HUKUM
PERSEROAN
DI INDONESIA
Mengkaji Bentuk Badan Usaha Perseroan Sebagai Suatu
Badan Hukum yang Dibentuk dengan Akta Autentik
dalam Menjawab Tantangan Bisnis Global
HUKUM
PERSEROAN
DI INDONESIA
Mengkaji Bentuk Badan Usaha Perseroan Sebagai Suatu
Badan Hukum yang Dibentuk dengan Akta Autentik
dalam Menjawab Tantangan Bisnis Global
—Bandung: 2017
xxvi+1099 hal.; 155 x 230mm
ISBN: 978-602-6913-30-4
Diterbitkan oleh
Penerbit Nusa Media
PO Box 137 Ujungberung, Bandung
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Metode Penelitian ....................................................................... 8
BAB II
PERSEROAN SEBAGAI BADAN USAHA YANG BERBADAN
HUKUM ............................................................................................ 13
A. Konsep Badan Hukum sebagai Subjek Hukum ....................13
B. Syarat suatu Badan dapat Diakui debagai Badan Hukum .17
BAB III
PERKEMBANGAN PEMIKIRAN PRINSIP DAN DOKTRIN
HUKUM PERSEROAN .................................................................. 31
A. Pengertian dan Perkembangan Prinsip Hukum
Perusahaan ................................................................................. 31
B. Prinsip tentang Tanggung Jawab Terbatas ........................... 32
C. Doktrin Ultra Vires .................................................................... 33
D. Doktrin Penyingkapan Tabir Perusahaan (Piercing the
Corporate Veil).......................................................................... 35
E. Prinsip Fiduciary Duties ........................................................... 37
BAB IV
PENDIRIAN PERSEROAN DENGAN SISTEM AHU
ONLINE ............................................................................................ 41
A. Akta Pendirian Perseroan ......................................................... 41
B. Teknis dan Mekanisme Pendirian Perseroan ........................ 55
VIII ABDUL HALIM BARKATULLAH
BAB V
RUANG LINGKUP PENGATURAN HUKUM PERSEROAN
DI INDONESIA .............................................................................. 85
A. Pengaturan Hukum Perseroan di Indonesia ........................ 85
B. Perseroan sebagai Badan Usaha di Indonesia ........................ 89
C. Organ Perseroan sebagai suatu Badan Hukum Mandiri .....92
D. Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi ........................................ 100
BAB VI
PERTANGGUNGJAWABAN SUATU KORPORASI ............ 117
A. Pengertian dan Karakteristik Korporasi............................... 117
B. Pertanggungjawaban Pidana suatu Korporasi ................... 120
BAB VII
BERKEMBANGNYA MODEL PERUSAHAAN
KELOMPOK DALAM BADAN USAHA DI INDONESIA ... 133
A. Perkembangan Model Perusahaan Kelompok ................... 133
B. Stuktur Organisasi suatu Perusahaan Kelompok ............... 144
C. Model-model Perusahaan Kelompok ................................... 147
BAB VIII
PENUTUP ....................................................................................... 149
A. Kesimpulan ...............................................................................149
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perseroan Terbatas (Perseroan) merupakan salah satu
bentuk badan usaha berbadan hukum dalam lapangan pereko-
nomian di Indonesia dan menjadi salah satu pilar pembangunan
perekonomian nasional.1 Struktur permodalan Perseroan terdiri
atas saham-saham2 yang dimiliki oleh orang-orang atau pihak-
pihak dengan kepentingan yang sama. Kesamaan kepentingan
inilah yang menyatukan para pihak dalam pendirian sebuah
Perseroan. Kesamaan kepentingan tersebut dirumuskan dalam
visi dan misi Perseroan yang dicantumkan dalam akta pendirian
dan anggaran dasar Perseroan. Salah satu wujud kesamaan ke-
pentingan tersebut adalah para pihak melakukan pemasukan
(inbreng) ke dalam perseroan dengan penyetoran uang yang di-
representasi kesetaraannya dalam bentuk saham-saham.
