Anda di halaman 1dari 152

HUKUM PASAR MODAL

HUKUM PASAR MODAL 1


Sanksi Pelanggaran Pasal 72
Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi
izin untuk itu dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
100.000.000,- (seratus juta rupiah)
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan
atau barang hasil pelanggaran hak cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu), dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)

2 HUKUM PASAR MODAL


Zulfikri Toguan

HUKUM PASAR MODAL

Penerbit Taman Karya


2020

HUKUM PASAR MODAL 3


HUKUM PASAR MODAL

Penulis
Zulfikri Toguan
Editor
Meyzi Heriyanto
Sampul
Syamsul Witra
Perwajahan
arnain_99
Cetakan I
September 2020
Penerbit
TAMAN KARYA
Anggota IKAPI
Puri Alam Permai C/12 Pekanbaru
E-mail: arnain.99@gmail.com
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian
atau seluruh buku tanpa isin tertulis dari Penerbit

ISBN 978-623-6736-21-0

4 HUKUM PASAR MODAL


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga Buku Pasar Modal ini dapat diselesaikan.
Shalawat beserta salam tidak lupa dihaturkan kepada junjungan alam,
yakni Nabi Besar Muhammad SAW, atas perjuangan beliau kita bisa
merasakan kemajuan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat
ini dan tentunya juga pada masa-masa yang akan datang.
Pasar modal merupakan proses kegiatan yang berhubungan de-
ngan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi
yang berkaitan dengan efek. Pasar modal menyediakan berbagai
alternatif bagi para investor selain alternatif investasi lainnya, seperti
menabung di bank, membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan, dan
sebagainya. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para
investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui per-
dagangan instrumen melalui jangka panjang seperti obligasi, saham,
dan lainnya. Fungsi lainnya dari pasar modal adalah meningkatkan dan
menghubungkan aliran dana jangka panjang dengan "kriteria pasarnya"
secara efisien yang akan menunjang pertumbuhan riil ekonomi secara
keseluruhan
Karena begitu banyak kepentingan yang terlibat dalam pasar
modal, maka perlu pengaturan yang pasti agar tidak terjadi kekacauan.
Hal inilah yang mendasari munculnya konsep dan pengetahuan dengan
apa yang disebut sebagai Hukum Pasar Modal. Secara harfiah, hukum
pasar modal adalah serangkaian peraturan perundang-undangan yang
mengatur cara pemenuhan modal suatu perusahaan melalui penawaran
umum, perdagangan efek, termasuk lembaga, profesi penunjang yang
terkait dengan efek dan perusahaan publik yang berkaitan dengan efek
yang diterbitkannya.
Buku ini mengurai seluk beluk pasar modal, mulai dari sejarah
perkembangan, benturan kepentingan, proses akuisi dan konsolidasi,
HUKUM PASAR MODAL 5
bentuk-bentuk kejahatan dan pelanggaran dalam pasar modal, peraturan
hukum yang mengikatnya, sampai pada prospek pasar modal syariah
di Indonesia.
Akhir kata, buku ini tentu tidak akan terbit, tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapan
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian
penulisan buku ini. Besar harapan penulis, semoga buku ini dapat
memberikan manfaat kepada para pembaca sebagai referensi untuk
memahami pasar modal secara komprehensif.

Pekanbaru, September 2020

Penulis

6 HUKUM PASAR MODAL


DAFTAR ISI

PRAKATA PENULIS ........................................................... 5


DAFTAR ISI ........................................................................ 7

BAB I HUKUM DAN INVESTASI ................................. 11


A. Konsep dan Definisi Investasi ............................. 11
B. Jenis-jenis Investasi ............................................ 13
C. Fungsi dan Kriteria Investasi............................... 14
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Investasi 16
E. Pengaturan Investasi di Indonesia ........................ 17
F. Keadaan Investasi Nasional ................................ 20

BAB II PERKEMBANGAN Pasar Modal ......................... 27


A. Sejarah Pasar Modal Indonesia .......................... 27
B. Otoritas dan Fasilitator Pasar Modal................... 39
C. Pelaku Pasar Modal........................................... 44
D. Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal .... 46

BAB III PASAR UANG Vs PASAR MODAL .................... 51


A. Memahami Pasar Modal .................................... 51
B. Perbedaan Pasar Uang dan Pasar Modal
dari Segi Konvensional ....................................... 54
C. Perspektif Pasar Uang dan Pasar Modal
dari Segi Syariah................................................ 57

BAB IV PASAR MODAL SYARIAH ................................. 65


A. Sejarah Perkembangan Pasar Modal Syariah...... 66
B. Prinsip-Prinsip Pasar Modal Syariah ................... 69
C. Instrumen Pasar Modal Syariah .......................... 71
D. Tantangan Pasar Modal Syariah ........................... 76
HUKUM PASAR MODAL 7
BAB V PENGATURAN HUKUM PASAR MODAL ........ 81
A. Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu
dalam Pasar Modal ............................................. 81
B. Pengaturan Hukum Mengenai Benturan Kepentingan
..............................................................................
Transaksi Tertentu dalam Pasar Modal .............................. 84
C. Unsur-Unsur Benturan Kepentingan Transaksi
Tertentu dalam Pasar Modal ............................... 88
D. Transaksi yang Dikecualikan sebagai Benturan
Kepentingan dalam Pasar Modal........................ 90

BAB VI AKUISI DAN KONSOLIDASI............................ 95


A. Pengertian Akuisisi dan Konsolidasi .................... 95
B. Pengaturan terhadap Konsolidasi dan Akuisisi ..... 99
C. Prosedur Pelaksanaan Akuisisi dan Konsolidasi .. 101
D. Larangan-larangan dalam Akuisisi dan Konsolidasi 103

BAB VII INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) ................... 107


A. Pihak yang Berperan dalam Proses IPO ............. 107
B. Efek Bersifat Ekuitas yang Ditawarkan dalam IPO 111

BAB VIIIKEJAHATAN DI PASAR MODAL ..................... 115


A. Bentuk-bentuk Kejahatan dalam Pasar Modal .... 115
B. Bentuk-bentuk Pelanggaran di Pasar Modal........ 125
C.Aspek Hukum Kejahatan dan Pelanggaran di Pasar Modal 127
D. Alternatif Penyelesaian Sengketa di Pasar Modal 129

BAB IX LEGAL OPINION ................................................ 133


A. Pendapat Hukum terhadap Investasi di Pasar Modal 133
B. Pendapat Hukum terhadap Peranan dalam
Menjalankan Fungsi Pengawasan di Pasar Modal 137

DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 143


TENTANG PENULIS .......................................................... 147
8 HUKUM PASAR MODAL
BAB I

HUKUM DAN
INVESTASI

HUKUM PASAR MODAL 9


10 HUKUM PASAR MODAL
BAB I
HUKUM DAN INVESTASI

A. Konsep dan Definisi Investasi


Perkembangan dalam dunia bisnis modern saat ini sudah tidak
asing lagi dengan kata investasi. Secara umum investasi merupakan
suatu tindakan penanaman uang (modal) dalam suatu perusahaan atau
proyek untuk tujuan mendapatkan keuntungan. Istilah investasi di-
gunakan oleh siapapun yang ingin menginvestasikan harta yang di-
milikinya dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan di masa yang
akan datang. Bahkan saat ini tidak hanya kalangan para pebisnis,
masyarakat umum pun tampaknya berlomba-lomba untuk memiliki
investasi di masa depan dalam berbagai bidang seperti investasi tanah,
pendidikan, saham maupun mata uang asing.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), investasi merupakan
suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk perkembangan kekayaan
melalui distribusi hasil investasi (bunga, dividen, royalti, uang sewa) untuk
animo nilai investasi atau mungkin untuk faedah lainnya untuk perusahaan
yang berinvestasi seperti faedah yang didapat melalui jalinan perdaga-
ngan (Puwaningsih, 2010).
Secara lebih lengkap berikut ini pengertian investasi menurut para
ahli:
1. James C Van Horn (1981), investasi merupakan suatu kegiatan

HUKUM PASAR MODAL 11


yang sedang berlangsung dengan memanfaatkan kas pada masa
sekarang, untuk menghasilkan barang di masa yang akan datang.
2. Henry Simamora (2000), investasi merupakan suatu aktiva yang
digunakan oleh perusahaan untuk pertumbuhan kekayaannya
melalui proses distribusi hasil investasi (seperti pedapatan bunga,
royalty, deviden, pendapatan sewa dan lain- lain), dalam rangka
untuk apresiasi nilai investasi, maupun untuk manfaat lain bagi
perusahaan yang berinvestasi, seperti manfaat yang diperoleh
melalui hubungan dagang.
3. Fitz Gerald (1978), investasi merupakan aktivitas yang berkaitan
dengan usaha penarikan sumber-sumber yang dipakai untuk
mengadakan modal barang pada saat sekarang ini. Modal
Barang tersebut akan menghasilkan aliran produk baru di
kemudian hari . Serta ia juga mengungkapkan bahwa investasi
merupakan segala kegiatan yang berkaitan dengan usaha
penarikan sumber-sumber yang digunakan untuk mengadakan
barang.
4. Deliarnov (1995), investasi merupakan suatu pengeluaran
perusahaan secara keseluruhan yang mencakup pengeluaran
untuk membeli bahan baku atau material, mesin-mesin dan
peralatan pabrik serta semua modal lain yang diperlukan dalam
proses produksi, pengeluaran untuk keperluan bangunan kantor,
bangunan tempat tinggal karyawan dan bangunan konstruksi
lainnya, juga perubahan nilai stok atau barang cadangan sebagai
akibat dari perubahan jumlah dan harga.
5. Sadono Sukirno, investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran
atau pembelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan
untuk membeli barang barang modal dan perlengkapan-
perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan mem-
produksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam per-
ekonomian.
Dari berbagai pengertian di atas, dapat dipahami bawah investasi
adalah aktivitas menempatkan modal baik berupa uang atau aset
berharga lainnya ke dalam suatu benda, lembaga, atau suatu pihak
dengan harapan pemodal atau investor kelak akan mendapatkan
keuntungan setelah kurun waktu tertentu. Karena harapan mendapatkan
keuntungan di kemudian hari inilah investasi disebut juga sebagai

12 HUKUM PASAR MODAL


penanaman modal. Istilah investasi sendiri berasal dari kata Bahasa Italia,
investire yang berarti memakai atau menggunakan. Umumnya dana atau
aset yang ditanamkan oleh seorang investor akan dikembangkan oleh
badan atau pihak yang mengelola. Keuntungan dari hasil pengembangan
tersebut nantinya akan dibagikan kepada investor sebagai imbal balik
sesuai dengan ketentuan antara kedua pihak.
Secara ekonomi, dalam investasi, pemodal akan membeli sesuatu
yang tidak akan dipergunakan sekarang. Sesuatu yang dibeli tersebut
disimpan sebagai harta yang setelah melewati masa tertentu dapat
mengalami perubahan nilai. Investasi tidak selalu berujung menghasilkan
keuntungan. Terdapat risiko kerugian juga dalam berinvestasi. Maka
dari itu, penting sekali memahami jenis-jenis investasi dan risikonya.

B. Jenis-jenis Investasi
Terdapat beberapa hal yang melandasi investasi yang digolongkan
dalam beberapa jenis-jenis, antara lain sebagai berikut:
1. Investasi berdasarkan asetnya
Jenis investasi yang berdasarkan pada aset merupakan peng-
golongan investasi yang diperoleh dari aspek modal atau
kekayaan. Investasi berdasarkan asset ini terbagi pula atas dua
jenis, yaitu real asset dan financial asset.
Real asset merupakan investasi yang berwujud seperti gedung-
gedung, kendaraan dan lain sebagainya, sedangkan Financial
asset merupakan investasi dalam bentuk dokumen (surat-surat)
klaim tidak langsung dari pemegangnya terhadap aktivitas riil
pihak yang menerbitkan sekuritas tersebut (Sutrisno, 2008).
2. Investasi berdasarkan pengaruhnya
Jenis investasi yang berdasarkan pada pengaruhnya ini me-
rupakan suatu investasi yang didasarkan pada aspek yang
memengaruhi atau tidak berpengaruh terhadap segala aktivitas
investasi. Investasi jenis ini terbagi dalam dua jenis, yaitu inves-
tasi autonomus (berdiri sendiri) dan investasi induces (meme-
ngaruhi atau menyebabkan).
Investasi autonomus ialah investasi yang tidak dapat dipe-
ngaruhi oleh tingkat pendapatan dalam bentuk apapun, dan
bersifat spekulatif. Contoh dalam investasi ini seperti pembelian

HUKUM PASAR MODAL 13


surat-surat berharga. Investasi induced ialah investasi yang
dipengaruhi oleh naik turunya suatu permintaan akan barang,
jasa, serta tingkat pendapatan yang diperoleh. Contoh dalam
investasi ini seperti penghasilan transitori, yaitu penghasilan yang
diperoleh selain dari bekerja, seperti bungan dan sebagainya.
3. Jenis Investasi berdasarkan sumber pembiayaannya
Jenis investasi berdasarkan sumber pembiayaannya merupakan
investasi yang dilihat dari aspek asal usul perolehan investasi
tersebut. Investasi jenis ini terbagi atas dua macam, yaitu investasi
yang sumber prolehanya dari modal asing dan investasi yang
sumber prolehannya dari modal dalam negeri (Sutrisno, 2008)
4. Jenis Investasi berdasarkan bentuknya
Jenis investasi berdasarkan bentuknya, ini merupakan investasi
yang berdasarkan pada bagaimana cara dalam menanamkan
investasinya. Investasi jenis ini dibagi menjadi dua macam, yaitu
investasi portofolio dan investasi langsung.
Investasi portopolio dilakukan melalui pasar modal meng-
gunakan instrumen surat berharga, contohnya seperti saham dan
obligasi. Investasi langsung merupakan bentuk investasi yang
dilakukan dengan membangun, membeli total, atau mengakuisi
suatu perusahaan (Sutrisno, 2008).

C. Fungsi dan Kriteria Investasi


1. Fungsi Investasi
Fungsi investasi diartikan sebagai suatu kurva yang dapat meng-
gambarkan penunjukkan hubungan antara tingkat investasi dan
tingkat pendapatan nasional. Bentuk dari fungsi investasi tersebut
dibedakan menjadi dua, yaitu pertama ia sejajar dengan sumbu
datar yang mana ini dikenal dengan sebutan investasi otonomi dan
yang kedua bentuknya naik ke atas ke sebelah kanan (yang memiliki
arti bahwa makin tinggi pendapatan nasional, makin tinggi investasi
nya ) yang juga dikenal sebagai investasi terpengaruh. Dalam analisis
makro ekonomi hal ini biasanya dimisalkan bahwa suatu investasi
perusahaan bersifat investasi otonomi.
Menurut Joseph Allois Schumpeter, ada beberapa perkembangan-
perkembangan yang mempengaruhi investasi otonom dalam jangka
panjang, antara lain:

14 HUKUM PASAR MODAL


1. Adanya ramalan tingkat keuntungan investasi yang di peroleh
2. Adanya tingkat bunga.
3. Adanya ramalan mengenai bagaimana keadaan ekonomi di masa
depan.
4. Adanya kemajuan teknologi.
5. Adanya tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.
6. Adanya keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan.

2. Kriteria Investasi
Terdapat beberapa Kriteria dalam berinvestasi antara lain sebagai
berikut :
a. Payback Period
Payback period adalah kurun waktu yang direncanakan sesuai
dengan kebutuhan investasi agar dapat dikembalikan atau di-
artikan sebagai kurun waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
titik impas atas suatu investasi. Jika dalam kurun waktu yang
dibutuhkan semakin pendek, maka proposal investasi dinilai
semakin baik. Meskipun demikian, kita haruslah teliti dan
berhati-hati dalam menafsirkan kriteria payback period ini ,
karena terdapat investasi baru yang dapat menguntungkan apa-
bila dalam jangka panjang (> 5 tahun).
b. Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio).
B/C ratio adalah kriteria dalam mengukur tingkat perbandingan
mana yang lebih besar, antara biaya yang dikeluarkan dengan
hasil (output) yang diperoleh. Untuk biaya yang dikeluarkan
dinotasikan dengan C (cost) sedangkan hasil (Output) yang
diperoleh dinotasikan dengan B (benefit). Sehingga penilaian
terhadap B/C adalah penilaian yang menentukan diterima atau
tidaknya suatu proposal investasi.Namun, pada umumnya sebuah
proposal investasi baru akan diterima jika tingkat B/C> 1, sebab
hal ini menunjukan bahwa output yang diperoleh lebih besar di
bandingkan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan.
c. Net Present Value (NPV)
Pada umumnya, Perhitungan menggunakan nilai nominal saja
cenderung dapat menyesatkan, karena hal tersebut tidak mem-
perhitungkan nilai waktu dari uang. Maka Untuk memperoleh
hasil yang lebih akurat, nilai perhitungan harus didiskontokan.

HUKUM PASAR MODAL 15


Menggunakan metode diskonto, memberikan keuntungan
kepada kita yaitu dapat langsung menghitung selisihnilai sekarang
dari biaya total dengan penerimaan total bersih. Selisih inilah
yang disebut dengan net present value. Sehingga suatu pro-
posal investasi akan diterima jika NPV > 0, sebab nilai sekarang
dari penerimaan total lebih besar daripada nilai sekarang dari
biaya total.
d. Internal Rate of Return (IRR).
Internal rate of return adalah kriteria nilai yang diukur dari tingkat
pengembalian investasi, dihitung pada saat NPV sama dengan
nol. Sehingga untuk memperoleh keputusan menerima/menolak
rencana investasi dilakukan berdasarkan hasil perbandingan
antara IRR dengan tingkat pengembalian investasi yang di-
inginkan (r).

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Investasi


1. Faktor Pertimbangan untuk Berinvestasi
Seorang investor yang ingin melakukan suatu investasi, terlebih
dahulu haruslah melakukan suatu analisis dalam menetukan
keputusannya dalam berinvestasi baik dari berbagai aspek yang
diperlukan . Dalam melakukan analisis investasi tersebut, setidaknya
terdapat tiga faktor yang harus dianalisis oleh investor sebelum
menetukan keputusannya berinvestasi, antara lain sebagai berikut:
1. Kondisi makro ekonomi;
2. Jenis industri; dan
3. Fundamental dalam suatu perusahaan.
Tahap pertama, yaitu seorang investor haruslah melakukan
analisis terhadap kondisi perekonomian suatu negara secara
makro ekonomi. Hal tersebut dilakukan melalui cara meng-
analisis variabel-variabel makronya antara lain adalah tingkat
inflasi, transaksi berjalan, kurs/exchange rate (nilai tukar suatu
mata uang negara terhadap mata uang negara lain), suku bunga
SBI (Sertifikat Bank Indonesia), dan lain-lain.
Tahap kedua, yaitu dilakukannya analisis terhadap berbagai jenis
industri yang ada. Di tahap ini, kita haruslah memilih jenis industri
yang paling memberikan prospek keuntungan jika dilakukannya

16 HUKUM PASAR MODAL


investasi terhadap jenis industri tersebut . Untuk menentukan
Sektor mana yang akan dipilih sebagai tempat berinvestasi maka
dapat dilihat dari aspek pergerakan industri dalam indeks sektoral
suatu pasar modal. Sektor dengan indeks yang bagus, tentulah
menajdi pilihan untuk berinvestasi dalam jangk panjang.
Sedangkan untuk tahap ketiga, dilakukannya analisis fundamen-
tal dalam suatu perusahaan, melalui penganalisaan terhadap rasio-
rasio keuangan suatu perusahaan yang bersangkutan.
2. Pengaruhnya Terhadap Perekonomian
Dalam bentuk ekonomi makro, investasi merupakan salah satu
komponen dari pendapatan nasional, Produk Domestik Bruto, PDB
atau Gross Demestic Product, GDP. Sehingga investasi memberikan
pengaruh terhadap perekonomian suatu Negara yang dapat dilihat
dari aspek pendapatan nasional Negara tersebut. Secara persama-
annya, dapat diketahui bahwa investasi memberikan korelasi positif
dengan GDP. Secara umum dapat pula dikatakan bahwa, jika suatu
investasi meningkat, maka GDP pun cenderung ikut meningkat. Dan
sebaliknya, jika suatu investasi turun, maka GDP pun cenderung ikut
menurun.
Investasi sangat dipengaruhi oleh tingkat bunga dan pengembalian
modal. Hal ini terjadi karena para investor (pemilik modal) akan
menanamkan modalnya jika tingkat pengembalian modal tersebut
akan diperoleh lebih besar dari pada tingkat bunga yang ada . Tingkat
bunga yang tinggi akan menyebabkan investasi menjadi tidak
menarik dan cenderung tidak menguntungkan. Hal tersebut di-
karenakan, ketika tingkat bunga tinggi sebagian modal digunakan
untuk mencari keuntungan dari tingkat bunga melalui deposito atau
tabungan, sehingga akan berdampak pada pengurangan jumlah yang
diinvestasikan, jika pengeluaran investasi berkurang, maka GDP
pun cenderung ikut menurun.

E. Pengaturan Investasi di Indonesia


Investasi bisa dijadikan solusi untuk memutar dan mengembangkan
uang. Ada banyak jenis investasi yang sudah umum di masyarakat Indo-
nesia dari mulai properti sampai emas bahkan perak. Pastinya, setiap
jenis investasi juga memiliki resiko investasi. Biasanya, resiko investasi
akan semakin besar seiring keuntungan yang didapat juga semakin besar.
HUKUM PASAR MODAL 17
Contoh, jika investasi dengan menabung, resiko sangat kecil bahkan
tidak ada maka keuntungan yang didapat juga kecil.
Berbeda dengan investasi pada perusahaan dimana keuntungan-
nya bisa berlipat-lipat. Namun, resiko berinvestasi pada perusahaan
juga besar. Lebih jauh lagi jika Anda tidak mengenal UU Pemerintah
Indonesia yang membahas Investasi. Pemahaman akan aturan investasi
yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah itu penting untuk dipahami bagi
setiap investor.
Hukum investasi atau pasar modal di Indonesia, sudah diatur oleh
Pemerintah melalui UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.
UU ini memiliki beberapa pasal yang secara jelas mengatur hukum
atau aturan investasi di Indonesia. Berdasarkan UU ini, Presiden bisa
memutuskan untuk membuat UU investasi karena beberapa hal berikut;
1. Berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Menurut UUD ini, dijelaskan bahwa ada tujuan yang dilakukan untuk
membuat perekonomian negara Indonesia agar lebih baik lagi yakni
melalui pembangunan ekonomi nasional yang berkelanjutan. Tentu saja,
menurut UUD tersebut, pembangunan ekonomi ini diharuskan
berlandaskan pada demokrasi ekonomi.
2. Menjalankan amanat yang sudah ditetapkan di Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVI/
MPR/ 1998. Adapun isi amanat tersebut adalah guna melaksanakan
aturan atau kebijakan investasi (penanaman modal), maka diharuskan
dengan landasan sistem ekonomi kerakyatan. Didalam ekonomi
kerakyatan tersebut ada usaha kecil, mikro, menengah serta koperasi.
3. Untuk percepatan pembangunan ekonomi, maka dilakukan
peningkatan penanaman modal. Ini dilakukan untuk mengolah segala
potensi ekonomi menjadi kinerja ekonomi yang riil atau nyata. Adapun
modal tersebut bisa datang dari dalam atau luar negeri.
4. Untuk membuat Indonesia ikut serta dalam kerjasama di dunia
internasional, maka harus ada iklim investasi atau penanaman modal.
Iklim investasi ini sudah seharusnya bersifat promotif, adil, kondusif
serta efisien. Selain itu, iklim ini juga harus tetap memperhatikan
kepentingan ekonomi nasional. Maka dari itu, dengan berbagai pertim-
bangan diatas, Presiden bisa membuat hukum investasi melalui
pembentukan UU.

18 HUKUM PASAR MODAL


UU UU No. 25 Tahun 2007 membahas berkenaan dengan apa
yang dimaksud dengan investasi atau penanaman modal sebagai bentuk
investasi utama. Menurut UU ini, yang dimaksud dengan penanaman
modal ialah segala bentuk kegiatan yang dilakukan dalam rangka
penanaman modal. Adapun penanam modal atau investor yang
dimaksud di sini bisa berupa investor dalam atau luar negeri. Yang
dimaksud dengan penanaman modal dalam negeri adalah penanaman
modal yang ditujukan untuk melakukan usaha yang berada di dalam
negeri dan dilakukan oleh penanam atau investor lokal. Sedangkan
penanaman modal luar negeri maksudnya adalah penanaman modal
yang ditujukan untuk melakukan usaha yang berada di dalam negeri
dan dilakukan oleh penanam atau investor asing baik penanaman modal
ini dilakukan sepenuhnya oleh orang asing atau secara patungan.
Kegiatan investasi atau penanaman modal yang dijelaskan dalam
UU ini diselenggarakan dengan beberapa asas seperti;
1. Kepastian hukum
2. Keterbukaan
3. Akuntabilitas
4. Pelakuan adil yang tidak bisa dilihat karena perbedaan negara
5. Kemandirian
6. Kebersamaan
7. Berkelanjutan dan
8. Ada keseimbangan dengan kesatuan ekonomi Indonesia
Adapun untuk tujuan investasi berdasarkan UU ialah untuk
menciptakan jumlah lapangan kerja lebih banyak lagi, peningkatan
pertumbuhan ekonomi negara, membuat perubahan, membantu
ekonomi rakyat sehingga mereka mampu berkembang serta membuat
kesejahteraan untuk masyarakat dengan adanya lapangan kerja yang
memadai sehingga mereka tidak akan mengalami kesulitan mencari
pekerjaan. Bahkan, penanaman modal juga dimaksudkan untuk
mengurangi jumlah orang miskin di Indonesia.
Tentu saja dalam prakteknya, pemerintah juga memiliki peranan
yang penting terhadap jalannya investasi yang ada di Indonesia.
Sehingga, jika Anda ingin menanamkan modal atau berinvestasi, maka
perhatikan terlebih dahulu tentang UU Investasi di atas serta resiko
investasi dari jenis investasi yang Anda pilih. Ada banyak pilihan investasi

HUKUM PASAR MODAL 19


dimana setiap jenis investasi memiliki nilai plus dan minus tergantung
bagaimana kita menilainya.

F. Keadaan Investasi Nasional


Perekonomian dunia (khususnya keuangan dan perbankan) yang
kini tengah diguncang oleh krisis global, ternyata Indonesia masih
sanggup bertahan di dalam kondisi seperti ini. Setidaknya, masyarakat
umum tidak merasakan dampak signifikan seperti krisis moneter yang
terjadi pada tahun 1997-1998 lalu. Pemerintah pun dinilai mampu untuk
mengatasi masalah-masalah yang timbul akibat krisis global ini dengan
tidak sampai mengeluarkan kebijakan yang dianggap luar biasa, seperti
kenaikan harga BBM, listrik maupun pajak, sehingga pemutusan
hubungan kerja masal maupun kenaikan terhadap harga cenderung masif
dilakukan oleh perusahaan-peru-sahaan dalam negeri.
Mengutip dari artikel “Outlook” tentang Investasi Reksa Dana
Tahun 2012 bahwa kekuatan perekonomian Indonesia masih ditopang
oleh beberapa hal sebagai berikut :
1. Indonesia tumbuh didukung oleh pertumbuhan ekonomi sektor
konsumsi terutama sektor konsumsi domestik.
2. Kebijakan makro ekonomi Indonesia yang dibuat dengan hati-
hati dan penuh pertimbangan .
3. Indonesia memiliki cadangan devisa yang kuat.
Beberapa hal tersebutlah, yang mampu menjadikan perekono-
mian Indonesia dalam kondisi yang relatif aman untuk beberapa waktu
ke depan. Namun, jika tetap bersikap santai dan hanya bergantung
pada ketiga hal tersebut tanpa memiliki suatu perencanaan dan kebijakan
yang lebih baik. Maka hal tersebut akan sangat mem-bahayakan
perekonomian Indonesia dalam kurun waktu yang panjang. Terlepas
dari penggunaan teori apa yang mendasari hal ini, namun analisis saya
terhadap ketiga sendi penopang tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, benar bahwa Indonesia mengalami pertumbuhan
ekonomi yang cukup baik, bahkan dalam urutan ranking dunia. Kendati
pun demikian, perlu diingat bahwa yang mendasari pertumbuhan ekonomi
tersebut masih konsumsi masyarakat (C). Neraca perdagangan kita
(ekspor dan impor) masih dalam kondisi di ambang batas BEP.
Secara statistik (catatan pasar bersih : 2010) Indonesia mampu

20 HUKUM PASAR MODAL


mengekspor kira-kira 157.779,1 million USD dan mengimpor sekitar
135.663,3 million USD. Hal ini memang masih dalam kondisi positif
dengan perbandingan balance sebesar 22.115,8 million USD. Namun
yang harus menjadi catatan penting adalah lebih dari 25% ekspor kita
adalah minyak bumi dan gas alam dengan kisaran 28.039,6 million USD.
Jika harus terus bergantung pada hal seperti Sumber Daya Alam yang
tak terbarui akan menyebabkan Indonesia berkelimpungan di masa
mendatang karena cadangan SDA tersebut semakin hari semakin menipis.
Jika Indonesia hanya mengandalkan dari aspek konsumsi, ini juga
berarti menunjukkan bahwa produksi kita belum cukup kuat menopang
perekonomian. Perusahaan-perusahaan local yang ada belum cukup
dalam bersaing dengan perusahaan level global, dan ironisnya mungkin
saja kecuali pada pabrik rokok. Arus perdagangan global yang kian
semakin pesat, dengan budaya konsumsi tentu akan menjadikan Indo-
nesia sebagai pasar yang mewah bagi setiap pedagang seluruh penjuru
dunia (yang tentu banyak di antaranya berskala besar). Tak dapat di-
pungkiri bahwa hal demikian dapat sangat mengancam kelangsungan
bisnis di Indonesia, khususnya sangat berdampak terhadap para pe-
ngusaha kecil dan menengah.
Kedua, dengan adanya kebijakan ekonomi di Indonesia yang
tidak menerapkan asas “lebih cepat lebih baik” membuat para pengusaha
modern beranggapan bahwa hal ini sebagai suatu yang lambat. Pe-
merintah dengan penuh kehati-hatian cenderung membuat risih para
pembisnis karena mereka membutuhkan kepastian dalam kurun waktu
secepat mungkin. Hal ini karena bagi para pembisnis setiap detik dalam
dunia bisnis adalah sangat berharga dan bernilai. Ditambah lagi trust
masyarakat terhadap pemerintah yang akhir-akhir ini semakin melemah
(entah karena pemerintah yang sulit mengerti atau bahkan ada pihak-
pihak yang memprovokasi) sehingga hal demikian mempengaruhi
efektivitas terhadap kebijakan yang ada .
Ketiga, meskipun perkembangan ekonomi Indonesia kian terus
membaik dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya
Indonesia, masih perlu penguatan dalam banyak sektor yang ber-
sangkutan. Landasan utama yang dimiliki Indonesia dalam cadangan
devisa berbeda apabila dibandingkan dengan China (yang meng-
andalkan neraca perdagangan) yaitu portofolio dan foreign direct
HUKUM PASAR MODAL 21
investment (FDI). Yang akan membuat kolaps jika investasi-investasi
tersebut secara mendadak dan serentak di tarik kembali oleh para
investor. Sehingga kembali lagi ke awal, bahwa berdasarkan nota
keuangan pemerintah Indonesia yang mengikutsertakan pergerakan
gerbong Indonesia dalam investasi, pasar modal dan perbankan kini
seakan menjadi pisau yang memiliki mata di kedua sisinya. Pisau yang
dimaksud adalah pisau yang dapat menolong Indonesia dalam berbagai
permasalahan sekaligus mampu menusuk balik tanpa aba-aba, kapan
saja apabila berada dalam pengaturan yang salah dan tidak benar.
Beralih dari sudut pandang Investor bahwa investasi berupa reksa
dana atau deposito dalam beberapa segi akan lebih menguntungkan
dibanding investasi langsung. Dalam hal ini, terdapat beberapa sebab
yang menggambarkan kenapa kinerja reksa dana (khususnya syariah)
lebih optimal dibandingkan jika investor harus berinvestasi sendiri, antara
lain:
a) Likuiditas yang tinggi
Kinerja reksa dana memiliki likuiditas yang tinggi sehingga lebih
optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari jika suatu saat investor
ingin menarik investasinya dikarenakan membutuhkan dana untuk
keperluan, kepentingan lain maupun ia ingin melakukan realisasi
keuntungan maka hal tersebut dapat dicairkan maupun ditarik
oleh investor tersebut kapan saja.
b) Biaya investasi cenderung rendah
Kinerja reksa dana memiliki biaya investasi yang cenderung
rendah sehingga merupakan pilihan yang lebih optimal dalam
menetukan investasi. Hal ini dikarenakan jika seorang investor
melakukan transaksi saham sendiri dengan memperhatikan biaya
yang dibebankan oleh sekuritas seperti biaya transaksi dengan
minimal besarannya adalah Rp10.000- Rp15.000. Bahkan ada
beberapa sekuritas yang membebankan biaya transaksi secara
keseluruhan dan yang per saham. Dan jika suatu saat kita sebagai
investor inginkan melakukan transaksi melalui obligasi syariah
(Sukuk) dengan nilai investasi yang ditawarkan minimal Rp 1
miliar seandainya terdapat Sukuk Ritel (SUKRI), maka pem-
belian 1 unit pada besaran minimal Rp 5 juta. Nah , Pertanyaan
selanjutnya adalah bagaimana jika investor ingin berinvestasi

22 HUKUM PASAR MODAL


rutin dalam kisaran jumlah dibawah Rp 5 juta ? . Jika demikian,
maka investor tersebut tidaklah dapat membeli Sukuk maupun
Sukri. Sedangkan untuk Deposito sendiri, jika dana seorang
investor berkisar pada besaran dibawah Rp 500 juta maka in-
vestor tersebut hanya akan memperoleh rate counter yang saat
ini ada pada kisaran 5,5 persen-6,5 persen yang mana belum
dipotong PPh final sebanyak 20 persen. Selanjutnya , bagaimana
jika dengan investor yang memiliki dana dengan besaran sekitar
Rp 100.000-Rp 1.999.900 ?. Maka, investor tersebut hanya
bisa masuk tabungan yang berjangka dengan bagi hasil 2 persen-
3 persen (untuk tabungan) dan 4 persen untuk tabungan
berjangka yang sudah terkunci (lock) selama sekian tahun
(tergantung kebijakan bank) serta terpotong lagi oleh PPh final
sebesar 20 persen. Jika di bandingkan dengan inflasi yang saat
ini berada dikisaran 4,61 persen. Untuk Deposito dengan jumlah
besaran diatas Rp 500 juta , maka bank bisa memberikan bagi
hasil 9 persen gross. Bayangkan, perhhitungkan, dan perhatikan
jika saja yang mengelola adalah seorang manajer investasi maka,
perolehan biaya investasinya akan rendah dengan output atau
pencapaian yang optimal.
c) Transparansi Informasi
Kinerja reksa dana memiliki keterbukaan terhadap semua
informasi kinerja investasi harian sehingga bisa dipantau melalui
media masa sekalipun. Hal ini dibuktikan dengan secara rutin,
Setiap nasabah akan memperoleh laporan kinerja investasi
seperti rekening koran dan kinerja Reksa Dana (Fund Fact
Sheet) pada setiap bulannya.
d) Lebih Aman dan Stabil
Seperti apa yang telah di jabarkan sebelumnya , menganai rasio
dengan jumlah batas 82 persen memberikan jaminan bahwa
sebuah perusahaan yang memiliki struktur modal yang sehat
merupakan perusahaan dengan perbandingan antara hutang
yang tidak boleh lebih besar dari modal. Obligasi/sukuk memiliki
underlying asset yang jelas sehingga berdampak pada resiko
default yang kecil sekali atau bahkan tidak ada sama sekali.
Dengan demikian, melalui mekanisme rasio kuantitatif, Reksa

HUKUM PASAR MODAL 23


dana Syariah terselamatkan dari penurunan NAB yang sangat
tajam. Sedangkan Obligasi Syariah, melalui mekanisme under-
lying (terdapat nilai pokok yang menjadi patokan untuk pe-
nerbitan obligasi), seorang investor dengan sendirinya akan
terdorong dengan merasa yakin bahwa obligasi syariah relatif
aman dan stabil sehingga banyak diminati oleh para investor
baik portfolio maupun konvensional. Dan pada umumnya, yang
memegang obligasi syariah adalah institusi syariah yang mana
mereka memegang obligasi tersebut sampai pada tanggal jatuh
temponya (hold to maturity) sehingga menggambarkan gejolak
harga (volatilitas) dalam keadaan yang relatif stabil.
e) Terdapat Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Terdapat dewan pengawas syariah (DPS) yang berfungsi untuk
mengawasi dan memberikan suatu pengarahan Fungsi dari DPS
adalah mengawasi dan memberikan pengarahan terhadap
pengelolaan Reksa Dana agar sesuai dengan prinsip syariahnya
yaitu dengan adanya kejujuran, menjunjung keadilan dan me-
miliki manfaat bagi siapa saja .
f) Membantu perekonomian bangsa
Kinerja reksa dana mampu membantu perekonomian bangsa,
khususnya Indonesia. Pada saat penerbitan SUKRI, negara bisa
ikut mengambil maanfaatnya dengan mendapati biaya pemerintah
yang kian jadi lebih kecil, sedangkan suatu perusahaan yang
memperoleh hasil penjualan sukuknya akan kembali digunakan
untuk modal kerja perusahaan.

