalam arti kedua harus mendapat
perhatian pengurus. Kelangsungan hidup/keberadaann koperasi didukung oleh peran
serta dan potensi anggota serta bagaimana kemampuan koperasi untuk melakukan
hubungan hukum dengan anggotanya selain dengan pihak lain. Koperasi harus mampu
menjaga keseimbangan antara pelayanan kepada anggota/meningkatkan kebutuhan
anggotanya secara maksimal, dengan kemampuan untuk dapat mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan koperasi melalui penyisihan keuntungan dalam bentuk
dana cadangan.

XLIX.10. Kedudukan Hukum Rapat Anggota Koperasi


1. Rapat Anggota merupakan pemegang kekusaaan tertinggi sebagai wadah demokrasi
dalam koperasi(Pasal 22 ayat (1).
2. Kedudukan dan identitas Rapat Anggota memegang peranan penting, dengan demikian
perlu dilakukan peningkatan kualitas sumberdaya manusia koperasi khususnya anggota
melalui pembinaan keanggotannya. Pembinaan anggota koperasi sebagai wujud prinsip
pendidikan perkoperasian (pasal 5 UU No. 25/1992).
3. Dalam praktek koperasi perlu diperhatikan cara-cara yang Iebih efektif dan efisien
dalam melaksanakan rapat anggota terutama bagi koperasi yang jumlah anggotanya
relatif banyak serta penyebarannya di wilayah kerja yang Iebih luas.
4. Rapat Anggota sebagai kekuasaan tertinggi dalam koperasi, memberikan kedudukan
yang sama bagi setiap anggota, dicantumkan dalam Pasal 24 ayat (3) UU No.25/1992 :
5. “Dalam hal dilakukan pemungutan suara, setiap anggota mempunyal hak satu suara”.
Rapat Anggota berhak menilai dan meminta pertanggung jawaban Pengurus maupun
Pengawas yang diberi mandat/kuasa oleh Rapat Anggota. Pengurus harus mampu
menjabarkan lebih lanjut keputusan rapat anggota maupun Anggaran Dasar kedalam
bentuk yang lebih operasional untuk diterapkan dalam praktek koperasi sehari-hari.
6. Dalam praktek koperasi perlu diperhatikan cara-cara yang lebih efektif dan efisien
dalam melaksanakan rapat anggota terutama bagi koperasi yang jumlah anggotanya
relatif banyak serta penyebarannya di wilayah kerja yang Iebih luas, seperti;
7. Bagaimana kedudukan hukum Wakil Kelompok Anggota tersebut mengingat hak
bicara dan mengambH keputusan melekat kepada anggota perorangan ?
8. Kalau dalam RA-Panipurna nanti ada sebagian atau mungkin seluruh aspirasi kelompok
tersebut tidak diterima oleh RA, bagaimana kedudukan hukum keputusan Rapat
Kelompok Anggota tersebut?
9. Mengingat RA itu tidak ikut langsung didalam pengelolaan koperasi, padahal
keputusan-keputusannya sangat mengikat, perlu ada kejelasan mengenai sifat dan
kritenia keputusan RA itu agar tidak menimbulkan kekakuan dan keraguan kepada tim
manajemen pelaksananya.
10. Keputusan rapat anggota biasanya lebih berorientasi ke “dalam” (kepada kepentingan
anggota) yang mungkin bertentangan dengan kepentingan orang luar. Bagaimana
kedudukan hukum keputusan RA itu untuk menarik perhatian fihak luar, terutama kalau
koperasi membuka diri dengan penyertaan modal luar?
11. Selain itu dalam kenyataan ada koperasi yang sifat keanggotannya heterogen,
kemungkinan adanya kelompok kuat (dominan), ada pula kelompok lemah. Bagaimana
jaminan hukumnya agar kelompok lemah tidak menjadi korban dan kelompok kuat?