Apabila diperhatikan praktik bisnis, tampaknya para
pelaku bisnis lebih tertarik mendirikan badan usaha Perseroan
yang berstatus sebagai badan hukum. Ada beberapa alasan para
pelaku usaha memilih Perseroan sebagai bentuk badan usaha
yakni, kontinuitas badan usaha yang berbentuk Perseroan tidak
tergantung dari pribadi para pemilik akan tetapi dari modal yang
1 Huruf c Konsiderans Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas.
2 Hasan Alwi, et al. (ed.), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga –
Cetakan Ketiga, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional dan Balai
Pustaka, 2005, hlm. 977.
2 ABDUL HALIM BARKATULLAH
B. Metode Penelitian
Buku ini ini dikaji dengan menggunakan doktrin, peraturan-
peraturan hukum dari berbagai negara dan kasus-kasus hukum,
yang membahas Hukum Perseroan di Indonesia: Mengkaji
Bentuk Badan Usaha Perseroan Sebagai Suatu Badan Hukum
yang Dibentuk Dengan Akta Autentik Dalam Menjawab Tan-
tangan Bisnis Global, termasuk juga kajian terhadap hukum
positif Indonesia dan usulan institusi internasional. Jenis pe-
nelitian yang digunakan dalam buku ini adalah penelitian
yuridis normatif, yakni penelitian yang difokuskan untuk
mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam
hukum positif.16
Oleh karena tipe penelitian yang digunakan adalah tipe
penelitian hukum normatif, maka pendekatan yang digunakan,
16 Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif (Surabaya:
Bayumedia Publishing, 2005), hlm 295.
HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 9
17 Brayan A. Garner, et.al, ed, Black’s Law Dictionary, Seventh Edition (St.
Paul, Minn.: 1999), hlm 300
10 ABDUL HALIM BARKATULLAH
BAB II
PERSEROAN SEBAGAI BADAN USAHA
YANG BERBADAN HUKUM
59 Ibid
60 Ibid
61 W. Friedmann, loc cit.
62 Zuhairah Ariff Abd Ghadas, loc cit.
63 W. Friedmann, loc cit.
64 Ibid
24 ABDUL HALIM BARKATULLAH
corporateness.”69
8. Teori Orgaan
Teori Orgaan muncul sebagai reaksi terhadap teori Fiksi
yang telah diuraikan pertama. Teori ini dikemukakan oleh
Otto von Gierke dari Jerman yang juga merupakan pengikut
Aliran Sejarah. Menurut von Gierke, badan hukum itu seperti
manusia, menjadi jelmaan yang benar-benar dalam pergaulan
hukum. Badan hukum menjadi suatu badan yang membentuk
kehendaknya dengan perantaraan alat-alat atau organ-organ
badan tersebut. Misalnya anggota-anggotanya atau pengurusnya
mengucapkan kehendaknya dengan perantaraan mulutnya atau
dengan perantaraan tangannya. Dengan kata lain, hal-hal yang
diputuskan oleh para organ tersebut, adalah “kehendak” dari
badan hukum.70 Oleh karenanya, Teori Orgaan memandang
badan hukum bukanlah sesuatu yang abstrak, tetapi benar-
benar ada. Badan hukum bukanlah suatu kekayaan (hak yang
tidak bersubjek, tetapi merupakan organisme yang riil, yang
hidup dan bekerja seperti manusia biasa. Tujuan badan hukum
juga terlepas dari individu dan bersifat kolektif.71
Berdasarkan uraian teori-teori tentang badan hukum tersebut,
dapat diketahui bahwa suatu badan hukum merupakan subjek
dalam lapangan hukum. Salah satu konsekuensi hukum sebagai
subjek hukum adalah melakukan perbuatan hukum. Dalam
melakukan perbuatan hukum, suatu badan hukum diwakili oleh
organnya. Misalnya, dalam konteks badan hukum Perseroan
Terbatas, maka diwakili oleh salah satu organ Perseroannya
yaitu Direksi.