24 HUKUM PASAR MODAL


BAB II

PERKEMBANGAN
PASAR MODAL

HUKUM PASAR MODAL 25


26 HUKUM PASAR MODAL
BAB II
PERKEMBANGAN PASAR MODAL

A. Sejarah Pasar Modal Indonesia


Pembangunan ekonomi nasional suatu negara memerlukan pem-
biayaan, baik dari pemerintah maupun dari masyarakat. Kebutuhan
pembiayaan pembangunan di masa mendatang akan semakin besar.
Kebutuhan ini tidak akan dapat dibiayai oleh pemerintah saja melalui
penerimaan pajak dan penerimaan lainnya (Anwar, 2007). Kadangkala
pemenuhan kebutuhan ini dapat diperoleh dari bantuan luar negeri.
Seperti halnya negara-negara berkembang lainnya, Indonesia sudah
sangat sering mendapatkan pinjaman dari luar negeri dalam mendukung
adanya pembangunan nasional.
Namun menurut pemerintah pinjaman luar negeri bukanlah
merupakan solusi yang strategis untuk mendorong pembangunan, po-
tensi yang diberikan oleh dana masyarakat Indonesia harusnya bisa
dioptimalkan semaksimal mungkin untuk dapat digunakan. Untuk itu
dibentuklah pasar modal yang dimaksud agar terciptanya wahana untuk
memenuhi kebutuhan pembiayaan pembangunan. Fungsi penting dan
strategis atas pasar modal membuat pemerintah ikut andil atas perkem-
bangan dan kemajuan pasar modal, karena berpotensi untuk penghim-
punan dana secara masif, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memper-
besar volume kegiatan pembangunan (Nasrudin, dkk., 2008).

HUKUM PASAR MODAL 27


Di tengah arus globalisasi, setiap negara diharuskan untuk tunduk
pada peraturan ekonomi regional dan organisasi ekonomi dunia serta
tidak bebas atau terlarang dalam menentukan aturan main yang
bertentangan atau yang tidak sesuai dengan aturan internasioanl yang
telah disepakati dan diberlakukan. Misalnya dengan WTO, suatu negara
terikat oleh hukum internasional dan tidak mungkin lagi membuat
perundangan sendiri yang bertentangan dengan hukum internasional
meski untuk tujuan yang baik sekalipun seperti dalam mengatur ke-
pentingan negara sendiri oleh karena hal tersebut merupakan pelang-
garan terhadap hukum internasional yang akan mencapai hukuman
internasional yang serius.
Alasan seperti menjadi pendorong bagi setiap negara untuk selalu
berusaha melakukan efesiensi atau menghilangkan ekonomi pada tarif
biaya tinggi sehingga dapat bersaing ataupun melakukan merger, kon-
solidasi, akuisisi, aliansi, dan kerjasama bilateral antara perusahaan da-
lam bentuk apa pun agar dapat memperoleh kemenangan dalam per-
saingan. Salah satu cara untuk menekan tingginya biaya adalah dengan
menggiring perusahaan swasta masuk ke dalam pasar modal agar struktur
modal pada perusahaan menjadi lebih baik, lebih efisien, dan lebih dapat
terkendali oleh masyrakat, serta adanya privatisasi Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang berguna untuk menghapuskan beban berat yang
ditanggung oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
karena terdapat banyak BUMN yang menderita kerugian disebabkan
oleh salah urus. Sehingga pada hakikatnya, yang dimaksud dengan
struktur permodalan adalah pencerminan dari adanya suatu hutang jangka
panjang dan modal sendiri dari suatu perusahaan.
Upaya dalam menyesuaikan diri dengan derasnya perkembangan
globalisasi ekonomi dan pembangunan nasional secara bersamaan, maka
pasar modal yang merupakan salah satu alternatif pembiayaan pemba-
ngunan, harus mampu dalam memfasilitasi perkembangan ekonomi
pasar. Indonesia dianggap hanya memiliki sistem pasar dengan tujuan
untuk memakmurkan sebagian kecil golongan masyarakat saja. sedang-
kan banyak dari negara tetangga, bahwa sistem ekonomi pasar berhasil
memberikan kemakmuran terhadap sebagian besar rakyatnya, sehingga
ada banyak negara yang sebelumnya beralih ke sistem ekonomi pasar
sejak tahun 1988.
28 HUKUM PASAR MODAL
Negara yang menganut paham sosialis pun, seperti RRC, sebagai
salah satu negara yang menganut paham sosialis memiliki makna dalam
dalam kehidupan perekonomian sudah mengarah kepada praktik yang
umum terdapat di negara kapitalis. Hal ini berarti terjadinya suatu ke-
gagalan di Indonesia dapat disebabkan oleh unsur manusianya yang
tidak beres, pengelolaan negara yang juga salah urus, atau subsistem
ekonomi yang tidak lengkap, dan sehingga hal tersebut bukanlah kesala-
han sistem ekonomi pasar itu sendiri.
Mengingat dan menimbang bahwa pentingnya pasar modal bagi
pembangunan nasional, maka pemerintah sehaarusnya dapat lebih peka
melalui Bapepam dengan mengatur pasar modal Indonesia secara baik,
produktif, dan bermanfat bagi kehidupan bangsa dan negara. Jejak
rekam perjalanan sejarah tumbuh kembangnya pasar modal di Indonesia
yang mana perkembangan tersebut dimaksud karena ada hal-hal khusus
yang terjadi dalam periode perkembangan tersebut baik dilihat dari sisi
peraturan maupun dari sisi ekonomi, bahkan juga terdapat dari sisi politik
dan keamanan.
Sesuai dengan perkembangannya tersebut, terdapat beberapa
periode yang dimaksud dalam perkembangan pasar modal diindonesia
anatar lain sebagai berikut:
1. Periode Permulaan (1878-1912)
Di Indonesia, kegiatan transaksi ini dipahami dalam bentuk saham
dan obligasi yang dimulai pada abad ke -19. Berdasarkan buku
Effectengids yang telah dituliskan oleh Vereniging voor den Effec-
tenhandel pada tahun 1939. Transaksi efek telah berlangsung sejak
1880, yang mana pada saat ini bursa belum dikenal masyarakat,
sehingga perdagangan saham dan obligasi yang dilakukan tanpa
organisasi resmi maka dianggap catatan resmi tentang transaksi
tersebut tidak lengkap (Winarto, 1997)
Menurut perkiraan, bahwa yang diperjual belikan pada saat itu
adalah saham atau obligasi yang listingnya terdapat di bursa
Amsterdam yang juga dimiliki oleh investor yang ada di beberapa
tempat yaitu Batavia, Surabaya, dan Semarang. Dengan demikian,
dikarena belum adanya bursa resmi, maka dapat dikatakan bahwa
periode ini merupakan periode permulaan sejarah berlangsungnya
pasar modal Indonesia.

HUKUM PASAR MODAL 29


2. Periode Pembentukan Bursa (1912-1925)
Pada priode ini perkembangan transaksi efek semakin baik dan
terjadilah peningkatan, namun belum adanya bursa resmi . Hingga
akhirnya, pada tanggal 14 Desember 1912, Amserdamse Effecten-
bueurs mendirikan cabangnya kembali cabang bursa di Batavia.
Bursa ini merupakan bursa tertua keempat di Asia, setelah Bombay,
Hongkong dan Tokyo.
Terdapat Bursa dengan istilah Vereniging voor de Effectenhandel,
pada pasar modal sehingga ia dapat menjual belikan lagi saham
dan obligasi yang diterbitkan pemerintah berdasarkan pada
peraturan yang berlaku . Operasi pada pasar modal di Indonesia,
berupa obligasi yang diterbitkan pemerintah (propinsi dan kota-
praja), sertifikat saham perusahaan-perusahaan Amerika yang
diterbitkan oleh kantor administrasi di negeri Belanda serta efek
perusahaan Belanda lainnya. Pada saat awal terdapat 13 anggota
bursa yang aktif (makelar) yaitu : Fa. Dunlop & Kolf, Fa. Gijselman
& Steup, Fa. Monod & Co, Fa. Adree Witansi & Co, Fa. A.W.
Deeleman, Fa. H. Jul Joostensz, Fa. Jeannette Walen, Fa. Wiekert
& V.D. Linden, Fa. Walbrink & Co, Wieckert & V.D. Linden,
Fa. Vermeys & Co, Fa. Cruyff dan Fa. Gebroeders.1pada saat
dibentuknya Bursa Efek Batavia,pada periode ini pada tanggal 11
Januari 1925 terbentuk Bursa Efek Surabaya. Dan disusul atas
pembangunan bursa efek Pada tanggal 1 Agustus 1925 terbentuk
Bursa Efek Semarang.

3. Periode Awal Kemerdekaan (1925-1952)


Kegiatan gib perdagangan efek memperlihatkan perkembangan
yang berlangsung dengan marak (ramai). Namun tidak bertahan
dalam jangka waktu yang lama karena disaat itu pun ekonomi kita
dihadapkan pada terjadinya resesi tejadi adanya suatu bertahan
lama karena dihadapkan pada resesi ekonomi pada tahun 1929
dan pecahnya Perang Dunia II (PD II). Pada saat PD II, bursa
efek pada negeri Belanda tidak aktif karena sebagian saham-saham
milik orang Belanda dirampas oleh Jerman. Hal tersebut sangat
memberikan pengaruh terhadap bursa efek di Indonesia. Ditengah
Keadaaan yang semakin memburuk dan tidak memungkinkan

30 HUKUM PASAR MODAL


labursa efek dijakarta dapat beroprasi, Bursa Efek Jakarta untuk
beroperasi, sehingga pada tanggal 10 Mei 1940, Bursa Efek Jakarta
resmi ditutup. Sedangkan mengenai, Bursa Efek Surabaya dan
Semarang telah lebih dulu ditutup.
Setelah dalam jangka waktu tujuh bulan dalam keadaan ditutup,
maka pada tanggal 23 Desember 1940 Bursa Efek Jakarta kembali
diaktifkan, karena selama PD II Bursa Efek Paris tetap berjalan,sama
halnya dengan Bursa Efek London yang ditutup hanya beberapa
hari saja . Namun aktifnya lagi bursa efek jakarrta itu dalam kurun
waktu yang juga tidak lama , hal ini disebabkan karena Jepang
masuk ke Indonesia pada tahun 1942, sehingga Bursa Efek Jakarta
ditutup kembali .Pada tanggal 17 Agustus 1945, Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan ke seluruh pelosok
negeri, tetapi keadaan ekonomi menurun dengan hasil yang begitu
buruk. Setelah merdeka, Indonesia berada di jumlah keuangan
perekomian yang sangat memperihatikan. Ditambah lagi sementara
ini di sisi lain, operasionalisasi pemerintahan tidak dapat ditunda.
Kesulitan itu masih ditambah dengan persoalan moneter. Di tengah-
tengah masyarakat beredar tiga jenis mata uang yaitu, mata uang
Republik, mata uang penjajahan Belanda, dan mata uang
pendudukan Jepang. Supaya roda pemerintahan dapat berjalan,
pemerintah RI meminta persetujuan Badan Pekerja Komite Nasional
Indonesia Pusat (BPKNIP) untuk melakukan pencarian pinjaman
nasional. Dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 1946, pinjaman
dari masyarakat mulai dihimpun.
Berdasarkan alasan itu, pada tahun 1947 pemerintah berencana
untuk membuka kembali Bursa Efek Jakarta. Akan tetapi, rencana
ini tertunda karena terhambat oleh situasi ekonomi yang memburuk.
Sejak penyerahan kedaulatan kepada pemerintah RI oleh pemerintah
Belanda pada tahun 1949, beban utang luar negeri dan dalam negeri
kian membengkak sehingga menyebabkan defisit yang sangat besar.
Keadaan tersebut membuat pemerintah Indonesia memprioritaskan
pembukaan kembali Bursa Efek Jakarta dalam program kerjanya,
agar masyarakat tidak dirugikan. Untuk menunjang maksud itu,
pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Darurat No
13. Tahun 1953 yang kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang
No. 15 Tahun 1952 yang mengatur tentang Bursa Efek. Selanjutnya,

HUKUM PASAR MODAL 31


berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 289737/UU
tanggal 1 November 1951 penyelenggaraan bursa diserahkan
kepada Perserikatan Uang dan Efekefek (PPUE). Bank Indonesia
(BI) ditunjuk sebagai penasihat dan selanjutnya dipilih pengurus.

4. Periode Kebangkitan (1952-1976)


Berdasarkan pada rapat umum PPUE tanggal 3 juni 1952 , yang
menghasil kan putusan berupa kebijakan Bursa Efek Jakarta kembali
dibuka secara resmi oleh Menteri Keuangan, Sumitro Djojo-hadi-
kusumo. Salah satu tonggak sejarah pasar modal Indonesia, terjadi
pada tanggal 26 september 1952 yang mana dikeluarkannya
undang-undang darurat yang kemudian ditetapkan menjadi dasar
Undang-Undang Bursa. Namun memasuki tahun 1958 keadaan
perdagangan efek menjadi lesu dan karena terdapat beberapa hal
yang mempengaruhi nya antara lain :
1. Adanya warga Belanda yang meninggalkan Indonesia dalam
jumlah yang besar.
2. Adanya nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda oleh
pemerintah RI yang sesuaidengan Undang-Undang No. 86
Tahun 1958 tentang Nasionalisasi.
3. Badan Nasionalisasi Persuahaan Belanda (BANAS) pada tahun
1960, melakukan kegiatan pelarangan dalam memperdagang-
kan efek-efek yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan
yang beroperasi di Indonesia termasuk efek-efek dengan nilai
mata uang Belanda (Nf) (Marzuki Usman, et.al, 1994).
Selanjutnya siatuasi menunjukan kondisi semakin parah karena dilain
sisi adanya sengketa antara Irian Barat dengan Belanda (1962)
serta ditekan dengan tingginya inflasi menjelang akhir pemerintahan
Orde Lama (1966) hingga mencapai 650%. Keadaan tersebut
hampir meruntuhkan sendi perekonomian dan kepercayaan
masyarakat menjadi berkurang terhadap pasar modal. Akibatnya,
Bursa Efek Jakarta ditutup kembali dengan sendirinya.
5. Periode Pengaktifan Kembali (1977-1987)
Tidak adanya pergerakan maupun aktivitas pasar modal sampai
tahun 1977 yang menunjukkan sudah matinya pasar modal pada
perekonomian pasar modal di Indonesia. Penutupan pasar modal
Indonesia yang terjadi ini tidak lepas dari orientasi politik pemerintah

32 HUKUM PASAR MODAL


Orde Lama yang mana menolak modal asing masuk dalam kebijakan
nasionalisasi. Setelah terjadinya pergantian pemerintahan kepada
Pemerintahan Orde Baru, kebijakan politik dan ekonomi yang ada
Indonesia tidak lagi dalam situasi konfrontatif dengan dunia Barat.
Pemerintahan Orde Baru akan segera menyelenggarakan pemba-
ngunan ekonomi secara sistematis dengan pola dalam target kurun
waktu lima tahunan. Pemerintah Indonesia melakukan bekerja sama
dengan orang Barat dalam melakukan pembangunan tersebut. Per-
tumbuhan pun mulai dilakukan, perekonomian pun mulai bergerak,
dan Pemerintah pun berencana akan segera mengaktifkan kembali
pasar modal.
Dengan surat keputusan direksi BI No. 4/16 Kep-Dir tanggal 26
Juli 1968, di BI membentuk tim akan menyelenggarakan segala
persiapan mengenai (PU) Pasar Uang dan (PM) Pasar Modal. Tim
yang telah dibentuk tadi, melakukan sebuah penelitian yang
menyatakan hasilnya bahwa benih dari pasar modal di Indonesia
sebenarnya sudah ditanam pemerintah sejak tahun 1952, namun
karena situasi politik dan masyarakat yang masih awam tentang
pasar modal, maka pertumbuhan terhadap Bursa Efek di Indone-
sia sejak tahun 1958 s/d 1976 mengalami kemerosotan. Setelah
tim tersebut menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka dengan
surat keputusan Kep-Menkeu No. Kep- 25/MK/IV/1/72 tanggal
13 Januari 1972 tim penyelenggara (PU) Pasar Uang dan (PM)
Pasar Modal dibubarkan, dan pada tahun 1976 dibentuknya
lembaga Bapepam (Badan Pembina Pasar Modal) dan PT Dana-
reksa. Yang mana Bapepam bertugas membantu Menteri Keuangan
yang saat itu diketuai oleh Gubernur Bank Sentral. Dengan adanya
Bapepam, maka baru terlihat adanya kesungguhan dan intensitas
untuk membentuk kembali pasar uang dan pasar modal. Selain
sebagai pembantu Menteri Keuangan, Bapepam juga menjalankan
fungsi gandanya sebagai pengawas dan pengelola bursa efek.
Akhirnya, pada tanggal 10 Agustus 1977, Presiden Soeharto
menyelenggarakan peresmian terhadap pasar modal di zaman Orde
Baru.
Pengaktifan kembali pasar modal, tidak semata langsung me-
nyebabkan kegiatan di bidang pasar modal menjadi marak. Namun,
justru munculnya sejumlah kendala baru di dalam kegiatan di bidang

HUKUM PASAR MODAL 33


pasar modal. Perkembangan pasar modal Indonesia ternyata masih
sangat membutuhkan waktu dan proses yang cukup panjang untuk
mencapai target sebagai pasar modal yang maju dan modern.
Berdasarkan catatan paling tidak ada lima persyaratan yang meng-
hambat minat para pemilik perusahaan untuk masuk ke pasar modal,
yaitu:
1. Persyaratan laba harus dalam besaran minimum 10 % dari modal
sendiri bagi perusahaan yang ingin go public. Keuntungan ter-
sebut haruslah diperoleh selama dua tahun sebelum melakukan
penawaran umum kepada masyarakat. Tentunya persyaratan
ini memberatkan perusahaan yang ingin go public.
2. Para investor asing yang ingin berinvestasi tidak mempunyai
kesempatan untuk berpartisipasi dalam pemilikan saham peru-
sahaan yang ditawarkan di pasar modal Indonesia. Padahal,
jika kita melihat kondisi bangsa Indonesia saat itu yang memiliki
pendapatan pada kisaran US$ 1,000 per kapita, dan memiliki
potensi investor asing lebih besar. Sehingga akibatnya, jumlah
investor tidak berkembang dan volume serta nilai transaksi boleh
dikatakan tidak beranjak maju.
3. Adanya batasan maksimum fluktuasi harga saham sebesar 4 %
dari harga awal saham dalam setiap hari perdagangan di bursa.
Batasan ini menjadikan pasar modal kita kurang menarik.
Padahal kalau kita cermati bursa-bursa di dunia, dinamikanya
begitu tajam dan cepat. Dengan demikian, harga saham yang
terbentuk bukan karena mekanisme pasar, karena ada batas
pagu (plafond) fluktuasi harga saham.
4. Tidak adanya perlakuan yang sama untuk pajak atas penghasilan
dari bunga deposito dan dividen. Akibatnya, menanamkan uang
dalam bentuk deposito jauh lebih menarik ketimbang ber-
investasi di pasar modal.
5. Belum dibukanya kesempatan bagi perusahaan untuk mencatatkan
seluruh saham yang ditempatkan dan disetor penuh di bursa.

6. Periode Deregulasi (1987-1995)


Terdapat banyak hambatan-hambatan yang merintangi tumbuh
perkembangan pasar modal di Indonesia yang kini pun telah disadari
oleh pemerintah. Hal ini mendorong pemerintah melakukan pe-

34 HUKUM PASAR MODAL


rombakan terhadap peraturan yang nyata-nyata menghambat minat
sebuah perusahaan untuk ikut masuk ke dalam pasar modal dan
tidak memberikan daya tarik lebih terhadap investor untuk me-
lakukan investasi pada pasar modal Indonesia. Untuk mengatasi
masalah itu pemerintah mengeluarkan berbagai deregulasi yang
berkaitan dengan perkembangan pasar modal, yaitu:
a. Paket Kebijaksanaan Desember 1987 (Pakdes 1987)
Pakdes 1987 merupakan sebutan untuk penyederhanaan
persyaratan proses emisi saham dan obligasi, yang menghapus-
kannya biaya yang sebelumnya dipungut oleh Bapepam, seperti
adanya biaya pendaftaran emisi efek. Di samping itu dibuka
pula kesempatan bagi pemodal asing untuk membeli efek
maksimal 49% dari total emisi. Pakdes 87 juga digunakan untuk
menghapus batasan fluktuasi harga saham di bursa efek dan
memperkenalkan bursa paralel. Sebagai pilihan bagi para emiten
yang ingin memasuki bursa efek, namun belum melakukan
pemenuhan syarat-syarat terhadap nya .
b. Paket Kebijaksanaan Oktober 1988 (Pakto 88)
Pakto 88 dituju sebagi sebutan pada sektor perbankan, namun
memiliki dampak terhadap perkembangan pasar modal. Pakto
88 berisikan tentang ketentuan 3 L (Legal, Lending, Limit), dan
pengenaan pajak atas bunga deposito. Pengenaan pajak yang
diberlakukan ini menimbulkan dampak positif terhadap per-
kembangan pada pasar modal. Sebab dengan dikeluarkannya
kebijaksanaan ini menunjukan bahwa pemerintah berarti
memberi perlakuan yang sama antara sektor perbankan dan
sektor pasar modal.
c. Paket Kebijaksanaan Desember 1988 (Pakdes 88)
Pakdes 88 ditujukan sebagai sebutan untuk istilah yang mem-
berikan dorongan lebih jauh terhadap pasar modal dengan
membuka peluang bagi swasta untuk menyelenggarakan bursa
efek pada pasar modal.
Deregulasi pada intinya adalah melakukan kegiatan penyederhanaan
dan kegiatan untuk merangsang minat perusahaan sehingga
mendorongnya masuk ke bursa serta menyediakan kemudahan-
kemudahan bagi investor.
Jika selama masa 1984-1988 tidak satu pun perusahaan yang go

HUKUM PASAR MODAL 35


public, tahun 1999 sejak deregulasi dilancarkan, pasar modal In-
donesia benar-benar mengalami booming. Selama tahun 1989 saja
sudah terdapat 37 perusahaan go public dan sahamnya tercatat
(listed) di BEJ. Sedemikian banyaknya perusahaan-perusahaan yang
mencari dana lewat pasar modal tersebut , sehingga pada masa itu
masyarakat luas pun berlomba-lomba untuk menjadi investor. Pasar
modal memang mengalami kemajuan yang sangat pesat, perkemba-
ngan yang menggembirakan ini terus berlanjut dengan swastanisasi
bursa.
· Pada 16 Juni 1989, didirkannya PT Bursa Efek Surabaya (BES).
· Pada 2 April 1991, didirikannya Bursa Paralel Indonesia (BPI).
· Pada 13 Juli 1992, didirikannya PT Bursa Efek Jakarta (BEJ),
yang menggantikan peran Bapepam sebagai pelaksana bursa.
· Pada 22 Juli 1995, adanya penggabungan antara Bursa Paralel
dengan PT BES.

7. Periode Kepastian Hukum (1995-sekarang)


Terdapat beberapa dampak positif dari kebijakan-kebijakan
deregulasi salah satunya adalah meningkatnya kepercayaan para
investor dan perusahaan terhadap pasar modal Indonesia . Puncak
kepercayaan tersebut tepat diandai deengan lahirnya Undang-
Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang telah berlaku
secara efektif sejak tanggal 1 Januari 1996. Undang-undang di-
maksud juga sebagai undang-undang yang cukup komprehensif,
karena mengacu pada aturan-aturan yang berlaku secara inter-
nasional.
Undang-undang ini juga dilengkapi dengan adanya PP No. 45 Tahun
1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal
dan PP No. 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bi-
dang Pasar Modal. Selanjutnya disusul oleh adanya beberapa ke-
putusan menteri dan seperangkat peraturan yang dikeluarkan oleh
Bapepam yang jumlahnya lebih dari 150 buah peraturan yang
diberlakukan.
Namun kendati demikian, ada hal yang perlu di perhatikan didalam
Undang-undang Pasar Modal ialah diberikannya kewenangan yang
cukup besar dan luas kepada Bapepam selaku badan pengawas
untuk dapat berwenang melakukan penyelidikan, pemeriksaan, dan

36 HUKUM PASAR MODAL


penyidikan terhadap segala bentuk kejahatan dan pelanggaran yang
terjadi di bidang pasar modal. Selain itu, Bapepam merupakan Self
Regulation Organization (SRO) yang menjadikan Bapepam mudah
untuk bergerak dan menegakkan hukum, sehingga menjamin
kepastian hukum.

8. Periode Menyongsong Independensi Bapepam


Menurut UUPM, Bapepam memiliki fungsi untuk mencipatakan
pasar modal yang teratur, wajar, dan efisien, serta melindungi
kepentingan pemodal dan masyarakat. Bapepam memiliki 17
kewenangan yang diberikan berdasarkan ketentuan dari UUPM
yang secara sederhana dapat dikategorikan ke dalam tiga macam,
yaitu adanya kewenangan untuk melakukan pembinaan, melakukan
pengaturan, dan melakukan pengawasan. Hal tersebut, untuk meng-
ekefktifkan independensi Bapepam menjadi suatu hal yang amat
penting untuk dapat menegakkan hukum secara konsisten, imparsial,
dan adil. Apalagi Posisi struktural Bapepam kini menjadi titik
perhatian publik karena berada di bawah naungan Departemen
Keuangan.
Posisi struktural Bapepam tersebut membuka peluang kepada
pihak-pihak lain untuk dapat melakukan intervensi demi kepentingan
lain di luar mengenai penegakan hukum yang konsisten, tegas, adil
dan imparsial. Sehingga, kinerja dan wibawa Bapepam akan lebih
terjaga lagi. Persiapan menuju independensi Bapepam tersebut harus
segera diselenggarakan, karena dasar hukum untuk mengimplemen-
tasikan independensi tersebut sudah ada, antara lain sebagai berikut:
a. Amanat GBHN (1999-2004) Bab IV huruf b angka 8.
Upaya dalam mengembangkan pasar modal yang sehat, transparan,
efisien, serta meningkatkan penerapan peraturan perundang-
undangan yang sesuai dengan standar internasional haruslah yang
diawasi oleh lembaga independen.
b. UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia Penjelasan
Pasal 34.
Landasan ini ditujukan terhadap Lembaga pengawasan jasa
keuangan yang akan dibentuk untuk melakukan pengawasan
terhadap bank dan perusahaan-perusahaan yang bergerak pada
sektor jasa keuangan lainnya, meliputi asuransi, dana pensiun,

HUKUM PASAR MODAL 37


sekuritas, perusahaan pembiayaan, dan badan-badan lain yang
ikut dalam menyelenggarakan kegiatan pengelolaan dana
masyarakat. Lembaga ini haruslah bersifat independen dalam
menjalankan tugasnya, kedudukannya berada di luar kendali
pemerintah serta berkewajiban menyampaikan laporannya
kepada BPK dan DPR secara berkala .
c. Amandemen UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indo-
nesia telah diselesaikan oleh Panitia Khusus DPR RI. Yang mana
hasil amandemen tersebut menyatakan bahwa Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) harus sudah terbentuk selambat-lambatnya
pada tanggal 31 Desember 2010.
Perkembangan terbaru mengenai independensi Bapepam yaitu
tentang pembentukan OJK seperti yang dimaksud dalam poin huruf c
di atas. UU No. 23 Tahun 1999 yang kemudian disempurnakan oleh
UU No. 3 Tahun 2004 yang memberi-kan amanat berupa adanya fungsi
pengawasan perbankan dan keuangan lainnya yang akan dialihkan ke
Lembaga Pengawas Jasa Keuangan (LPJK) sebagai lembaga inde-
penden atau sering disebut dengan OJK. Sejalan dengan UU Nomor
3 Tahun 2004, OJK harus terbentuk selambat-lambatnya 31 Desember
2010 sebagai lembaga yang bersifat independen dengan dan dalam
meng-awasi lembaga keuangan, baik bank maupun bukan bank, seperti
perusahaan sekuritas, anjak piutang, sewa guna usaha, modal ventura,
perusahaan pembiayaan, reksa dana, asuransi, dan dana pensiun serta
lembaga lain yang berkegiatan mengumpulkan dana masyarakat.
Salah satu turunan dari benih OJK adalah Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) yang sekarang masih
berada di bawah naungan (ruang lingkup) Kementerian Keuangan.
Dengan adanya OJK tersebut, maka Bapepam-LK akan lepas dari
tanggungan Kementerian Keuangan. Gagasan dalam pembentukan OJK
berasal dari adanya pembelajaran dari sebuah pengalaman Indonesia
dalam menghadapi krisis keuangan. Akhirnya setelah terjadinya krisis
keuangan global masa itu dan ditambah dengan isu panas Bank Century
maka memang mendorong sesegera mungkin diberlangsungkannya
pembentukan OJK. Bahkan UU No 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia mengamanatkan bahwa sebelum 31 Desember 2010, OJK
sudah harus terbentuk.