XLIX.11. Tanggung Jawab Pengurus (Kedalam Dan Keluar)


1. Pengurus baik bersama-sama, maupun sendiri-sendiri menanggung kerugian yang
diderita Koperasi karena tindakan yang dilakukan dengan sengaja atau kelalaiannya.
2. Selain tuntutan perdata/penggantian kerugian, tidak menutup kemungkinan bagi
penuntut umum untuk malakukan penuntutan atas kesengajaan/kelalaian pengurus.
Secara hukum kedudukan pengurus secara bersama sama bersifat kolegial-kolektif,
artinya kedudukan Ketua, Sekretaris,dan Bendahara merangkap sebagai anggota,
Pengawas merangkap anggota.
3. Kedudukan “merangkap anggota” itu menunjukkan semua jenjang kepengurusan
memiliki hak yang sama didalam mengambil keputusan (kolegial - kolektif).
4. Struktur tersebut berimplikasi pada proses manajemen secara luas, seperti misalnya :
a. Ketua memikul beban organisasi ke luar maupun ke dalam, tetapi dalam kekuasaan
pengambilan keputusan seimbang dengan anggota pengurus lainnya. Hal mi
berbeda dengan PT, dimana Dirut (Pimpinan Direksi) memiliki kekuasaan yang
besar untuk mengambil keputusan dibanding dengan anggota dewan direksi
(direktur-direktur) lainnya.
b. Sifat pengambilan keputusan yang kolegial kolektif itu terkadang cenderung relatif
lamban, padahal manajemen yang profesional menghendaki keputusan yang cepat.
Bagaimana ini harus ditegakkan baik dalam peraturan atau Anggaran Dasar.
5. Risiko koperasi (kerugian) mungkin bersumber dari keputusan kelompok pengurus
yang lemah profesinya tetapi dominan dalam jumlah suaranya. Atau akibat dari
keputusan kelompok kecil yang pandai beragumentasi tetapi tidak akurat dalam
pertimbangan-pertimbangan rnanajerialnya. Sedangkan yang harus rnenanggung
akibatnya adalah bersama-sama.
6. Pengurus yang mengangkat manajer dengan kedudukan manajer sebagal kuasa dalam
kontrak kerja harus dipertegas fungsi, peranan dan tanggungjawabnya jangan sampai
pengurus kena getahnya akibat ulah manajer yang tidak jujur.

XLIX.12. Kedudukan Manajer/Pengelola


1. Hubungan kerja dengan koperasi/pengurus berdasarkan hubungan perikatan/perjanjian
kerja.
2. Melaksanakan kebijakan operasional yang ditetapkan pengurus
3. Memimpin dan mengkoordinir kegiatan unit-unit usaha
4. Membimbing dan mengarahkan tugas karyawan
5. Mengusulkan kepada pengurus pengangkatan dan pemberhentian karyawan
6. Menyusun program kerja untuk disampaikan kepada pengurus sebelum dimulainya
anggaran baru
7. Membuat laporan pertanggung jawaban secara tertulis setiap akhir bulan dan tahun
8. Melaksanakan pelayanan kepada anggota/calon anggota
9. Memeliharan dokumen usaha dan organisasi koperasi

XLIX.13. Kedudukan Hukum Pengawas


1. Sebagai wakil anggota (dipilih dalam RA) untuk melaksanakan fungsi pengawasan
secara periodik terhadap kebijakan dalam pengelolaan koperasi.
2. Membuat laporan tertuls tentang hasil pengawasannya.
3. Meneliti catatan yang ada pada Koperasi.
4. Pemeriksaan oleh pihak akuntan diatur dalam pasal 40 UU No. 25/1992: “Koperasi
dapat meminta jasa audit pada akuntan publik”.
5. Efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi pengawas meliputi hal-hal sebagal berikut:
a. Apakah keputusan RA telah dilaksanakan atau dijabarkan/ diterjemahkan dan
diaksanakan secara benar.
b. Apakah AD dan ART Koperasi telah dilaksanakan oleh pengurus, pengelola dan
anggota.
c. Apakah pengurus dan manajer koperasi telah bekerja/ melaksanakan tugas sesuai
dengan keputusan Rapat Anggota, ketentuan AD /ART dan perjanjian kerja..
d. Apakah perjanjian kerja/kontrak kerja telah dilaksanakan oleh pengurus dan
manejer sebagaimana mestinya.
e. Apakah pengurus telah bekerja secara efisien atau tidak.
f. Apakah pendidikan dan promosi anggota telah dilaksanakan dengan baik.