Untuk lebih memperoleh pembahasan lebih jauh tentang
Badan Hukum, maka berikut ini adalah uraian dari empat syarat
yang diajukan oleh Ali Rido tersebut:72
69 Ibid (Tidak ada satu pun teori yang benar total maupun salah total, dan
setiap teori memiliki tempatnya masing-masing dalam mendefinisikan
konsep keperusahaan).
70 Chidir Ali,Ibid, hlm. 32-33.
71 Ibid
72 Ali Rido, Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan,
HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 27
78 Ibid
79 Chairuddin Ismail, op cit., hlm. 23.
80 Lihat CST. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia,
Cetakan Keenam, Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984, hlm. 118; Chidir Ali,
op cit., hlm. 93-98.
30 ABDUL HALIM BARKATULLAH
HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 31
BAB III
PERKEMBANGAN PEMIKIRAN PRINSIP
DAN DOKTRIN HUKUM PERSEROAN
BAB IV
PENDIRIAN PERSEROAN DENGAN
SISTEM AHU ONLINE
ini diatur dalam Pasal 7 ayat (4) UUPT 2007. Apabila Perseroan
telah memperoleh status badan hukum dan pemegang saham
menjadi kurang dari 2 orang, maka dalam jangka waktu paling
lama 6 bulan terhitung sejak keadaan tersebut maka pemegang
saham yang bersangkutan wajib mengalihkan sebagian saham-
nya kepada orang lain atau Perseroan mengeluarkan saham
baru kepada orang lain. Selanjutnya, jika setelah 6 bulan lewat
pemegang saham tetap kurang dari 2 orang, pemegang saham
bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan dan
kerugian Perseroan, demikian pengaturan Pasal 7 ayat (5), dan
(6) UUPT 2007.
Ketentuan yang mewajibkan Perseroan didirikan oleh 2
orang atau lebih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(5), dan ayat (6) pasal tersebut, tidak berlaku bagi Perseroan
yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara atau Perseroan
yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan,
lembaga penyimpanan dan penyelesaian, serta lembaga lainnya
sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang pasar modal.
Ketentuan tersebut tercantum dalam Pasal 7 ayat (7) UUPT 2007.
Berkaitan dengan akta pendirian Perseroan pengaturannya
terdapat dalam Pasal 8 ayat (1) UUPT 2007 yang menyebutkan,
bahwa akta pendirian memuat anggaran dasar dan keterangan
lain. Selanjutnya, Pasal 8 ayat (2) UUPT 2007 menentukan, bahwa
keterangan lain memuat sekurang-kurangnya:
1. nama lengkap, tempat tanggal lahir, pekerjaan, tempat
tinggal, dan kewarganegaraan pendiri perorangan, atau
nama, tempat kedudukan dan alamat lengkap serta nomor
dan tanggal Keputusan Menteri mengenai pengesahan
badan hukum dari pendiri Perseroan;
2. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat
tinggal, kewarganegaraan anggota direksi dan Dewan
Komisaris yang pertama kali diangkat;
3. nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham,
rincian jumlah saham, dan nilai nominal saham yang telah
ditempatkan dan disetor.
HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 45
5. domisili Perseroan;
6. jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah
saham;
7. untuk tiap klasifikasi, hak-hak yang melekat pada tiap
saham, dan nilai;
8. nominal setiap saham;
9. nama jabatan dan jumlah anggota direksi dan dewan
komisaris;
10. penetapan tempat dan tata cara penyelenggara RUPS;
11. tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian ang-
gota direksi dan dewan komisaris;
12. tata cara penggunaan laba dan pembagian deviden.