38 HUKUM PASAR MODAL


C. Otoritas dan Fasilitator Pasar Modal
1. Otoritas
Badan yang mengawasi otoritas pasar modal di Indonesia adalah
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dalam melaksanakan fungsinya, OJK
mempunyi kewenangan memberikan izin, persetujuan, dan pendaftaran
terhadap para pihak atau pelaku yang melakukan kegiatan pada pasar
modal, ikut berwenang memproses pendaftaran dalam rangka Pena-
waran Umum, menerbitkan peraturan pelaksanaan dari perundang-
undangan di bidang Pasar Modal, dan serta melakukan penegakan
hukum atas setiap pelanggaran dan kejahatan apa saja yang dilakukan
dan bertentangan dengan terhadap peraturan perundang-undangan di
bidang Pasar Modal. Terdapat beberapa hal secara umum yang penting
yang harus diketahui oleh masyarakat luas tentang dibentuknya Otoritas
Jasa Keuangan :
1. Tujuan Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan merupakan lembaga negara yang
dibentuk berdasarkan UU nomor 21 tahun 2011 dengan fungsi
untuk dapat menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawa-
san yang berintegrasi terhadap keseluruhan aspek kegiatan di
dalam sektor jasa keuangan. Otoritas Jasa Keuangan, sebagai
lembaga yang bersifat independen dan bebas dari campur ta-
ngan pihak lain. OJK dibentuk agar dapat menggantikan peran
Bapepam-LK dalam mencapai tujuan yang meliputi agar kese-
luruhan dari kegiatan di dalam sektor jasa keuangan:
a) Terselenggaranya pasar modal dan seluruh kegiatan yang
berhubungan dengan secara teratur, adil, transparan, dan
akuntabel,
b) Berperan untuk mampu mewujudkan sistem keuangan yang
tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan
c) Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat
di dalam seluruh kegiatan pada pasar modal
2. Fungsi Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memiliki fungsi dalam menyele-
nggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi
terhadap keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan.
3. Tugas Otoritas Jasa Keuangan

HUKUM PASAR MODAL 39


OJK memiliki tugas yang harus diemban sebagai bagian
pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan
di sektor Perbankan, sektor Pasar Modal, dan sektor IKNB.
OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap:
a) Setiap kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan;
b) Setiap kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal; dan
c) Setiap kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana
pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan
lainnya.
Untuk melaksanakan tugas pengaturan, OJK mempunyai wewenang:
1) Berwenang dalam menetapkan peraturan pelaksanaan
undang-undang ini;
2) Berwenang dalam menetapkan peraturan perundang-undangan
di sektor jasa keuangan;
3) Berwenang dalam menetapkan peraturan dan keputusan OJK;
4) Berwenang dalam menetapkan peraturan mengenai penga-
wasan di sektor jasa keuangan;
5) Berwenang dalam menetapkan kebijakan mengenai
pelaksanaan tugas OJK;
6) Berwenang dalam menetapkan peraturan mengenai tata cara
penetapan perintah tertulis terhadap Lembaga Jasa Ke-
uangan dan pihak tertentu;
7) Berwenang dalam menetapkan peraturan mengenai tata cara
penetapan pengelola statuter pada Lembaga Jasa Keuangan;
8) Berwenang dalam menetapkan struktur organisasi dan in-
frastruktur, serta mengelola, memelihara, dan menata usaha-
kan kekayaan dan kewajiban; dan
9) Berwenang dalam menetapkan peraturan mengenai tata cara
pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

2. Fasilitator
Terdapat beberapa fasilitator dalam penyelenggaraan pasar modal:
1. Bursa Efek
Efek merupakan surat bukti yang menunjukan adanya utang
jangka panjang (obligasi), surat tanda penyertaan modal (saham),
sekuritas kredit dan surat-surat berharga lainnya. Sedangkan

40 HUKUM PASAR MODAL


Bursa Efek merupakan tempat yang kongkret bertemunya suatu
kegiatan transaksi antara pihak yang menawarkan dan pihak
yang yang memerlukan dana dalam jangka panjang dan diper-
dagangkannya efek-efek. Menurut Undang-Undang Pasar Modal
No. 8 tahun 1995 adalah;
“Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan
menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan
penawaran jual dan beli efek pihak–pihak lain dengan
tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.”
Bursa efek atau bursa saham adalah sebuah pasar yang segala
aktivitasnya berupa hal-hal yang berkaitan dengan adanya
pembelian dan penjualan efek perusahaan yang sudah terdaftar
di bursa tersebut.
Fungsi dan Tugas Bursa Efek sebagai berikut :
1) Mampu menciptakan pasar secara terus menerus bagi efek
yang telah ditawarkan kepada masyarakat
2) Mampu menciptakan harga yang wajar bagi efek yang
bersangkutan melalui mekanisme pasar
3) Mampu membantu pembelanjaan dunia usaha
Kemudian menurut Tjiptono Darmadji (2001:95) tugas Bursa
Efek adalah sebagai berikut :
a. Tugas Bursa Efek sebagai fasilitator
1) Dapat menyediakan sarana perdagangan efek
2) Dapat mengupayakan likuiditas instrumen yaitu
mengalirnya dana secara cepat pada efek-efek yang
dijual
3) Dapat menyebarluaskan informasi bursa ke seluruh
lapisan masyarakat
4) Dapat memasyarakatkan pasar modal, untuk menarik
calon investor dan perusahan yang go public
5) Dapat menciptakan instrumen dan jasa baru
b. Tugas Bursa Efek sebagai SRO (Self Regulatory Organi-
zation)
1) Menyusun peraturan yang berkaitan dengan kegiatan
bursa, yang mana akan dijadikan sebagai ketentuan pe-
raturan yang sesuai dengan perkembangan zaman
2) Bertugas untuk mencegah terjadinya praktek transaksi

HUKUM PASAR MODAL 41


yang dilarang melalui pelaksanaan fungsi pengawasan
3) Ketentuan Bursa Efek mempunyai kekuatan hukum yang
mengikat bagi pelaku pasar modal
c. Kewajiban Bursa Efek
1) Wajib untuk dapat menyerahkan laporan kegiatan ke-
pada OJK secara berkala
2) Wajib dalam menetapkan peraturan mengenai keanggo-
taan, pencatatan, perdagangan, kesepadanan efek,
kliring dan penyelesaian transaksi bursa, dan hal-hal lain
yang berkaitan dengankegiatan bursa.
3) Memiliki satuan pemeriksanaan
2. Lembaga Kliring dan Penyelesaian KPEI
Lembaga Kliring dan Penjaminan adalah pihak yang menyele-
nggarakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi
bursa.Lembaga Kliring dan Penyelesaian didirikan dengan tujuan
menyediakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi
yang teratur, wajar, dan efisien. Lembaga Kliring dan Penyele-
saian dapat memberikan jasa lain berdasarkan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bapepam.
PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) didirikan
berdasarkan Undang - Undang Pasar Modal Indonesia tahun
1995 untuk menyediakan jasa kliring dan penjaminan penye-
lesaian transaksi bursa yang teratur, wajar dan efisien. PT Kliring
Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) merupakan Self Regula-
tory Organization (SRO) yang turut berperan menentukan arah
perkembangan pasar modal Indonesia. Sebagai Central
Counterparty (CCP), KPEI menyediakan layanan jasa kliring
dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa. Kehadiran KPEI
sebagai CCP diperlukan untuk lebih meningkatkan efisiensi dan
kepastian dalam penyelesaian transaksi di Bursa Efek Indone-
sia.
KPEI menyelenggarakan Proses kliring dengan maksud agar
setiap Anggota Kliring (AK) dapat mengetahui dan memahami
hak dan kewajiban masing-masing baik berupa efek maupun
dana yang harus diselesaikan pada tanggal penyelesaian.
Sebagai CCP, KPEI yang menjadi satu-satunya penjual untuk
setiap pembeli dan menjadi satu-satunya pembeli untuk setiap

42 HUKUM PASAR MODAL


penjual dan dalam setiap penyelesaian transaksi atas instrumen
investasi yang diperdagangka pada bursa. Menurut Samsul
(2006:210) Hal ini dimungkinkan terjadi bisa dikarenakan oleh
KPEI yang melakukan proses kliring secara netting dengan
novasi.
a. Ruang lingkup kegiatan kliring
1) Menyelenggarakan kegiatan kliring pada semua transaksi
bursa untuk produk ekuitas, derivatif dan obligasi di bursa
efek Indonesia.
2) Menyelenggarakan proses penentuan hak dan kewajiban
masing-masing anggota kliring yang timbul akibat transaksi
bursa yang dilakukan .
b. Ruang lingkup kegiatan penjaminan
1) Melaksanakan suatu penjaminan terhadap penyelesaian
transaksi bursa untuk produk ekuitas dan produk derivatif.
2) Memberikan kepastian bahwa pasti terpenuhinya antara
hak dan kewajiban bagi Anggota kliring yang timbul dari
transaksi bursa tersebut .
c. Layanan Jasa KPEI
1) Jasa Kliring Transaksi Bursa
Proses kliring merupakan suatu proses yang menentukan
masing-masing hak dan kewajiban Anggota Kliring (AK)
yang timbul dari Transaksi Efek yang dilakukannya di Bursa
Efek. Proses tersebut terbagi atas beberapa pembagaian ,
anatara lain sebagai berikut :
a) Kliring dan Penyelesaian Transaksi Ekuiti
b) Kliring dan Penyelesaian Transaksi Derivatif
c) Kliring dan Penyelesaian Transaksi Obigasi
3. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian KSEI
Menurut Ritonga (2003:74), Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian adalah pihak yang menyelenggarakan kegiatan
kustodian sentral bagi Bank Kustodian, Perusahaan Efek, dan
pihak lain. PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)
merupakan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) di
pasar modal Indonesia, yang didirikan di Jakarta, pada tanggal
23 Desember 1997 dan memperoleh izin operasional pada
tanggal 11 November 1998. Dalam pasar modal Indonesia,

HUKUM PASAR MODAL 43


KSEI merupakan salah satu dari Self Regulatory Organization
(SRO), selain merupakan Bursa Efek Indonesia (BEI) .
KSEI menyelenggarakan kegiatan operasionalnya dimulai pada
tanggal 9 januari 1998, yaitu dengan kegiatan pertama berupa
penyelesaian transaksi Efek dengan warkat yang mengambil alih
fungsi sejenis dari PT Kliring Deposit Efek Indonesia (KDEI)
yang mana sebelumnya ia merupakan Lembaga Kliring Penyim-
panan dan Penyelesaian (LKPP). Kemudian sejak 17 Juli 2000,
KSEI bersama BEI dan KPEI mengimplementasikan suatu
perdagangan dengan tanpa warkat (scripless trading) dan
mengoperasional Kustodian sentral di pasar modal Indonesia.
Saham KSEI yang dimiliki oleh para pemakai jasanya, yaitu:
SRO (BEI dan KPEI), Bank Kustodian, Perusahaan Efek, dan
Biro Administrasi Efek (BAE).
Berikut ini, terdapat berbagai layanan jasa yang disediakan KSEI
dalam menunjang perkembangan bursa efek di Indonesia, antara
lain sebagai berikut :
a. Jasa Pengelolaan Aset
1) Melaui Pendaftaran Pembukaan Rekening Efek
2) Dapat melakukan perubahan data atas Pemegang Rekening
3) Dpat melakukan Penutupan atas Pemegang Rekening
4) Pemblokiran / Lepas Blokir Pemegang Rekening.

D. Pelaku Pasar Modal


Pelaku pasar modal adalah bahasan materi tentang pihak-pihak
yang terlibat dalam perdagangan efek di pasar modal. Terdapat banyak
pihak yang mengambil peran kegiatan di pasar modal. Pihak – pihak
yang terlibat dalam pasar modal seperti menteri keuangan, Bapepam,
bursa efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP), Lembaga Pe-
nyimpanan dan Penyelesaian, perusahaan efek, lembaga penunjang,
profesi penunjang, pemodal, dan emiten. Semua pihak yang terlibat
dalam pasar modal tersebut merupakan pelaku pasar modal.
Dalam kegiatan pasar modal, ada pihak yang menjadi pemain
utama pelaku pasar modal. Disebut pemain utama pasar modal karena
pihak-pihak inilah yang paling berperan dalam perdagangan efek. Pemain
utama pasar modal tersebut terdiri dari 5 pelaku pasar modal, yang

44 HUKUM PASAR MODAL


meliputi Emiten, Investor, Penjamin Emisi (Underwriter), Perantara
Perdagangan Efek (Broker/Pialang), dan Manajer Investasi.
Apa saja tugas dan pengertian dari pelaku pasar modal yang
menjadi pelaku utama pasar modal tersebut? Simak pembahasan lebih
lanjut pada masing-masing ulasan di bawah ini.
1. Emiten
Emiten merupakan pelaku pasar modal yang berperan dalam
melakukan Penawaran Umum, yaitu melakukan kegiatan untuk
menjual Efek kepada masyarakat umum berdasarkan tata cara yang
telah ditentukan dalam peraturan Undang-undang yang berlaku.
Emiten dapat berbentuk orang perseorangan, perusahaan, usaha
bersama, asosiasi, atau kelompok yang terorganisasi.
Menurut Murni (2009), Emiten bisa saja melakukan menawarkan
Efek dalam bentuk yang berupa surat pengakuan utang, surat
berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit
Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek,
dan setiap derivatif dari Efek.

2. Perusahaan Publik
Perusahaan publik merupakan pelaku pasar dalam bentuk
Perseroan Terbatas seperti yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 1
Ketentuan Umum Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas. Investor yang harus telah dimilikinya adalah
sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan
memiliki modal yang disetor sekurang-kurangnya pada jumlah Rp
3.000.000.000 (tiga miliar rupiah) atau dengan besaran jumlah yang
diatur sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dan diberlakukan
oleh pemerintah .

3. Perusahaan Efek
Perusahaan Efek merupakan pihak dalam pelaku pasar yang
melakukan kegiatan usaha dengan disertai adanya izin dari Otoritas
Jasa Keuangan sebagai Penjamin Emisi Efek (PEE), Perantara
Pedagang Efek (PPE), dan atau Manajer Investasi (MI). Database
Perusahaan Efek menyediakan informasi yang lengkap mengenai
pihak-pihak yang telah mendapatkan izin usaha sebagai Perusahaan
Efek. Data-data tersebut dapat diakses secara transparan oleh setiap

HUKUM PASAR MODAL 45


orang. Adapun data dan informasi yang tercakup didalamnya
menurut Fahmi dan Hadi (2009), meliputi: Informasi umum tentang
para pihak yang bersangkutan (alamat, keanggotaan bursa, status,
Nomor Pokok Wajib Pajak, nomor telepon/faksimili), dan Izin yang
dimiliki.

E. Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal


1. Lembaga
Lembaga Penunjang merupakan suatu instansi yang menjadi
penyokong, pendorong, dan pelengkap untuk turut serta mendukung
pengoperasian kegiatan pada Pasar Modal . Lembaga ini memiliki
peran untuk melakukan pelayanan terhadap pegawai dan masya-
rakat umum. Lembaga Penunjang ini terdiri dari Bank Kustodian,
Biro Administrasi Efek, Wali Amanat, dan Pemeringkat Efek.
a. Bank Kustodian
Bank Kustodian merupakan salah bank penunjang pasar modal
yang mendapatkan persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan
untuk dapat bertindak sebagai pihak yang memberikan jasa
penitipan Efek , harta lain yang berkaitan dengan Efek termasuk
menerima deviden, bunga, dan hak-hak lain dalam menyelesai-
kan transaksi Efek, serta dapat mewakili pemegang rekening
yang menjadi nasabahnya.
b. Biro Administrasi efek
Biro Administrasi Efekmerupakan salah satu bentuk penunjang
pasar modal berupa sebuah perseroan yang dapat menyeleng-
garakan kegiatan usaha berdasarkan kontrak yang dilakukan
dengan Emiten untuk pencatatan pemilikan Efek dan pembagian
hak masing-masing yang berkaitan dengan Efek itu sendiri
sebagai Biro Administrasi Efek yang telah memperoleh izin dari
Otoritas Jasa Keuangan.
c. Wali Amanat
Wali Amanat adalah pelaku pasar modal yang berperan dalam
mewakili kepentingan pemegang Efek yang bersifat utang atau
sukuk dalam melakukan penuntutan baik di dalam maupun di
luar pengadilan, yang berkaitan dengan segala kepentingan
pemegang efek bersifat utang atau sukuk tersebut tanpa
mengantongi lagi surat kuasa khusus.
46 HUKUM PASAR MODAL
Menurut Sunariyah (2011), Kegiatan Perwali amanatan adalah
kegiatan yang dilakukan oleh Bank Umum dan Pihak Lain yang
didasarkan pada peraturan pemerintah untuk dapat
menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai Wali Amanat. Bank
Umum atau Pihak Lain yang berrsangkutan wajib terlebih dahulu
melakukan pendaftaran di Otoritas Jasa Keuangan. Mengenai
prosedur pendaftaran dan persyaratannya diatur lebih lanjut
dengan peraturan pemerintah . Pengguna jasa Wali Amanat di
tetapkan berdasarkan peraturan penggunaan jasa Wali Amanat
oleh Emiten dalam penerbitan efek yang bersifat utang jangka
panjang atau sukuk, seperti obligasi.
4. Pemeringkat Efek
Perusahaan Pemeringkat Efek adalah pelaku pasar modal yang
berperan sebagai Penasihat Investasi berbentuk Perseroan
Terbatas dengan melakukan kegiatan pemeringkatan dan
memberikan peringkat .Dalam pelaksanaan kegiatannya,
Perusahaan tersebut wajib mengantongi izin usaha dari Otoritas
Jasa Keuangan.

2. Profesi Penunjang
1. Notaris
Notaris merupakan pejabat umum yang memiliki kewenangan
dalam membuat akta otentik dan yang telah terdaftar di Otoritas
Jasa Keuangan.
Data dan informasi yang akan tercantum untuk dapat diakses
meliputi:
a. Alamat Kantor
b. Wilayah Kerja
c. Nomor STTD
d. Sertifikasi
Untuk permintaan data terkini dapat disampaikan melalui email
kepada dlpm@ojk.go.id
2. Konsultan Hukum
Konsultan Hukum adalah seorang ahli hukum yang dapat
memberikan pendapat hukumnya secara mendalam dan luas
kepada pihak lain dalam bentuk konsultasi, dan juga ia sudah
terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan.
HUKUM PASAR MODAL 47
Data dan informasi yang akan tercantum untuk dapat diakses
meliputi:
a. Alamat Kantor Konsultan
b. Nama Rekan
Untuk permintaan data terkini dapat disampaikan melalui
email kepada dlpm@ojk.go.id
3. Penilai
Penilai adalah para pihak berperan dalam memberikan penilaian
atas aset perusahaan dan juga sudah terdaftar di Otoritas Jasa
Keuangan.
Data dan informasi yang akan tercantum untuk dapat diakses
meliputi:
a. Nomor STTD
b. Nomor Izin Usaha
c. Alamat Kantor
d. Jenis Kegiatan Usaha Penilai
4. Akuntan
Akuntan adalah pihak yang bertugas menyusun, membimbing,
mengawasi, menginspeksi, dan memperbaiki tata buku serta
administrasi perusahaan atau instansi pemerintah.
Data dan informasi yang tercakup meliputi:
a. Nomor Izin Usaha KAP
b. Alamat KAP
c. Nama Pimpinan
d. Kontak / email
e. Daftar Rekan

48 HUKUM PASAR MODAL


BAB III

PASAR UANG Vs
PASAR MODAL

HUKUM PASAR MODAL 49


50 HUKUM PASAR MODAL
BAB III
PASAR UANG Vs PASAR MODAL

A. Memahami Pasar Modal


Pasar modal merupakan ruang lingkup bagian dalam kegiatan
pasar keuangan (financial market) yang mana kegiatan dari pasar
keuangan ini, meliputi pasar uang (money market) dan pasar modal
(capital market). Selain kegiatan tersebut, terdapat beberapa lembaga
lainnya yang juga masuk dalam kategori kegiatan yang tidak terlepas
dari pembiayaan seperti sewa beli (leasing), anjak piutang (factoring),
modal ventura (venture capital), dan kartu kredit (credit card). Dengan
pemahaman ini, menjadikan pasar modal sebagai konsep yang lebih
sempit atau termasuk sebagai bagian dari pasar keuangan itu sendiri.
Pasar modal sering dipahami masyarakat sebagai tempat pertemuan
antara kegiatan penawaran umum maupun diperdagangkannya berbagai
instrument keuangan dalam jangka panjang. Namun berbeda dengan
pasar uang yang hanya menjadi tempat unutk memperdagangkan dana
dalam jangka pendek saja.
Pasar modal (capital market) menggambarkan tempat yang
saling mempertemukan antara pemilik dana (supplier of funds) dengan
pengguna dana (user of funds) sebagai tujuan dalam berinvestasi jangka
menengah (middle-term investment) dan jangka panjang (long-term
investment). Pemilik dana menyerahkan sejumlah dana yang ia miliki

HUKUM PASAR MODAL 51


sedangkan pihak penerima dana (perusahaan terbuka) akan me-
nyerahkan surat bukti terhadap kepemilikan yang berupa efek. Pasar
(market) di pahami sebagai sarana/tempat yang mempertemukan antara
pihak pembeli dan pihak penjual dalam melakukan transaksi terhadap
suatu komoditas atau jasa yang sedang diperdagangkan. Dalam pe-
ngertian modal (capital) terdapat dua pembagian didalamnya, yaitu
sebagai berikut:
1. Adanya barang modal (capital goods), misalnya: tanah, ba-
ngunan/gedung, mesin.
2. Adanya modal uang (fund) yang berupa financial assets.
Pasar modal ialah merupakan seluruh kegiatan yang mempertemu-
kan kegiatan antara penawaran dan permintaan atau dimaksud sebagai
aktifitas yang memperjual belikan surat-surat berharga didalamnya.
Selain itu, pendapat lain menyatakan bahwa pasar modal merupakan
suatu pasar dimana terdapat dana-dana dalam jangka panjang baik
berupa utang maupun modal sendiri yang diperdagangkan. Dan dana-
dana dalam jangka panjang tersebut pun merupakan utang yang biasanya
dalam bentuk obligasi, sedangkan dana dalam jangka panjang me-
rupakan modal sendiri yang biasanya berbentuk saham (Fuady, 2001).
Abdulbasith Anwar yang mengutip pernyataan Hugh T. Patrick
dan U Tun Wai membedakan pengertian pasar modal menjadi 3 (tiga),
yaitu:
1) Dalam arti luas:
“Pasar modal adalah keseluruhan sistem keuangan yang ter-
organisir, termasuk bank-bank komersial dan semua perantara
di bidang keuangan, surat berharga/klaim panjang pendek primer
dan yang tidak langsung.”
2) Dalam arti menengah:
“Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisir dan lembaga-
lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasa-
nya berjangka lebih dari satu tahun) termasuk saham, obligasi,
pinjaman berjangka, hipotik, tabungan dan deposito berjangka.”
3) Dalam arti sempit:
“Pasar modal adalah tempat pasar uang terorganisir yang
memperdagangkan saham dan obligasi dengan menggunakan
jasa makelar dan underwriter.”

52 HUKUM PASAR MODAL


Dalam pasal 1 butir 13 Undang-Undang Pasar Modal tentang
ketentuan umum menyatakan bahwa: “Pasar Modal adalah
kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan
efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek.“
Berdasarkan pada beberapa pendapat diatas mengenai definisi
dari pasar modal , maka dapat di tarik kesimpulan bahwa pasar modal
merupakan tempat dimana bertemunya antara pemilik dana yang akan
melakukan penyerahan sejumlah dan kepada pengguna dana dalam
rangka berinvestasi kemudian pengguna dana tersebut haruslah mem-
berikan surat bukti yang menyatakan bahwa kepemilikan berupa efek
diberikan kepada pemilik dana. Dalam hal ini, mereka menggambarkan
adanya kegiatan transaksi dalam berbagai bentuk instrumen keuangan
jangka panjang. Dana-dana jangka panjang yang berupa hutang
biasanya dalam bentuk obligasi, sedangkan dana pada jangka panjang
berupa modal sendiri yang biasanya dalam bentuk saham. Pemilik dana,
baik secara perorangan, kelompok maupun suatu lembaga atau badan
hukum yang menginvestasikan kelebihan dana miliknya agar menjadi
lebih produktif dan lebih berkembang. Mereka tentu mengharapkan
pencapaian terhadap kegiatan investasinya memberikan keuntungan di
masa yang akan datang (future earning) serta memberikan penilaian
tambahan atas dana yang diinvestasikannya selama periode waktu
tertentu dalam bentuk efek di pasar modal.
Menurut Tandelilin (2001), dalam konteks perekonomian, ada
beberapa motif mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain:
a. Karena demi mendapatkan kehidupan yang lebih layak untuk
masa yang akan datang. Hal tersebut dimaksud sebagai suatu
keinginan yng diharapkan oleh setiap manusia, sehingga upaya-
upaya untuk mencapai hal tersebut selalu akan dilakukan.
b. Karena dianggap dapat mengurangi tekanan inflasi. Faktor inflasi
tidak pernah dapat dihindari dalam kehidupan ekonomi. Dengan
demikian yang dapat dilakukan adalah meminimalisir risiko akibat
adanya inflasi. Investasi dalam berbisnis tentunya dapat dikate-
gorikan sebagai langkah yang sangat efektif untuk mengem-
bangkan asset yang kita miliki.

HUKUM PASAR MODAL 53


c. Karena dianggap mampu menjadi usaha untuk menghemat pajak.
Terdapat beberapa negara yang juga memberlakukan kebijakan
yang sifatnya mendorong tumbuh kembang investasi di tengah
masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan tersendiri
kepada masyarakat yang melakukan investasi pada suatu usaha
tertentu.
Sejalan dengan fungsi pasar modal, dilihat dari segi ekonomi yang
menfasilitasi berpindahnya dana dari pihak yang memiliki dana lebih
kepada pihak penerima dana untuk diinvestasikan dengan harapan
suatu saat dimasa yang akan datang ia akan mendapatkan imbalan
penyertaan dana tersebut. Sedangkan jika dilihat dari sisi penerima atau
pengguna dana, maka dengan tersedianya dana tersebut memungkinkan
bagi perusahaan yang bersangkutan untuk dapat mengembangkan
bidang usaha yang digerakkannya. Hal ini akan sangat dapat membantu
tumbuh kembang usaha karena dana dari pasar modal yang berbentuk
dana segar, tidak harus dengan waktu yang terlalu lama dalam mem-
perolehnya. Dibandingkan dengan dana yang berasal dari hasil produksi
perusahaan. Disamping itu dana yang berasal dari pasar modal memiliki
jumlah jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah dana yang berasal
dari hasil produksi.

B. Perbedaan Pasar Uang dan Pasar Modal dari Segi


Konvensional
1. Pengertian Pasar Uang
Pasar uang merupakan suatu kelompok pasar yang mana
instrumen yang digunakan adalah kredit jangka pendek, yang secara
umum memiliki kualitas tinggi untuk diperjual belikan ( 2005 : 440).
Dalam instrumen pasar uang pada umumnya dikatakan jatuh tempo
dalam kurun waktu satu tahun atau kurang . Pasar uang pun menyediakan
sarana untuk digunakan sebagai pengalokasian dan pinjaman yang
bersifat jangka pendek, sehingga pasar uang pun disebut sebagai pasar
likuiditas primer. Namun sebaliknya, pasar modal yang berkaitan dengan
adanya surat-surat berharga maka bersifat jangka panjang. Pasar uang
cenderung disebut sebagai pasar yang abstrak, dikarenakan bursa
efek pada pasar modal pada perusahaan itu sendiiri . Dengan demikian,

54 HUKUM PASAR MODAL


pasar uang dapat dipahami sebagai pasar yang tidak terorganisasi.
Sedangkan pasar modal merupakan pasar yang terorganisasi. Mengenai
pasar yang terorganisasi memiliki tempat khusus yang disediakan untuk
transaksinya . Serta mengenai pelaksanaanya diatur dan diawasi oleh
otoritas pasar modal itu sendiri yaitu Bapepam ( badan pengawas pasar
modal).
Perkembangan pasar uang saat ini yang begitu pesat tidak lagi
dibatasi dalam wilayah suatu negara saja, namun uang berputar ke
seluruh bagian dunia. Mencari yang menawarkan expected return
sebagai hak paling tinggi untuk suatu tingkat resiko tertentu sejalan
dengan pesatnya perkembangan perdagangan dunia. Pertumbuhan dan
perkembangan perdagangan di taraf internasional sangat membutuhkan
pembiayaan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang .
Pembiayaan Modal dalam jangka panjang dibutuhkan untuk membiayai
pembangunan berupa pendirian pabrik baru, sistem transportasi dan
sebagainya. Sedangkan pembiayaan dalam jangka pendek digunakan
untuk membiayai kegiatan ekspor dan impor barang dan kebutuhan
modal kerja lain.
Pasar uang pada prinsipnya ialah sebagai sarana alternatif bagi
lembaga-lembaga keuangan, non keuangan , perusahaan-perusahaan
serta peserta-peserta lain yang ikut serta baik dalam memenuhi
kebutuhan dana jangka pendek maupun dalam rangka melakukan
penempatan dana atas kelebihan likuiditasnya. Pasar uang secara tidak
langsung dapat artikan sebagai sarana pengendali oleh penguasa yang
moneter dalam menyelenggarakan operasi pasar terbuka. Pelaksaan
pasar terbuka oleh bank indonesia dilakukan melaui sertifikat bank
indonesia atau SBI dan surat berharga pasar uang atau SBPU. SBI di
gunakan sebagai instrumen dalam kegiatan operasi pasar terbuka demi
tujuan kontraksi moneter. Sementara itu, SBPU memiliki fungsi sebagai
instrumen ekspansi moneter. Para Pihak yang terlibat dalam transaksi
pasar uang ini, baik sebagai investor maupun sebagai peminjam antara
lain lembaga keuangan, perusahaan besar, lembaga pemerintah dan
individu-individu yang dimaksud didalamnya.
Pasar uang menjadi sarana dalam mempertemukan antara para
pihak yang memiliki surplus dana dengan pihak yang mengalami defisit

HUKUM PASAR MODAL 55


Dan keberadaan pasar uang memungkinkan terjadinya transaksi pinjam-
meminjam . Transaksi dalam pasar uang tersebut sebagian besar bersifat
jangka pendek. Yang mana ,di satu sisi pasar uang berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan dana jangka pendek suatu perusahaan, lembaga
keuangan dan pemerintah , mulai dari overnight sampai dengan jangka
waktu jatuh tempo satu tahun. Secara bersamaan, pasar uang pun
menyediakan outlet investasi bagi pihak surplus dana jangka pendek
yang ingin memperoleh atas dana yang belum terpakai. Oleh karena
itu, mekanisme dalam pasar uang pada dasarnya disusun agar dapat
mempertemukan kepentingan kedua kelompok tersebut.
Banyaknya perusahaan dan individu mengalami arus kas yang
tidak sesuai antara inflows merupakan penyebab dibutuhkannya pasar
uang di dalam perkembangan sistem perekonomian. Misalnya
perusahaan melakukan penagihan dari klien pada periode tertentu dan
pada waktu yang lain ia harus mengeluarkan uang untuk menutupi biaya
operasionalnya. Untuk mengatasi masalah tersebut, disaat kas sebuah
perusahaan mengalami defisit, maka perusahaan tersebut dapat
memasuki pasar uang sebagai pihak peminjaman dengan mencari
lembaga keuangan atau pihak lain yang memiliki surplus dana.
Kemudian, setelah mengalami surplus dana, perusahaan tersebut akan
menjadi kreditor dalam pasar uang untuk memperoleh pendapatan dari
pada membiarkan dananya tak terpakai atau idle. Oleh sebab itu, pasar
uang ini memeili arti penting yang berfungsi untuk menjembatani adanya
kesenjangan antara penerimaan dan pengeluaran dana, menutup
kekurangan dengan pinjaman jangka pendek apabila pengeluaran dana
melebihi jumlah penerimaan dan penyediaan outlet investasi untuk
memperoleh pendapatan bunga bagi unit uang penerimanya melebihi
jumlah pengeluaran.

2. Pengertian Pasar Modal


Berdasarkan pasal 1 Undang-Undang nomor 8 tahun 1995 yang
mengatur tentang pengertian pasar modal, ialah kegiatan yang tidak
terlepas hubungannya antara penawaran umum dan perdagangan efek,
perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek tersebut.

56 HUKUM PASAR MODAL


Menurut Triandaru dan Budisantoso (2008) mengenai pasar
modal ialah pasar keuangan dengan kegiatan dalam bentuk dana jangka
panjang dan merupakan pasar konkret. Sedangkan pasar modal dalam
arti sempit adalah suatu tempat yang terorganisir dimana efek-efek yang
diperdagangkan disebut dengan bursa efek. Bursa efek atau stock
exchange merupakan suatu sistem yang terorganisir dan dapat
mempertemukan antara penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik
secara langsung maupun dengan melalui wakil-wakilnya. Fungsi bursa
efek ini menjaga kontinuitas pasar dan menciptakan harga efek yang
wajar melalui mekanisme permintaan dan penawaran .
Terdapat dua bentuk pembagian lembaga penunjang pasar modal
, yaitu lembaga penunjang yang memberikan jasanya pada pasar
perdana dan pasar sekunder. Pasar perdana yang dimaksud merupakan
pasar dalam kegiatan penawaran efek secara langsung oleh emiten
kepada investor tanpa melalui perantara bursa efek. Penawaran efek
tersebut secara umum disampaikan dan ditawarkan kepada investor
institusi, misalnya dana pensiun, perusahaan asuransi dan perusahan
besar lainnya. Suatu Pemasaran efek dalam pasar perdana dilakukan
melalui penjamin emisi, broker, dan perusahaan efek yang bertindak
sebagai agen penjual, pemasaran efek tersebut dilakukan berdasarkan
perjanjian emisi efek. Jumlah besaran harga efek yang ditawarkan pada
saat pasar perdana tersebut dinamakan harga perdana. Masa
penawaran efek pada pasar perdana ini ditentukan berdasarkan pada
pertimbangan jangka waktunya. Jika telah selesai masa penawaran di
pasar perdana. maka efek tersebut secara otomatis telah tercatat di
bursa efek. Selanjutnya efek atau saham yang bersangkutan akan
diperdagangkan secara terus menerus dan harganya pun akan
berfluktuasi. Transaksi jual beli efek ditentukan oleh mekanisme pasar
yaitu kekuatan permintaan dan penawaran atas suatu efek. Pencatatan
saham dibursa efek ini dapat dilakukan melalui cara company listing,
share listing, dan partial listing.

