Anda di halaman 1dari 118

1

HUKUM WARIS
ISLAM
HUKUM WARIS ISLAM
2

REFERENCE
1. Abdul Ghofur Anshori, Hukum Kewarisan
Islam di Indonesia: Eksistensi dan
Adabtabilitas, Ekonisia, Yogyakarta.
2. ---------------------------, Filsafat Hukum Kewarisan
Islam: Konsep Kewarisan Bilateral Hazairin, UII
Press, Yogyakarta.
3. Ahmad Azhar Basyir, Hukum Kewarisan
Islam, UII Press, Yogyakarta.
4. Hazairin, Hukum Kewarisan Bilateral Menurut
Qur’an dan Hadits, Tintamas, Jakarta.
HUKUM WARIS ISLAM
3

5. Inpres No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum


Islam.
6. UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.
7. UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.
8. UU No. 7 Tahun 1989 Jo UU No. 3 Tahun 2006 Jo UU
No. 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama.

HUKUM WARIS ISLAM


4

PENGERTIAN DASAR
• Hukum waris dalam Islam adalah bagian
dari Syariat Islam yang sumbernya diambil
dari al-Quran dan Hadis Rasulullah SAW.
• Kemudian mujtahid dan fuqoha
mentransformasi melalui berbagai formulasi
kewarisan sesuai dengan pendapatnya
masing-masing.
• Hukum waris Islam juga dikenal dengan
istilah faraid, yang secara bahasa berarti
kadar atau bagian.

HUKUM WARIS ISLAM


5

PENGERTIAN DALAM KHI


• Pasal 171 huruf (a) KHI
• “Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur
tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan
(tirkah) pewaris.

HUKUM WARIS ISLAM


6

DENGAN DEMIKIAN
• Hukum Kewarisan Islam adalah seperangkat ketentuan
yang mengatur cara-cara peralihan hak dari
seseorang yang telah meninggal dunia kepada orang
yang masih hidup yang ketentuan-ketentuan tersebut
mendasarkan pada wahyu Ilahi yang terdapat dalam
al-Quran dan penjelasannya yang diberikan oleh Nabi
Muhammad SAW, serta hasil Ijtihad Ahli Hukum Islam
(Fuqoha).

HUKUM WARIS ISLAM


7

SUBSTANSI HKI
• HKI merupakan hukum yang mengatur tentang
peralihan kepemilikan harta dari orang yang telah
meninggal dunia kepada orang yang masih hidup
(yang berhak menerimanya), yang mencakup apa
saja yang menjadi harta warisan, siapa-siapa saja yang
berhak menerima, berapa besar porsi atau bagian
masing-masing ahli waris, kapan dan bagaimana tata
cara pengalihannya.

HUKUM WARIS ISLAM


8

ISTILAH-ISTILAH DALAM
HUKUM KEWARISAN ISLAM
• Pewaris adl org yg pada saat
meninggalnya atau dinyatakan meninggal
berdasarkan putusan pengadilan
beragama Islam, meninggalkan ahli waris
dan harta peninggalan
• Ahli waris adl org yg pada saat
meninggalnya pewaris mempunyai hub
darah/hub perkawinan dg pewaris,
beragama Islam dan tdk terhalang oleh hk
utk menjadi ahli waris
HUKUM WARIS ISLAM
9

• Harta peninggalan adl harta yg ditinggalkan


oleh pewaris baik yg berupa harta benda yg
menjadi miliknya maupun hak-haknya
• Harta warisan adl harta bawaan ditambah
bagian dari harta bersama setelah digunakan
utk keperluan pewaris selama sakit sampai
meninggalnya, biaya pengurusan jenazah,
dan pembayaran hutang dan pemberian
kerabat
• Wasiat adl pemberian suatu benda dari
pewaris kpd org lain atau lembaga yg akan
berlaku setelah pewaris meninggal dunia

HUKUM WARIS ISLAM


10

• Hibah adl pemberian suatu benda scr


sukarela dan tanpa imbalan dari
seseorang kpd org lain yg masih hidup utk
dimiliki
• Anak angkat adl anak yg dlm
pemeliharaan utk hidupnya sehari-hari,
biaya pendidikan dan sebagainya beralih
tanggung jawabnya dari org tua asal
kepada org tua angkatnya berdasarkan
putusan Pengadilan
HUKUM WARIS ISLAM
11

PASAL 195 KHI


(1) Wasiat dilakukan secara lisan di hadapan
dua orang saksi, atau tertulis di hadapan
dua orang saksi, atau dihadapan Notaris.
(2) Wasiat hanya diperbolehkan sebanyak-
banyaknya sepertiga dari harta warisan
kecuali apabila semua ahli waris menyetujui.
(3) Wasiat kepada ahli waris hanya berlaku bila
disetujui oleh semua ahli waris.
(4) Pernyataan persetujuan pada ayat (2) dan
(3) pasal ini dibuat secara lisan di hadapan
dua orang saksi atau tertulis di hadapan
dua orang saksi atau dihadapan Notaris.