Adapun dimaksud dengan keterangan-keterangan lain
dalam akta pendirian menurut Pasal 8 ayat (2) UUPT 2007 me-
muat hal-hal sebagai berikut:
1. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat
tinggal, dan kewarganegaraan pendiri perseorangan, atau
nama, tempat kedudukan dan alamat lengkap serta nomor
dan tanggal keputusan Menteri mengenai pengesahan badan
hukum dari pendiri Perseroan;
2. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat
tinggal, kewarganegaraan anggota direksi dan dewan
komisaris yang pertama kali diangkat;
3. nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham,
rincian jumlah saham, dan nilai nominal saham yang telah
ditempatkan dan disetor.
Menurut penjelasan Pasal 8 ayat (2) huruf a UUPT 2007,
pentingnya menyebut kewarganegaraan pendiri perseorangan
agar diketahui kejelasan mengenai kewarganegaraan pendiri.
Pada dasarnya badan hukum Indonesia yang berbentuk
Perseroan didirikan oleh warga negara Indonesia atau badan
hukum Indonesia. Namun, kepada warga negara asing maupun
badan hukum asing diberikan kesempatan untuk mendirikan
badan hukum Indonesia yang berbentuk Perseroan. Akan tetapi,
dengan ketentuan sepanjang undang-undang yang mengatur
HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 49
119 Ibid
120 Rochmat Soemitro, Op Cit, hlm. 9
HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 51
142http://Tulisanhukum.com/pengertian-perlindungan-hukum-menurut-
para-ahli/, diuanggah, pada 27 september 2016.
HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 73
143 Ibid
144 Ibid
74 ABDUL HALIM BARKATULLAH
BAB V
RUANG LINGKUP PENGATURAN
HUKUM PERSEROAN DI INDONESIA
tangani,dilengkapiketerangandengandokumenpendukung.
Jika lengkap Menteri langsung menyatakan tidak keberatan
atas permohonan yang bersangkutan secara elektronik.
Paling lambat 30 hari sejak pernyataan tidak keberatan,
yang bersangkutan wajib menyampaikan secara fisik surat
permohonan yang dilampiri dokumen pendukung, 14 hari
kemudian Menteri menerbitkan keputusan pengesahan BH
Perseroan yang ditanda-tangani secara elektronik.
d. Daftar Perseroan (diselenggarakan oleh Menteri, dilakukan
bersamaan dengan tinggal Keputusan mentri mengenahi
Pengesahan BH Perseroan, persetujuan atas perubahan
AD (Anggaran Dasar) yang memerlukan Persetujuan;
penerimaan pemberitahuan perubahan AD (Anggaran
Dasar) yang tidak memerlukan persetujuan; atau pene-
rimaan pemberitahuan perubahan data perseroan yang
bukan merupakan perubahan AD (Anggaran Dasar). Daftar
perseroan terbuka untuk umum.
e. Pengumuman dalam Tambahan Berita Negara RI (peng-
umuman dalam TBNRI diselenggarakan oleh Menteri,
antara lain: akta pendirian perseroan beserta Keputusan
mentri tentang Pengesahan BH Perseroan; akta perubahan
AD beserta Kepmen sbgmana dimaksud Psl 21 ayat (1); Akta
perubahan AD yg telah diterima pemberitahuanya oleh
menteri).
1. Organ Direksi
Keberadaan Direksi dalam suatu perseroan merupakan
suatu keharusan atau dengan kata lain perseroan wajib memiliki
Direksi karena perseroan sebagai artificial person tidak dapat
berbuat apa-apa tanpa adanya bantuan dari anggota Direksi
sebagai natural person. Menurut Pasal 1 angka 5 UUPT, “Direksi
adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai
dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di
dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran
dasar”. Selanjutnya dalam Pasal 92 ayat (1) UUPT menentukan
bahwa “direksi menjalankan pengurusan tersebut sesuai dengan
kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan
dalam UUPT dan/atau anggaran dasar”. Dari ketentuan-
ketentuan tersebut dapat disimpulkan bahwa Direksi di dalam
perseroan memiliki 2 (dua) fungsi, yaitu fungsi pengurusan
(management) dan fungsi perwakilan (representasi). Apabila
Direksi dalam menjalankan pengurusan tidak untuk kepentingan
perseroan dan tidak sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan,
perbuatan Direksi tersebut merupakan perbuatan yang ultra
vires, dan perbuatan yang ultra vires tersebut tidak mengikat
perseroan tetapi mengikat pribadi anggota Direksi.