C. Perspektif Pasar Uang dan Pasar Modal dari Segi Syariah


1. Pasar Uang dalam Perspektif Islam
Pengertian uang secara etimologi adalah al-naqduyaitutunai,

HUKUM PASAR MODAL 57


lawantundak, yakni memberikan bayaran segera. Dalam hadist jabil
“naqadani al-tsamaan”, yakni dia membayar kuharga tunai. Kemudian
digunakan diatas yang dibayarkan, termasuk pengguna mashdar (akar
kata) terhadap isim maful (menunjukkan objek).
Uang merupakan standard yang digunakan untuk ukuran suatu
harga, yakni sebagai media pengukur nilai harga komoditi dan jasa,
dan sebagai perbandingan dalam menentukan ukuran harga setiap
komoditas dengan komoditas lainnya. Pasar dengan system barter
sangat sulit untuk dapat mengetahui harga setiap komoditas terhadap
komoditas lainnya, sehingga uang itu dijadikan standard ukuran nilai
umum untuk menghitung harga komoditi dan jasa atas dasar unit-unit
uang (Ahmad Hasan, 2005).
Secara umum, uang di pahami sebagai media pertukaran (medium
of exchange) yang mana ia berfungsi sebagai alat tukar seseorang
sehingga dengan demikian ia dapat memperoleh barang atau jasa sesuai
yang ia inginkan tanpa menyamakannya dengan system barter pada
zaman dahulu.
Dalam pandangan Islam, uang hanyalah sebagai alat yang
digunakan untuk menukar bukan berupa komoditas atau barang
dagangan. Oleh karena itu, motif permintaan akan uang adalah untuk
memenuhi kebutuhan transaksi bukan untuk spekulasi. Di dalam Islam
tidak dikenalnya istilah spekulasi karna pada hakikatnya uang
merupakan kepunyaan allah SWT yang diamanah kan kepada kita untuk
dipergunakan yang sebaik- baiknya dalam kehidupan bermasyarakat.
Islam memahami makna uang sebagai flow concept, karna ia haruslah
selalu berputar dalam roda perekonomian yang semakin menunjukkan
tingginya pendapatan masyarakat dan akan semakin baik pula lah
perekomonian ( Rukmana, 2010).
Dengan demikian, uang yang menjadi alat tukar pada kegiatan
ekonomi tersebut akan membuat kegiatan tersebut semakin mudah dan
akan lebih efesien karena para pelaku ekonomi tersebut dapat
melakukan transaksi kapanpun , dimanapun dan dengan siapapun .
Uang dimaksud sebagai media penyimpanan nilai yang di-
gambarkan jika seseorang yang memiliki uang, tidak wajib baginya
untuk membelanjakan semua uang yang diamiliki pada saat itu juga.
Tetapi adakala nya orang tersebut mengakhiri dan penyimpan uang
58 HUKUM PASAR MODAL
tersebut untuk kebutuhan mendatang.
Upaya dalam mewujudkan uang pada fungsi ini, para ahli ekonomi
mensyaratkan untuk terjaganya kestabilan nilai atau daya beli pada
masa yang akan datang. Jika hal itu tidak terwujud, maka mem-
belanjakan uang dalam bentuk barang pada masa sekarang bisa jadi
lebih baik dari pada harus menyimpan dalam bentuk uang.
Landasan hokum pasar uang dalam islam tertera pada QS. Al-
Maidah 5 : 1, QS.Al-Baqarah 2 : 275 dan beberapa hadistr riwayatnya
nabi lainnya. Latar belakang dikeluarkannya fatwa oleh dewan syariah
nasional tentang pasar uang dikarenakan prinsip syariah, atas
petimbangan sebagai berikut :
1. Bahwa dengan adanya bank syariah dapat mengalami
kekurangan likuiditas yang disebabkan oleh perbedaan jangka
waktu antara pihak penerima dan pihak penanaman dana atau
kelebihan likuiditas yang dapat terjadi karena dana yang
tertimbun belum dapat disalurkan ke pada pihak yang
memelurkan dana tersebut.
2. Bahwa dalam rangka menyelenggarakan peningkatan efisiensi
terhadap pengelolaan dana, bank yang melakukan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah memerlukan adanya pasar
uang antar bank.
3. Bahwa untuk memenuhi keperluan mengenai pasar uang
tersebut, maka dipandang perlu penetapan fatwa tentang pasar
uang antar bank berdasarkan prinsip syariah.
Oleh karena itu , terdapat implikasi yang di timbulkan dari adanya
fatwa yang dikeluarkan dewan syariah nasional no.37 itu , ialah bahwa
karena dalam kegiatan pasar uang antar bank dilakukan berdasarkan
prinsip syariah , maka tidak dibenarkan menggunakan bunga, maka hal
tersebut bisa diganti dengan menggunakan alternative akad –akad
lainnya.

2. Pasar Modal dalam Perspektif Islam


Bagi umat islam yang menginginkan adanya keselamatan dan
kebahagiaan didalam kehidupan dunia dan akhiratnya ,maka segala
bentuk kegiatan yang ia lakukan dalam keseharian haruslah sesuai
dengan petunjuk yang diajarkan oleh al-quran dan hadist rasul serta

HUKUM PASAR MODAL 59


ijtihat atau yang dilengkapi dengan rumusan dan pendapat para ulama
yang kredibel , yang mana ia benar-benar memahami seluk beluk al-
quran dan hadist rasul.
Pasar modal merupakan salah satu kegiatan perekonomian yang
keberadaannya tidak disebutkan dalam al-quran dan hadist sehingga
hal tersebut termasuk dalam kajian ijitihad. Pasar modal memiliki
kesesuaian dengan namanya yaitu merupakan kegiatan transaksi yang
didalamnya berbentuk jual beli yang seharusnya mengikuti ketentuan
syariah yang berlaku , tanpa adanya paksaan, tidak adanya penipuan,
tidak boleh memiliki keraguan ataupu ketidakpastian terhadap sesuatu
yang dijual dan sebagainya. Sejalan dengan hal tersebut, didalam al-
quran allah mengingatkan antara lain dalam surat an-nisa ayat 29.
Dalam sejarah awal perkembangan islam , istilah jual beli maupun
investasi belum dikenal di kalangan masyarakat. Akan tetapi istilah
mudharabah atau bagi hasil yang dikenal saat itu dianggap bias dikatakan
sebagai investasi secara langsung oleh seseorang Menurut ibn taimiyah,
seperti yang dikutip oleh A.A Islahi (2016) bahwa seluruh kegiatan
perekonomian itu dibolehkan kecuali secara eksplisit dilarang oleh
suariat. Karena pada dasarnya tidak ada pelarang terhadap pasar modal
sehingga bolah-boleh saja di laksanakan hal tersebut selama tidak
bertentangan dengan syariah islam itu sendiri (Lubis, 2000).
Selanjutnya sofyan syafri harahap menambahkan tentang adanya
kata islami setelah pasar modal dengan pernyatan bahwa pasar modal
islami sama dengan pasar modal dalam bentuk konvensional , namun
hanya saja surat-surat berharga yang diperdagangkan haruslah sesuai
dengn syariat islam yang berlaku serta haruslah pihak perusahaan yang
memperdagangkanya itu merupakan perusahaan yang tidak menyalhi
syariat yang berlaku. Artinya tidak boleh ada unsure penipuan,
kezaliman, unsur riba, dan transaksi yang tidak jujur lainnya (Harahap,
1999).
Jika memerhatikan perkembangan yang terjadi, selanjutnya
tentang pelaksanaan pasar modal,ini terdapat beberapa kendala yang
harus ditinjau dan dikaji lebih lanjut. Pasar modal tidak terlepas dari
kegiatan usaha pinjam meminjam dan implikasinya pun akan berdampak
kepada persoalan riba dan akan melahirkan adanya spekulan-spekulan
tertentu .
60 HUKUM PASAR MODAL
Dengan demikian, diharapkan kepada masyarakat untuk lebih
bijaksana dalam mempertahanka sehatnya pasar secara terus menerus
melalui sejumlah pembaharuan kea rah positif . Dan yang paling penting
disini ialah , bagaimana kita akan tetap dapat mempertahankan 100%
margin, yang mana itu sama dengan pembelian tunai untuk meng-
hapuskannya dari unsur riba. Dengan dilakukannya penghapusan
terhadap pembelian margin, maka peluang bagi para spekulan jadi
dibatasi dengan sendirinya. Satu-satunya akibat yang dapat ditimbulkan
oleh langkah seperti itu adalah ukuran perdagangan dalam kurun waktu
jangka pendek di pasar modal akan sedikit berkurang namun dampak-
nya justru akan menyebabkan perdagangan dalam kurun jangka panjang.
Prinsip-prinsip kebijaksanaan yang telah disampaikan diatas ,
dapat dipahami sebagai penghapusan spekulasi pasar modal dan
penerapan bagi hasilnya dengan melakukan pembayaran tunai yang
terjadi karena keduanya memiliki jaminan akan memperoleh pasar
modal yang sehat dan sangat penting bagi jalannya perekonomian atas
dasar pasar modal itu sendiri.

HUKUM PASAR MODAL 61


62 HUKUM PASAR MODAL
BAB IV

PASAR MODAL
SYARIAH

HUKUM PASAR MODAL 63


64 HUKUM PASAR MODAL
BAB IV
PASAR MODAL SYARIAH

Secara umum pasar modal merupakan tempat bertemunya antara


para penjual dan pembeli untuk dilakukannya proses transaksi dalam
rangka memperoleh modal. Pihak penjual dalam pasar modal adalah
pihak perusahaan yang memerlukan modal (emiten), sehingga mereka
melakukan usaha dengan menjual efek-efek di dalam pasar modal.
Sedangkan pihak pembeli (investor) adalah pihak yang ingin melakukan
pembelian modal pada suatu iperusahaan yang mereka anggap dapat
menguntungkan (Kasmir, 2002). Jadi, dapat disimpulkan bahwa pasar
modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrument
keuangan dalam jangka panjang yang bisa dilakukannya jual beli, baik
dalam bentuk utang (obligasi) maupun modal sendiri (saham) (Nasution,
2006).
Pasar modal syariah merupakan pasar modal yang dibentuk
dengan harapan mampu dalam menjalankan fungsi yang sama dengan
pasar modal konvensional namun terdapat kekhususan syariah, yang
mana kekhususan syariah dimaksud mencerminkan adanya suatu
keadailan dan pemerataan distribusi keuntungan terhadap seluruh pihak
yang bersangkutan. Setiap kegiatan yang dilakukan pada pasar modal
syariah yang berhubungan dengan perdagangan efek syariah, perusahaan
publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan, serta lembaga
profesi yang berkaitan dengannya, yang mana produk dan mekanisme
HUKUM PASAR MODAL 65
operasional yang terkait haruslah berjalan dengan tidak bertentangan
pada hukum muamalat islamiah.
Setiap kegiatan transaksi yang dilakukan terhadap surat berharga
di pasar modal syariah haruslah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
syariat Islam. Pasar modal syariah idealnya dikarakteriasasi oleh tidak
adanya transaksi yang berbasis bunga, transaksi yang bersifat meragu-
kan dan tidak adanya saham perusahaan yang berbisnis pada aktivitas
dengan barang haram, serta adanya bentuk upaya yang dilakukan secara
sistematis sehingga menjadikan produk syariah sebagai sarana untuk
dapat mewujudkan tujuan syariah di bidang ekonomi dan keuangan
(Soemitra, 2014).

A. Sejarah Perkembangan Pasar Modal Syariah


Perkembangan dunia pasar modal , diawali oleh sebuah lembaga
keuangan yang concern terhadap pengoperasionalan portofolionya
dengan portofolio syariah yaitu Amanah Income fund. Lembaga
keuangan ini didirikan pada bulan Juni 1986 di Indiana AS, oleh para
anggota The North America Islamic Trust. Dalam waktu singkat, wacana
untuk membangun pasar modal yang berbasis syariah timbul
dipermukaan masyarakat . Dan ternyata wacana tersebut disambut dan
diterima dengan antusias oleh para pakar ekonomi muslim yang berada
di beberapa belahan dunia antara lain kawasan Timur Tengah, Eropa,
Asia, dan juga wilayah AS dan sekitarnya . Kedatangan para investor
muslim maupun investor yang akan ikut serta dalam memanfaatkan pasar
modal yang berprinsip syariah disambut dengan negara-negara yang
sangat proaktif terhadap mereka seperi Bahrain Stock di Bahrain,
Amman Financial Market di Amman, Muscat Securities Kuwait Stock
Exchange di Kuwait, dan KL Stock Exchange di Kuala Lumpur
Malaysia.
Tidak hanya pada negara-negara berkembang, pasar modal syariah
juga berkembang pada negara-negara sekuler yang juga tidak ingin
sampai menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Bursa Efek dunia New
York Dow Jones Islamic Market Index (DJIMI) pada bulan Februari
1999. Agar investasi pada pasar modal syariah ini tetap aman dari hal-
hal yang bertolak belakang, bertentangan dan melanggar prinsip syariah

66 HUKUM PASAR MODAL


, maka dibentuklah Dewan Pengawas Syariah yang di beri nama Syariah
Supervisory Board. Pasar modal syariah, berkembang kian hari semakin
pesat, bahkan disambut dengan baik oleh pakar ekonomi muslim yang
ada di seluruh dunia. Salah satunya adalah negara Indonesia, pada tahun
2000 yang ditandai dengan lahirnya Jakarta Islamic Indeks pasar modal.
Berbagai macam bentuk surat berharga dengan ketentuan prinsip syariah
diperbolehkan untuk diterbitkan pada pasar modal syariah malaysia
asal tidak adanya unsur praktik investasi yang bersifat kearah penipuan,
unsur kezaliman, unsur riba, window dressing, insider trading
dansemua kegiatan transaksi yang terdapat unsur tidak jujur
lainnya.Yordania merupakan salah satu negara yang menerapkan pasar
uang syariah dengan dikeluarkannya Mutual Loan Bonds (MLB)
sebagai pembiayaan seluruh kegiatan yang dilaksanakan pemerintah.
Di Indonesia, sejarah perkembangan pasar modal syariah di awali
dengan penerbitan Reksa Dana Syariah pada 3 Juli 1997 oleh PT.
Danareksa Investment Management. Selanjutnya, antara Bursa Efek
Indonesia (sekarang Bursa Efek Jakarta) melakukan kerjasama dengan
PT. Danareksa Investment Management. Pada tanggal 3 juli 2000 ,
mereka meluncurkan Jakarta Islamic Index dengan tujuan untuk menjadi
pemandu bagi investor yang akan menginvestasikan dana yang di-
milikinya secara syariah. Kehadiran indeks tersebut, memberikan hal
baru bagi para pemodal dengan telah disediakannya saham-saham
yang langsung bisa dijadikan sarana berinvestasi dengan tetap menjunjung
tinggi prinsip syariah.
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)
pada tanggal 18 April 2001 untuk pertama kalinya mengeluarkan fatwa
langsung mengenai pasar modal, yaitu Fatwa Nomor 20/DSN-MUI/
IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanan Investasi Untuk Reksa Dana
Syariah. Kemudian diharapkan instrumen investasi syariah pada pasar
modal semakin meningkat atas Obligasi Syariah PT. Indosat Tbk pada
awal September 2002. Yang mana akad mudharabah merupakan
instrument obligasi syariah yang digunakan sebagai instrument pertama
dalam akadnya.
Selain itu, perkembangan sejarah Pasar Modal Syariah dapat
dilihat dari perkembangan institusional yang ikut serta dalam pengaturan

HUKUM PASAR MODAL 67


pasar modal syariah. Perkembangan tersebut dimulai pada tanggal 14
maret 2003 dengan adanya MoU antara Bapepam dan DSN-MUI .
MoU tersebut menggambarkan adanya kesepahaman antara Bapepam
dan DSN-MUI dalam mengembangkan pasar modal yang berbasis
syariah di Indonesia. kelembagaan Bapepam-LK, perkembangan Pasar
Modal Syariah jika dilihat dari sisi kelembagaan Bapepam-LK, diawali
pada tahun 2003 dengan terbentuknya Tim Pengembangan Pasar Modal
Syariah.
Pada tahun 2004 perkembangan Pasar Modal Syariah masuk
dalam struktur organisasi Bapepam dan LK, yang diselenggarakan oleh
unit setingkat eselon IV yang memiliki tugas dan fungsi khusus dalam
mengembangkan pasar modal syariah. Seiring perkembangan industri
yang ada, pada tahun 2006 unit eselon IV sebelumnya ditingkatkan
lagi menjadi unit yang setingkat eselon III.
Bapepam-LK menerbitkan paket Peraturan Bapepam dan LK
terkait Pasar Modal Syariah pada tanggal 23 November 2006. Paket
peraturan tersebut berisikan tentang Peraturan Bapepam dan LK
Nomor IX.A13 tentang Penerbitan Efek Syariah dan Nomor IX.A.14
tentang Akad-akad yang digunakan dalam Penerbitan Efek Syariah di
Pasar Modal. Kemudian Bapepam-LK kembali menerbitkan Peraturan
Bapepam dan LK Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar
Efek Syariah pada 31 Agustus 2007 serta beberapa hari setelahnya
diikuti dengan peluncuran Daftar Efek Syariah pertama kali pada 12
september 2007 oleh Bapepam dan LK.
Pasar modal syariah dalam sejarah perkembangannya mencapai
tonggak baru yang ditandai dengan disahkannya UU Nomor 19 tahun
2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada tanggal 7
Mei 2008. Undang-undang tersebut diperlukan sebagai landasan hukum
penerbitan surat berharga syariah negara atau sukuk negara. Pemerintah
Indonesia pertama kalinya pada 26 Agustus 2008 menerbitkan SBSN
seri IFR0001 dan IFR0002 .Dan Bapepam-LK , pada 30 juni 2009
telah melakukan penyempurnaan terhadap Peraturan Bapepam-LK
sebelumnya yang berseri Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek
Syariah dan II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah.

68 HUKUM PASAR MODAL


B. Prinsip-Prinsip Pasar Modal Syariah
Prinsip syariah adalah ketentuan yang sesuai dengan sistem syariah
yang berlaku, seperti tidak diperbolehkannya transaksi antara barang
dan jasa yang diharamkan, riba, maysir dan garar. Sehingga jika
terdapat perusahaan ataupun bank umum yang tetap melakukan atau
mendistribusikan barang atau jasa yang haram, maka perusahaan ataupun
bank umum tersebut tidaklah termasuk dalam kategori (daftar) pasar
modal syariah. Terdapat beberapa prinsip didalam pasar modal syariah,
antara lain:
a. Prinsip syariah yang terbebas dari unsur riba dan garaar
(ketidakpastian) haruslah sesuai dan sejalan dengan instrument
atau efek dalam transaski jual beli .
b. Terdapat prinsip untuk wajib mentaati semua aturan ssyariah
yang berlaku untuk setiap emiten yang mengeluarkan efek
syariah baik dalam bentuk saham atau pun sukuk .
c. Menggunakan prinsip bahwa efek haruslah berbasis pada harta
atau transaksi riil, bukan hanya berharap pada keuntungan
semata yang diperoleh dari kontrak utang piutang.
d. Mempunyai prinsip bahwa untuk segala bentuk transaksi tidak
diperbolehkan mengandung adanya garaar atau spekulasi.
Dalam kegiatan pasar modal syariah, perputaran modal tidak boleh
disalurkan kepada jenis industri yang melakukan kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan hal yang diharamkan. Dalam hal ini, seperti adanya
kegiatan Pembelian saham pabrik minuman keras, pelaksanaan pem-
bangunan penginapan untuk prostitusi dan segala kegiatan lain yang
bertentangan maupun yang mendekati pertentangan tersebut.
Prinsip suka sama suka dangat dijunjung tinggi sebagai dasar
transaksi dalam bursa efek, tidak boleh adanya unsur pemaksaan, tidak
boleh terdapat pihak yang didzalimi atau sebaliknya. Tidak boleh
terdapat unsur riba didalamnya, serta semua transaksi harus bersifat
transparan tidak spekulatif dan diharamkannya insidertrading. Secara
umum berikut ini disampaikan mengenai ketentuan dasar pasar modal
syariah, yaitu:
a. Pembiayaan & investasi hanya dapat dilakukan pada aset/
kegiatan usaha yang halal, yang kegiatan usaha tersebut adalah

HUKUM PASAR MODAL 69


spesifik & bermanfaat, sehingga atas manfaat yg timbul dapat
dilakukan bagi hasil.
b. Uang adalah alat bantu pertukaran nilai & pemilik harta akan
menerima bagi hasil dari manfaat yang timbul dari kegiatan usaha
maka pembiayaan dan investasi harus pada mata uang yang
sama dengan pembukuan kegiatan usaha.
c. Akad yang terjadi antara pemilik harta (investor) dg pemilik
usaha (emiten) dan tindakan maupun informasi yang diberikan
pemilik usaha serta mekanisme pasar (bursa & self regulating
organization lainnya) tidak boleh menimbulkan kondisi keraguan
yang dapat menyebabkan kerugian.
d. Pemilik harta (investor) dan pemilik usaha (emiten) tidak boleh
mengambil resiko yang melebihi kemmapuan (maysir) yang
dapat menimbulkan kerugian yang sebenarnya dapat dihindari.
e. Pemilik harta (investor), pemilik usaha (emiten) maupun bursa
& self regulating organization lainnya tidak boleh melakukan
hal-hal yang menyebabkan gangguan yang disengaja atas
mekanisme pasar, baik dari segi penawaran (supply) maupun
dari segi permintaan (demand).

C. Instrumen Pasar Modal Syariah


Pasar modal merupakan suatu tempat (pasar) untuk berbagi
instrument dalam aspek keuangan atas sekuritas jangka panjang yang
dapat diperjual belikan, dalam bentuk uang maupun modal, yang
diterbitkan langsung oleh pemerintah, publicauthorities maupun oleh
sebuah perusahaan swasta. Surat-surat berharga sebagai instrument
yang dapat diperjual belikan kembali di pasar modal baik bersifat
kepemilikan yang diwujudkan dalam bentuk saham atau pun bersifat
hutang yang dapat berwujud dalam bentuk obligasi .
Instrumen yang digunakan pasar modal dalam prinsipnya adalah
semua bentuk surat-surat berharga (efek) yang diperjual belikan di bursa,
dalam bentuk yang beraneka ragam. Pada pasar modal syariah
,instrument yang dapat diperdagangkan hanyalah segala hal yang
memenuhi kriteria syariah itu sendiri. Dan yang menjadi tolak ukur untuk
memastikan bahwa instrument tersebut benar-benar sesuai dengan
prinsip syariah maka dilakukannya konversi melalui proses yang

70 HUKUM PASAR MODAL


dinamakan screening terhadap segala kegiatan yang ada pada pasar
modal. Sejalan dengan hal tersebut , ada beberapa instrument yang
digunakan dalam pasar modal syariah antara lain sebagai berikut :
1. Saham Syariah
Saham ialah instrument dalam bentuk penyertaan modal seseorang
atau suatu lembaga kepada suatu perusahaan. Modal seperti ini, tediri
dalam tiga tingkat status, yaitu modal dasar, modal ditempatkan, dan
modal disetor. Secara sederhana, saham dapat di artikan sebagai tanda
penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan pada suatu
perusahaan. Saham merupakan salah satu bentuk surat berharga yang
sifatnya kepemilikan, artinya si pemilik saham tersebut juga merupakan
pemilik perusahaan. Saham yang semakin besar dimilikinya, akan
semakin besar pula kekuasaannya terhadap perusahaan tersebut.
Deviden dikenal sebagai bentuk perolehan keuntungan dari saham yang
pembagiannya ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Sahan (
RUPS).
Saham syariah merupakan modal dalam bentuk sertifikat yang
menunjukkan bukti kepemilikan atas perusahaan. Sertifikat tersebut
diterbitkan oleh emiten yang dalam penyelenggaraan kegiatann, maupun
cara pengelolaannya tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah
yang berlaku. Saham-saham didalam saham syariah semuanya
diterbitkan oleh perusahaan yang juga harus memiliki karakteristik sesuai
dan sejalan dengan syariah Islam. Beberapa Karakteristik tersebut,
antara lain sebagai berikut :
i. Tidak diperbolehkan adanya transaksi yang berbasis bunga;
ii. Setiap transaksi yang dilakukab tidak boleh ada unsur yang
meragukan;
iii. Saham yang akan di transaksi harus diperoleh dari perusahaan
yang aktivitas bisnisnya halal ;
iv. Etika dan moral sangat dijunjung tinggi dalam proses transaksi,
sehingga tidak diperbolehkan adanya kegiatan dengan unsur-
unsur seperti manipulasi pasar, insider trading, dan lain-lain yang
berkaitan dengan hal tersebut .
Pada umumnya saham syariah dan non syariah tidak memiliki
perbedaan . Namun saham sebagai bukti kepemilikan suatu perusahaan,
dapat dibedakan menurut kegiatan usaha dan tujuan pembelian saham

HUKUM PASAR MODAL 71


tersebut. Jika perusahaan yang bergerak dibidang yang halal dan/ atau
dengan niat untuk berinvestasi maka saham yang dikeluarkan olehnya
merupakan saham halal karena sesuai dengan prinsip syariah .
Selanjutnya agar lebih aman, saham yang di-listing dalam Jakarta
Islamic Index (JII) merupakan saham-saham yang insya Allah sesuai
syariah. Maksud tersebut, karena emiten yang terdaftar dalam Jakarta
Islamic Index selalu melakukan proses penyaringan (screening)
berdasarkan ketentuan kriteria yang telah ditetapkan sebagai syarat .
2. Obligasi Syariah (Sukuk)
Obligasi merupakan salah satu instrument pada pasar modal selain
dalam bentuk saham. Obligasi berasal dari bahasa Belanda yaitu
obligate, yang kemudian dibakukan ke dalam bahasa Indonesia
sehingga menjadi obligasi yang memiliki arti ‘kontrak” . Istilah obligasi
digunakan dalam dunia keuangan untuk menggambarkan pernyataan
hutang dari penerbit obligasi kepada pemegang obligasi serta berisi
janji untuk membayar hutang tersebut dengan kupon bunga pada saat
jatuh tempo untuk pembayaran . Obligasi ini, diterbitkan dalam jangka
waktu tetap dan di atas 10 (sepuluh) tahun .
Obligasi pada pasar modal syariah, tidak identik dengan adanya
surat pengakuan utang seperti yang ada pada pasar modal konvensional
selama ini. Obligasi (sukuk) pada pasar modal syariah memiliki makna
yang lebih luas, yaitu meliputi beberapa akad yang dapat digunakan.
Istilah obligasi dalam Islam dikenal dengan istilah sukuk . Kata
sukuk ialah bentuk jamak dari sukk yang mana merupakan istilah dari
bahasa Arab yang memiliki arti “sertifikat” . Dalam sejarah Islam , istilah
sukuk bukan lah hal yang baru karena sukuk telah dikenal sejak awal
abad pertengahan , dimana saat itu umat islam sudah menggunakannya
namun dalma konteks perdagangan internasional .
Sukuk pada praktiknya secara umum dikenal sebagai “obligasi”
melalui penerapan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah .Menurut
Fatwa DSN-MUI No: 32/DSN-MUI/IX/2002, obligasi syariah
memiliki pengertian sebagai suatu surat berharga dalam jangka panjang
yang berlandaskan pada prinsip syariah yang diterbitkan oleh emiten
kepada pemegang obligasi syariah dengan mewajibkan emiten untuk
melakukan pembayaran pendapatan kepada si pemegang obligasi

72 HUKUM PASAR MODAL


syariah bagi hasil/margin/fee serta pembayaran dana obligasi pada saat
jatuh tempo.
3. Reksa Dana Syariah
Reksa dana terdiri dari dua kata yaitu “reksa” yang berarti jaga
atau pemeliharaan dan “dana” , sehingga reksa dana dapat diadefinisikan
sebagai kumpulan uang yang dijaga secara bersama untuk satu tujuan
kepentingan .Terdapat beberapa negara dengan penggunaan istilah reksa
dana yang berbeda antara lain seperti di Inggris, reksa dana dikenal
dengan istilah unit trust yang memiliki arti unit kepercayaa., di Amerika
reksa dana dikenal dengan istilah mutualfund yang memiliki arti dana
bersama dan di Jepang reksa dana dikenal dengan sebutan investment
fund yang memiliki arti pengelolaan dana untuk investasi berdasarkan
kepercayaan mereka .
Industry reksa dana Indonesia telah mengoprasikan reksa dana
syariah berbasis prinsip syariah . Transaksi Reksa dana dalam kegiatan
investasi berhasil dihimpun ke dalam saham (ekuitas) yang tentunya
tidak boleh bertolak belakang dengan prinsip syariah yang berlaku pada
obligasi syariah dan pasar uang (deposito mudharabah). Selain dilarang
dalam melakukan transaksi yang bersifat spekulatif , maka diwajibkan
pula untuk bersih dari unsur haram , menerapkan prinsip kehati-hatian
dalam bertransaski , serta Reksa dana syariah tidak diperkenankan
melakukan investasi psds tingkat nisbah ysng mana utangnya dalam
jumlah lebih besar dari modalnya.
Sama halnya dengan reksa dana konvensional, reksa dana syariah
juga terdiri dari beberapa jenis, yaitu adanya reksa dana syariah
pendapatan tetap, reksa dana syariah saham, dan reksa dana syariah
campuran. Reksa dana syariah pendapatan tetap merupakan reksa dana
yang menginvestasikan dananya ke dalam obligasi dan deposito syariah.
Reksa dana syariah saham adalah reksa dana syariah yang menanamkan
dananya disaham-saham berbasih syariah, sedangkan reksa dana
campuran merupakan reksa dana yang menginvestasikan dananya pada
saham melalui bentuk obligasi dan deposito syariah untuk memperoleh
pencapain investasi yang tinggi .
4. Efek Beragun Aset (EBA) Syariah
Efek Beragun Aset (EBA) Syariah merupakan efek yang

HUKUM PASAR MODAL 73


diterbitkan oleh adanya kontrak investasi kolektif EBA syariah dengan
portofolionya yang terdiri dari aset keuangan berupa adanya tagihan
yang timbul dari surat berharga komersial, adanya tagihan yang timbul
di kemudian hari, jual beli pemilikan aset fisik oleh lembaga keuangan.
Efek pada umumnya bersifat investasi yang diberikan jaminan oleh
pemerintah, terhadap sarana peningkatan investasi/arus kas serta
keuangan aset keuangan setara yang haruslah sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah Ketentuan- ketentuan melakukan penawaran umum EBA
syariah, yaitu:
a. Wajib dalam mengikuti ketentuan umum berupa pengajuan
pernyataan pendaftaran, peratuaran pernyataan pendaftaran
dalam rangka melakukan penawaran umum efek bearagun
aset (Aset Backed Securities) serta segala ketentuan mengenai
penawaran umum yang terkait lainnya.
b. wajib mencantumkan ketentuan dalam Kontrak Investasi
Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) syariah yang akan
dilaksanakan tersebut dan informasi tambahan selanjunya
dalam hal-hal propektus sebagai berikut ini:
I. Berapa aset yang menjadi portofolio EBA Syariah tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah di pasar modal
II. Pihak yang mewakili manajer investasi dengan
melaksanakan pengelolaan KIK-EBA Syariah dan
penanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan custodian
tersebut pada Bank Kustodian. wajib mengerti kegiatan-
kegiatan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah
di pasar modal.
III. Ketentuan kata “Syariah” yang tercantum pada nama EBA
yang diterbitkan
IV. Tata cara dalam pembersihan portofolio dan dana EBA
Syariah dari unsur-unsur yang bertentangan dengan prinsip-
prinsip syariah di pasar modal
V. Pihak yang berperan dalam pengelolaan dana EBA Syariah
dilarang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah di pasar
modal
VI. Wajib dengan adanya unsur Akad syariah dan skema
transaksi syariah yang digunakan dalam penerbitan efek
VII.Harus adanya Ringkasan akad syariah yang dilakukan oleh

74 HUKUM PASAR MODAL


para pihak-pihak
VIII.Besarnya nisbah pembayaran bagi hasil, margin, atau fee
IX. Rencana jadwal dan tata cara pembagian dan/atau
pembayarannya bagi hasil, margin, atau fee.
5. Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (Right Issue)
Fatwa DSN-MUI Nomor;65/DSN-MUI/III/2008 tentang Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) menyatakan bahwa
kehalalan terhadap investasi di pasar modal tidak hanya bsebatas pada
instrumen efek yang bernama saham saja, akan tetapi pada produk
derivatifnya juga . Derivatif merupakan istilah yang digunakan untuk
sebutan produk turunan saham yang dinilai sesuai dengan kriteria yang
diberikan oleh DSN sebagai produk rights (HMETD). Produk yang
bersifat hak dan melekat dengan produk induknya itu menjadi produk
investasi yang sudah memenuhi kriteria DSN.
Mekanisme HMETD ini dilihat akan lebih menguntungkan
dibandingkan harus meminjam ke bank karena dana yang diperoleh
akan lebih murah, tidak terdapat biaya tambahan, provisi, dan tidak
memiliki masalah administrasi terrhadap bank lainnya, karena dananya
dipasok oleh pemegang saham sendiri.
Jika pihak pemegang saham yang lama tidak ingin membeli
tambahan saham baru, maka dia dapat menjual sebagian ataupun seluruh
rights miliknya di pasar pada saat diperdagangkan. Namun , jika
seandainya ia memang ingin menambah kepemilikannya, maka dia bisa
mendapatkan saham baru pada harga Rp 950,00 Rights sebelum jatuh
tempo tetap bisa diperdagangkan. Kemudian , hasil penjualan rights
tersebutlah yang merupakan keuntungan bagi investor yang memilikinya.
6. Warran Syariah
Tata cara yang digunakan warran adalah bersifat opsional ,
dimana warran ialah hak setiap orang untuk dapat membeli sebuah
saham pada harga yang sudah ditetapkan dengan waktu yang telah
ditetapkan pula. Sama halnya dengan right , Warran sebelum jatuh
tempo pun bisa diperdagangkan, dan hasil dari penjualan warran
tersebut merupakan keuntungan yang diperoleh para investor yang
memilikinya.
Fatwa DSN-MUI Nomor.66/DSN-MUI/III/2008 tentang
Warran Syariah pada tanggal 6 maret 2008 memastikan bahwa
HUKUM PASAR MODAL 75
kehalalan investasi di pasar modal tidak hanya berhenti pada instrumen
efek yang bernama saham saja, tetapi juga pada produk derivatifnya.
Produk turunan saham (derivatif) yang dinilai sesuai dengan kriteria
DSN adalah juga warran. Berdasarkan fatwa ppengalihan saham dengan
imbalan (warran), seseorang pemegang saham diperbolehkan untuk
mengalihkan kepemilikaan sahamnya kepada orang lain dengan
mendapatkan imbalan.
Mekanisme warran bersifat opsional, yaitu warran merupakan
hak untuk membeli sebuah saham pada harga yang telah ditetapkan
dengan waktu yang telah ditetapkan pula. Contohnnya seperti, warran
pada saham ABCD yang jatuh tempo pada November 2010, dengan
exercise price Rp 1000,-. Artinya, jika investor memiliki warran saham
ABCD, dia berhak untuk membeli satu saham ABCD itu pada bulan
November 2010 pada harga Rp 1000,-. Warran sebelum jatuh tempo
masih tetap dapat diperdagangkan, dan perolehan hasil penjualan warran
tersebut merupakan keuntungan bagi pihak investor yang memilikinya.