HUKUM WARIS ISLAM


12

PASAL 199 KHI


1) Pewasiat dapat mencabut wasiatnya
selama calon penerima wasiat belum
menyatakan persetujuannya atau sudah
menyatakan persetujuannya tetapi
kemudian menarik kembali.
2) Pencabutan wasiat dapat dilakukan
secara lisan dengan disaksikan oleh dua
orang saksi atau tertulis dengan
disaksikan oleh dua orang saksi atau
berdasarkan akta Notaris bila wasiat
terdahulu dibuat secara lisan.
HUKUM WARIS ISLAM
13

3) Bila wasiat dibuat secara tertulis, maka hanya dapat


dicabut dengan tertulis dengan disaksikan oleh dua
orang saksi atau berdasarkan akta Notaris.
4) Bila wasiat dibuat berdasarkan akta Notaris, maka
hanya dapat dicabut berdasarkan akta Notaris.

HUKUM WARIS ISLAM


14

PASAL 203 KHI


1) Apabila surat wasiat dalam keadaan tertutup, maka
penyimpanannya di tempat Notaris yang
membuatnya atau di tempat lain, termasuk surat-
surat yang ada hubungannya.
2) Bilamana suatu surat wasiat dicabut sesuai pasal
199, maka surat wasiat yang telah dicabut itu
diserahkan kembali kepada pewasiat.

HUKUM WARIS ISLAM


15

PASAL 204 KHI


1) Jika pewasiat meninggal dunia, maka surat
wasiat yang tertutup dan disimpan pada
Notaris, dibuka olehnya di hadapan ahli
waris, disaksikan dua orang saksi dan
dengan membuat berita acara
pembukaan surat wasiat itu.
2) Jika surat wasiat yang tertutup di simpan
bukan pada Notaris penyimpan harus
menyerahkan kepada Notaris setempat
atau KUA setempat dan selanjutnya Notaris
atau KUA tersebut membuka sebagaimana
ditentukan dalam ayat (1) pasal ini
HUKUM WARIS ISLAM
16

3) Setelah semua isi serta maksud surat wasiat itu


diketahui maka oleh Notaris atau KUA diserahkan
kepada penerima wasiat guna penyelesaian
selanjutnya.

Catatan: Lebih lanjut tentang wasiat hubungannya


dengan kewarisan akan di bahas lebih dalam slide
di bawah.

HUKUM WARIS ISLAM


17

SUMBER DAN ASAS-ASAS HUKUM


KEWARISAN ISLAM

HUKUM WARIS ISLAM


18

PASAL 49 HURUF B UU NO. 3


TAHUN 2006 JO UU NO. 50
TAHUN 2009
• Waris adalah penentuan siapa-siapa yang
menjadi ahli waris, penentuan mengenai harta
peninggalan, penentuan bagian masing-
masing ahli waris dan pelaksanaan
pembagian harta peninggalan tersebut serta
penetapan pengadilan atas permohonan
seseorang tentang penentuan siapa yang
menjadi ahli waris, penentuan bagian masing-
masing ahli waris.
• Adanya perlu memperhatikan sumber dan
asas-asas hukum waris Islam.

HUKUM WARIS ISLAM


19

SUMBER HUKUM
KEWARISAN ISLAM
• Hukum Kewarisan bersumber pada: al-
Quran,Sunnah Rasul, dan Ijtihad.
• Hal ini dapat didasarkan pada Q.S. an-Nisa‟
ayat (59) dan Hadis Muadz bin Jabal, yang
artinya:
• “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah
dan taatilah Rasul(Nya) dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (al-Quran) dan
Rasul (Sunnahnya)…”

HUKUM WARIS ISLAM


20

HADIS NABI (MU‟ADZ BIN


JABBAL)
• “Nabi bertanya: Apa yang kau perbuat jika
kepadamu dihadapkan perkara yang
harus diputuskan? Jawab Mu‟adz: Saya
akan memutuskan atas dasar Kitab Allah
(al-Quran). Nabi bertanya lagi: Jika dalam
Kitab Allah tidak kamu jumpai? Jawab
Mu‟adz: saya akan memutus atas dasar
Sunnah Rasulullah. Nabi bertanya lagi: Jika
tidak kamu jumpai dalam Sunnah Rasul?
Jawab Mu‟adz: Saya akan berijtihad
dengan menggunakan akalku dan tidak
akan membiarkan perkara itu tanpa
putusan….”.
HUKUM WARIS ISLAM
21

AL-QURAN
a. Q.S. an-Nisa‟ (4): 7
b. Q.S. an-Nisa‟(4) : 11
c. Q.S. an-Nisa‟(4) : 12
d. Q.S. an-Nisa‟(4) : 33
e. Q.S. an-Nisa‟(4) : 176

HUKUM WARIS ISLAM


22

ASAS-ASAS HUKUM
WARIS ISLAM
 Asas-asas di bawah ini bersumber dari:
1. Pendapat para ulama dan pakar hukum Islam.
2. Peraturan Perundang-Undangan bidang kewarisan
yang berlaku di Indonesia.