Sesuai Pasal 98 ayat (1) dan Pasal 98 ayat (2) UUPT, yang
berhak mewakili Perseroan adalah Direksi (yaitu board atau
majelis), maka sebagai konsekuensi ketentuan tersebut tidak ada
seorang anggota Direksi pun, termasuk Direktur Utama, yang
96 ABDUL HALIM BARKATULLAH
Jika dalam rapat paling sedikit 3/4 (tiga per empat) bagian
dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir, dan ke-
putusan adalah sah jika disetujui paling sedikit 3/4 (tiga per
empat) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan. RUPS kedua
hanya sah dan berhak mengambil keputusan Jika dalam rapat
paling sedikit 2/3 (dua per tiga) bagian dari jumlah seluruh
saham dengan hak suara hadir, dan keputusan adalah sah jika
disetujui paling sedikit 3/4 (tiga per empat) bagian dari jum-
lah suara yang dikeluarkan. Dalam hal kuorum RUPS kedua
tidak tercapai, maka perseroan dapat memohon kepada Ketua
Pengadilan Negeri yang daerahnya meliputi tempat kedudukan
perseroan agar dapat ditetapkan kuorum untuk RUPS ketiga.
RUPS ketiga akan dilakukan dengan kuorum yang telah dite-
tapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri. Penetapan Ketua Peng-
adilan Negeri mengenai kuorum RUPS bersifat final dan
mempunyai kekuatan hukum tetap.
2. Konsolidasi
Konsolidasi Perseroan merupakan peleburan dua atau
beberapa Perseroan menjadi satu. Berbeda dengan proses merger
yang tetap mempertahankan satu Perseroan sebagai entitas inde-
penden, proses konsolidasi tidak menyisakan Perseroan mana
pun yang meleburkan diri. Sebaliknya, proses ini menghasilkan
satu Perseroan baru. Contoh proses konsolidasi adalah pem-
bentukan Bank Mandiri di tahun 1998 yang merupakan hasil
peleburan dari empat bank, yakni Bank Bumi Daya, Bank BDN,
Bank Ekspor Impor, dan Bank Bapindo.
Keempat bank yang melakukan konsolidasi ini juga tidak
mengalami likuidasi seperti status Perseroan yang di-merger.
Namun, Perseroan hasil konsolidasi harus memiliki badan
hukum yang resmi. Lalu, aktiva dan pasiva dari keempat
106 ABDUL HALIM BARKATULLAH
177s://sleekr.co/blog/apa-perbedaan-antara-merger-akuisisi-dan-
konsolidasi/ diakses 12 Januari 2018
HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 107
b. Masalah Permodalan
Apabila modal suatu bank dirasakan kecil sehingga sulit
untuk melakukan perluasan usaha, maka bank dapat ber-
gabung dengan satu atau beberapa bank sehingga modal
dimiliki menjadi besar. Sebagai contoh Bank Maras hanva
memiliki modal 5 milyar dengan 12 buah cabang bergabung
dengan Bank Mangkol yang memiliki modal 10 milyar
clan memiliki 20 cabang. Gabungan kedua bank tersebut
sekarang memiliki modal 15 milyar dan 32 cabang. Dengan
adanya penggabungan atau usaha peleburan otomatis lebih
mudah untuk mengembangkan usahanya. Yang jelas setelah
melakukan penggabungan modal dan cabang dari beberapa
bank yang ikut bergabung akan bertambah besar.
c. Masalah Manajemen
Manajemen bank yang sembrawut atau kurang profesional
sehingga,Perseroanterusmerugidansulituntukberkembang.