D. Tantangan Pasar Modal Syariah


Pasar modal konvensional dengan pasar modal syariah, jika
ditinjau dari instrument dan mekanisme transaksinya terdapat perbedaan
yang mendasar diantara keduannya. Sedangkan perbedaan pada aspek
nilai indek saham syariah dengan nilai indeks saham konvensional yaitu
perbedaan pada kriteria saham suatu perusahaan yang mana harus
memenuhi prinsip-prinsip dasar syariah yang berlaku. Secara umum,
sudah jelas bahwa konsep dasar pasar modal syariah telah menyatakan
bahwa saham yang di perjual belikan harus benar-benar berasal dari
perusahaan yang bergerak pada sektor kegiatan barang dan jasa yang
halal dan memenuhi kriteria dan prinsip syariah yang berlaku . sehingga
kegiatan transaksi ini terbebas dari unsur-unsur riba maupun yang
mendekatinya , serta kegiatan transaksi terhindar dari berbagai praktik
spekulasi maupun hal yang mendekatinya .
Pada dasarnya upaya yang dilakukan dalam penanaman modal
syariah masih menjadi PR besar bagi SRO untuk saat ini. Tantangan
pendalaman dalam hal ini, sejatinya hanyalah mengenai kurangnya
sosialisasi serta minimnya literasi pihak investor mengenai pasar modal
syariah.

76 HUKUM PASAR MODAL


Sebenarnya para pihak Investor syariah butuh kepastian maupun
jamin terhadap pemenuhan prinsip syariah dalam seluruh ekosistem
pasar modal tanpa terkecuali . dan sejauh ini hal tersebut terpenuhi
,hanya saja belum cukup mampu untuk terkomunikasikan dengan baik.
Sedangkan disisi lain, jumlah para investor yang masih minim pun tidak
sepenuhnya percaya kepada para penerbit instrumen (perusahaan/
negara) untuk dapat menerbitkan instrumen syariah nya , padahal
instrumen tersebut sebenarnya dapat dibeli oleh investor manapun juga
, tidak hanya harus investor yang gigih pada prinsip syariah.
Pada perkembangan saat ini market syariah masih sangat
terbatas. Meskipun saham syariah pada saat ini sudah mendominasi
dengan jumlah 51,98 % dari kapitalisme saham akhir 2018. Tetapi
sukuk korporasi baru kisaran angka 5,54 % dari total outsanding yang
ada , reksadana syariah pada kenyataannya masing-masing baru
menginjak angka 7,12 % dari total NAB, dan Sukuk negara baru pada
angka 19,37 % dari total outsanding. Menurut catatan Fadilah
Kartikasasih, direktur Pasar Modal Syariah OJK, Indeks Literasi dan
Inklusi keuangan pasar modal syariah pada kenyataannya nasing-masing
baru menginjak angka 0,02 % dan 0,01 %, sehingga inilah yang menjadi
sebab program edukasi pasar modal syriah menjadi sangat penting
untuk diselenggarakan.
Salah satu Program OJK yang diselenggarakan untuk meng-
edukasi masyarakat akan dilanjutkan dengan kampanye reksadana
syariah investasiku atau SAKU. Program SAKU ini membidik para
kelompok Investor rentang usia SMA dan Perguruan tinggi dengan tujuan
untuk memperkenalkan investasi sejak dini terhadap para generasi
muda seperti mereka . Kini untuk pengembangan pasar syariah untuk
priode 2020-2024, OJK sedang mempersiapkan roadmap baru , yang
mana peningkatan produk dan Investor masih akan menjadi fokus utama
road map ini. OJK akan terus melakukan relaksasi terhadap aturan
serta memikirkan intensifitas yang bisa ditawarkan pada masyarakat
umum.
Upaya pendalaman pasar modal syariah menjadi PR besar
pemerintah bersama SRO untuk saat ini. Tantangan pendalaman sejatinya
hanyalah mengenai kurangnya sosialisasi serta literasi investor tentang

HUKUM PASAR MODAL 77


pasar modal syariah. Pada dasarnya investor syariah butuh kepastian
pemenuhan prinsip syariah dalam seluruh ekosistem pasar modal, di
mana hal tersebut sebenarnya sudah terpenuhi, hanya saja belum cukup
terkomunikasikan dengan baik. Di sisi lain, jumlah investor yang relatif
masih sedikit pun meragukan para penerbit instrumen, dalam hal ini
korporasi, untuk menerbitkan instrumen syariah. Padahal, instrumen
syariah sebenarnya bisa dibeli oleh investor manapun, tidak melulu hanya
investor yang emotionally engaged pada prinsip syariah.
Saat ini, market share instrumen syariah masih sangat terbatas.
Memang saham syariah sudah mendominasi dengan 51,98% dari
kapitalisasi pasar saham akhir 2018, tetapi sukuk korporasi baru 5,54%
dari total outstanding, reksadana syariah baru 7,12% dari total NAB,
dan sukuk negara baru 19,37% dari total outstanding. Lebih lanjut,
menurut catatan Fadilah Kartikasasi, Direktur Pasar Modal Syariah
OJK, Indeks literasi dan inklusi keuangan pasar modal syariah
kenyataannya masing-masing baru 0,02% dan 0,01%. Itulah sebabnya
program edukasi pasar modal syariah menjadi sangat penting.

78 HUKUM PASAR MODAL


BAB V

PENGATURAN
HUKUM PASAR
MODAL

HUKUM PASAR MODAL 79


80 HUKUM PASAR MODAL
BAB V
PENGATURAN HUKUM
PASAR MODAL

A. Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu dalam Pasar Modal


Terbatasnya kontrol dan kepemilikan publik yang tidak signifikan,
maka pemegang saham yang mayoritas, melalui direksi dan komisaris-
nya, dalam transaksi tertentu cenderung terjadi conflict of interest.
Hal itu dimungkinkan, karena ketiadaan transparansi pengelolaan
perusahaan sehingga kontrol publik menjadi lemah dan terkonsen-
tarsinya pemegang saham pengendali pada beberapa keluarga, di dalam
praktik, membuka campur tangan pemegang saham pengendali kepada
manajemen perusahaan dan berpotensi besar terjadinya konflik ke-
pentingan. Konflik demikian ini jelas menguntungkan pemegang saham
pengendali dengan keuntungan pribadi terhadap transaksi perusahaan
tersebut. Dirugikannya pemegang saham publik berangkat lemahnya
posisi kepemilikan sahamnya dibandingkan dengan kepemilikan pe-
megang saham mayoritas yang tersentralistik.
Untuk mendudukkan titik keseimbangan di dalam konstelasi yang
tidak sama kekuatan kepemilikannya, maka haruslah diatur ketetuan
yang menjadikan pemegang saham publik itu penting dan ikut me-
nentukan terhadap rencana transaksi perusahaan publik tertentu. Salah
satunya adalah transaksi yang terdapat benturan kepentingan, dalam
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), dipersyaratkan mendapatkan

HUKUM PASAR MODAL 81


persetujuan pemegang saham independen (pemegang saham publik).
Persetujuan ini mutlak untuk dapat terlaksananya kehendak
(kepentingan) perusahaan publik, dimana di dalamnya terdapat
pemegang saham mayoritas dan pengendali, dan dengan ketentuan ini
juga, maka hak dan kedudukannya pemegang saham publik menjadi
lebih terlindungi.
Suatu transaksi yang mengandung benturan kepentingan ialah
proses suatu kegiatan yang mengandung adanya perbedaan yakni
perbedaan antara kepentingan ekonomis suatu perusahaan dengan
kepentingan ekonomis untuk diri pribadi dari direktur, komisaris, ataupun
pemegang saham utama perusahaan yang bersangkutan. Jika terdapat
proses transaksi yang demikian maka harus adanya persetujuan dari
para pemegang saham independen ataupun mereka yang mewakili atas
dasar perolehan kewanangan untuk itu.
Di dalam dunia pasar modal, benturan kepentingan tertentu me-
nurut Angka 1 huruf e Peraturan Nomor IX.E.1 menyatakan:
“Benturan Kepentingan adalah perbedaan antara kepenti-
ngan ekonomis Perusahaan dengan kepentingan ekonomis
pribadi anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, atau
pemegang saham utama yang dapat merugikan Perusahaan
dimaksud.”
Benturan kepentingan ini memang kerap terjadi pada PT, terutama
pada transaksi-transaksi tertentu yang nantinya akan membawa dampak
berupa kerugian bagi PT yang bersangkutan. Dalam hal ini, peraturan
Nomor IX.E.1 Angka 1 huruf C memberikan pengertian tentang Tran-
saksi, yang berbunyi :
Transaksi merupakan aktivitas dalam rangka (Sjahdeini, 2010):
a. Untuk memberikan dan/atau untuk mendapat pinjaman;
b. Untuk memperoleh, melepaskan maupun untuk dapat meng-
gunakan aset termasuk dalam rangka menjamin;
c. Untuk memperoleh, melepaskan, maupun untuk dapat
mempergunakan jasa atau efek yang ada pada suatu perusahaan,
serta untuk mengadakan suatu kontrak yang berhubungan
dengan segala aktivitas yang dimaksud dalam butir 1), butir 2),
dan butir 3) dengan melalui proses transaksi satu kali maupun
melalui serangkaian transaksi untuk mencapai suatu tujuan atau

82 HUKUM PASAR MODAL


kegiatan tertentu .
Dasar dari kerangka diaturnya ketentuan transaksi benturan
kepentingan ini adalah untuk mencegah terjadinya kolaborasi keputusan
dalam RUPS. Keputusan RUPS yang mendasarkan kepada jumlah
kepemilikan saham berpotensi merugikan pemegang saham minoritas.
Hal ini dapat diketahui dengan jumlah kepemilikannya dan untuk itulah
pemegang saham mayoritas dan pengendali dilarang ikut serta
memutuskan, khusus, di dalam RUPS tersebut. Di samping itu juga
ketentuan benturan kepentingan ini terkandung tiga makna substantial
tujuan utama yang hendak dicapainya.
Pertama, melindungi kepentingan pemegang saham independen
yang umumnya merupakan pemegang saham minoritas dari perbuatan
yang melampaui kewenang direksi dan komisaris serta pemegang saham
utama dalam melakukan transaksi benturan kepentingan tertentu.
Kedua, mengurangi terjadinya kemungkinan potensi adanya
penyalahgunaan kekuasaan oleh organ direksi, komisaris atau pemegang
saham utama untuk dapat melakukan transaksi yang mengandung unsur
benturan kepentingan tertentu. Ketiga, melaksanakan prinsip
keterbukaan dan penghormatan terhadap hak pemegang saham yang
berdasarkan kepada asas kesetaraan.
Dengan memperhatikan ketiga tujuan utama diaturnya ketentuan
itu, maka konsep dasar di dalamnya bermaksud mengakhiri ketidakdilan
prosedur pengambilan keputusan RUPS dengan mendudukkan dan
memperkuat kedudukan pemegang saham publik menghadapi dominasi
pemegang saham pengendali atau mayoritas di RUPS. Hal ini, karena
jantung obyektivitas dalam keputusan perusahaan berada pada terdapat
dan tidaknya demokratisasi keputusan para pemegang saham di dalam
RUPS. Untuk itulah, harus ada hukum yang mengatur dan menjaga
ketiga tujuan tersebut di atas dan penegakannya harus juga dijalankan
dengan jujur, benar dan demi kepentingan semua pemegang saham dan
tidaklah adil melakukan transaksi yang hanya akan menguntungkan pihak-
pihak tertentu.

HUKUM PASAR MODAL 83


B. Pengaturan Hukum Mengenai Benturan Kepentingan
Transaksi Tertentu dalam Pasar Modal
Secara historis dan sosiologis, karakteristik PT di Indonesia
padaumumnya meski telah berubah status menjadi PT Tbk kontrol
tetaplah dipegang oleh keluarga. Dalam hal ini sangat banyak perusahaan
publik yang menunjukan bahwa mereka dikontrol oleh keluarga, dan
sebaliknya. Sebuah studi memperlihatkan bahwa ada sebanyak 67.3%
dari perusahaan publik dikontrol oleh keluarga sedangkan hanya ada
6,6% sisanya yang dikontrol secara luas. Konsekuensi dari hal ini
adalah mendorong banyaknya perusahaan swasta nasional yang memilih
untuk melalukan go public (penawaran umum) dengan penawaran tidak
lebih dari15% dari total keseluruhan sahamnya.
Selanjunya akan terjadi hambatan psikologis yang mengakibatkan
seseorang enggan untuk menjual sebagian sahamnya karena apabila ia
menawarkan sahamnya pada public dalam jumlah besar dikhawatirkan
dapat mengurangi kontrol oleh pemilik awal perusahaan tersebut.
Keterbatasan kontrol dan tidak signifikannya kepemilikan publik, maka
dengan begitu si pemegang saham dengan jumlah mayoritas melalui
Direksi dan Komisaris, bila terjadi transaksi-transaksi tertentu, maka
akan cenderung adanya conflict of interest (Adrian Sutedi, 2003).
Hal ini mungkin terjadi karena tidak adanya transparansi pengelolaan
perusahaan, sehingga kontrol publik lemah dan terkonsentrasinya
pemegang saham hanya pada pengendalian keluarga. Pada praktiknya,
ikut serta campur tangan pemegang saham pengendali terhadap mana-
jemen dari perusahaan bersangkutan memiliki potensi besar atas ter-
jadinya konflik kepentingan .
Konflik kepentingan seperti diatas, jelas menggambarkan bahwa
pemegang sahan pengendali memperoleh keuntungan dan pemegang
saham publik memperoleh kerugian karena dilihat dari aspek kepe-
milikan sahamnya. Untuk mencapai keseimbangan diantara keduanya,
harus adanya ketentutan yang mengatur pemegang saham publik itu
penting dan harus ikut andil dalam menetukan perencanaan terhadap
transaksi perusahaan publik tertentu. Dalam hal ini seperti melalui
transaksi yang berpotensi terjadinya benturan kepentingan yakni
haruslah dengan memenuhi ketentuan memperoleh persetujuan

84 HUKUM PASAR MODAL


pemegang saham independen (pemegang saham publik) dalam RUPS.
Persetujuan ini sifatnya mutlak dan dasar dari diaturnya ialah untu
mencegah terjadinya kolaborasi keputusan dalam RUPS.
Di samping alasan tersebut, praktik pelanggaran terhadap ke-
tentuan benturan kepentingan transaksi dalam pasar modal ini masih
kerap dijumpai. Maka UU Pasar Modal sebagai peraturan perundang-
undangan terkait pelaksanaan kegiatan di pasar modal memandang
bahwa perlunya dilakukan pengaturan mengenai hal tersebut. Adapun
pengaturan tersebut dapat kita jumpai dalam Pasal 82 ayat (2) UU
Pasar Modal yang menyatakan: “Bapepam dapat mewajibkan emiten
atau perusahaan publik untuk memperoleh persetujuan mayoritas
pemegang saham independen untuk secara sah dapat melakukan
transaksi yang berbenturan kepentingan, yaitu kepentingan-kepentingan
ekonomis emiten atau perusahaan publik dengan kepentingan ekonomis
pribadi Direksi atau Komisaris atau juga pemegang saham utama emiten
atau perusahaan publik.”
Bapepam-LK selaku badan yang bertugas melakukan pe-
ngawasan terkait pelaksanaan kegiatan di pasar modal mempertegas
kata “mewajibkan” tersebut di atas melalui dikeluarkannya Peraturan
Nomor IX.E1 (2000). Tentang Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu
yang menyatakan:
“ Jika suatu transaksi di mana seorang Komisaris, direktur, atau
pemegang saham utama mempunyai benturan kepentingan, maka
transaksi yang dimaksud harus disetujui oleh para pemegang saham
independen atauwakil mereka yang diberi wewenang untuk itu sebagai
diatur dalam peraturan ini. Persetujuan mengenai hal tersebut harus
ditegaskan dalambentuk akta notariil” .
Ditinjau dari prinsipnya, Peraturan Nomor IX.E.1 lahir yang
bertujuan untuk (Irsan Nasrudin, Indra Surya dan Ivan Yustiavandana:
2008) :
a. Menjadi pelindung terhadap kepentingan pemegang saham
independen sebagai pemegang saham minoritas dari perbuatan-
perbuatan yang sudah melewati batas kewenangan direksi, komisaris
serta pemegang saham utama dalam melakukan transaksi yang
kemungkinan terdapat indikasi benturan kepentingan tertentu
b. Menjadi sarana untuk mengecilkan kemungkinan penyalahgunaan

HUKUM PASAR MODAL 85


kekuasaan oleh Direksi, Komisaris, atau pemegang saham utama
untuk melakukan transaksi yang mengandung benturan kepentingan
tertentu.
c. Menyelenggarakan prinsip keterbukaan dan penghormatan yang
ditujukan kepada hak pemegang saham atas dasar asas kesetaraan,
persetujuan pemegang saham independen yang mewakili lebih dari
50% saham yang ada hak ini merupakan suatu keharusan.
Disamping tujuan-tujuan tersebut, pengaturan terkait benturan
kepentingan pada transaksi tertentu ini juga memberikan koridor yang
akan menjadi sekat batas pengambilan sebuah keputusan dari pihak
yang berkuasa dalam perusahaan tersebut. Sama halnya dengan para
pemegang saham mayoritas, Direksi, maupun Komisaris PT agar
selanjutnya melakukan kesepakatan atas transaksi tertentu yang
memberikan hasil berupa keuntungan bagi pihak-pihak tersebut sehingga
mengabaikan hak dan kepentingan yang dimiliki oleh pemegang saham
minoritas (Bismar Nasution, 2010).
Belakangan Peraturan Nomor IX.E.1 (tahun 2000 dan 2008)
tersebut disempurnakan melalui lahirnya Peraturan Nomor IX.E.1 (tahun
2009). Seperti yang diketahui, peraturan tentang benturan kepentingan
sebelumnya menurut pengamat pasar modal sudah tidak sesuai dengan
keadaan saat ini. Pendapat tersebut dikuatkan melalui pernyataan dari
Ketua Bapepam-LK, A. Fuad Rahmany yang mengatakan bahwa revisi
dilakukan guna untuk meningkatkan perlindungan kepada pemegang
saham, khususnya pemegang saham independen terkait dengan
transaksi yang mengandung benturan kepentingan.(Paripurna P Sugarda,
2017).
Dalam Peraturan IX.E.1 terdapat, beberapa poko penyem-
purnaan yang diatur anatara lain sebagai berikut :
1. Adanya penambahan terhadap redaksi pengertian Transaksi Afiliasi
yaitu transaksi yang dilakukan oleh Perusahaan dengan afiliasi
perusahaan.
2. Di sempurnakannya redaksi dan pengertian benturan kepentingan
dalam suatu transaksi yaitu merupakan suatu perbedaan kepentingan
antara aspek ekonomis perusahaan (emiten yang telah melakukan
Penawaran Umum Efek bersifat ekuitas atau perusahaan publik)
dengan kepentingan ekonomis pribadi, direktur, Komisaris, dan/

86 HUKUM PASAR MODAL


atau pemegang saham utama perusahaan yang terjadi pada suatu
transaksi yang akan merugikan perusahaan , oleh sebab terdapat
ketidakwajaran terhadap harga yang ditetapkan.
3. Transaksi dengan Afiliasi yang dipilih oleh suatu perusahaan , pada
prinsipnya haruslah menyelenggarakan keterbukaan informasi
kepada BapepamLK dan memberikan pengumuman untuk diketahui
masyarakat paling lambat hari akhir kerja ke -2 setelah berl-
angsungnya transaksi .
4. Adanya penambahan pada pengecualian transaksi yang
mengandung unsur benturan kepentingan.
5. Suatu emiten atau Perusahaan Publik wajib menginformasikan
kepada Bapepam-LK atas laporan hasil pelaksanaan transaksi yang
terindikasi benturan kepentingan, penginformasian tersebut dilakukan
selambat-lambatnya pada akhir hari kerja ke-2 setelah hari transaksi
tersebut berlangsung.
Pada dasarnya peraturan yang baru memuat ketentuan yang sama,
yakni bahwa dalam hal ditemukannya transaksi yang sudah terindikasi
adanya benturan kepentingan maka untuk dapat dilakukan secara sah
yakni harus terlebih dahulu meminta persetujuan terhadap para
pemegang saham independen ataupun yang mewakili mereka dengan
diberikan nya kewenangan tersebut dan selanjutnya dituangkan ke dalam
akta notariil. Namun lebih jelas lagi terkait hal tersebut akan dibahas
pada bab selanjutnya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ketentuan transaksi
yang mengandung benturan kepentingan ini diatur sedemikian rupa
karena benturankepentingan nyatanya tidak hanya mencoreng prinsip
keterbukaan yang sangat dijujung tinggi di dunia pasar modal, namun
juga sebagai penghalang terciptanya pasar modal dengan kualitas yang
efisien. Hukum pada prinsipnya sama sekali tidak melarang terjadinya
kegiatan yang menimbulkan adanya benturan kepentingan tersebut.
Namun, hukum disini mengaturnya sedemikian rupa agar jikapun terjadi
suatu kerugian yang dialami oleh pihak tertentu yang menimbulkan rasa
ketidakadilan diantaranya diharapkan dapat diselesaikan ataupu di
tahan secara baik-baik.

HUKUM PASAR MODAL 87


C. Unsur-Unsur Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu
dalam Pasar Modal
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya terkait apa itu benturan
kepentingan pada transaksi-transaksi tertentu. Secara umum dapat
dikatakan bahwa suatu transaksi dapat dikatakan mengandung adanya
benturan kepentingan. Jika, terpenuhinya unsur-unsur sebagai berikut
ini (Nindyo Pramono, 2017):
1. Terjadinya suatu transaksi, yaitu adanya keberlangsungan suatu
aktivitas atau kontrak yang di buat dalam rangka memberikan dan/
atau mendapat pinjaman, memperoleh, melepaskan serta
menggunakan aktiva, baik dari jasa atau efek PT terkendali, maupun
dengan adanya suatu kontrak atau perjanjian yang ada hubungannya
dengan kegiatan tersebut.
2. Adanya indikasi benturan kepentingan tersebut , kepentingan yang
dimaksud terjadi antara perusahaan dengan Komisaris atau Direktur
atau Pemegang Saham Utama.
3. Kepentingan yang berbenturan merupakan kepentingan dalam aspek
ekonomis.
Namun lebih lanjut apabila mengacu pada pengaturan hukum dari
benturan kepentingan transaksi tertentu dalam Pasar Modal yakni melalui
Pasal 82 ayat 2 UU Pasar Modal jo Peraturan Nomor IX.E.1. Pada
ketentuan dari undangundang maupun peraturan tersebut dapat
disimpulkan bahwa “Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu” terdiri
atas beberapa unsur yakni Emiten atau Perusahaan Publik, Benturan
Kepentingan Transaksi Tertentu, dan Harus Disetujui Pemegang Saham
Independen.Untuk lebih jelasnya akan dijabarkan sebagai berikut:
a. Emiten atau Perusahaan Publik
Berdasarkan Undang-Undang tentang Pasar Modal pasal 1 angka
6 menyebutkan bahwa Emiten adalah Pihak yang melakukan
Penawaran Umum. Sedangkan berdasarkan Pasal 1 angka 22 UU
Pasar Modal pasal 1 angka 22 berbunyi :
“ Perusahaan Publik adalah Perseroan yang sahamnya telah dimiliki
sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan
memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp 3.000.000.000,00
(tiga miliar rupiah) atau suatu jumlah pemegang saham dan modal
disetor yang ditetapkan dengan Peraturan pemerintah”.

88 HUKUM PASAR MODAL


Perusahaan Publik ini nantinya ialah PT yang sudah go public dan
berperan menjadi emiten yakni dengan menyelenggarakan
penawaran umum pada pasar modal. Disebut sebagai salah satu
unsur adanya benturan kepentingan transaksi tertentu dalam pasar
modal karena organ-organ dalam perusahaan publik yang
merupakan emiten dalam pasar modal itulah yang nantinya memiliki
kemungkinan melangsungkan transaksi yang terdapat benturan
kepentingan didalamnya .
b. Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu
Benturan kepentingan erat kaitannya dengan adanya perbedaan
kepentingan yang sifatnya “ekonomis” antara PT dengan pihak-
pihak tertentu seperti Direksi, dewan Komisaris, maupun pemegang
saham utama. Bagi pihak-pihak tertentu terdapat beberapa
kepentingan ekonomis yang mengandung penilai transaksi yang tidak
wajar. Transaksi tersebut , terdiri pula atas dua bentuk kemungkinan
yaitu pertama, kemungkinan transaksi tersebut ada karena pe-
nilaiannya melebihi harga yang sebenarnya (mark-up). Kedua,
kemungkinan transaksi tersebut ada karena penilaian yang dibuat
itu jauh di bawah harga wajar yang seharusnya , padahal ukurannya
adalah patokan harga pasar. Dengan nilai transaksi yang me-
nunjukkan ketidak wajaran maka hal tersebut pasti akan
menimbulkan resiko kerugian bagi perusahaan yang bersangkutan.
c. Harus disetujui Pemegang Saham Independen
Dalam hal menghadapi kondisi tersebut di atas, maka dari itu
dibutuhkan pelibatan pemegang saham independen dan keter-
bukaan dalam proses pengambilan keputusan untuk transaksi.
Sebab denganbegitu dapat memberikan jaminan bahwa transaksi
tidak akanmenimbulkan risiko kerugian. Dengan persetujuan, maka
pemegangsaham independen telah mengetahui (well informed)
dengan risikodari transaksi karena Direksi telah memaparkan secara
terbuka danmemberi persetujuan karena adanya jaminan
keuntungan yang akanmasuk ke kas PT. Persetujuan ini merupakan
dasar hukum bagiotoritas pasar modal dalam menentukan sah atau
tidaknya transaksiyang mengandung benturan kepentingan. Di
samping itu juga untuk memperkecil kemungkinan pihak-pihak yang
ber-kepentingan untuk berkolusi dalam memperoleh keuntungan.

HUKUM PASAR MODAL 89


Dalam hal dilakukannya transaksi yang mengandung benturan
kepentingandi pasar modal pada dasarnya dapat dilakukan dalam
bentuk-bentuk atau modustertentu. Secara umum, dikenal beberapa
transaksi yang sifatnya sendiri dapat menimbulkan benturan kepentingan
didalam perusahaan , antara lain sebagai berikut :
1. transaksi self dealing;
2. transaksi corporate opportunity;
3. transaksi executive compensation; dan
4. transaksi controlling stockholder

D. Transaksi yang Dikecualikan sebagai Benturan Kepentingan


dalam Pasar Modal
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya telah memuat bentuk
modus dari transaksi yang mengandung benturan kepentingan dalam
pasar modal. Di samping itu, dalam Peraturan Nomor IX.E.1 tersebut
juga diatur pula transaksi-transaksi yang dapat pengecualian adalah
transaksi yang mendapatkan persetujuan dari pemegang saham
independen atau disebut juga “transaksi yang dikecualikan sebagai
benturan kepentingan dalam pasar modal”, yakni sebagai berikut :
a. kegiatan penggunaan seluruh fasilitas yang diberikan oleh
Perusahaan atau Perusahaan Terkendali kepada para anggota
Dewan Komisaris, anggota Direksi, dan/atau pemegang saham
utama yang juga merangkap sebagai karyawan sehingga fasilitas-
fasilatas yang ada tersebut langsung berkaitan dengan tanggung
jawab antara mereka dengan Perusahaan mestilah sesuai dengan
kebijakan yang ada pada Perusahaan, yang telah disetujui dalam
RUPS;
b. Transaksi yang dilakukan para pihak baik antara Perusahaan dengan
Karyawan, anggota Direksi, maupun anggota Dewan Komisaris
Perusahaan tersebut terkendali, atas persyaratan dan ketentuan
yang sama , sepanjang telah disetujui dalam RUPS. Transaksi yang
dimaksud merupakan salah satu manfaat yang oleh perusahaan
atau perusahaan terkendali kepada semua pihak baik itu karyawan,
anggota Direksi, maupun anggota Dewan Komisaris dengan
persyaratan yang sama, menurut kebijakan dan ketentuan yang
berlaku pada perusahaan .

90 HUKUM PASAR MODAL


c. Segala bentuk pemberian imbalan yang di dalamnya termasuk gaji,
iuran, dana pensiun, dan/atau perolehan dalam bentuk manfaat
khusus yang diberikan kepada para pihak yang ada antara lain,
anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi,dan pemegang saham
utama yang juga merupakan Karyawan. Dan keseluruhan jumlah
pemberian imbalan tersebut di tuangkan ke dalam laporan keuangan
secara berkala .
d. Setelah pernyataan pendaftaran sebagai perusahaan public menjadi
efektif , maka perusahaan menyelenggarakan penawaran umum ,
dan dilanjutkan dengan transaksi berkelanjutan melalui persyaratan:
1. Transaksi awal yang menentukan adanya Transaksi selanjutnya
dengan telah terpenuhinya peraturan ini; dan
2. Transaksi harus tidak mengalami perubahan atas syarat dan
kondisi karena dapat merugikan Perusahaan;
e. Transaksi yang dilakukan dengan jumlah nilai tidak melebihi 0,5%
(nol koma lima per seratus) dari modal yang disetor pada Perusahaan
selama tidak melebihi jumlah dari Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah);
f. Transaksi yang diselenggarakan oleh Perusahaan merupakan
pelaksanaan peraturan perundang-undangan atau putusan
pengadilan; dan/atau
g. Transaksi yang dilakukan antara pihak Perusahaan dengan
Perusahaan Terkendali yang mana saham atau modalnya terdiri
dalam jumlah paling kurang 99% (sembilan puluh sembilan
perseratus) atau transaksi yang dilakukan antara sesama Perusahaan
Terkendali dengan saham atau modal sebesar paling kurang 99%
(sembilan puluh sembilan perseratus) terhadap Perusahaan yang
dimaksud.
Ketentuan terkait benturan kepentingan pada transaksi tertentu
dalam pasarmodal diatur pada UU Pasar Modal dan Peraturan
Bapepam-LK. Sebagaimana telah diuraikan, tidak semua transaksi itu
dikatakan mengandung benturankepentingan. Ini berarti tidak diperlukan
persyaratan sebagaimana diatur. Dengan demikian, pada dasarnya
ketentuan mengenai benturan kepentingan itu tidak serta merta dilarang,
hanya saja terdapat pengaturannya, yakni untuk melakukannya harus
terlebih dahulu memenuhi persyaratan sebagaimana diatur oleh UU Pasar
Modal dan Peraturan Bapepam-LK demi terwujudunya perlindungan
HUKUM PASAR MODAL 91
yang nyatabagi para pemegang saham dan meredam kerugian yang
mungkin muncul ketika terjadinya benturan kepentingan pada transaksi
di pasar modal.