HUKUM WARIS ISLAM


23

ASAS KETULUSAN
(INTEGRITY)
• Integrity artinya: ketulusan hati, kejujuran,
keutuhan.
• Intinya adalah bahwa dalam melaksanakan
Hukum Kewarisan dalam Islam diperlukan
ketulusan hati untuk mentaatinya karena
terikat dengan aturan yang diyakini
kebenarannya.
• Secara hukum asas ini didukung oleh UU No. 3
Tahun 2006 jo UU No. 50 Tahun 2009 tentang
Peradilan Agama yang menghapus
keberadaan hak opsi sebagaimana dikenal
dalam UU No. 7 Tahun 1989.

HUKUM WARIS ISLAM


24

• Ada penghapusan ini bermakna UU No. 3


Tahun 2006 membuka pintu bagi orang Islam
untuk melaksanakan hukum waris Islam
dengan kaffah yang pada akhirnya ketulusan
hati untuk mentaati hukum waris secara Islam
adalah pilihan yang terbaik.
• Dasar Hukum: Q.S Ali Imran ayat 85.
• “Barang siapa menuntut agama selain Islam,
maka tiadalah diterima dari padanya, sedang
ia di akhirat termasuk orang-orang merugi”.
HUKUM WARIS ISLAM
25

ASAS TA’ABBUDI:
PENGHAMBAAN DIRI
• Intinya bahwa melaksanakan pembagian waris secara
hukum Islam adalah ibadah kepada Allah SWT, yang
akan berpahala bila ditaati seperti layaknya mentaati
pelaksanaan hukum Islam lainnya.
• Landasan dari asas ini adalah Q.S. an-Nisa‟ ayat 13 s.d
14.

HUKUM WARIS ISLAM


26

ASAS HUKUKUL MALIYAH


: HAK-HAK KEBENDAAN
• Artinya yakni bahwa hanya hak dan kewajiban
terhadap kebendaan saja yang dapat diwariskan
kepada ahli waris.
• Sedangkan hak dan kewajiban dalam lapangan
kekeluargaan atau hak-hak dan kewajiban yang
bersifat pribadi seperti suami atau istri, jabatan,
keahlian dalam suatu ilmu dan yang semacamnya
tidak dapat diwariskan.

HUKUM WARIS ISLAM


27

KEWAJIBAN AHLI WARIS


TERHADAP PEWARIS (PS. 175
KHI)
1. Mengurus dan menyelesaikan sampai pemakaman
jenazah selesai;
2. Menyelesaikan baik hutang-hutang berupa
pengobatan, perawatan termasuk kewajiban
pewaris maupun menagih piutang;
3. Menyelesaikan wasiat pewaris;
4. Membagi harta warisan di antara ahli waris yang
berhak.

HUKUM WARIS ISLAM


28

AZAS HUKUKUN THABI’IYAH :


HAK-HAK DASAR
• Hukukun thabi’iyah adalah hak-hak dasar
dari ahli waris sebagai manusia.
• Artinya meskipun ahli waris itu seorang bayi
yang baru lahir atau seseorang yang
sudah sakit menghadapi kematian
sedangkan ia masih hidup ketika pewaris
meninggal dunia, begitu juga suami istri
yang belum bercerai walaupun sudah
pisah tempat tinggalnya, maka dipandang
cakap untuk mewarisi,
HUKUM WARIS ISLAM
29

….HAK MEWARIS ADA


KARENA:
1. Hubungan keluarga, yakni hubungan antar orang
yang mempunyai hubungan darah (genetik) baik
dalam garis keturunan lurus ke bawah (anak cucu,
dst) maupun ke samping.
2. Perkawinan
3. Wala
4. Se-agama.

HUKUM WARIS ISLAM


30

….PENGHALANG
• KEWARISAN
Hukum Islam: murtad, membunuh dan hamba
sahaya.
• KHI Pasal 173: “Seseorang terhalang menjadi ahli
waris apabila dengan putusan hakim yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap, dihukum
karena:
1. Dipersalahkan telah membunuh atau mencoba
membunuh atau menganiaya berat pada
pewaris;
2. Dipersalahkan secara memfitnah telah
mengajukan pengaduan bahwa pewaris telah
melakukan suatu kejahatan yang diancam
dengan hukum 5 tahun penjara atau hukuman
yang lebih berat.
HUKUM WARIS ISLAM
31

ASAS IJBARI:
KEHARUSAN, KEWAJIBAN
• Bahwa dalam hukum kewarisan Islam secara otomatis
peralihan harta dari seseorang yang telah meninggal
dunia (pewaris) kepada ahli warisnya sesuai dengan
kehendak Allah SWT tanpa digantungkan kepada
kehendak seseorang baik pewaris maupun ahli waris.