XLIX.14. Aspek Hukum Keanggotaan Koperasi


1. Kedudukan anggota sebagai pemilik sekaligus sebagai pengguna jasa (konsumen)
perusahaan koperasi, pada badan usaha non koperasi, pemegang saham (modal)
perusahaan sama sekali tidak terikat sebagai konsumen perusahaannya.
2. Sejalan dengan ciri pokok itu maka koperasi berfungsi sebagai sarana mempromosikan
aktivitas ekonomi anggotanya, pada badan usaha non koperasi berfungsi sebagai
sarana untuk meraih insentif /keuntungan maksimum atas modal pemilik dalam
perusahaan tersebut.
3. Anggota adalah asset utama koperasi,
4. Keanggotaan didasarkan pada kesamaan kepentingan, kesamaan profesi serta
kemungkinan dapat memanfaatkan usaha koperasi. Selain itu segi kualitas sumber daya
(anggota) sangat perlu mendapat perhatian untuk kelangsungan hidup koperasi. Hal ini
merupakan fungsi, manajemen organisasi untuk melaksanaan pembinaan, pendidikan
kepada anggota koperasi.

XLIX.15. Kedudukan Anggota Koperasi


1. Anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi
(Pasal 17 Ayat 1)
2. Keanggotaan koperasi dicatat dalam buku Daftar Anggota (Pasal 17 ayat 2)
3. Keanggotaan koperasi tidak dapat dipindahtangankan (Pasal 19 ayat 3)
4. Setiap anggota mempunyai kewajiban dan hak yang sama terhadap koperasi ditetapkan
dalam anggaran dasar (Pasal 19 ayat 4)
XLIX.16. Kewajiban Anggota
1. Mematuhi UU, AD/ART, Peraturan lainnya yang terkait (Psl 20;1a)
2. Mematuhi Keputusan Rapat Anggota (Psl 20; 1a)
3. Aktif memanfaatkan usaha yang diselenggarakan koperasi (Psl 20;1b)
4. Turut bertanggungjawab atas kerugian yang terjadi di luar kesalahan pengurus
(Psl 41;2, Psl 55)
5. 5. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan atas asas kekeluargaan (Psl 21;e)

XLIX.17. Hak Anggota


1. Menghadiri, menyatakan pendapat dan memberikan suara dalam RA (Psl 20;2a)
2. Memilih dan/atau dipilih sebagai angota pengurus/ pengawas (Psl 20; 1b)
3. Meminta diadakan Rapat anggota menurut ketentuan AD (Psl 20;2c)
4. Mengemukakan pendapat atau saran-saran kepada pengurus di luar rapat baik diminta
maupun tidak diminta (Psl 20; 2d)
5. Mendapatkan pelayanan sama (Psl 22;e)
6. Mendapat keterangan mengenai perkembangan koperasi (Psl 22;f)
7. Meminta pertanggungjawaban (Psl 25)

XLIX.18. Alasan Menjadi Anggota Koperasi


Memperoleh “manfaat” atau “faedah” lebih besar daripada manfaat yang mereka
dapat peroleh dari berbisnis dengan organisasi non koperasi. Manfaat Ekonomi bagi
anggota koperasi disebut dengan istilah Promosi Ekonomi Anggota (PEA). PEA adalah
peningkatan pelayanan koperasi kepada anggotanya dalam bentuk manfaat ekonomi
yang diperoleh sebagai anggota koperasi. Tugas pokok badan usaha koperasi adalah
menunjang kepentingan ekonomi anggotanya dalam rangka memajukan kesejahteraan
anggota (promotion of the member’s welfare). Fungsi ekonomi yang harus dijalankan
oleh koperasi adalah meningkatkan ekonomi anggotanya, dalam hal ini adalah bisnis
anggotanya, bukan mengejar SHU koperasi yang sebesar-besarnya.

XLIX.19. Bentuk-bentuk Promosi Ekonomi Anggota


1. Manfaat ekonomi dari pembelian barang atau pengadaan jasa bersama;
2. Manfaat ekonomi dari pemasaran dan pengolahan bersama;
3. Manfaat ekonomi dari simpan pinjam lewat koperasi;
4. Manfaat ekonomi dalam bentuk pembagian sisa hasil usaha (SHU).
XLIX.20. Kedudukan Hukum Anggota
1. Anggota sebagai pemilik sekaligus sebagai pengguna jasa (konsumen) perusahaan
koperasi, pada badan usaha non koperasi, pemegang saham (modal) perusahaan sama
sekali tidak terikat sebagai konsumen perusahaannya.
2. Sejalan dengan ciri pokok itu maka koperasi berfungsi sebagai sarana mempromosikan
aktivitas ekonomi anggotanya, pada badan usaha non koperasi berfungsi sebagai
sarana untuk meraih insentif /keuntungan maksimum atas modal pemilik dalam
perusahaan tersebut.