92 HUKUM PASAR MODAL


BAB VI

AKUISI DAN
KONSOLIDASI

HUKUM PASAR MODAL 93


94 HUKUM PASAR MODAL
BAB VI
AKUISI DAN KONSOLIDASI

A. Pengertian Akuisisi dan Konsolidasi


1. Pengertian Akuisisi
Akuisisi adalah pengambilalihan sebagian besar (lebih dari 50%)
atau seluruh kepemilikan suatu badan usaha. Akuisisi merupakan
lembaga hukum yang dalam undang-undang Nomor 40 tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas (UUPT) dikenal dengan istilah pengambil-
alihan, yaitu perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau
orang perseorangan untuk mengambil alih saham perseroan yang me-
ngakibatkan beralihnya pengendalian atas perseroan tersebut.
Pengambilalihan tersebut dengan cara dilakukannya peralihan
saham yang telah dikeluarkan atau akan dikeluarkan oleh perseroan
melalui direksi perseroan atau langsung dari pemegang saham. Hal ini
dapat dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan. Sebagai-
mana yang dimaksud dengan pengambilalihan ialah pengambilan saham
yang berakibat pada beralihnya pengendalian terhadap perseroan ter-
sebut. Akuisisi sebagai segala perbuatan hukum yang berkaitan dengan
mengambilalih sebagian atau seluruh saham atau asset yang ada pada
perusahaan lain (Umam, 2009).
Pengambilalihan ini (akuisisi), sesuai pada PP Nomor 57 Tahun
2010 pasal 1 angka 3 yang menyatakan bahwa perbuatan hukum yang

HUKUM PASAR MODAL 95


dilakukan oleh pelaku usaha untuk mengambilalih saham badan usaha
yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas badan usaha tersebut.
Yang dimaksud sebagai Pelaku usaha juga tercantun didalam PP Nomor
57 Tahun 2010 pasal 1 angka 8, yakni setiap orang baik perorangan
atau badan usaha yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan
hukum, didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam
wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik dilakukan secara sendiri
maupun bersama-sama melalui suatu perjanjian untuk menyelenggarakan
berbagai bentuk kegiatan usaha dalam bidang ekonomi.
Salah satu contoh untuk menggambarkan akuisisi ini adalah se-
bagai berikut, adanya pengambilalihan saham dengan jumlah mayoritas
pabrik rokok asal Indonesia (PT HM Sampoerna) oleh perusahaan
rokok asal Amerika (Philip Morris Ltd). Akibat dari akuisisi tersebut,
maka kendali dari perusahaan PT HM Sampoerna yang semula berada
di kendali tangan keluarga besar Sampoerna tetapi kini sudah beralih
kendali kepada tangan keluarga Philip Morris Ltd.
Terdapat beberapa model dalam pengambil alihan (akuisisi) yaitu:
1. Pengambil alihan berdasarkan cara apa yang ditempuh
· Akuisisi saham, ialah akuisisi yang dilakukan dengan cara mem-
beli saham pada suatu perusahaan yang dilakukan oleh peru-
sahaan yang lain.
· Akuisisi Aset, ialah akuisisi yang dilakukan dengan cara membeli
asset pada perusahaan berupa aktiva/pasiva perusahaan yang
akan diakuisisi.
2. Pengambil alihan berdasarkan tujuan apa yang dicapai
· Akuisisi financial, ialah akuisisi yang dilakukan dengan tujuan
untuk memperoleh keuntungan financial semata sehingga yang
diperhitungkan dalam hal ini adalah untung dan rugi.
· Akuisisi strategis, ialah akuisisi yang dilakukan dengan tujuan
untuk memperoleh sinergi dalam pelaksanaannya (Naihasy,
2005).

2. Pengertian Konsolidasi
Konsolidasi merupakan keadaan suatu perusahaan yang terpisah
namun menjadi satu. Hal ini cenderung di gambarkan sebagai merger,

96 HUKUM PASAR MODAL


padahal secara teknis, ini merupakan dua keadaan yang berbeda. Dalam
merger, jika satu perusahaan menyerap perusahaan yang lain ini yang
disebut bisnis. Sedangkan dalam konsolidasi, perusahaan baru terbentuk
jika perusahaan bergabung meskipun dalam istilah yang mungkin relative
sama. Kedua istilah ini cenderung digunakan secara bergantian dalam
dunia bisnis.
Seacara umum konsolidasi dapat di pahami sebagai penyatuan
antara seluruh sumber daya, peluang dan kekuatan untuk memperoleh
kemenangan dalam persaingan jangka panjang. Memenangkan per-
saingan tersebut berarti harus jadi yang terbaik dalam memberikan
pelayanan terhadap kebutuhan para konsumen/klien saat ini dan dimasa
yang akan datang.
Konsolidasi dilaksanakan dengan adanya evaluasi kondisi usaha
saat ini, kemudian dilanjukan dengan pengembangan strategi usaha
jangka panjang, adanya strategi tersebut agar lebih memperinci bentuk
perencanaan yang tepat sasaran bergerak menuju jangka menengah
dan jangka panjang meliputi adanya pengembangan sistem manajemen
perencanaan dan pelaksanaannya bisa sinkron dan sejalan sehingga
memberikan prioritas secara terus menerus pada pengembangan pasar
yang dilakukan secara sistematis dan efisiensi sebagai acuannya dalam
berprestasi.
Berdasarkan Pasal 1 angka 10 UU RI Nomor 40 Tahun 2007,
yang dimaksud dengan peleburan (konsolidasi) adalah suatu perbuatan
hukum yang dilakukan oleh dua perseroan terbatas atau lebih, untuk
sama-sama meleburkan diri mereka melalui cara pendirian satu
perseroan terbatas yang baru demi hukum sehingga mendapat aktiva
dan pasiva dari perseroan terbatas yang tadinya meleburkan diri,
sebaliknya perseroan yang meleburkan diri tadi berakhir demi hukum.
Sementara Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 pasal 1 yang
memberikan pengertian terhadap, peleburan (konsolidasi), sebagai suatu
perbuatan hukum yang diselenggarakan oleh dua perseroan terbatas
atau lebih untuk sama-sama meleburkan diri melalui cara dengan
membentuk sebuah perseroan terbatas yang baru dan masing-masing
perseroan terbatas yang tadinya meleburkan diri maka menjadi bubar
demi hukum.

HUKUM PASAR MODAL 97


Contoh: pendirian Bank Mandiri yang berasal dari adanya
peleburan empat Bank BUMN dalam kondisi sekarat dikarenakan
dampak krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997/1998, yaitu Bank
BDN, Bank Bumi Daya, Bank Ekspor Impor, dan Bank Bapindo.
Kebijakan atas peleburan empat Bank BUMN tersebut diambil oleh
pemerintah guna menyelematkan bank dari risiko terjadinya ke-
bangkrutan karena kondisi modal dari keempat Bank BUMN tersebut
sudah negatif.
Suatu perusahaan melakuakn konsolidasi karena adanya beberapa
alasan sebagai berikut anatara lain :
1. Adanya masalah Kesehatan
2. Adanya masalah Permodalan
3. Adanya masalah Manajemen
4. Faktor Teknologi dan Administrasi.
5. Adanya keinginan dalam Menguasai Pasar.

B. Pengaturan terhadap Konsolidasi dan Akuisisi


Konsolidasi dan akuisisi memiliki tujuan utama dalam meningkat-
kan sinergi pada sebuah perusahaan. Akuisisi merupakan kegiatan
pengalihan sebagian atau seluruh saham pada suatu perusahaan tanpa
adanya melakukan pencabutan izin dan likuidasi terlebih dahulu, dengan
tujuan mengambil alih pengendalian tersebut. Hal ini jelas menunjukan
bahwa akan adanya peralihan manajemen, yang berarti secara hukum
pihak si pengendali perusahaan tersebut berasa sebagai pihak yang
mengakuisisi. Oleh karena itu, semua kebijakan di bidang keuangan
dan strategis perseroan sangat tergantung pada pengakuisisi, dalam
praktik, biasanya pihak pengakuisisi menjadi perusahaan induk (Emirzon,
2008).
Konsolidasi atau peleburan, pada saat terjadi merger, maka secara
hukum perusahaan yang satu haruslah dibubarkan sedangkan untuk
perusahaan yang lainnya tetap dapat exist dengan nama yang sama.
Meskipun dikatakan bubar, namun seluruh aset, hak, dari kewajiban
badan hukum pada perusahaan yang bersangkutan tidaklah semata-
mata ikut menjadi hilang, melainkan itu semua diabsorp kepada pe-
rusahaan lainnya yang tetap exist tadi. Sedangkan pada konsolidasi,
jika kedua perusahaan yang melebur bubar demi hukum, maka sebagai
98 HUKUM PASAR MODAL
gantinya dari kedua perushaan yang kini menjadi satu sebagai perushaan
yang baru.
Meninjau lebih lanjut mengenai ketentuan-ketentuan di dalam UU
No. 40/2007, yang kini tampaknya semakin komprehensif terhadap
pengaturan PT yang ada di Indonesia. Yang mana mengani konsolidasi
dan akuisisi belum sepenuhnya diatur secara sempurna, hal ini disebab-
kan oleh aktivitas mereka diberbagai aspek yang sangat luas khususnya
adalah masalah persaingani usaha.
Meskipun konsolidasi, dan akuisisi merupakan urusan dari masing-
masing pihak yang melakukan konsolidasi, dan akuisisi, namun UU
No.40/2007 memberikan batasan dalam rangka pelaksanaan konso-
lidasi, dan akuisisi perseroan terbatas, dalam Pasal 126 UU No.40/
2007 menyatakan bahwa perbuatan hukum merger, konsolidasi, dan
akuisisi perseroan harus memperhatikan:
1. Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan Perseroan;
2. Kreditor dan mitra usaha lainnya dari Perseroan;
3. Masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha.
Mayoritas dari tindakan konsolidasi, dan akuisisi dianggap tidak
menyebabkan dampak yang merugikan bagi persaingan dan karena itu
tidak akan merugikan konsumen. Pelaku usaha pada umumnya me-
lakukan tindakan konsolidasi dan akuisisi untuk alasan yang tidak
menimbulkan kekhawatiran terhadap persaingan, diantaranya karena
memiliki motif-motif sebagai berikut:
1. Untuk mengurangi biaya atau meningkatkan kualitas produk
melalui cara-cara yang tidak mungkin dilakukan oleh masing-
masing pihak secara sendirisendiri;
2. Untuk meningkatkan profitabilitas aset yang diperoleh melalui
penggantian manajemen yang tidak efektif; dan
3. Untuk memperoleh manfaat pajak pada beberapa situasi (Gavil,
2002).
Pengaturan konsolidasi dan akuisisi berdasarkan Hukum Per-
saingan Usaha di Indonesia diberlakukan dalam rangka mengontrol
setiap konsolidasi dan akuisisi yang dapat membahayakan persaingan
dalam pasar di Indonesia. Pada mulanya, pengaturan konsolidasi, dan
akuisisi berdasarkan hukum persaingan usaha yang ada di Indonesia
diatur di dalam Pasal 28 dan 29 UU No.5/1999, namun pengaturan

HUKUM PASAR MODAL 99


dalam UU saja dirasakan kurang komprehensif dan memberikan
kepastian hukum terhadap setiap pelaku usaha yang sedang meren-
canakan atau telah melakukan tindakan konsolidasi, atau akuisisi.
Di banyak negara yang telah memberlakukan pengaturan ber-
dasarkan hukum persaingan usaha, telah mengatur secara komprehensif
tata aturan bagi setiap pelaku usaha yang melakukan konsolidasi dan
akuisisi. Negaranegara tersebut dapat melihat secara jelas, bahwa
bahaya dari konsolidasi dan akuisisi yang tidak diatur secara kom-
prehensif dapat menimbulkan dampak yang sangat besar, baik terhadap
kondisi pasar maupun juga terhadap stabilitas ekonomi dalam negeri.
Kekosongan pengaturan dalam merger, konsolidasi, dan akuisisi
di Indonesia, selanjutnya menimbulkan inisiatif dari KPPU, bahwa dalam
rangka mengendalikan merger, konsolidasi, dan akuisisi yang dapat
mengakibatkan praktek monopoli, dan atau persaingan usaha yang tidak
sehat, KPPU memandang perlu adanya kejelasan tata cara dan penilaian
pra notifikasi terkait dengan hal merger, konsolidasi, dan akuisisi .
Maka selanjutnya KPPU menerbitkan peraturan komisi berupa
Perkom No.1/2009 yang berlaku sebagai Guideline Merger bagi para
pelaku usaha apabila ingin melakukan tindakan merger, konsolidasi,
dan akuisisi. Dimana pada Perkom No.1/2009, pelaku usaha disarankan
(secara sukarela) untuk memberikan pemberitahuan (pra-notifikasi
merger) dan konsultasi atas setiap tindakan merger, konsolidasi, dan
akuisisi yang akan dilakukan, hal ini mengingat dalam Perkom No.1/
2009 ini merupakan suatu pedoman yang dikeluarkan oleh KPPU yang
sifatnya tidak mengikat.
Usaha KPPU dalam menerbitkan Perkom No.1/2009 memang
cukup patut dihargai, namun demikian terdapat beberapa permasalahan
yang timbul dalam penerbitan Perkom No.1/2009 tersebut yang patut
dipertimbangkan lebih lanjut oleh KPPU. Antara lain permasalahan
tentang Perkom No.1/1999 itu sendiri. Bahwa Perkom No.1/2009
merupakan suatu pedoman dalam pengendalian merger, konsolidasi,
dan akuisisi di Indonesia. Sebagai suatu pedoman, maka Perkom No.1/
2009 hanya memberikan arahan-arahan yang sebaiknya dilakukan oleh
pelaku usaha dalam rangka melakukan merger, konsolidasi, dan akuisisi.
Sehingga dalam hal ini, dapat diketahui bahwa sebagai suatu pedoman
maka Perkom No.1/2009 tidak mengikat. Peraturan dan atau pedoman
100 HUKUM PASAR MODAL
yang dikeluarkan oleh KPPU tersebut adalah ketentuan pelaksana,
sehingga tidak boleh bertentangan dengan ketentuan yang yang lebih
tinggi derajatnya (UU No.5/1999), serta harus sesuai dengan prinsip
hukum.
Namun dalam kenyataannya, apa yang diatur dalam Perkom
No.1/2009 telah menyimpangi apa yang diatur dalam UU No.5/1999
itu sendiri (khususnya Pasal 28 dan 29 UU No.5/1999). Pertama, dalam
Pasal 28 dan 29 UU No.5/1999 menggunakan cara Post-Notification
atas tindakan merger, konsolidasi, dan akuisisi yang dilakukan oleh
pelaku usaha. Meskipun secara jelas dinyatakan demikian dalam UU
No.5/1999, Perkom No.1/2009 tetap memberlakukan PreNotifi-
cation atas tindakan merger, konsolidasi, dan akuisisi yang dilakukan
oleh pelaku usaha. Hal ini tentu saja telah bertentangan dengan apa
yang diatur oleh UU No.5/1999.

C. Prosedur Pelaksanaan Akuisisi dan Konsolidasi


1. Prosedur pelaksanaan akuisisi
a. Pertama-tama, Pihak yang akan mengakuisisi PT menyampaikan
keinginannya kepada direksi PT yang akan diakuisisi, serta
untuk para pihak pengakuisi dapat berbentuk Perseroan
Terbatas, firma atau perorangan, koperasi dan yayasan .
b. Selanjutnya, Direksi PT yang bersangkutan dan pihak peng-
akuisisi masing-masing akan menyusun usulan untuk rencana
akuisisi . Usulan rencana tersebut diwajibkan untuk memperoleh
persetujuan Komisaris PT pihak diakuisisi atau lembaga serupa
maupun komisaris dari pihak pengakuisisi.
c. Usulan rencana yang ada, akan digunakan sebagai bahan untuk
penyusunan rancangan akuisisi oleh para pihak yang bersang-
kutan. Setelah rancangan akuisisi selesai maka dibuatkanlah
adanya ringkasan rancangan akuisisi , yang mana ringkasan ini
wajib diumumkan direksi PT pengakuisisi dalam bentuk dua
surat kabar harian serta disampaikan secara tertulis kepada
seluruh karyawan PT pengakuisisi paling lama dalam 14 hari
sebelum adanya pemanggilan RUPS.
d. Rancangan akuisisi yang sudah jadi, wajib memperoleh per-
setujuan melaui Rapat Umum Pemegang Saham PT yang

HUKUM PASAR MODAL 101


diakuiisi serta oleh pemegang kekuasaan dari pihak pengakuisisi.
Jika pihak pengakuisisi dalam bentuk PT, maka rancangan
akuisisi tersebut haruslah disetujui RUPS. Jika, pengakuisisi
itu dalam bentuk koperasi, maka rancangan akuisisi tersebut
haruslah disetujui atas rapat otak operasi. Jika pihak pengakuisisi
dalam bentuk sebuah yayasan maka rancangan akuisisi haruslah
disetujui dalam rapat dewan Pembina yayasan yang ber-
sangkutan. Sedangkan bagi pihak pengakuisisi yang bentuknya
CV dan Firma, maka rancangan akuisisi tersebut haruslah
disetujui oleh para sekutu atau pemilik CV dan Firma yang
bersangkutan .
e. Setelah rancangan akuisisi disetujui , maka ia dituangkan dalam
Akta akuisisi yang ditulis dihadapan notaris dalam bahasa In-
donesia. Akta tesebut disahkan oleh Notaris, kemudian
didaftarkan kepada kemenkumham.
f. Apabila akuisisi PT tersebut mengalami perubahan AD yang
juga membutuhkan persetujuan Menkumham, akuisisi tersebut
berlaku sejak tanggal persetujuan AD oleh Menkumham. Jika
akuisisi PT tersebut disertai dengan perubahan AD yang tidak
mengharuskan adanya persetujuan Menkumham, maka akuisisi
tersebut mulai berlaku sejak tanggal pendaftaran akuisisi yang
bersangkutan pada perusahaan tersebut. Namun jika akuisisi
sebuah PT tersebut tidaklah menimbulkan suatu perubahan AD,
maka akuisisi tersebut dianggap mulai diberlakukan ketika
penandatanganan akta akuisisi dilakukan di hadapan notaris.

2. Prosedur pelaksanaan konsolidasi


a. Pertama- tama, seorang Direksi PT yang akan meleburkan diri
untuk menyusun usulan rencana Konsolidasi . Usulan tersebut
diwajibkan memperoleh persetujuan dari komisaris masing-
masing PT yang bersangkutan.
b. Kemudian, Usulan tersebut disajikan sebagai bahan untuk
menyusun rancangan konsolidasi yang secara bersama-sama
disusun oleh para direksi PT yang akan melakukan peleburan.
c. Setelah rancangan konsolidasi selesai maka , ringkasan dari
rancangan tersebut haruslah diinformasikan oleh direksi melalui
dua surat kabar harian secara tertulis kepada seluruh karyawan

102 HUKUM PASAR MODAL


PT bersagkutan selama paling lama 14 hari sebelum dilakukan-
nya pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham.
d. Rancangan dan konsep akta konsolidasi haruslah (wajib)
mendapat persetujuan dari RUPS masing-masing PT yang
bersangkutan . Konsep konsolidasi yang telah memperoleh
persetujuan dari RUPS dituangkan dalam sebuah akta
konsolidasi yang dibuat harus dihadapan notaris dan ditulis dalam
bahasa Indonesia. Akta tersebut langsung disahkan oleh notaris
, sehingga langsung dapat dipergunakan sebagi dasar pendirian
PT hasil peleburan.
e. Selanjunya, Direksi yang bersangkutan wajib mengajukan
permohonan atas pengesahan akta pendirian PT hasil peleburan
kepada Menkumham dalam kurun waktu paling lama 14 harii
dimulai sejak tanggal keputusan yang dibuat oleh RUPS.
f. Menkumham dalam hal ini, memberikan pengesahan dalam
jangka waktu paling lama 60 hari setelah permohonan atas
pengesahan tersebut diterima. Dengan demikian , PT yang
meleburkan diri itu dianggap bubar dimulai sejak hari dimana
akta pendirian PT hasil peleburan tersebut memperoleh
pengesahaan oleh Menkumham.
g. Setelah Menkumham memberikan pengesahaan terhadap akta
pendirian PT hasil peleburan tersebut , maka selanjutnya akta
tersebut wajib diinput dalam daftar perusahaan serta dilakukan
pengumuman mengenai PT tersebut didalam tambahan acara
berita Negara RI .

D. Larangan-larangan dalam Akuisisi dan Konsolidasi


Seorang pengusaha jika tidak berhati-hati dalam melakukan
kegiatan akuisisi dan konsolidasi , Salah-salah dapat terjerat dalam
urusan pengadilan dengan beberapa tuduhan seperti melakukannya
monopoli dan ada kegiatan persaingan usaha yang tidak sehat lainnya.
Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) bahwa, jika
pelaku terbuktikan melanggar peraturan mengenai monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat. Maka, pelaku usaha tersebut dikenakan
Sanksi berupa Sanksi administratif hingga sanksi pidana. Sejalan dengan
hal tersebut, pasal 2 PP 57/2010 menjelaskan bahwa:

HUKUM PASAR MODAL 103


1. Pelaku usaha tidak dibenarkan (dilarang) melakukan pe-
nggabungan terhadap badan usaha, peleburan badan usaha, atau
pengambilalihan terhadap saham pada perusahaan lain yang
berakibat pada akan terjadinya praktik monopoli dan/atau
kegiatan persaingan usaha tidak sehat dalam dunia bisnis.
2. Praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat terjadi
apabila terdapat badan usaha hasil penggabungan, peleburan
ataupun pelaku usaha yang melaksanakan kegiatan pe-
ngambilalihan saham pada perusahaan lain, terindikasi melakukan
hal-hal sebagai berikut :
a. Adanya sebuah Perjanjian yang dilarang, perjanjian yang
dimaksud Seperti praktik adanya oligopoli, penetapan
harga, pembagian wilayah, pemboikotan, kartel, trust,
praktik oligopsoni, integrasi vertikal, perjanjian tertutup dan
lain sebagainya yang juga berkaitan dengan perjanjian yang
dilarang .
b. Adanya kegiatan yang dilarang namun dilakukan . Hal ini
dimaksud Seperti dalam bentuk kegiatan praktik monopoli,
praktik monopsoni, penguasaan pasar, persekongkolan dan
lain sebagainya .
c. Penyalahgunaan posisi dalam kedudukan yang dominan
berarti menggambarkan bahwa keadaan pelaku usaha yang
tidak mempunyai pesaing di pasar bersangkutan, ataupun
pelaku usaha yang posisinya teratas diantara pesaing lainnya
didalam pasar yang bersangkutan . Jika hal seperti demikian
terjadi , maka kaitannya adalah pada kemampuan dalam
keuangannya , akses pada pasokandan penjualannya , serta
kemampuannya dalam menyesuaikan pasokan maupun
permintaan barang dan jasa yang ada.

104 HUKUM PASAR MODAL


BAB VII

INITIAL PUBLIC
OFFERING (IPO)

HUKUM PASAR MODAL 105


106 HUKUM PASAR MODAL
BAB VII
INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO)

A. Pihak yang Berperan dalam Proses IPO


Kegiatan perdagangan dan transaksi jual beli efek (saham) melalui
mekanisme IPO (Initial Public Offering), penawaran umum dalam
obligasi dan Rights Issue secara tidak langsung mengakibatkan
perpindahan kepemilikan efek dari pemilik saham awal (pemiliki lama)
kepada pemilik saham yang baru. Hal ini juga menunjukan bahwa ber-
pindah pulalah dana dari para investor kepada perusahaan yang telah
me-lakukan IPO, penawaran umum obligasi dan Rights Issue (Wijaya
& Ananta, 2018)
Proses kegiatan perdagangan, pemindahan kepemilikan atas efek,
serta proses pemindahan dana para investor kepada sebuah Emiten ini
tentunya akan mengikut sertakan peran-peran dari beberapa pihak yang
penting dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Dengan demikian, ter-
dapat pihak-pihak yang berperan penting dalam proses dilaksana-
kannya IPO, yaitu sebagai berikut :
1. Emiten
Emiten adalah pihak yang memiliki peran paling penting dalam
proses dilakukannya IPO, Penawaran Umum Obligasi dan Rights Issue.
Jika tanpa Emiten, maka tidak akan ada IPO, Penawaran Umum Obli-
gasi dan Rights Issue. Emiten sebagai pihak penawaran umum,

HUKUM PASAR MODAL 107


merupakan pihak yang melaksanakan kegiatan dalam bentuk penawaran
efek untuk menjualnya kepada masyarakat umum berdasarkan pada
prosedur yang telah diatur didalam Undang-Undang Pasar Modal serta
peraturan pelaksanaannya. Efek yang ditawarkan kepada masyarakat
berupa surat-surat berharga, seperti surat pengakuan utang, obligasi,
tanda bukti utang, surat berharga komersial, saham, unit penyertaan
kontrak investasi kolektif, kontrak yang berjangka atas efek dan setiap
derivatif dari efek (Wijaya & Ananta, 2018).

2. Bursa Efek
Bursa efek merupakan pihak yang turut ikut berperan dalam
menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau sarana yang akan
digunakan untuk mempertemukan kegiatan penawaran jual beli efek
pada pihak-pihak lain. Hal ini dilakukan dengan tujuan memper-
dagangkan efek tersebut kepada masyarakat, sedangkan tujuan pokok
dari bursa efek, mengapa ia didirikan ialah untuk dapat menyeleng-
garakan perdagangan efek yang teratur, dalam bentuk wajar dan efisien,
demi mencapai tujuan tersebut maka bursa efek wajib memeberikan
pelayanan berupa sarana pendukung serta pengawasan terhadap setiap
kegiatan yang dilakukan oleh bursa efek (Wijaya & Ananta, 2018).
Bursa efek masuk pada kategori Self Regulatory Organization
(SRO), yang mana lembaga ini memiliki wewenang untuk menyususn
peraturan yang berkiatan dengan kegiatan bursa efek atas persetujuan
yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Melalui peraturan
tersebut , maka bursa efek menetapkan prosedur peralihan efek yang
berhubungan dengan transaksi bursa serta menentukan biaya pencatatan
dan transaksi yang barkaitan dengan jasa yang diberikan tersebut.

3. Lembaga Kriling dan Penjaminan


Lembaga ini merupakan pihak yang berperan dalam menyeleng-
garakan jasa kliring dan berperan sebagai penjamin penyelesaian
transaksi bursa efek yang dilakukan secara teratur, wajar dan efisien.
Pelaksanaan kliring ini pada dasarnya merupakan proses yang digunakan
dalam menentukan masing-masing hak dan kewajiban antara anggota
bursa efek dan pihak yang bersangkutan dalam melakukan transaksi
(Wijaya & Ananta, 2018).
108 HUKUM PASAR MODAL
4. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
Lembaga ini merupakan pihak yang berperan dalam menyeleng-
garakan kegiatan berupa kustodian sentral bagi Bank Kustodian,
perusahaan efek, dan pihak lainnya. Lembaga ini dibuat dengan tujuan
sebagai penyedia jasa kustodian sentral dan penyelesaian transaksi yang
dilakukan secara teratur, wajar dan efisien.
Di pasar modal indonesia, lembaga yang menjadi penyimpanan
dan penyelesaian (LPP) yaitu PT Kustodian Sentral Efek Indonesia
(KSEI) (Wijaya & Ananta, 2018). Lembaga tersebut masuk dalam
kategori Self Regulatory Organization (SRO), yang mana wajib
menetapkan peraturan tentang jasa kustodian sentral dan jasa penye-
lesaian transaksi efek beserta ketentuan mengenai biaya pemakaian
jasa dengan persetujuan OJK.

5. Perusahaan Efek
Perusahaan efek memiliki peranan penting dalam proses IPO
(Initial Public Offering) dan/atau Rights Issue. Berdasarkan Undang-
Undang Pasar Modal Terdapat pihak-pihak yang melakukan kegiatan
usaha dalam perusahaan bursa Efek, antara lain sebagai berikut:
a. Penjamin Emisi Efek, ialah pihak yang berperan dalam membuat
kontrak dengan Emiten dalam melakukan penawaran umum
demi kepentingan Emiten atau tanpa harus membeli sisa efek
yang tidak terjual.
b. Perantara Pedagang Efek, ialah pihak yang berperan dalam
melakukan kegiatan usaha jual beli efek untuk kepentingan
sendiri maupun pihak lain.
c. Manajer Investasi, ialah pihak yang berperan melakukan ke-
giatan dalam usaha mengelola portofolio efek bagi para nasabah
atau mengelola portofolio investasi kolektif yang diperuntukkan
bagi sekelompok nasabah, kecuali perusahaan dalam bentuk
asuransi, dana pensiun, maupun bank yang kegiatan usahanya
dilakukan sendiri berdasarkan pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku (Wijaya & Ananta, 2018).

6. Lembaga-lembaga Penunjang Pasar Modal


Terdapat beberapa lembaga penunjang kegiatan pasar modal ,

HUKUM PASAR MODAL 109


antara lain sebagai berikut :
a. Kustodian
Kustodian merupakan lembaga yang bergerak dalam mem-
berikan jasa penitipan efek dan harta lainnya yang berkaitan
dengan jasa efek tersebut , meliputi penerimaan deviden, bunga
beserta hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan dapat
mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.
Kustodian ini, bertanggung jawab dalam menyimpan efek atas
hak milik pemegang rekening dan harus memenuhi kewajiban
lain sesuai dengan kontrak yang telah dibuat antara kustodian
dan pemegang rekening yang bersangkutan (Sitompul, 1995).
b. Biro Administrasi Efek
Biro Administrasi Efek merupakan lembaga yang berperan
sesuai kontrak dengan emiten sebagai pihak yang melaksanakan
pencatatan pemilikan efek dan pembagian hak yang berkaitan
dengan efek. Pihak yang dapat melakukan peran ini hanyalah
pihak Biro Administrasi Efek yang telah memperoleh izin usaha
dari OJK (Sitompul, 1995).
c. Wali Amanat
Wali amanat merupakan lembaga penunjang yang berperan
sebagai pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek yang
sifatnya dalam bentuk sehingga erat kaitannya dengan
penawaran umum atas obligasi atau utang. Suatu Emiten dan
Wali amanat wajib menyusun dan menerbitkan kontrak perwali
amanatan yang sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
oleh OJK. Wali amanat ini, berperan untuk mewakili kepentingan
pemegang efek yang bersifat utang baik di dalam maupun di
luar pengadilan. kedudukan Wali amanat dalam Emiten haruslah
bersifat independen , dan Wali amanat tidak diperbolehkan
memiliki hubungan afliliasi dengan emitan yang bersangkutan
kecuali hubungan afiliasi tersebut terjadi karena kepemilikan atau
penyertaan modal itu berasal dari pemerintah (Sitompul, 1995).

7. Profesi Penunjang Pasar Modal


Profesi yang dapat masuk sebagai kategori penunjang pasar
modal, antara lain sebagai berikut :

110 HUKUM PASAR MODAL


a. Seorang Akuntan yang telah memiliki izin dari menteri serta
terdaftar di OJK;
b. Seorang Konsultan Hukum , ialah seorang ahli hukum yang
dapat memberikan pendapat hukumnya kepada pihak lainserta
ia juga telah terdaftar di OJK;
c. Seorang Penilai yang dapat memberikan penilaian atas asset
perseroan sesuai dengan keahliannya serta ia sudah terdaftar
di OJK;
d. Seorang Notaris sebagai pejabat umum yang berwenang
membuat akta otentik dan telah terdaftar di OJK (Sitompul,
1995)

B. Efek Bersifat Ekuitas yang Ditawarkan dalam IPO


Efek yang bersifat ekuitas merupakan efek yang ditawarkan di
pasar modal oleh Emiten, selain dari efek yang bersifat utang dan sukuk
(efek syariah).(Rokhmatussa’dyah & Suratman, 2018). Ekuitas adalah
kepemilikan dalam bentuk nilai uang, perbedaan antara nilai suatu harta
yang dapat dijual dan tagihan, saham atau modal.Ekuitas dipersamakan
dengan saham atau modal dari suatu perseroan.
Efek bersifat ekuitas menurut ketentuan Pasal 83 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal adalah sebagai saham atau
efek yang dapat ditukar dengan saham atau efek yang mengandung
hak untuk memperoleh saham. Jadi dapat diartikan efek bersifat ekuitas
adalah saham atau efek yang dapat ditukar dengan saham. Saham yang
ditawarkan dalam IPO (Initial Public Offering)adalah surat berharga
yang dapat membuktikan adanya andil atau kepemilikan seseorang atas
suatu perseroan.(Rokhmatussa’dyah & Suratman, 2018)
Secara formal, menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Pasar Modal, efek bersifat ekuitas atau surat saham
terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut :
1. Tulisan “SAHAM” yang tertuang didalam lembaran surat saham
(Pasal 31 ayat (1)).
2. Nilai nominal saham harus dalam mata uang rupiah (Pasal 49
ayat (1)).
3. Nama pemilik saham (Pasal 48 ayat (1)).
4. Tanggal diterbitkannya saham

HUKUM PASAR MODAL 111


5. Terdapat nomor seri saham (Pasal 50).
6. Penerbit dan tanda tangan penerbitnya (Direktur dan Dewan
Komisaris).
7. Adanya klasifikasi saham (Pasal 53).
Efek bersifat ekuitas mempunyai keterkaitan erat dengan modal
dalam suatu perseroan tebatas, dimana dalam Pasal 31 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menjelaskan
bahwa modal dasar perseroan terdiri dari atas seluruh nilai nominal
saham. Selain dari modal dasar, terdapat juga modal ditempatkan atau
modal di setor sebagaimana yang diatur dalam Pasal 33 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
(Rokhmatussa’dyah & Suratman, 2018)
Pada prinsipnya, nilai yang ditulis dalam anggaran dasar perseroan
terbatas sebagai modal dasar tidak selalu berarti bahwa nilai modal
dasar tersebut seluruhnya ditempatkan atau disetorkan oleh para pendiri
atau para pemegang saham. Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa modal
yang harus disetorkan secara penuh oleh para pendiri atau para peme-
gang saham adalah minimal 25% (duapuluh lima persen) dari nilai modal
dasar.
Apabila modal yang disetorkan hanya 25% (dua puluh lima persen)
saja, ini berarti masih ada sisa 75% (tujuh puluh lima persen) saham
perseroan yang belum diterbitkan. Sisa saham yang belum diterbitkan
ini bisa dikeluarkan oleh perseroan untuk kepentingan penambahan
modal atau pendanaan usaha perseroan. Sisa saham yang belum di-
terbitkan tersebut disebut dengan saham simpanan atau saham portepel
(portofolio) (Sitompul, 1995).
Apabila suatu perseroan hendak melakukan penawaran umum
atas saham perseroannya, maka saham/efek yang ditawarkan atau di-
lepaskan oleh IPO kepada masyarakat/publik adalah saham dalam
portepel. Jumlah maksimal dari saham dalam portepel yang ditawarkan
kepada publik tidak boleh melebihi nilai modal dasar perseroan, setelah
ditambah dengan nilai modal yang ditempatkan/disetor. Apabila dana
yang dibutuhkan oleh perseroan dari mekanisme go public akan
melebihi dari nilai modal dasar, maka perseroan tersebut terlebih dahulu
harus menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham.