HUKUM WARIS ISLAM


32

• Unsur keharusan (ijbari/compulsory) terlihat


dari segi di mana ahli waris (tidak boleh tidak)
menerima berpindahnya harta pewaris
kepadanya sesuai dengan jumlah yang telah
ditentukan oleh Allah.
• OKI orang yang akan meninggal dunia pada
suatu ketika, tidak perlu merencanakan
penggunaan hartanya setelah ia meninggal
dunia kelak, karena dengan kematiannya
otomatis hartanya akan beralih kepada ahli
warisnya dengan bagian yang sudah
dipastikan.
HUKUM WARIS ISLAM
33

ASAS IJBARI JUGA DAPAT


DILIHAT
DARI SEGI:
a. Peralihan harta yang pasti terjadi setelah orang
meninggal dunia.
b. Jumlah bagian harta sudah ditentukan untuk
masing-masing ahli waris.
c. Orang-orang yang akan menerima harta warisan itu
sudah ditentukan dengan pasti, yakni mereka
mempunyai hubungan darah dan perkawinan.

HUKUM WARIS ISLAM


34

AZAS BILATERAL

• Bahwa seseorang menerima hak


kewarisan dari kedua belah pihak
yaitu dari kerabat keturunan laki-
laki dan dari kerabat keturunan
perempuan.
• Lihat: Q.S. an-Nisa‟ ayat (7), (11),
(12), dan (176).
HUKUM WARIS ISLAM
35

ASAS INDIVIDUAL :
PERORANGAN
• Bahwa harta warisan dapat dibagi-bagi
pada masing-masing ahli waris untuk
dimiliki secara perorangan.
• Dalam pelaksanaannya seluruh harta
warisan dinyatakan dalam nilai tertentu
yang kemudian dibagi-bagikan kepada
ahli waris yang berhak menerimanya
menurut kadar bagian masing-masing.
• Lihat: Q.S. an-Nisa‟ ayat (7), (8) (11), (12),
(33), dan (176).
HUKUM WARIS ISLAM
36

AZAS KEADILAN
BERIMBANG
• Azas ini mengandung pengertian bahwa
harus ada keseimbangan antara hak yang
diperoleh seseorang dari harta warisan
dengan kewajiban atau beban biaya
kehidupan yang harus ditunaikannya.
• Antara laki-laki dan perempuan,
bagiannya sebanding dengan kewajiban
yang dipikulnya masing-masing (kelak)
dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat.
HUKUM WARIS ISLAM
37

AZAS KEMATIAN
• Makna azas ini adalah bahwa kewarisan baru muncul
bila ada yang meninggal dunia.
• DKL kewarisan semata-mata sebagai akibat dari
kematian seseorang.
• Kewarisan Islam dalam konteks KUHPerdata disebut
kewarisan ab intestato. Islam tidak mengenal
kewarisan atas dasar wasiat (testamen).

HUKUM WARIS ISLAM


38

AZAS MEMBAGI HABIS


HARTA WARISAN
• Adalah azas dari penyelesaian pembagian harta
warisan.
• Caranya:
1. Mentukan siapa yang menjadi ahli waris dengan
bagiannya masing-masing.
2. Membersihkan/memurnikan harta warisan, seperti:
mengurangi harta peninggalan dengan hutang dan
wasiat.
3. Melaksanakan pembagian hingga tuntas.

HUKUM WARIS ISLAM


39

ASAS PERDAMAIAN DALAM


PEMBAGIAN WARISAN
(TASHALUH)
• Azas perdamaian dikenal dalam hukum
kewarisan Islam, karena pada dasarnya HKI
bersifat mengatur (regelen) dan tidak bersifat
mutlak (dwingend).
• Artinya bahwa para pihak dimungkinkan untuk
membagi warisan di luar itu, sepanjang ada
kesepakatan.
• Namun demikian, penyimpangan terhadap
ketentuan waris secara Islam semestinya tidak
terjadi, sebab bila terjadi, maka termasuk
orang yang merugi.

HUKUM WARIS ISLAM


40

JALAN KELUARNYA???
• Selesaikan dahulu pembagian waris secara Islam,
kemudian setelah kita terima bagiannya atau
sekurang-kurangnya sudah tau bagian kita, barulah
kita serahkan kepada pihak lain bagian itu.
• Penyerahan ditujukan kepada orang tua, saudara
atau lainnya dalam bentuk shodaqoh, hibah atau
hadiah.

HUKUM WARIS ISLAM


41

• Dengan demikian kita sudah melakukan dua macam


ibadah kepada Allah SWT dalam objek yang sama.
• Yaitu dengan cara membagi waris secara Islam dan
memberi shadaqoh kepada orang lain.
• Keduanya merupakan bagian dari ibadah kepada
Allah SWT.

HUKUM WARIS ISLAM


42

TINDAKAN PEMURNIAN
SEBELUM HARTA
PENINGGALAN DI BAGI
1. Pembiayaan jenazah, hal ini merupakan
hasil ijtihad, dengan alasan bahwa
pewaris masih mempunyai hak terhadap
hartanya.
2. Pelunasan hutang dan penunaian wasiat
(keduanya disebut dalam QS. An-Nisa‟
(4): 11 dan 12. Intinya adalah bahwa
hutang pewaris dan penunaian wasiat
menjadi tanggung jawab pewaris bukan
tanggung jawab ahli waris.
HUKUM WARIS ISLAM
43

PRINSIP DALAM PEMURNIAN


HARTA PENINGGALAN
1. Hutang kepada Allah harus didahulukan daripada
hutang kepada sesama manusia (syafi’i). Kalangan
Malikiyah berpendapat sebaliknya bahwa hutang
kepada sesama manusia harus didahulukan.
2. Batas maksimal pemberian wasiat adalah 1/3 dari
harta peninggalan.