XLIX.21. Prinsip Identitas Ganda Anggota


Anggota adalah pemilik (owner) dan sekaligus sebagai pengguna/pelanggan (User) bagi
koperasi. Kedudukan Anggota sebagai Pengguna dalam Koperasi.

Syarat-syarat keanggotaan :
1. Secara umum: diatur dalam UU No. 25/1992.
2. Secara khusus: diatur dalam Anggaran Dasar /ART masing-masing Koperasi

XLIX.22. Usaha Pelayanan Kepada Anggota


1. Bidang usaha yang diselenggarakan oleh koperasi harus berkaitan langsung dengan
kepentingan anggota untuk meningkatkan usaha dan kesejahteraan anggota (pasal 43
ayat 1 UU No,25/1992)
2. Kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh koperasi ditujukan pada pemberian
pelayanan anggota untuk meningkatkan usaha dan rumah tangga anggotanya, transaksi
anggota dengan koperasi harus diatur secara jelas, dilakukan atas dasar saling
menguntungkan, atas dasar kepercayaan dan efisiensi pelayanan terhadap anggota harus
benar-benar diperhatikan oleh pengurus koperasi.
XLIX.23. Aspek Hukum Permodalan
Kedudukan modal dalam koperasi sebagai alat dalam pemberian pelayanan usaha
untuk kepentingan anggota, yang terdiri dari modal sendiri(simpanan pokok, simpanan
wajib, simpanan sukarela, modal penyertaan,dll)
1. Modal adalah sebagai alat bagi koperasi dalam memenuhi kebutuhan anggota.
2. Keuntungan yang diperoleh dibagi kepada anggota menutut jasa masing-masing

XLIX.24. Sisa Hasil Usaha


1. Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi dipupuk dari usaha koperasi dengan anggota dan /
atau dengan non anggota.
2. Pendistribusiannya diatur dalam Anggaran Dasar Koperasi
3. SHU terkait dengan tujuan koperasi memberikan pelayanan usaha kepada anggota,
bukan mencari keuntungan, maka istilah SHU yang ditetapkan dalam UU. No. 25/1992
adalah tepat bagi badan usaha koperasi. Jadi tidak digunakan istilah laba seperti halnya
pada badan usaha lain yang memang tujuan perusahannya mencari keuntungan melalui
kegiatan usaha pelayanan kepada masyarakat umum

XLIX.25. Tanggung Jawab Koperasi


1. Tanggung Jawab Koperasi sebagai badan hukum
Koperasi sebagai badan hukum mempunyai tanggung jawab atas resiko kerugian yang
dideritanya dalam melaksanakan kegiatan/aktivitas usaha. Pasal 41UU No. 25/1992
menegaskan kerugian dibebankan pada modal sendiri yang terdiri dan Simpanan
Pokok, Simpanan Wajib, Dana Cadangan, Hibah. Dengan demikian jelas tanggung
jawab koperasi bersifat terbatas. Tanggung jawab koperasi yang bersifat terbatas dapat
dibebankan kepada kekayaan koperasi yaitu dana cadangan ditambah hibah. Sedangkan
tanggung jawab terbatas yang dibebankan kepada anggota adalah dalam bentuk
Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib.
2. Tanggung Jawab Pengurus Koperasi
 Pengurus baik bersama-sama, maupun sendiri-sendiri menanggung kerugian yang
diderita Koperasi karena tindakan yang dilakukan dengan sengaja atau
kelalaiannya.
 Disamping penggantian kerugian tersebut, apabila tindakan itu dilakukan dengan
kesengajaan, tidak menutup kemungkinan bagi penuntut umum untuk malakukan
penuntutan.
3. Tanggung Jawab Anggota
 Sedangkan tanggung jawab terbatas yang dibebankan kepada anggota dalam hal
terjadi pembubaran koperasi adalah Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib dan
modal penyertaan( Pasal 55 UU No.25/1992 jo.Kepmen.KUKM No.19/2000
tentang Pedoman Kelembagaan dan Usaha Koperasi .
 Berbeda dengan UU No.12/1967 anggota dapat dibebankan tanggung jawab secara
renteng,termasuk anggota yang telah keluar sekalipun.