112 HUKUM PASAR MODAL


BAB VIII

KEJAHATAN DI
PASAR MODAL

HUKUM PASAR MODAL 113


114 HUKUM PASAR MODAL
BAB VIII
KEJAHATAN DI PASAR MODAL

A. Bentuk-bentuk Kejahatan dalam Pasar Modal


Kegiatan di dalam pasar modal yang sangat kompleks, ternyata
bukan rahasia umum lagi bahwa akan ada banyak terjadi penyimpangan
yang dilakukan oleh pelaku pasar modal itu sendiri. Penyimpangan
tersebut dapat dikategorikan ke dalam dua bentuk, yaitu pelanggaran
yang bersifat administratif dan kejahatan pasar modal. Bentuk kejahatan
dalam pasar modal memiliki keunikan, baik dilihat dari segi jenis, sisi
pelaku, dan modus kerjanya. UUPM mulai efektif berlaku pada tanggal
1 Januari 1996 yang secara tegas mengatur beberapa aktivitas di pasar
modal yang dilarang dengan ancaman sanksi pidana.
Kejahatan di pasar modal menurut Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal pada prinsipnya terbagi dalam 3 (tiga)
kelompok besar yaitu:
1. Penipuan (Fraud)
2. Manipulasi Pasar (Market Manipulation)
3. Perdagangan orang dalam (Insider Trading)
4. Informasi yang menyesatkan (misleading information)
5. Transaksi semu (wash sale)
Disamping larangan-larangan tersebut diatas, dalam UU No. 8
Tahun 1995. juga memuat tentang sanksi-sanksi yang terdapat dalam

HUKUM PASAR MODAL 115


Pasal 103 sampai dengan Pasal 110 dan bisa dikenakan bagi setiap
pelanggaran yang dilakukan oleh setiap pelaku. Sanksi pidana yang
dikenakan bagi para pelaku tindak pidana tersebut ialah denda dan
pidana penjara/kurungan yang ditetapkan secara bervariasi antara
kurungan selama 1 tahun dan denda sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu
miliar rupiah) sampai dengan penjara 10 tahun dan denda Rp.
15.000.000.000,- (lima belas miliar rupiah). Sanksi-sanksi yang
diberikan dalam setiap kejahatan dan pelanggaran UUPM
dikelompokkan dalam 2 (dua) kategori yaitu sanksi administratif dan
sanksi pidana.
Tindak pidana pada pasar modal memiliki karakteristik yang khas,
meliputi “barang” sebagai objek dari tindak pidana yaitu informasi.
Pelaku dalam hal ini , tidak mengandalkan kemampuan fisik, akan tetapi
lebih cenderung mengandalkan kemampuan dalam membaca situasi
pasar serta memanfaatkan hal tersebut untuk kepentingan pribadi. Selain
dua karakteristik tersebut, terdapat karakteristik lain yang dapat
membedakannya dari tindak pidana lainnya, yaitu pembuktiannya
cenderung sulit dan dampaknya dapat berakibat fatal dan luas
(Defrando, 2016:158).
1. Penipuan
Penipuan dalam pasar modal terjadi apabila misrepresentasi dan
misinformasi yang menyusup masuk ke dalam pasar secara cepat
dengan langsung merubah harga suatu saham atau dengan kata lain
informasi tersebut salah (Bismar, 2001). Pasal 90 UUPM, mengatakan
secara tegas bahwa dalam kegiatan perdagangan efek, setiap pihak
dilarang secara langsung atau tidak langsung :
a. Menipu atau mengelabuhi pihak lain melaui sarana dan atau cara
apapun;
b. Ikut serta dalam menipu atau mengelabuhi pihak lain dan
c. Membuat suatu pernyataan yang tidak benar mengenai fakta
atau tidak mengungkapkan fakta material yang sebenarnya agar
pernyataan yang akan dikonsumsi oleh public tersebut tidak
menyesatkan. Sehingga hal ini dibuat agar dapat menguntungkan
atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau pihak lain
atau dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk membeli atau
menjual efek (UU No. 8 Tahun 1995).

116 HUKUM PASAR MODAL


Dalam UUPM mengenai ancaman pidana dan denda yang begitu
berat , dianggap wajar karena mengingat kegiatan perdagangan efek
ini melibatkan banyaknya pihak pemodal dan dalam jumlah uang yang
sangat besar. Jika dibandingkan dengan KUHP Pasal 378 dengan
ancaman hukuman paling lama adalah 4 tahun penjara untuk mereka
yang terbukti melakukan penipuan tersebut . Sedangkan dalam KUHP
Pasal 390 (menyiarkan kabar bohong ) ancaman hukumannya adalah
paling lama 2 tahun 8 bulan penjara (Defrando, 2016).

2. Manipulasi Pasar
Manipulasi pasar secara sederhana dapat diartikan sebagai
kegiatan yang menciptakan gambaran semu atau hal yang dapat
menyesatkan kegiatan perdagangan, keadaan pasar, harga efek di bursa
efek, memberi pernyataan atau keterangan yang tidak benar atau bahkan
sampai menyesatkan sehingga harga efek pada bursa efek terpengaruh.
Ketentuan mengenai Manipulasi pasar diatur dalam Pasal 91, 92 dan
93 UUPM. Menurut UUPM Pasal 91 ,menyebutkan pengertian dari
manipulasi adalah sebagai tindakan yang dilakukan oleh setiap pihak
yang bersangkutan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
tujuan untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai
perdagangan, keadaan pasar, atau harga efek di bursa efek. Adanya
Otoritas pasar modal digunakan untuk mengantisipasi bagi siapa saja
yang mempunyai pihak kapasitas dan kapabilitas modal dan teknologi
atau sarana yang berkemungkinan dapat melakukan penciptaan atau
penggambaran sedemikian rupa sehingga pasar memahami dan
merespon gambaran tersebut sebagai suatu hal yang benar (UU No. 8
Tahun 1995).
Perkembangan pada setiap Pasar Modal , memiliki banyak trik
yang dilakukan dalam berbisnis. Trik berbisnis secara potensial yang
paling banyak terindikasi menjadi modos dalam penipuan dan manipulasi
pasar, diantaranya sebagai berikut :
1) Pigging, Fixing dan Stabilizing
Trik berbisnis ini dipahami sebagi tindakan yang terjadi pada
saat atau seegera setelah proses IPO dilakukan . Kemudian
pihak emiten secara semu bersama-sama menstabilkan harga
suatu sekuritas, yang mana pihak - pihak tertentu yang berkaitan
HUKUM PASAR MODAL 117
seperti emiten, dealer, underwriter harus memperkiraan dan
menyiapkan diri jikakalau mereka terlibat dalam perdagangan
saham yang terjadi segara setelah IPO.
2) Investment syndicate
Trik berbisnis seperti ini dilakukan oleh pihak sindicat under-
writer untuk memborong sebagian atau seluruh besar saham di
dalam pasar perdana atau bahkan melakukan sesuatu “bid” di
pasar sekunder, sehingga harga bursa efek di pasar menjadi
fixed.
3) Workout Market
Trik berbinis seperti ini di pahami sebagai perbuatan yang di
lakukan sedemikan rupa seolah-olah mnenjadi oversubscribed
terhadap sekuritas tertentu yang ada , dan hal ini sering di lakukan
oleh emiten atau underwriter.
4) Special Alloments
Jika pihak underwriter sengaja mengalokasikan suatu sekuritas
pada IPO kepada para partner, officer, pekerja atau sahabat
dekatnya sehingga kelihatan seolah-olah saham tersebut over-
subscribed, sehingga kemudian harga saham menjadi mahal.
5) Menciptakan Tranding Firms oleh underwriter
Sekuritas dialokasikan ke perusahan tertentu yang bukan
anggota selling group. Selanjutnya perusahan tersebut
menciptakan pasar untuk menawarkan kembali sekuritas yang
bersangkutan kepada publik dan setelah itu, akan diikuti oleh
kegiatan perdagangan dengan harga jauh di atas harga wajar.
6) Free Riding
Pembeli IPO yang berharap dapat menjualnya kembali dengan
harga tertentu yang mahal dan akan membatalkan
pembeliahannya begitu suasana menjelang alokasi saham
kelihatan kurang menguntungkan.
7) Chanelling
IPO sekuritas tersebut dialokasikan kepada kelompok tertentu.
Biasanya hal tersebut dianggap bermasalah jika kelompok
tertentu merupakan kelompok inner.
8) Margin
Transaksi sekuritas tertentu dilakukan oleh pihak tertentu, di
mana ada pihak yang memberi kredit kepadanya untuk membeli

118 HUKUM PASAR MODAL


saham tersebut. Sementara saham yang bersangkutan menjadi
jaminan yang bersangkutan.
9) Put atau Call option
Hak untuk membeli sebuah asset pada harga kesepakatan
(strike price) dan dalam jangka waktu tertentu yang disepakati,
baik pada akhir masa jatuh tempo ataupun di antara tenggang
waktu masa sebelum jatuh tempo.
10) Shortsale
Cara yang digunakan dalam penjualan saham dimana investor
atau trader meminjam dana (on margin) untuk menjual saham
(yang belum dimiliki) dengan harga tinggi dengan harapan akan
membeli kembali dan mengembalikan pinjaman saham ke
pialangnya pada saat saham turun.
11) Sale against the ox
12) Exchang-based transaction
13) Wash sale
14) Aboriet sale
15) Pre-arranged trade
16) Churning
17) Front trading
18) Cross trading
19) Pump-pump manipulation
20) Cornering
21) Pemberian kompensasi oleh pialang terhadap pialang investor
yang menderita kerugian (Yulfasni, 2005):119-120).
Namun di dalam penjelasan pasal 94 UUPM, memberikan batasan
bahwa suatu tindakan yang dilarang pada pasal 91 dan 92 UUPM
tersebut menjadi tindakan yang tidak terlarang yang berupa :
a. Tindakan stabilisasi terhadap harga efek dalam rangka adanya
Penawaran Umum yang selama dan sepanjang hal tersebut
dicantumkan dalam Prospektus; dan
b. Tindakan penjualan dan pembelian atas efek oleh Perusahaan
Efek selaku pembentuk pasar pada rekeningnya.

3. Perdagangan Orang Dalam (Insider Trading)


Insider trading adalah perdagangan efek yang dilakukan oleh
mereka yang tergolong orang dalam perusahaan (dalam arti luas).
HUKUM PASAR MODAL 119
Perdagangan didasarkan atau dimotivasi karena adanya informasi orang
dalam (inside information) yang penting dan belum di buka untuk
umum. Pihak pedagang insider mengharapkan akan mendapatkan
keuntungan ekonomi secara pribadi, langsung atau tidak langsung atau
merupakan keuntungan jalan pintas (Yulfasni, 2005).
Menurut Bismar Nasution, insider trading bertentangan dengan
prinsip keterbukaan, karena yang bersangkutan membeli atau menjual
saham berdasarkan informasi dari “orang dalam” yang tidak publik
sifatnya. Tindakan tersebut merugikan pihak lain yang tidak menerima
informasi yang sama pada waktu yang sama, sehingga ia tidak dapat
mengambil keputusan untuk membeli atau menjual saham yang
dipegangnya (Bismar, 2001).
Secara yuridis terdapat beberapa elemen pranata hukum insider
trading, yaitu : (Yulfasni, 2005)
a. Adanya perdagangan efek
Perdagangan efek dapat dikategorikan sebagai praktik insider
trading apabila memenuhi minimal tiga unsur, yaitu:
1) Adanya orang dalam
2) Informasi material yang belum tersedia bagi masyarakat atau
belum disclosure,dan
3) Melakukan transaksi karena informasi material.
b. Dilakukan oleh orang dalam perusahaan
Orang dalam disini diartikan sebagai orang dalam menurut Pasal
95 Undang-Undang Pasar Modal.
c. Adanya inside information
Inside information merupakan istilah yang digunakan sebagai
teknik yang hanya dikenal dalam pasar modal. Istilah ini
mengacu pada praktik jika orang dalam (coorporate insider)
melakukan kegiatan transaksi sekuritas melalui informasi eksklusif
yang mereka miliki dan belum tersedia bagi seluruh masyarakat
ataupun investor.
d. Inside information tersebut belum tersedia untuk umum.
Adanya keadaan yang belum menyediakan informasi
perusahaan secara transparan bilamana dimanfaatkan oleh or-
ang dalam demi mencapai keuntungan individu maupun
kelompok, maka hal tersebut merupakan pelanggaran di pasar
modal.
120 HUKUM PASAR MODAL
e. Perdagangan dimotivisir oleh adanya inside information
tersebut.
Keadaan dimana kegiatan perdagangan saham yang berlangsung
di pasar modal dilakukan karena dorongan adanya inside in-
formation bukan karena suatu keinginan atau keputusan dari
investor semata . Hal ini jelas perdagangan orang dalam, karena
melakukan transaksi efek karena adanya informasi dari orang
dalam.
f. Bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang tidak layak.
Suatu kejahatan dilakukan karena memiliki tujuan yang
menguntungkan bagi yang melakukannya , namun pmerugikan
orang lain dalam waktu yang relative singkat. Dengan demikian
hal tersebut jelas dilarang untuk dilakukan dalam proses
perdagangan saham .
UUPM melarang adanya praktek perdagangan orang dalam (pasal
95 – 99 UUPM). Unsur-unsur kejahatan pasar modal berupa
perdagangan orang dalam menurut UUPM:
1) Adanya terindikasi orang dalam maupun setiap pihak yang
mungkin akan atau sudah berusaha untuk memperoleh informasi
orang dalam dari orang dalam lagi secara hal ini melawan hukum;
Berdasarkan penjelasan pasal 95 UUPM, maka yang dimaksud
dengan orang dalam adalah:
I. komisaris, direktur, atau pegawai Emiten atau Perusahaan
Publik;
II. pemegang saham utama Emiten atau Perusahaan Publik;
III. orang perseorangan yang karena kedudukan atau profesinya
atau karenahubungan usahanya dengan Emiten atau
Perusahaan Publik memungkinkan orang tersebut
memperoleh informasi orang dalam; atau
Berdasarkan kategori orang dalam ini, terdapat beberapa istilah
yang berhubungannya , istilah tersebut yaitu :
a) “kedudukan” dalam penjelasan angka iii , kedudukan yang
dimaksud adalah jabatan pada lembaga, institusi, atau badan
pemerintah.
b) “hubungan usaha” dalam penjelasan angka iii ini , kedudukan
yang dimaksud merupakan hubungan kerja atau kemitraan
dalam kegiatan usaha, seperti hubungan nasabah, pemasok,

HUKUM PASAR MODAL 121


kontraktor, pelanggan dan kreditur.
iv. Dalam kurun waktu 6 (enam) bulan terakhir bagi para
pihak yang tidak lagi menjadi Pihak sebagaimana dimaksud
dalam angka i, ii, iii di atas.
2) Mempunyai informasi yang diperoleh melalui orang dalam yang
belum tersedia untuk umum. “informasi orang dalam” ini dalam
penjelasan angka iii dimaksud sebagai sebuah Informasi Ma-
terial yang dimiliki oleh orang dalam yang belum tersedia untuk
umum.
3) Dilarang mempengaruhi Pihak lain untuk melakukan pembelian
atau penjualan atas Efek atau memberi informasi orang dalam
kepada Pihak mana pun yang patut diduganya dapat meng-
gunakan informasi dimaksud untuk melakukan pembelian atau
penjualan atas Efek.
Berdasarkan pasal 97 dan 98 UUPM, terdapat beberapa hal
yang tidak tergolong ke dalam perdagangan orang , anatara lain sebagai
berikut :
1) Jika setiap pihak yang ingin berusaha dalam memperoleh
informasi orang dalam dan kemudian orang tersebut
memperolehnya tanpa adanya melawan hukum, sepanjang dan
selama informasi tersebut disediakan oleh pihak Emiten atau
Perusahaan Publik tanpa pembatasan.
2) Orang dalam yang mempunyai informasi dan berada pada
perusahaan Efek mengenai emiten ataupun perusahaan public
dalam melakukan transaksi Efek Emiten atau Perusahaan Publik
bukan atas tanggungannya sendiri, tetapi atas perintah yang
diberikan oleh nasabahnya.
3) Perusahaan Efek tersebut tidak memberikan informasi untuk
merekomendasikan kepada nasabahnya mengenai Efek yang
bersangkutan.

4. Informasi yang menyesatkan (misleading information)


Landasan hukum Missleading information tercantum didalam
UUPM terdapat pada pasal 93 UUPM yang menyatakan bahwa
Missleading information merupakan suatu informasi atau pernyataan
yang menyesatkan karena adanya misrepresentation atau pernyataan
penghilangan (omission) fakta materil, baik berupa dokumen-dokumen

122 HUKUM PASAR MODAL


penawaran umum maupun dalam perdagangan saham. Pernyataan
seperti ini, menciptakan gambaran yang salah dari kualitas emiten,
manajemen, dan potensi ekonomi emiten (UU No. 8 Tahun 1995).
Terdapat enam elemen informasi yang menyesatkan yaitu :
a) Adanya pernyataan fakta material yang salah (palsu) atau
pernyataan fakta material itu tidak lengkap
b) Adanya kewajiban untuk menyampaikan informasi kepada
publik, apabila gugatan itu didasarkan pada fakta material yang
salah atau kurang lengkap.
c) Adanya pengetahuan oleh pihak yang melakukan misrepresen-
tation atau omission dan dilakukannya dengan maksud
melakukan penipuan (scienter).
d) Merupakan fakta material
e) Adanya keyakinan (reliance)
f) Adanya kerugian (injury) (Bismar, 2001).
Berdasarkan pada pasal 94 UUPM dan penjelasannya
menerangkan bahwa terdapat beberapa tindakan yang memenuhi unsur
misleading information namun hal tersebut tidak termasuk ke dalam
kategori kejahatan pasar modal, yaitu (UU No. 8 Tahun 1995):
1) Adanya tindakan Stabilisasi harga efek dalam rangka
melakukan penawaran umum sepanjang hal demikian dituangkan
dalam prospektus.
2) Kegiatan Penjualan dan pembelian efek oleh perusahaan efek
sebagaimana ia merupakan pembentuk pasar untuk rekeningnya
sendiri.
Terdapat beberapa Pihak yang harus bertanggung jawab atas
lahirnya informasi yang menyesatkan menurut pasal 80 dan 81 UUPM,
baik yang dilakukan secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama,
atas kerugian yang timbul akibat informasi yang menyesatkan tersebut
adalah :
a. Dalam rangka melakukan penawaran umum yang dituangkan
dalam sebuah pernyataan , terdapat informasi yang tidak benar
tentang fakta material , atau fakta yang tidak sebenarnya terjadi
atau tidak mencantumkan keadaan material yang sebenarnya.
Maka, apabila seperti itu seluruh pihak yang ikut serta dalam
menandatangani pernyataan pendaftaran tersebut, meliputi

HUKUM PASAR MODAL 123


direktur dan komisaris emiten, penjamin pelaksana emisi efek,
profesi penunjang pasar modal atau pihak lain yang memberikan
pendapat atau keterangan dan atas persetujuannya dimuat dalam
pernyataan pendaftaran.
b. Apabila setiap Pihak yang akan menawarkan atau ingin menjual
efek dengan menggunakan prospektus atau dengan cara lain
sejenisnya , baik secara tertulis maupun secara lisan, maka yang
memuat informasi yang tidak benar tentang fakta material
tersebut atau tidak ada dimuatnya tentang Fakta Material dan
Pihak tersebut mengetahui atau seharusnya pun sudah
mengetahui mengenai hal tersebut.

5. Transaksi semu
Transaksi semu dikategorikan sebagai salah satu dari bentuk
manipulasi pasar. Praktik transaksi semu diatur tersendiri di dalam
UUPM, yaitu pada pasal 91 yang menyatakan bahwa : “Setiap Pihak
dilarang melakukan tindakan, baik langsung maupun tidak langsung,
dengan tujuan untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan
mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga Efek di
Bursa Efek.”
Gambaran semu dan menyesatkan dalam transaksi dapat dilaku-
kan secara langsung maupun tidak langsung dengan cara melakukan
transaksi efek tanpa mengakibatkan terjadinya perubahan kepemilikan
efek tersebut (wash sale) atau melakukan penawaran (jual beli) efek
pada harga tertentu, dimana pembeli atau penjual ini juga telah
bersekongkol dengan lawan (jual atau belinya) untuk melakukan
penawaran jual atau penawaran beli pada harga yang kurang lebih sama.
Transaksi tersebut pada kenyataannya adalah fiktif, tidak ada perubahan
kepemilikan saham antara penjual dan pembeli.
Undang-Undang Pasar Modal selain mengatur mengkategorikan
sejumlah tindakan lain di bidang pasar modal sebagai tindak kejahatan
yang diancam pidana yaitu : (UU No. 8 Tahun 1995).
a. Setiap pihak yang tidak memiliki izin, persetujuan atau tidak
terdaftar dalam melakukan kegiatan di bidang pasar modal.
b. Seorang manajer investasi dan para pihak terafiliasi yang ikut
menerima imbalan dari pihak lain dalam bentuk apa pun, secara

124 HUKUM PASAR MODAL


langsung maupun tidak untuk melakukan pembelian atau
penjualan efek.
c. Emiten atau perusahaan publik melakukan penawaran umum
namun tidak menyampaikan pernyataan pendaftaran atau
pernyataan pendaftarannya belum dinyatakan efektif oleh
BAPEPAM (Pasal 70).
d. Siapa saja yang melakukan penipuan, menyesatkan
BAPEPAM, menghilangkan, memusnahkan, menghapuskan,
mengubah, mengaburkan, menyembunyikan atau memalsukan
catatan dari pihak yang memperoleh izin, persetujuan dan
pendaftaran dari BAPEPAM (Pasal 107).
e. Pihak yang secara langsung atau tidak langsung dapat
mempengaruhi pihak lain sehingga mereka melakukan
pelanggaran pasal-pasal UUPM diancam pidana seperti
ditentukan dalam Pasal 103, 104, 105, 106, 107.

B. Bentuk-bentuk Pelanggaran di Pasar Modal


Pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di pasar
modal, pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan sering
sekali dilakukan oleh para pihak yang ikut dalam melakukan kegiatan
pada pasar modal yang sifatnya teknis dan administratif. Bila di-
kelompokan suatu pelanggaran yang sering terjadi di dalam pasar modal
memiliki pola-pola yang sering terjadi, yaitu :
1. Pelanggaran dengan pola yang dilakukan secara individual.
2. Pelanggaran dengan pola yang dilakukan secara berkelompok
3. Pelanggaran dengan pola yang dilakukan secara langsung atau
berdasarkan perintah maupun pengaruh pihak lain (Nefi, et. al,
2008).
Pihak-pihak yang dianggap sangat memberikan potensi dalam
melakukan pelanggaran dalam pasar modal adalah emitan atau
perusahaan public dab pihak-pihak yang memiliki kedudukan atau
jabatan startegis pada sebuah perusahaan meliputi para direksi,
komisaris, dan pemegang saham utama. Sedangkan terdapat Pihak
lain yang juga berpotensi melakukan pelanggaran yaitu para
profesionalisme di bidang pasar modal. Para profesionalisme yang
dimaksud , meliputi para penasihat investasi, manajer investasi, akuntan,

HUKUM PASAR MODAL 125


konsultan hukum dan penilai. Pelanggaran yang terjadi di dalam pasar
modal dapat menimbulkan efek berantai atau meluas. Kerugian terjadi
bukan hanya dialami investor atau pialang saja yang terlibat langsung
dalam suatu transaksi, tetapi kkerugian tersebut dapat meluas dan
berlanjut ke perusahaan yang efeknya diperdagangkan (Anoraga, et.al,
2008).
Pelanggaran di pasar modal tercantum didalam Pasal 110 UUPM
yang menyatakan bahwa orang perseorangan yang melakukan kegiatan
sebagai para wakil penjamin emisi efek, wakil perantara pedagang efek,
wakil manajemen investasi yang tidak mengantongi izin dari Bapepam.
Manajer investasi atau pihak terafiliasi yang menerima imbalan dalam
bentuk apapun dalam kegiatan itu , baik langsung maupun tidak langsung
yang dapat mempengaruhinya dalam membeli atau menjual efek untuk
reksadana (UU No. 8 Tahun 1995).
Tindakan kejahatan dan pelanggaran di bidang pasar modal
memang sepertinya terlihat hampir sama. Kejahatan di pasar modal
berarti tindakan-tindakan penyelewengan yang terjadi di dalam
sedangkan pelanggaran merupakan hal-hal teknis yang terjadi tidak
dengan semestinya dalam pasar modal. Bentuk-bentuk kejahatan atau
boleh dikategorikan tindak pidana di bidang pasar modal adalah seperti
penipuan, dan manipulasi pasar yang terdiri lagi atas marking the close;
painting the tape; pembentukan harga berkaitan dengan merger,
konsolidasi atau akusisi; cornering the market; pools; wash sales dan
perdagangan orang dalam di samping itu ada juga beberapa tindakan
pidana pasar modal yang lain.
Sedangkan pelanggaran di pasar modal merupakan pelanggaran
yang sifatnya teknis dan administratif seperti masalah perizinan,
persetujuan dan pendaftaran di BAPEPAM. 2. BAPEPAM merupakan
pengawas dan penegak hukum dalam bidang pasar modal dengan
memiliki beberapa tugas dan fungsi tentunya. Dengan terbentuknya OJK
(Otoritas Jasa Keuangan) kita melangkah ke optimalisasi pengawasan
keuangan di Indonesia. Terhadap kejahatan dan pelanggaran di bidang
pasar modal, ada beberapa sanksi yang dapat dikenakan yaitu sanksi
administratif, sanksi perdata yang menghubungkan UUPM dengan
UUPT (Undang-Undang Perseroan Terbatas) dan sanksi pidana berupa

126 HUKUM PASAR MODAL


kurungan penjara dan denda sesuai dengan tindakan yang dilakukan.
Dalam proses penyelesaian sengketa pasar modal di Indonesia, alternatif
penyelesaian sengketa di luar pengadilan merupakan jalan yang
cenderung disukai untuk digunakan karena memiliki beberapa
keuntungan seperti penyelesaian yang tidak berbelit-belit. Indonesia
memiliki badan penyelesaian sengketa pasar modal di luar pengadilan
yaitu Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI).

C. Aspek Hukum Kejahatan dan Pelanggaran di Pasar Modal


Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
(UUPM) telah menggariskan jenisjenis tindak pidana di bidang pasar
modal seperti penipuan, manipulasi pasar, dan perdagangan orang dalam.
Selain menetapkan tindak pidana di bidan pasar modal, UUPM juga
menetapkan sanksi pidana bagi para pelaku tindak pidana tersebut yaitu
denda dan pidana penjara/kurungan yang ditetapkan secara bervariasi
antara kurungan selama 1 tahun dan denda sebesar Rp. 1.000.000.
000,- (satu miliar rupiah) sampai dengan penjara 10 tahun dan denda
Rp. 15.000.000.000,- (lima belas miliar rupiah).
Tindak pidana di bidang pasar modal mempunyai karakteristik
yang khas, yaitu antara lain adalah “barang” yang menjadi objek dari
tindak pidana adalah informasi, selain itu pelaku tindak pidana tersebut
bukanlah mengandalkan kemampuan fisik seperti halnya pencurian atau
perampokan mobil, akan tetapi lebih mengandalkan pada kemampuan
untuk membaca situasi pasar serta memanfaatkannya untuk kepentingan
pribadi. Selain kedua karakteristik tersebut, masih terdapat karakteristik
lain yang membedakan dari tindak pidana lainnya, yaitu pembuktiannya
cenderung sulit dan dampak pelanggaran dapat berakibat fatal dan luas.
Untuk dapat memahami lebih jauh tentang tindak pidana di bidang
pasar modal, berikut ini akan diuraikan dua jenis tindak pidana yang
dikenal di dunia pasar modal. Pertama, penipuan. Menurut UUPM
Pasal 90 huruf c adalah membuat pernyataan tidak benar mengenai
fakta material atau tidak mengungkapkan fakta material agar pernyataan
yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada
saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau
menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau pihak lain atau dengan

HUKUM PASAR MODAL 127


tujuan memengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual efek.
Ancaman pidana dan denda yang begitu berat dapat dianggap wajar
mengingat kegiatan perdagangan efek melibatkan banyaknya pemodal
dan jumlah uang yang amat besar. Bila dibandingkan dengan KUHP
Pasal 378 ancaman hukumannya paling lama adalah 4 tahun penjara
bagi mereka yang terbukti melakukan penipuan. Sedangkan dalam
KUHP Pasal 390 ancaman hukumannya adalah paling lama 2 tahun 8
bulan penjara.
Kedua, manipulasi pasar. Selain penipuan, dalam UUPM dikenal
pula suatu bentuk tindak pidana lain, yaitu manipulasi pasar. Secara
sederhana manipulasi pasar adalah kegiatan untuk menciptakan
gambaran semu atau menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan,
keadaan pasar, atau harga efek di bursa efek atau memberi pernyataan
atau keterangan yang tidak benar atau menyesatkan sehingga harga
efek di bursa terpengaruh. Ketentuan tentang manipulasi pasar diatur
dalam Pasal 91, 92 dan 93 UUPM. Maksud dengan manipulasi pasar
menurut UUPM Pasal 91 adalah tindakan yang dilakukan oleh setiap
pihak secara langsung maupun tidak dengan maksud untuk menciptakan
gambaran semu atau menyesatkan mengenai perdagangan, keadaan
pasar, atau harga efek di bursa efek. Otoritas pasar modal meng-
antisipasi setiap yang mempunyai pihak kapasitas dan kapabilitas modal
dan teknologi atau sarana yang berkemungkinan bisa melakukan
penciptaan atau penggambaran sedemikian rupa sehingga pasar
memahami dan merespon gambaran tersebut sebagai suatu hal yang
benar.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan Lembaga badan
pengawasan pasar modal diindonesia . Mengenai wewenang pengaturan
, pengawasan , pengalihan tugas serta fungsi pada sektor pasar modal
seacara bersaan dengan lembaga jasa keuangan lainnya termasuk
sebagai badan yang di naungi oleh lembaga OJK . lembaga ini diatur
berdasarkan Undang Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas
Jasa Keungan . Secara normatif yuridis, terjadinya pengalihan fungsi,
tugas serta wewenang pengaturan dan pengawasan terhadap sektor
pasar modal dari BAPEPAM kepada OJK.
Secara umum tidak terdapat perbedaan yang substansial ter-
hadap pengawasan pasar modal baik di bawah pengawasan
128 HUKUM PASAR MODAL
BAPEPAM maupun di bawah pengawasan OJK. Namun terdapat
beberapa hal sebagai upaya untuk mengoptimalisasikan pengawasan.
Upaya tersebut dilakukan melalui pembentukan direktorat dalam
kelembagaan OJK yang mana sebelumnya belum ada atau belum
merupakan fungsi yang dapat berdiri sendiri di dalam kelembagaan
BAPEPAM melalui perluasan terhadap fungsi pengawasan yang
sebelumnya telah dilakukan (Defrando, 2016).
Di dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal,
ada 3 macam sanksi yang dapat diterapkan, yaitu :
1) Sanksi Administratif
Sanksi administratif merupakan sanksi yang diberikan kepada
siapa saja yang dianggap akan, sedang maupun telah melakukan
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang
pasar modal. Pihak yang dapat dikenai sanksi atas pelanggaran-
nya meliputi, pihak yang tidak memiliki izin, tidak memiliki
persetujuan, dan tidak melakukan pendaftaran .
2) Sanksi Perdata
Berdasarkan UUPT , sanksi perdata mengakibatkan harus
tunduknya emiten atau perusahaan public berdasarkan
ketentuan. UUPT dan UUPM. Memberikan peluang kepada
pemegang saham untuk melakukan gugatan secara perdata
kepada setiap pengelola atau komisaris perusahaan yang jika
tindakan atau keputusan mereka dapat menyebabkan kerugian
pada perusahaan.
3) Sanksi Pidana
UUPM pada pasal 103-110, menjelaskan bahwa adanya
ancaman bagi setiap pihak yang terbukti melakukan tindak
pidana di bidang pasar modal diancam hukuman pidana penjara
dalam kurun waktu yang bervariasi antara satu sampai sepuluh
tahun ( Irsan dan Indra, 2004).

D. Alternatif Penyelesaian Sengketa di Pasar Modal


Dalam penyelesaian sengketa pada bisnis di bidang pasar modal
dapat dilakukan melalui dua jalur yaitu melaui pengadilan (jalur litigasi)
dan melui jalur di luar pengadilan (jalur non litigasi) dengan memakai
alternatif penyelesaian sengketa atau alternative dispute resolution.

HUKUM PASAR MODAL 129


Penyelesaian sengketa seperti ini diatur dalam Undang Undang No. 30
Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
yang mana sudah mulai berlaku sejak 12 Agustus 1999.
Di Indonesia penyelesaian sengketa dalam bisnis di luar pengadilan
digunakan sebagai pilihan karena proses peradilannya dianggap tidak
efesien dan efektif. Hal itu dibuktikan melalui proses peradilan dalam
waktunya sangat lama, biayanya mahal, prosedurnya berbelit-belit, tidak
memiliki jaminan kerahasiaan, putusannya pun bersifat menang-kalah,
mengakibatkan rusaknya hubungan baik antara para pihak, hasil putusan
tersebut sulit dieksekusi, sehingga cenderung lebih memihak pada elite
penguasa dan pemodal besar, yang juga sejalan dengan masih suburnya
mafia peradilan, dan lain-lain. Apabila sengketa bisnis diselesaikan lewat
alternatif penyelesaian sengketa (APS) dengan model Arbitrase, para
pihak yang bersangkutan dapat memilih sendiri hukum dan arbiternya
yang akan memeriksakan perkara tersebut. Memilih APS dapat
dilakukan dengan cara negosiasi, mediasi dan konsolidasi, para pihak
dapat menentukan sendiri tata cara penyelesaian sengketa berdasarkan
kesepakatan kedua belah pihak (Serfianto, 2010).