HUKUM WARIS ISLAM


44

SISTEM KEWARISAN
1. Sistem kewarisan individual, yakni bahwa
harta peninggalan dibagi-bagikan
kepada para ahli waris secara individual.
2. Sistem kewarisan kolektif, yakni bahwa
harta peninggalan diwarisi oleh
sekumpulan ahli waris dalam bentuk
harta pusaka sebagai satu kesatuan.
3. Sistem kewarisan mayorat, yakni bahwa
anak tertua berhak tunggal untuk
mewarisi seluruh harta peninggalan.

HUKUM WARIS ISLAM


45

BERDASARKAN HAL
DIMAKSUD, MAKA:
1. Hukum kekeluargaan mana
yang sesuai dengan hukum
kewarisan menurut al-Quran?
2. Kewarisan yang ada dalam al-
Quran termasuk jenis kewarisan
yang mana?

HUKUM WARIS ISLAM


46

• Menurut Hazairin secara keseluruhan al-Quran


menghendaki masyarakat yang bilateral.
• Adanya keberagaman hukum kekeluargaan
yang ada dalam masyarakat menurutnya
adalah ikhtilaf manusia dalam mengartikan al-
Quran.
• Lebih lanjut Beliau tegaskan bahwa baik
masyarakat patrilineal maupun masyarakat
matrilineal adalah proses menuju masyarakat
bilateral.
HUKUM WARIS ISLAM
47

KONDISI RIIL DI
MASYARAKAT INDONESIA
• Bahwa yang banyak dianut di
Indonesia adalah hukum
kewarisan Ahlu al-Sunnah wa al-
Jama‟ah hasil ijtihad Imam Syafi‟i
yang terbentuk dari masyarakat
Arab yang patrilineal.

HUKUM WARIS ISLAM


PERBEDAAN HUKUM 48

KEWARISAN SYAFI‟I
DENGAN KEWARISAN
HAZAIRIN
• Perbedaan yang paling menonjol adalah
perbedaan dalam menyandarkan garis
keturunan.
• Syafi‟i menyandarkan garis keturunan
kepada laki-laki tanpa melihat peran
masing-masing dalam keluarga tersebut,
sedangkan Hazairin memposisikan sejajar
antara laki-laki dan perempuan,
tergantung pada besar kecilnya peranan
mereka dalam keluarga.
HUKUM WARIS ISLAM
49

PERBEDAAN LAIN:
• Dapat dilihat dari penggolongan ahli waris dalam
mendapatkan bagian harta warisan.
• Kewarisan Syafi‟i (patrilineal), mengenal adanya Dzu al-
faraidl, Ashabah, Dzu al-arham.
• Sedangkan kewarisan Hazairin (bilateral), mengenal
Dzu al-faraidl, Dzu al-qarabat, dan Mawali.

HUKUM WARIS ISLAM


50

PENJELASAN KEWARISAN
SYAFI‟I
1. Dzu al-faraidl, adalah ahli waris yang
mendapat bagian warisan tertentu
dalam keadaan tertentu.
2. „Ashabah, adalah sebutan untuk ahli
waris yang dekat pertalian
kekerabatannya dengan pewaris.
Ashabah mewarisi harta warisan secara
„ushbah (menghabiskan sisa bagian)
tanpa ditentukan secara pasti
bagiannya, tergantung pada sisa
setelah dibagikan kepada dzu al-faraidl.
HUKUM WARIS ISLAM
51

ASHABAH DIBEDAKAN
MENJADI 3:
1) „ashabah bi al-nafsi, yaitu semua orang laki-laki
yang pertalian nasabnya kepada pewaris tidak
terselingi oleh perempuan. Bagian mereka
ditentukan oleh kedekatannya kepada pewaris.
2) „ashabah bi al-ghairi, yaitu ahli waris dzu al-furudl
perempuan yang tergandeng dengan laki-laki yang
menjadi mu’ashibnya.

HUKUM WARIS ISLAM


52

3) ‘ashabah ma’a al-ghairi, mereka adalah


seorang saudara perempuan shahihah
atau lebih dan saudara perempuan
sebapak, mereka mewarisi bersama
sebab adanya anak perempuan atau
cucu perempuan dari garis laki-laki.
Kedua saudara perempuan tersebut
mengambil sisa bagian setelah anak
perempuan atau cucu perempuan garis
laki-laki mengambil bagiannya
berdasarkan dzu al-faraidl.
HUKUM WARIS ISLAM
53

3. Dzu al-arham, adalah mereka yang bukan termasuk


dzu al-faraidl dan bukan „ashabah. Dalam
pandangan Syafi‟i bahwa kerabat yang bukan dzu
al-faraidl dan bukan „ashabah tidak dapat mewarisi,
harta warisan selanjutnya diserahkan kepada bait
al-mal apabila tidak ada dzu al-faraidl dan
„ashabah tersebut.