Jenis bank inipun sebaiknya melakukan penggabungan usaha
atau peleburan usaha dengan bank yang lebih profesional
yang terkenal dengan kualitas manajemennya.
d. Teknologi dan Administrasi
Bank yang menggunakan teknologi yang masih tradisional
sa¬ngat menjadi masalah. Dalam perkembangan yang
sedemikian cepat diperlukan teknologi yang canggih. Untuk
memperoleh teknologi yang canggih diperlukan modal yang
tidak sedikit. Ja¬Ian keluar yang dipilih adalah melakukan
penggabungan dengan bank yang sudah memiliki teknologi
yang canggih. Demikian pula bagi bank yang kurang teratur
dan masih tradisional dalam hal administrasinya, sebaiknya
bank melakukan penggabungan atau peleburan sehingga
diharapkan administrasinya menjadi lebih baik.
e. Ingin Menguasai Pasar
Tujuan ingin menguasai pasar tidak diumumkan secara jelas
kepada pihak luar dan biasanya hanya diketahui oleh mereka
yang hendak ikut bergabung. Dengan adanya penggabungan
dari beberapa bank, maka jumlah cabang dan jumlah nasabah
110 ABDUL HALIM BARKATULLAH
3. Akuisisi
Terakhir adalah akuisisi. Akuisisi adalah proses pengam-
bilalihan Perseroan yang dilakukan dengan cara membeli saham
mayoritasnya. Perseroan yang membeli saham ini kemudian
akan menjadi pengendali Perseroan yang dibeli sahamnya.
Berbeda dengan konsolidasi dan merger yang menghilangkan
eksistensi Perseroan yang melakukan peleburan, akuisisi tetap
mempertahankan eksistensi kedua Perseroan. Jadi, tidak ada
Perseroan yang hilang, keduanya tetap berdiri sebagai badan
hukum yang terpisah. Yang berubah hanyalah pemegang
sahamnya. Contoh akuisisi ini adalah ketika Phillip Morris Ltd
mengambil saham mayoritas dari PT HM Sampoerna di tahun
2005. PT. HM Sampoerna tetap ada hingga sekarang, bukan?
Contoh akuisisi lainnya adalah saham mayoritas Aqua yang
diakuisisi oleh Danone.
Meski begitu, tidak semua proses pembelian saham di-
sebut akuisisi. Akuisisi hanya terjadi ketika saham yang dibeli
jumlahnya sangat besar sehingga mampu mengubah status
pemegang saham. Akuisisi dapat dilakukan terhadap saham
ataupun aset Perseroan. Untuk akuisisi saham, biasanya hanya
Perseroan berbentuk perseroan terbatas (PT) yang dapat
melakukannya. Hal ini disebabkan karena kepemilikan PT
diwujudkan dalam bentuk saham. Sedangkan untuk akuisisi
aset biasa dilakukan pada Perseroan setaraf UD, CV, dan badan
hukum.179
Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan
oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil
alih saham Perseroan yang mengakibatkan beralihnya
pengendalian atas Perseroan tersebut. Pengambilalihan
178http://artonang.blogspot.co.id/2016/03/tujuan-kelebihan-kelemahan-
dan-alasan.html diakses 23 Maret 2018.
179s://sleekr.co/blog/apa-perbedaan-antara-merger-akuisisi-dan-
konsolidasi/ diakses 12 Januari 2018
HUKUM PERSEROAN DI INDONESIAH 111
180http://www.gultomlawconsultants.com/tata-cara-pengambilalihan-
saham-akuisisi-persereoan-terbatas-di-indonesia/# diakses 23 Maret
2018.