130 HUKUM PASAR MODAL


BAB IX

LEGAL OPINION

HUKUM PASAR MODAL 131


132 HUKUM PASAR MODAL
BAB IX
LEGAL OPINION

A. Pendapat Hukum terhadap Investasi di Pasar Modal


Pasar modal di Indonesia saat ini, memiliki beberapa peraturan
yang mengatur tentangnya antara lain sebagai berikut :
1. Undang Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
2. Peraturan Pemerintah No. 45 dan 46 Tahun 1995 tentang
Pelaksanaan Kegiatan di Pasar Modal dan Tata Cara
Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal
3. Keputusan Menteri Keuangan
4. Keputusan Ketua BAPEPAM
5. Peraturan Bursa Efek
Perkembangan pasar modal di Indonesia sebagai salah satu
alternative investasi bagi para investor menampakkan hasil yang semakin
meningkat . Rusdin (2010) menjelaskan pengertian pasar modal sebagai
berikut: “Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang terkait
dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek.” Sedangkan penegrtian pasar modal menurut
Tandelilin adalah sebagai berikut: “pasar modal dapat diartikan sebagai
pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur
lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi.”

HUKUM PASAR MODAL 133


Ada beberaapa Manfaat pasar modal, diantaranya:
a. Pasar modal merupakan wahana pengalokasian dana secara
efisien
b. Pasar modal sebaagai alternative investasi
c. Memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang
sehat dan prospek baik
d. Pelaksanaan managemen perusahaan secara professional dan
transparan
e. Peningkatan aktivitas ekonomi nasional (Husnan, 2004)
Dalam perspektif hukum, yang ditinjau dari Undang Undang No.
8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, UU ini buat atas dasar pertimba-
ngan- pertimbangan sebagai berikut:
1. Adanya tujuan pembangunan nasional dengan menciptakan
masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD
1945.
2. Dalam pembangunan Nasional, Pasar modal memiliki peranan
strategis sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha
dan wahana investasi bagi masyarakat.
3. Harus adanya Landasan hukum yang kukuh agar pasar modal
dapat berkembang dan untuk lebih menjamin kepastian hukum
bagi pemodal dari praktek- praktek yang merugikan.
4. Untuk lebih lanjut mengembangkan hasil-hasil yang telah dicapai
dalam pembangunan nasional dalam rangka mengantisipasi era
globalisasi, UU No. 15 tahun 1952 tentang penciptaan Undang-
Undang Darurat tentang Bursa (Lembaran Negara Tahun 1951
No. 79) sebagai Undang-undang (Lembaran Negara Tahun
1952 No. 67) dianggap sudah tidak sesuai dengan keadaan.
5. Berdasarkan beberapa pertimbangan tersebut maka dianggap
perlu untuk membentuk suatu Undang- undang tentang pasar
modal (CST. Kansil, 1996).
Undang Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
ditetapkan berlandaskan pada dasar hukum sebagai berikut: (Ibid :
42)
a. Pasal 5 ayat 1 UUD 1945
b. Pasal 20 ayat 1 UUD 1945
c. Pasal 33 UUD 1945
d. Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas

134 HUKUM PASAR MODAL


atau (Lembaran Negara Tahun 1995 No. 13, Tambahan
Lembaran Negara No. 3587)
Sebelum melakukan kegiatan penawaran umum, bagi sebagian
perusahaan keluarga (family company) yang mana saham dan
manajemen perusahaannya dikuasai secara penuh oleh anggota keluarga.
Setelah melakukan kegiatan penawaran umum, manajemen perusahaan
tersebut harus berubah dari tertutup menjadi terbuka, namun masih
saja terdapat perusahan yang belum merubah pola perusahaannya
sedekian rupa. Hal ini akan mempengaruhi investor publik atau
pemegang saham minoritas dalam hubungannya dengan:
1) Komposisi kepemilikan saham yang telah go public secara
umum besarannya masih belum seimbang antara founder dengan
pemegang saham publik, yaitu 70% saham dikuasai oleh para
founder dan 30 % saham di pegang oleh pemegang saham
publik .
2) Dengan adanya Akses terhadap informasi dan financial re-
sources, tetap saja Posisi antara Dewan Komisiaris dan Direksi
perusahaan yang telah go public masih didominasi oleh founder
yang secara otomatis mempunyai akses informasi dan keuangan
yang lebih luas dibandingkan dengan pemegang saham publik.
3) Dengan adanya perlindungan yang diberikan oleh Perundang-
undangan, para investor harus bersikap mandiri, artinya para
investor harus menanggung sendiri untung dan rugi yang
diakibatkan atas investasi yang telah dilakukannya. Perlindungan
ini disebut juga perlindungan minimum (Koesnadi, 1987).
Perlindungan pada tahap awal bagi investor publik atau pemegang
saham minoritas terdapat pada semua peraturan yang mengatur tentang
syarat materiil dan formil, prosedur dan pelaksanaan emisi saham.
Perlindungan pada tahap selanjutnya , dikeluarkan oleh Bapepam
sebagai instansi yang berwenang melakukan pengawasan di lingkungan
pasar modal.
Dalam hal ini , sangat dijunjung tinggi prinsip keterbukaan , yang
mana prinsip keterbukaan di artikan sebagai pengungkapan data
perusahaan secara lengkap dan menyeluruh baik itu menyangkut data
keuangan, pengurus dan sebagainya dengan tujuan agar diketahui secara
luas oleh masyarakat umum. Tindakan ini harus dilakukan sebagai upaya

HUKUM PASAR MODAL 135


untuk memberikan informasi kepada masyarakat agar dapat menilai
sekuritas yang diterbitkan dan dijual oleh perusahaan yang bersangkutan.
(Normin S. Pakpahan (ed) : 37)
Di dalam prinsip keterbukaan (full Disclosure), terdapat beberapa
kharakteristik yuridis didalamnya ,seperti :
1. Prinsip ketinggian derajat akurat dalam informasi
2. Prinsip ketinggian derajat dalam kelengkapan informasi
3. Prinsip equilibrium antara efek negative dan positifnya timbul
apabila informasi tersebut dibuka karena publik (Fuady, 2010)
Dalam melaksanakan prinsip keterbukaan, selain emiten dan
investor , pemerintah juga mempunyai peranan didalamnya yaitu dalam
hal :
a) Untuk menjamin bahwa para investor akan memperoleh
informasi yang full disclosure bila terdapat penawaran umum
maka pemerintah akan mewajibkan emiten untuk men-disclose
segala sesuatu yang berhubungan dengan emiten dan emisi
sehingga masyarakat akan mendapat informasi yang utuh
mengenai emisi dan emiten yang bersangkutan.
b) Ada nya penjaminan dan meng-enforce prinsip keterbukaan
pada Setiap keputusan dalam melakukan investasi yang
mengandung resiko, semakin besar keuntungan yang dapat
diambil maka semakin besar pula resiko yang harus diambil
didalamnya .
Dasar hukum prinsip keterbukaan:
1) Pasal 85 UU No.8/1995
Pada pasar bursa efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan,
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana,
Perusahaan Efek, Penasihat Investasi, Biro Administrasi Efek,
Bank Kustodian, Wali Amanat, dan Pihak lainnya yang telah
memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran dari Bapepam
wajib menyampaikan laporan kepada Bapepam.
2) Pasal 86 UU No.8/1995
a. Emiten yang memiliki Pernyataan Pendaftaran secara efektif
atau merupakan Perusahaan Publik, maka wajib melakukan
hal-hal seperti :
1. menyampaikan laporan secara berkala kepada Bapepam
danmengumumkan laporan tersebut kepada masyarakat;

136 HUKUM PASAR MODAL


2. menyampaikan laporan kepada Bapepam dan
mengumumkan kepada masyarakat tentang peristiwa ma-
terial yang dapat mempengaruhi harga Efek selambat-
lambatnya pada akhir hari kerja ke-2 (kedua) setelah
terjadinya peristiwa tersebut.
b. Emiten maupun Perusahaan Publik yang Pernyataan
Pendaftarannya telah memiliki atau menjadi efektif dapat
dikecualikandari kewajiban untuk memberikan informasi
maupun laporan sebagai mana dimaksud dalam ayat (1)
berdasarkan ketentuan Bapepam.
3) Pasal 87 UU No.8/1995
a. Mengenai Direktur atau komisaris Emiten atau Perusahaan
Publik , mereka wajib melaporkan kepada Bapepam jika
terjadi perubahan kepemilikan atas saham perusahaan
tersebut.
b. Bagi para Pihak yang memiliki sekurang-kurangnya 5% (lima
perseratus) saham Emiten atau Perusahaan Publik wajib
melakukan pelaporan kepada Bapepam atas perubahan
kepemilikian dan kepemilikannya atas saham perusahaan
yang bersangkutan.
c. Mengenai laporan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat
(1) dan ayat (2) wajib disampaikan atau diumumkan
selambat- lambatnya 10 (sepuluh) hari sejak terjadinya
kepemilikan atau perubahan kepemilikan atas saham Emiten
atau Perusahaan Publik tersebut.

B. Pendapat Hukum terhadap Peranan dalam Menjalankan


Fungsi Pengawasan di Bidang Pasar Modal
Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 memformulasi-
kan kedudukan dan fungsi Bapepam-LK secara multi formasi, yaitu
secara :
1. Pengaturan Umum
Secara umum, didalam Undang-undang Pasar Modal mengatur
tentang kewenangan dan tugas Bapepam-LK sebagai :
a. Lembaga pembinaan;
b. Lembaga pengaturan; dan,

HUKUM PASAR MODAL 137


c. Lembaga pengawasan.
Ketiga wewenang Bapepam tersebut haruslah diselenggarakan
dengan tujuan sebagai berikut : dilaksanakan oleh Bapepam dengan
tujuan terciptanya suatu pasar modal
1) Tercipta nya suatu pasar modal yang teratur;
2) Terciptanya suatu pasar modal yang Wajar;
3) Terciptanya pasar modal yang Efisien; dan ,
4) Terciptnya pasar modal yang dapat melindungikepentingan
pemodal dan masyarakat.
Pelaksanaan kewenangan Bapepam-LK sebagai suatu lembaga
pengawasan dapat menjalankan perannya yang dilakukan secara :
a) Preventif, ialah melalui bentuk aturan, pedoman, bimbingan dan
pengarahan, dan
b) Represif, ialah melaui bentuk pemeriksaan, penyidikan dan
penerapan sanksi-sanksi.

2. Pengaturan Terperinci
Pengaturan yang dimaksud adalah tentang kewenangan Bapepam-
LK yang diatur secara terperinci dan dapat ditemukan dalam Pasal 5
Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, antara lain sebagai
berikut :
a. Memberikan izin usaha kepada para pelaku pasar modal, dalam
hal ini kepada :
1) Pada Bursa efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana, Perusahaan
Efek,Penasihat Investasi, dan Biro Administrasi Efek.
2) Izin terhadap orang perseorangan bagi Wakil Penjamin Emisi
Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek, dan Wakil Manajer
Investasi.
3) Izin Persetujuan bagi Bank Kustodian.
b. Kewenangan dalam mewajibkan pendaftaran profesi penunjang
pasar modal (notaris, konsultan hukum, akuntan, penilai) dan
Wali Amanat.
c. Berwenang dalam menetapkan persyaratan dan tata cara
pencalonan serta berwenang memberhentikan untuk sementara
komisaris dan/atau direksi serta menunjuk manajemen sementara
Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga
138 HUKUM PASAR MODAL
Penyimpanan dan Penyelesaian sampai dengan terpilihnya
komisaris dan/atau direktur yang baru.
d. Berwenang dalam menentukan persyaratan dan prosedur
mengenai pernyataan pendaftaran serta menyatakan, menunda
atau membatalkan efektifitas aturan pendaftaran tersebut .
e. Berwenang untuk melakukan pemeriksaan dan penyidikan
terhadap setiap pihak yang terkait dengan pristiwa yang diduga
merupakan pelanggaran terhadap UUPM atau peraturan
perundang-undangan pelaksana lainnya.
f. Berwenang untuk memerintahkan setiap pihak yang bersang-
kutan wajib untuk :
1) Melakukan penghentian atau memperbaiki iklan atau
promosi yang berhubungan dengan kegiatan di pasar modal;
atau
2) Untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan sebagai
cara dalam mengatasi akibat yang dapat timbul dari iklan
atau promosi tersebut.
g. Memiliki wewenang untuk melakukan pemeriksaan terhadap:
1) Pemeriksaan dilakukan untuk setiap emiten atau perusahaan
publik yang telah atau diwajibkan menyampaikan per-
nyataan pendaftaran kepada Bapepam.
2) Pemeriksaan dilakukan terhadap Pihak yang dipersyaratkan
memiliki izin usaha, izin orang perseorangan, persetujuan,
atau pendaftaran profesi berdasarkan undang- undang ini.
h. Berwenang dalam menunjuk pihak lain untuk melakukan
pemeriksaan tertentu dalam rangka pelaksanaan wewenang
Bapepam sebagaimana dimaksud dalam point (g) tersebut di
atas.
i. Memiliki kewenangan dalam mengumumkan hasil pemeriksaan
guna kepentingan pemodal , membatalkan dan membekukan
pencatatan suatu efek pada Bursa Efek atau dapat menghentikan
transaksi Bursa atas Efek tertentu untuk jangka waktu tertentu.
j. Memiliki kewenangan untuk menghentikan kegiatan perda-
gangan Bursa Efek untuk jangka waktu tertentu dalam hal
keadaan darurat.
k. Berwenang dalam memeriksa keberatan yang diajukan oleh
pihak yang memperoleh sanksi oleh Bursa Efek, Lembaga kliring

HUKUM PASAR MODAL 139


dan Penjaminan, atau Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
serta memberikan keputusan
l. Berwenang dalam membatalkan atau menguatkan pengenaan
sanksi yang dimaksud.
m. Berwenang dalam penetapan biaya perizinan, persetujuan,
pendaftaran, pemeriksaan dan penelitian serta penetapan biaya
lain dalam rangka kegiatan yang terkait dengan pasar modal.
n. Berwenang dalam melakukan tindakan yang diperlukan untuk
dapat mencegah kerugian pada masyarakat sebagai akibat
pelanggaran atas ketentuan di bidang pasar modal.
p. Berwenang dalam Memberikan penjelasan lebih lanjut yang
bersifat teknis atas perundang-undangan pasar modal.
q. Berwenang untuk menetapkan instrumen lain sebagai suatu efek
selain dari Surat Pengakuan Utang, Surat Berharga Komersil,
Saham, Obligasi, Tanda Bukti Utang, Unit Penyertaan Kontrak
Investasi Kolektif, Kontrak berjangka atas Efek, dan setiap
Derivatif dari efek.
r. serta berwenang dalam melakukan hal-hal lain yang diberikan
berdasarkan UUPM.

3. Pengaturan Sporadis
Pengaturan ini pada prinsipnya merupakan penegasan pengeja-
wantahan lebih lanjut dari kewenangan pengaturan secara umum dan
terperinci tersebut diatas. Dijelaskan dalam Pasal 3 Kepmenkeu RI
No. 503/KMK 0.1/1997 tentang Organisasi dan Tata kerja Badan
Pengawas Pasar Modal, fungsi Bapepam adalah:
a. Penyusunan peraturan di bidang pasar modal;
b. Pembinaan dan pengawasan terhadap Pihak yang memperoleh
izin usaha, persetujuan,
c. pendaftaran dari bapepam dan Pihak lain yang bergerak di Pasar
Modal;
d. pentapan prinsip-prinsip keterbukaan perusahaan bagi Emiten
dan Perusahaan Publik;
e. Memiliki fungsi dalam Penyelesaian keberatan yang diajukan
oleh Pihak yang dikenakan sanksi oleh Bursa Efek, Lembaga
Kliring dan Penjaminan, dan Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian.

140 HUKUM PASAR MODAL


f. Memiliki fungsi dalam menetapkan ketentuan akuntansi di
bidang Pasar Modal
g. Memiliki fungsi sebagai pengamanan teknis pelaksanaan tugas
pokok Bapepam sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan dan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 menetapkan
bahwa sanksi hukum yang dikenakan terhadap pelanggar peraturan
prinsip keterbukaan, berupa sanksi administratif, pidana dan perdata.
Pada Pasal 102 menentukan kewenangan Bapepam untuk memberikan
sanksi administratif atas pelanggaran Undang-undang Pasar Modal No.
8 Tahun 1995. Sedangkan pada Pasal 104 dan Pasal 107 UUPM
menentukan mengenai pemberian sanksi pidana bagi pihak yang
melakukan perbuatan yang menyesatkan dalam bentuk misrepresen-
tation dan omission, serta insider trading.
Pada Pasal 111 UUPM menyebutkan bahwa sanksi perdata
berupa pertanggungjawaban ganti kerugian. Secara umum sanksi hukum
yang diterapkan terhadap pelanggaran prinsip keterbukaan di pasar
modal Indonesia adalah berupa sanksi administratif. Sebagai contoh
dapat dilihat dari sanksi administratif yaitu denda yang diterapkan
Bapepam terhadap pelaku insider trading dalam kasus Bank Mashill
Utama.
Jika penerapan sanki pidana diterapkan terhadap pelaku yang
menyesatkan dalam pasar modal maka hal tersebut harus di iringi dengan
pembuktian bahwa benar pelaku tersebut melakukan perbuatan yang
menyesatkan didalam pasar modal . Oleh karena itu , menurut Pasal
382 bis KUHP yang mengatur tentang perbuatan menipu dalam hal
menyesatkan seseorang atau orang banyak, yang mana salah satu
unsurnya adalah dengan pembuktian bahwa pelaku memang benar
telah melakukan penipuan.
Di indonesia Penerapan sanksi hukum perdata berkembang
dengan baik . Penerapan sanksi hukum perdata tersebut memiliki alasan
yang berkaitan dengan pendapat yang disampaikan oleh Barry A.K
Rider yang menekankan, bahwa penerapan hukum perdata (civil
enforcement) memiliki potensi yang lebih besar untuk diperlakukan
secara Internasional. Oleh karena itu, hal tersebut telah diterima dan
HUKUM PASAR MODAL 141
pada dasarnya merupakan suatu prinsip dasar hukum internasional, yang
berarti bahwa suatu negara tidak akan memberlakukan hukum pidana
pada negara lain.

142 HUKUM PASAR MODAL


DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Jusuf. 2007. Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan


Investasi, Bandung: Alumni Bandung.

Anoraga, Panji dan Piji Pakarti., Pengantar Pasar Modal, Rineka Cipta,
Jakarta, 2001.

Balfas, Hamud M., Hukum Pasar Modal Indonesia Edisi Revisi, PT.
Tatanusa, Jakarta, 2012.

Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. Yogyakarta: Fakultas


Ekonomi UGM.

Fuady, Munir. 2001. Pasar Modal Modern: Tinjauan Hukum,


Bandung: Citra Aditya Bakti.

Darmadji, T dan Fahkruddin, 2008. Pasar Modal di Indonesia:


Pendekatan Tanya Jawab, Jakarta: Salemba Empat.

Harahap, Sofyan. 1999. Akuntansi Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

Harahap, Sofyan dan Andri Soemitra, 2014. Masa Depan Pasar


Modal Syariah di Indonesia, Jakarta: Kencana.

Hariyani, Iswi dan R. Serfianto. 2010. Buku Pintar Hukum Bisnis


Pasar Modal (Strategi Tepat Investasi Saham, Obligasi,
Waran, Right, Opsi, Reksadana & Produk Pasar Modal
Syariah), Jakarta: Visimedia.

Hasan, Ahmad. 2005. Mata Uang Islam, Jakarta: Raja Grafindo


Persada

Islahi, Abdul Azim. 1997. Konsep Ilmu Ekonomi Ibntaimiyah,


Surabaya: Bina Ilmu.

Kasmir. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta:


Rajagrafindo Persada.

HUKUM PASAR MODAL 143


Kertonegoro, Sentanoe, 1995. Analisa dan Manajemen Investasi,
Jakarta: Widya Press

Lubis, Syahrawati. 2000. Hukum Ekonomi Islam, Jakarta: Sinar


Grafika.

Muljana, Megawati dan Andy Porman Tambunan. 2003. Panduan


Ujian dan Latihan Soal Profesi (Broeker-Dealer, Underwriter,
Fund Manager), Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Nasution, Mustafa Edwin. 2013. Pengenalan Eksklusif Ekonomi


Islam, Jakarta: Kencana.

Nasrudin, Irsan, Indra Surya dan Ivan Yustiavandana. 2008. Aspek


Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Kencana.

Puwaningsih, Endang. 2010. Hukum Bisnis, Bogor: Ghalia Indonesia.

Rahadiyan, Inda. 2014. Hukum Pasar Modal di Indonesia


(Pengawasan Pasca Terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan),
Yogyakarta: UII Press.

Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung. 2008. Teori Ekonomi


Makro: Suatu Pengantar, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.

Rahardjo, H., 2010. Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Yustisia.

Rokhmatussa’dyah, A., & Suratman, 2018. Hukum Investasi dan


Pasar Modal. Jakarta: Sinar Grafika.

Rukmana, Amir Machmud . 2010. Bank Syariah: Teori, Kebijakan


dan Study Empiris di Indonesia, Jakarta: Erlangga.

Safitri, Indra. ,1998. Catatan Hukum Pasar Modal, Jakarta: Go


Global Book.

Subekti. 1987. Hukum Perjanjian, Jakarta: Internusa.

Sitompul, A., 1995. Pasar Modal Penawaran Umum dan


Permasalahannya. Bandung: Citra Aditya Bakti.

144 HUKUM PASAR MODAL


Siamat, D., 2005. Manajemen Lembaga Keuangan: Kebijakan
Moneter dan Perbankan, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.

Salim, HS dan Budi Sutrisno. 2008.Hukum Investasi di Indonesia, Jakarta:


Rajagrafindo Persada.

Suta, Putu Gede Ary. 2000. Menuju Pasar Modal Modern, Jakarta:
Yayasan Sad Satria Bakti.

Sutedi, Adrian. 2012. Good Corporate Governance, Jakarta: Sinar


Grafika.

Tavinayanti dan Yulia Qamariyanti. 2009. Hukum Pasar Modal di


Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika.

Triandaru, S dan Budisantoso, T. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan


Lainnya, Jakarta: Salemba Empat.

Umam, Khaerul. 2013. Pasar Modal Syariah & Praktik Pasar Modal
Syariah, Bandung: Pustaka Setia.

Usman, Marzuki, Singgih Riphat dan Syahrir Ika. 1997. ABC Pasar
Modal Indonesia, Jakarta: IBI.

Wijaya, A & Ananta, W. P., 2018. IPO, Rights Issue dan Penawaran
Umum Globalisasi. Jakarta: Sinar Grafika.

Winarto, Jaso, 1997. Pasar Modal Indonesia: Retrospeksi Lima


Tahun Swastanisasi BEJ, Jakarta: Sinar Harapan.

HUKUM PASAR MODAL 145


146 HUKUM PASAR MODAL
TENTANG PENULIS

DR. H. Zulfikri, SH., MH, Lahir 05-02-1968 di Panti Pasaman, telah


berkeluarga dengan istri Ny. Ismayuni, Murad (alm) dan Ny. Dewi Meitri
Kaddas, dan telah dikaruniai empat orang anak; Ahmad, Putri, Qonita
dan Aisyah.

Pendidikan;
1. S-1 FH - Universitas Andalas Padang, 1988 – 1993,
2. S-2 Magister Hukum dari Universitas Indonesia Jakarta, 1995
–1998,
3. S-3 Universitas Kebangsaan Malaysia 2001 – 2003 (tidak
selesai).
4. S-3 FH-Universitas Islam Bandung, 2013 – 2015

Pengalaman Kerja:
1. Staf Administrasi PELMAS ICMI Pusat 1993 – 1995,
2. Manager Legal Officer PT. Bambu Kuning Metropolitan (Real
estate) Jakarta 1995 –2000.
3. Dosen Luar Biasa FH-Universitas Nasional – Jakarta, 1998 –
1999.
4. Wakil Dekan FISIP – Universitas Islam “45” – Bekasi, 1999 –
2001.
5. Ketua Bidang Akademis Program Studi Ilmu Hukum – UNRI
2001 – 2004.,
6. Ketua Bid. Akademik pada saat Prof. Hj. Aswarni Adam,SH
me-nghantarkan terwujudnya Fakultas Hukum di lingkungan
Universitas Riau 2004.

Tulisan/ Karya Ilmiah;


1. Aktif juga menulis opini di Media Massa tulisannya antara lain;
2. Walikota Pekanbaru “Birokrat Vs Non Birokrat. Riau Pos, 27
Juni 2001.
3. Efektivitas Kunjungan Gubernur Riau dan Rombongan ke AS.
Riau Pos, 3 Oktober 2001.
4. Lembaga Kejaksaan, Tempat Jual Beli Perkara?. Riau Mandiri,
11 Oktober 2001.
5. Peran DPRD dan Gagalnya Otonomi.Riau Pos, Kamis, 3 Janari
2002.

HUKUM PASAR MODAL 147


6. Perlindungan Hukum Pemilik Tanah. Riau Pos, Senin 28 Januari
2002.
7. Peranan KPKPN Tangani Kekayaan Pejabat, Riau Mandiri
Rabu, 26 September 2001.
8. Citra Buruk Amerika sebagai Negara Hukum, Riau Mandiri,
Kamis, 25 Oktober 2001.
9. Perlukah Utusan Daerah Riau di MPR-RI diganti?, Riau Pos,
Kamis, 20 September 2001.
10. Dana Perimbangan: Akankah Riau Lepas dari Krisis?, Riau Pos,
Senin 3 September 2001.
11. Lembaga Kejaksaan: Penyebab Runtuhnya Wibawa Hukum?,
Riau Pos, Selasa 16 Oktober 2001.
12. Eksistensi Marga Tionghoa dalam Hak Sipil dan Politik. Riau
Mandiri, 19 Februari 2004.
13. Demi Hukum Kembalikan Hak Rakyat Atas Tanah (Sempena
Ulang Tahun UUPA No. 5 Tahun 1960). Riau Mandiri, Sabtu, 6
September 2003.
14. Menyelamatkan Pemilu dengan membangun Citra Partai. Riau
Mandiri, Februari 2004.
15. “Memahami UU Pemilu Presiden dan Wakil Presiden”. Riau
Mandiri, Selasa 4 Mei 2004
16. “Analisi Yuridis Korupsi “Berjamaah” anggota DPRD”. Riau
Mandiri, Rabu 25 Agustus 2004.
17. “Pengentasan K-2 di Riau Melalui Pola “Tiga Kaki”. Riau
Mandiri, Selasa 14 September 2004.
18. “PP 25/2004; Antara Demokrasi dan Kekuasaan”. Riau Mandiri,
4 Oktober 2004.
19. “Mengharapkan Nurani Anggota DPRD Kota Pekanbaru dalam
penyusunan APBD.” Riau Mandiri, Senin 3 Januari 2005.
20. Buku Sistim Hukum Indonesia, 2011.
21. Buku Cara Cepat Menjadi Pengusaha Property, 2012.
22. Buku Kepastian Hukum Perjanjian Jual Beli Rumah Menurut
Hukum Syariah,2018

Kegiatan Ilmiah;
1. Peneliti pada BAPIPTEK – LIPI Jakarta, 1999 – 2000.
2. Ketua Tim Peneliti; Penerapan Hukum Ketenaga Kerjaan di
Perguruan Tinggi – Universitas Islam “45” Bekasi 1999. Anggota
Tim Peneliti dampak TPA Bantar Gebang pada masyarakat,
Bekasi Tahun 1999.
3. Ketua Tim Peneliti; Penegakan Hukum di Kota Pekanbaru, 2003.
4. Seminar dan Lokakarya; Manajemen Pengelolaan Program
Studi – Jambi, 2003. Seminar dan Lokakarya; Evaluasi Diri –
Universitas Andalas Padang, 2003.

148 HUKUM PASAR MODAL


5. Seminar dan Lokakarya; Manajemen Jurusan – Universitas
Lambung mangkurat Pontianak, 2003.
6. Seminar dan Lokakrya; Pengelolaan Program Akademis –
Bogor, 2003.
7. Seminar dan Pembicara: Pengelolaan SDM dalam
Pembangunan, Padang 8 Agustus 2004.
8. Pelatihan Intensif “Strategi Efektif Menghadapi Proses Akreditasi
oleh BAN-PT agar mencapai hasil yang optimal, Jakarta 30
September 2004.
9. Semiloka Manajemen Laboratorium Hukum Forum HEDS-PTN
Wilayah Barat Bidang Ilmu Hukum, 12 – 13 Desember di FH-
UNILA Bandar Lampung.
10. Lokakrya Pengkajian dan Penulisan Naskah “Reinventing
Diplomasi Republik Indonesia ke Kawasan Samudera Hindia;
Upaya Peningkatan Peran Indonesia melalui The India Ocean
Risk Association for Regoional Cooperation (IOR-ARC), 14
Agustus 2005 kerjasama Deplu R.I dengan FH-UNAND di
Padang.
11. Pelatihan Penyusunan Rencana Strategis dan Operasional
Program Studi UPT dilingkungan UNRI, tanggal 8 – 9 Juli 2003
di Pekanbaru.
12. Seminar Budaya Melayu se-Dunia 2003 Sempena “Rampai
Melayu” Pestival Budaya Melayu se-Dunia 2003 tanggal 3 – 7
Agustus 2003 di Pekanbaru.
13. Pelatihan Program Peningkatan Keterampilan Dasar Teknik
Instruksional (PEKERTI) tanggal 16 – 21 Desember 2002 oleh
Diknas di Pekanbaru.
14. Seminar Nasional tentang Cyber Law, tanggal 22 Mei 2003 di
FH- Universitas Jambi di Jambi. Seminar Gizi dalam Pandangan
Islam dan Kesehatan, tanggal 25 Agustus 2002 oleh University
Kebangsaan Malaysia (UKM) di bangi Selangor Malaysia.
15. Sosialisasi singkat Program DP3M Dikti, tanggal 7 Maret 2003
di Pekanbaru. Lokakarya Kurikulum Berbasis Kompetensi Ilmu
Hukum, tanggal 23 – 27 Agustus 2003 di Pekanbaru.
16. Juara III Lomba Karya Tulis Ilmiah HUT Riau Mandiri ke-4
tahun 2004.
17. Juara III Lomba Karya Tulis Ilmiah Piala Walikota Pekanbaru,
Maret 2004. Semiloka Kurikulum Ilmu Hukum Berbasis
Kompetensi BKS-PTN Ilmu Hukum Wilayah Barat, tanggal 21
– 22 Juli 2003 di Pekanbaru.
18. Semiloka “In recognition of his valuable Constribution in the
Workshop and Seminar as a paper writer on the Preparedness
of neighbouring Malay Societies (Riau-Malaysia) to a Cheive
Vision 2020”. Agustus 2004 di Pekanbaru.

HUKUM PASAR MODAL 149


19. Pembicara LK-II HMI cabang Pekanbaru, tanggal 01 – 06
Agustus 2004 di Pekanbaru. Seminar Peran BUMN dalam
Peningkatan Pendapatan Daerah, Kerjasama UNRI-UGM
tanggal 11 September 2004.
20. Forum Heiger Education Development Support, Ditjen Dikti
Semiloka Peningkatan Manajemen Mutu, tanggal 28 – 30 Juni
2004 di Jakarta.
21. Pembicara Pelatihan Advokasi Hukum, tanggal 18 Desember
2004 UNRI – Pekanbaru. Lokakarya Hak Azasi Manusia
(HAM) tanggal 26 – 27 Juni 2004 di P2K2 UNRI Pekanbaru.
22. Semiloka BKS-PTN Wilayah Barat Bidang Ilmu Sosial dan
Budaya, tanggal 20 – 21 Juli 2004 di UNRI - Pekanbaru.
23. Semiloka Kurikulum Ilmu Sosial Berbasis Kompetensi, tanggal
19 Juli 2004 di UNRI Pekanbaru. Mengikuti seminar dan
lokakarya lainnya.

Profesi;
1. Advokat lulus ujian advokat yang diselenggarakan PERADI
tahun 2008
2. Owner PT. Tiga Berlian Sejahtera (Perumahan);
a. Perumahan Bumi Sejahtera I Jl. Pasir Putih Pandau
Kab. Kampar Riau.
b. Perumahan HSB Indah Residence – Jl. Swakarya
Panam Pekanbaru
c. Perumahan Sidomulyo Residence Jl. Kartama Raya –
Pekanbaru
d. Perumahan Berlian Kuos Sejahtera Jl. Raya
Bangkinang Kab. Kampar Riau
e. Perumahan Anak Negeri Jl. Makmur Kab. Kampar
Riau.
3. Dosen Luar Biasa FH –UNRI sejak tahun 2001- sekarang.
4. Dosen Luar Biasa Fak Syariah dan Imu Hukum – UIN Susqo,
Pekanbaru sejak 2008 – sekarang.
5. Dosen Luar Biasa FH- UIR 2016 – sekarang
6. Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH – Pas Aman)
Pasaman Sumatera Barat 2017

150 HUKUM PASAR MODAL

Anda mungkin juga menyukai