HUKUM WARIS ISLAM


54

PENJELASAN KEWARISAN
BILATERAL HAZAIRIN
1. Dzu al-faraidl terdiri dari: (a) anak perempuan yang
tidak beserta dengan anak laki-laki atau menjadi
mawali bagi anak laki-laki yang telah meninggal
lebih dulu; (b) ayah jika ada anak laki-laki dan atau
perempuan; (c) ibu; (d) seorang atau lebih saudara
laki-laki dan perempuan; (e) suami; (f) istri, dan (g)
mawali sebagai pengganti.

HUKUM WARIS ISLAM


55

2. Dzu al-qarabat: adalah orang yang


menerima sisa harta dalam keadaan
tertentu, mereka adalah: (a) anak laki-laki
dari ahli waris laki-laki atau perempuan; (b)
saudara laki-laki atau perempuan baik dari
pihak laki-laki maupun perempuan; (c)
mawali (pengganti) bagi mendiang
saudara laki-laki atau perempuan dalam
situasi kalalah (mati punah); (d) ayah dalah
keadaan kalalah setelah ia mengambil
baginnya sebagai dzu al-faraidl.
HUKUM WARIS ISLAM
56

e) Apabila terjadi bertemunya dua dzul al-qarabat,


maka dapat dipilah dua alternatif. Pertama: setelah
harta dibagi kepada dzu-al-qarabat, maka sisanya
dibagikan kepada kedua atau lebih dzu al-qarabat
secara merata, atau Kedua; sisa dari pembagian
dzu al-faraidl kemudian dibagikan menurut
kedekatannya hubungan kekeluargaannya dengan
pewaris.

HUKUM WARIS ISLAM


57

3. Mawali adalah mereka yang mewarisi harta


sebab menggantikan kedudukan orang tua
mereka yang telah lebih dahulu meninggal.
Mereka adalah: (a) Mawali bagi mendiang
anak laki-laki atau perempuan dari garis
laki-laki atau perempuan, (b) Mawali untuk
ibu dan mawali untuk ayah dalam keadaan
para ahli waris yang tidak lebih tinggi dari
mereka. Ketentuan ini terjadi dalam
keadaan kalalah. Mereka adalah saudara
seibu pewaris untuk mawali ibu, dan
saudara seayah pewaris untuk mawali
ayah.

HUKUM WARIS ISLAM


58

PRINSIP PENETAPAN
BAGIAN
1. Keutamaan
2. Hijab
3. Prinsip Hukum Keutamaan dan Hijab
4. Penetapan Bagian
5. Penyelesaian Sekitar Perhitungan Bagian
Penjelasannya adalah sebagai berikut:

HUKUM WARIS ISLAM


59

KEUTAMAAN
• Adalah suatu prinsip untuk mendahulukan ahli
waris yang satu dibandingkan yang lain.
• Intinya didasarkan pada jauh dekatnya
hubungan ahli waris dengan pewaris, dan
kuat lemahnya hubungan kekerabatan antara
ahli waris itu dengan pewaris.
• Bahwa semakin kuat dan dekat hubungan
kekerabatan ahli waris dengan pewaris,
semakin besar bagi ahli waris memperoleh
keutamaan dalam mendapatkan bagian.
HUKUM WARIS ISLAM
60

HIJAB
• Hijab erat kaitannya dengan adanya ahli waris lain
yang mendapatkan keutamaan karena jarak
hubungan kekerabatan lebih dekat dengan pewaris.
• Prinsip yang berlaku: “Semakin jauh dan lemah
hubungan kekerabatan antara ahli waris dengan
pewaris, semakin besar bagi ahli waris mendapat
halangan dalam memperoleh bagian.”

HUKUM WARIS ISLAM


61

PRINSIP HUKUM
KEUTAMAAN DAN HIJAB
• Prinsip keutamaan dan hijab merupakan dua sisi dari
sekeping uang logam.
• Sebab di satu sisi ada ahli waris yang mendapat
keutamaan, di sisi lain akan ada ahli waris yang
terhijab. Begitu pula sebaliknya.
• Kedua prinsip ini dipakai dalam Patrilinialisme dan
Bilateralisme.