XLIX.26.  Perbedaan antara Koperasi dan Perseroan Terbatas


A. Koperasi
 Tujuan
Tidak semata-mata mencari keuntungan, akan tetapi terutama untuk memperbaiki
kesejahteraan para angotanya.
Keanggotaan, Modal dan Keuntungan
 Anggota adalah yang utama/ sebagai aset koperasi. Kedudukan anggota sebagai
pemilik sekaligus sebagai pengguna jasa koperasi. Keanggotaan melekat pada diri
anggota/tidak dapat dipindah tangankan.
 Modal adalah sebagai alat bagi koperasi dalam memenuhi kebutuhan anggota.
 Keuntungan yang diperoleh dibagi kepada anggota menutut jasa masing-masing
 Kepesertaan
Koperasi hanya mengenal satu macam keanggotaan dan tanda peserta tidak boleh
diperjualbelikan Basis koperasi anggota (member based association)
 Pemilik dan Hak suara
Tidak ada perbedaan hak suara diantara sesama anggota. Satu anggota satu suara dan
idealnya hak suara tidak boleh diwakilkan (no voting by proxy)
 Cara Bekerja
Koperasi bekerja secara terbuka dan diketahui oleh semua anggota.
B. Perseroan Terbatas
 Tujuan
Mencari keuntungan sebesar- besarnya
 Keanggotaan Modal dan Keuntungan
Modal adalah primer. Jadi merupakan kumpulan modal. Orang adalah sekunder. Jumlah
modal menentukan besarnya hak suara dan keuntungan dibagi menurut besar/kecilnya
modal
 Kepesertaan
Dinamakan pesero atau saham. Terdapat lebih dari satu jenis saham dan masing-masing jenis
mempunyai hak yang berbeda. Selain itu saham boleh diperjualbelikan. Basisnya modal
(capital based association).
 Pemilikan dan Hak Suara
Saham dapat terpusat pada satu atau beberapa orang, sehingga bisa terjadi konsentrasi modal,
dengan konsekuensi bahwa kebijaksanaan perusahaan tersebut bisa hanya ditentukan
oleh satu atau dua orang saja, dimana saham terpusat. Hak suara boleh diwakilkan.
 Cara berkeja
Cara bekerja tidak terbuka dan Direksi memegang peranan dalam pengelolaan usaha
(organisasi)