HUKUM WARIS ISLAM


62

PENETAPAN BAGIAN
1. Mengidentifikasi siapa saja yang berhak
menerima warisan. Hal yang perlu
diperhatikan adalah prinsip keutamaan dan
hijab, serta faktor penghalang kewarisan.
2. Penerapan bagian setiap orang yang
berhak mendapatkan harta warisan.
3. Perhitungan bagian dengan
memperhatikan persoalan-persoalan yang
berkaitan dengan soal penyelesaian, seperti
asal masalah, aul, radd, dsb.
HUKUM WARIS ISLAM
63

PENYELESAIAN SEKITAR
PERHITUNGAN BAGIAN
1. Asal masalah, yakni angka pokok
perhitungan bagian harta warisan atau
kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari
bilangan yang akan dijadikan standar
dalam pembagian.
2. Aul, yakni menambah saham-saham
ashabul furudl. Maksudnya adalah
menambah angka penyebut sehingga
sama dengan angka pembilang yang
menyebabkan pengurangan secara
berimbang dari bagian masing-masing.
HUKUM WARIS ISLAM
64

AUL DALAM KHI


• Pasal 192: “Apabila dalam pembagian harta warisan di
antara para ahli waris Dzawil Furud menunjukkan
bahwa angka pembilang lebih besar dari pada angka
penyebut dinaikkan sesuai dengan angka pembilang,
dan baru sesudah itu harta warisan di bagi secara aul
menurut angka pembilang.

HUKUM WARIS ISLAM


65

CONTOH TERJADINYA
AUL
Ahli waris yang ada: Janda, Ayah, Ibu dan 2 Anak
Perempuan, maka bagian dan asal masalahnya, yakni:

Janda 1/8 3-----3/27


Ayah 1/6 4---- 4/27
Ibu 1/6 4---- 4/27
2 AP 2/3 16----16/27
27(aul)

Asal Masalah dengan mendasarkan KPK adl 24, namun


karena jumlah pembilagnya lebih besar, yakni 27,
maka angka tersebut menjadi asal masalah baru yang
dipakai sebagai dasar perhitungan.

HUKUM WARIS ISLAM


66

3. Radd, yakni bahwa dalam suatu kasus ahli


waris hanya terdiri dari dzawil furudl
sebagaimana terjadi pada langkah awal,
dapat terjadi 2 kemungkinan dalam akhir
pembagian.
a. Pembagian dapat menghabiskan semua
harta warisan.
b. Dari hasil pembagian masih terdapat sisa
bagi atau dinamakan dengan sisa kecil.
(Untuk lebih jelasnya lihat contoh soal di
bawah).
HUKUM WARIS ISLAM
67

RADD DALAM KHI


• Pasal 193: “Apabila dalam pembagian harta warisan di
antara para ahli waris Dzawil furud menunjukkan
bahwa angka pembilang lebih kecil dari pada angka
penyebut, sedangkan tidak ada ahli waris asabah,
maka angka pembagian harta warisan tersebut
dilakukan secara rad, yaitu sesuai dengan hak masing-
masing ahli waris sedangkan sisanya dibagi secara
berimbang di antara mereka.

HUKUM WARIS ISLAM


68

CONTOH TERJADINYA
Ahli Waris yang ada yakni Ayah, Ibu, 1 Anak
Perempuan, dan 1 Saudara Perempuan Seibu. RADD
AW am=6 Radd=5
Ayah 1/6 1---- 1 /5
Ibu 1/6 1---- 1/5
1AP 1/2 3---- 3/5
1 SPI x
5 [radd]
Dengan mendasarkan pada KPK maka asal
masalahnya adalah 6, namun karena jumlah
pembilangnya lebih kecil (terjadi radd), maka angka
tersebut menjadi asal masalah baru yang
digunakan.

HUKUM WARIS ISLAM


69

INTI PROSES PEMBAGIAN


WARISAN, YAKNI SBB:
1. Mengumpulkan dan menjumlahkan harta
kekayaannya.
2. Mengadakan tindakan pemurnian pertama:
a. Untuk hutang biasa, pengobatan dan kebutuhan
keluarga yang lain.
b. Mengeluarkan harta Istri/Suami

HUKUM WARIS ISLAM


70

3. Tindakan pemurnian kedua:


a. Membayar hutang
b. Penguburan
c. Penyaluran wasiat
4. Tinggal harta warisan/sisa besar
5. Dibagikan kepada dzawil furudl (termasuk
istri/suami).
6. Tinggal sisa kecil

HUKUM WARIS ISLAM


71

7. Mengenai sisa kecil dapat dibedakan


sebagai berikut:
a. Sisa kecil diberikan kepada dzul qarabat
(bilateralisme), sisa kecil diberikan kepada
ashabah (patrilinialisme).
b. Kalau tidak ada dzul qarabat, sisa kecil itu
di-radd-kan pada dzawil furudl yang telah
menerima bagian harta warisan
(bilateralisme); kalau tidak ada ashabah,
semua sisa kecil diberikan kepada baitul
mal (patrilinialisme)

HUKUM WARIS ISLAM


72

8. Kalau tidak ada dzawil furudl dan dzul qarabat,


harta warisan dibagi kepada handai tolan
seperjanjian atas dasar wasiat (bilateralisme); kalau
baitul mal tidak ada, maka semua sisa kecil di-radd-
kan kepada dzawil furudl tadi secara berimbang
(patrilinialisme).