XLIX.27.  Gagasan, Prinsip-prinsip dan Praktek Koperasi

Gagasan umum Prinsip Koperasi Praktek koperasi


Menolong diri Saling bantu membantu • Perhimpunan koperasi di
sendiri melalui suatu tingkat daerah, nasional dan
Solidaritas perhimpunan atau internasional.
swadaya berdasarkan • Kerjasama antar koperasi.
solidaritas (kerjasama
• Bantuan dari luar, jika ada
antara masing-masing
hanya bersifat sementara dan
pribadi orang)
hanya bermaksud untuk
  membangun dan mengembangkan
semangat kebersamaan/swadaya.
Pelayanan kepada • Menggunakan nama
anggota (peningkatan koperasi untuk maksud dan
anggota-anggota melalui tujuan mengutamakan keperluan
usaha pelayanan koperasi anggota.
Gagasan umum Prinsip Koperasi Praktek koperasi
dan anggota-anggotanya) • Penetapan kebijaksanaan
oleh para anggota atau wakil yang
dipilih oleh mereka.
• Pelayanan atas dasar
mendekati biaya
Menolong diri Identitas • Dibatasinya transaksi
sendiri Pemilik bersama dan terhadap yang bukan anggota.
Solidaritas konsumen usaha koperasi • Dibutuhkan partisipasi setiap
  anggota dalam bidang keuangan
  secara perorangan.
• Hanya anggota yang dapat
dipilih menjadi anggota pengurus.
• Simpanan ( saham ) hanya
atas nama anggota.
Demokrasi Management dan • Kedudukan yang sama dari
pengawasan secara para anggota.
Demokratis • Setiap orang masing-masing
dari perkumpulan mempunyai satu suara,.
koperasi secara • Pengambilan keputusan
keseluruhan dan dari dengan dasar suara terbanyak.
usaha koperasi.
• Rapat anggota sebagai
  kekuasaan tertinggi.
• Partisipasi para anggota
secara langsung atau tidak
langsung dalam pengawasan
koperasi.
Ekonomi Efisiensi Ekonomi • Diterapkan metode-metode
perusahaan koperasi modern administration dan
diukur dengan akibatnya management perusahaan
untuk peningkatan bussiness.
anggota ( jangka panjang • Penetapan kebijaksanan (
dan jangka pendek ). policy making )oleh para anggota
  atau wakil-wakil yang dipilih.
• Manajemen-diserahkan
dalam tangan tenaga-tenaga yang
terpilih dan bekerja penuh
seharian ( full time )dan dengan
menerima gaji .
• Pekerjaan dilakukan oleh
staf yang terdidikdan atau terlatih.
• Penyediaan untuk alat-alat
finansial yang memadai.
• Luas bidang usaha yang
cukup.
Gagasan umum Prinsip Koperasi Praktek koperasi
• Transaksi-transaksi
pelengkap bukan anggota, jika
perlu.
Kebebasan Perkumpulan sukarela • Tidak ada hubungan yang
( keanggotaan sukarela ) dipaksakan.
  • Tidak ada pembatasan yang
dibuat-buat.mengenai hak untuk
keluar dari koperasi.
Otonomi dalam • Hak anggota untuk membuat
menentukan sasaran, dan memperbaiki anggaran dasar
membuat keputusan yang ada.
management • Hak anggota untuk
melakukan transaksi bisnis
bersama menurut kebijaksanaan
yang diputuskan dalam AD/ART
maupun dalam rapat anggota.
Keadilan Distribusi hasil-hasil • Imbalan terbatas terhadap
usaha secara Adil dan modal yang diivestasikan.
Wajar. Distribusi hasil- • Deviden atau bunga terbatas
hasil yang timbul dari terhadap modal yang disetor.
operasi usaha koperasi,
• SHU sebanding dengan
secara adil dan wajar.
transaksi-transaksi dengan usaha
koperasi dengan anggota
Altruisme Keanggotaan Terbuka • Tidak ada pembatasan yang
  dibuat-buat untuk penerimaan
anggota-anggota baru.
• Tidak ada diskriminasi
terhadap semua orang
sehubungan dengan agama, suku
atau pun kepercayaan politik.
• Status sama bagi angota
lama maupun baru.
Altruisme Dana cadangan yang tidak • Tidak ada klaim oleh
  bisa dibagi ( sebagai seorang anggota terhadap dana
modal sosial ) cadangan.
• Tidak ada distribusi dana
yang tidak di-klaim, setelah
likuidasi suatu perkumpulan, di
antara anggota-anggotanya
Kemajuan Pembangunan Pendidikan • Pendidikan dan pelatihan
sosial.melalui   dalam koperasi sebagai bagian
pendidikan dari struktur organisasinya.
• Ketentuan untuk dapat
mengalokasikan suatu persentase
Gagasan umum Prinsip Koperasi Praktek koperasi
tertentu dari sisa hasil usaha ke
dalam dana pendidikan.
• Disyaratkannya suatu standar
pendidikan minimum bagi calon
anggota baru.

Koperasi yang dapat diklasifikasikan baik/ unggulan antara lain didukung oleh:
1. Perangkat organisasi sebagai kelengkapan badan hukum dilaksanakan secara efektif,
rapat anggota dilaksanakan secara rutin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Didukung oleh personel pengurus yang mempunyai latar belakang pendidikan yang
cukup memadai/ tinggi (SLA/ Perguruan Tinggi ).
3. Pemahaman dan komitmen pengurus, anggota dalam menerapkan aturan nilai-nilai dan
prinsip koperasi sesuai dengan fungsinya masing-masing.
4. Terciptanya keharmonisan hubungan diantara pengurus/ pengelola koperasi didukung
pula oleh sifat jujur, bertanggung jawab, tegas dalam menegakkan aturan.

Anda mungkin juga menyukai