HUKUM WARIS ISLAM


73

PERHITUNGAN PEMBAGIAN
HARTA WARISAN

HUKUM WARIS ISLAM


74

BESARNYA BAGIAN MASING-MASING AHLI WARIS

Apabila semua ahli waris ada, maka yang berhak


mendapat warisan hanya : Anak, Ayah, Ibu,
Janda atau Duda.
Ahli Waris Dzawil Furudl
1. Anak Perempuan
½ bagian bila hanya seorang
2/3 bagian bila dua orang atau lebih
2:1 (ashabah) bila bersama dengan
anak laki-laki

HUKUM WARIS ISLAM


2. Ayah 75

1/3 bagian bila tidak ada anak


1/6 bagian bila ada anak
ashabah bila seorang diri
3. Ibu
1/3 bagian bila tidak ada anak atau 2 org
saudara atau lebih
1/6 bagian bila ada anak atau 2 orang
saudara atau lebih
1/3 bagian dari sisa sesudah diambil
bagian janda atau duda bila
bersama dengan ayah (tidak ada
anak atau 2 saudara atau lebih)

HUKUM WARIS ISLAM


76

4. Duda
½ bagian bila tidak ada anak
¼ bagian bila ada anak

5. Janda
¼ bagian bila tidak ada anak
1/8 bagian bila ada anak

HUKUM WARIS ISLAM


77

AHLI WARIS ASHABAH


1. Anak Laki-laki beserta keturunannya
(cucu- sebagai ahli waris pengganti)
2. Ayah apabila seorang diri
3. Saudara Laki-laki kandung dan seayah
beserta keturunannya (kemenakan –
sebagai ahli waris pengganti)
4. Kakek dari Ayah
5. Paman dari ayah sekandung dan seayah
#Ashabah yang lebih kuat menutup
ashabah yang lebih lemah.#

HUKUM WARIS ISLAM


78

SOAL
1. Seorang suami meninggal dunia
dengan meninggalkan ahli waris:
janda, 1 orang anak laki-laki, ayah, dan
ibu. Pewaris mempunyai harta
peninggalan sebesar Rp.75.000.000,-.
Biaya pengurusan jenazah
Rp.1.000.000,-. Biaya perawatan selama
pewaris sakit sebesar Rp.14.000.000,-.
Hitunglah bagian masing-masing ahli
waris !

HUKUM WARIS ISLAM


79

2. Diketahui ahli waris yang ada adalah


janda, 2 anak perempuan, ayah, dan ibu.
Pewaris mempunyai hutang berjumlah
Rp.1.000.000,-. Biaya pengurusan
jenazah Rp.1.000.000,- dan biaya
perawatan selama sakit Rp.4.000.000,-.
Hitunglah bagian masing-masing ahli
waris apabila pewaris meninggalkan
harta bawaan berupa tabungan sebesar
Rp. 10.000.000,- dan jumlah harta
bersama adalah Rp. 100.000.000,- !
HUKUM WARIS ISLAM
80

3. Diketahui Ahli Waris adalah Duda,


Ayah, Ibu, 1 Anak Perempuan
dan 2 Anak Laki-Laki. Harta
peninggalan berjumlah
Rp.100.000.000,-. Hutang
Rp.28.000.000,- dan wasiat untuk
anak angkat sebesar
Rp.24.000.000,-. Hitunglah berapa
bagian masing-masing Ahli Waris !

HUKUM WARIS ISLAM


81

4.Diketahui Ahli Waris yang ada adalah Duda, Ayah, dan


Ibu. Harta Peninggalan Pewaris berjumlah Rp.40.000.000,-
. Hutang Rp.3.500.000,- dan biaya pengurusan jenazah
Rp.500.000,- ribu rupiah. Pewaris juga meninggalkan
wasiat untuk anak angkatnya sebesar Rp.15.000.000,-.
Hitunglah bagian masing-masing Ahli Waris !

HUKUM WARIS ISLAM


82

BAGIAN AHLI WARIS (2)


6. Saudara Laki-laki dan Perempuan Seibu
1/6 untuk masing-masing, (1 ORANG) bila tidak ada
anak atau ayah
1/3 bersama-sama, bila dua orang atau lebih, tidak
ada anak atau ayah.
7. Saudara Perempuan Kandung atau Seayah
½ bila seorang, tidak ada anak atau ayah
2/3 bersama-sama, bila 2 orang atau lebih
2:1 (ashabah) bila bersama saudara laki-laki
kandung atau seayah.

HUKUM WARIS ISLAM


83

CATATAN :
• Saudara Sekandung dan Seayah
mempunyai kedudukan yang sejajar. Oleh
karenanya, Saudara Laki-laki Seayah (SLA)
dapat menarik Saudara Perempuan
Kandung (SPK) menjadi ashabah dan
demikian pula sebaliknya.
• Apabila dalam suatu kasus, Saudara Laki-laki
Kandung (SLK) mewaris bersama-sama
dengan Saudara Laki-laki Seibu (SLI), dan
hasilnya diketahui bahwa bagian SLI > SLK,
maka penyelesaiannya, bagian keduanya
digabungkan dan kemudian dibagi rata.

HUKUM WARIS ISLAM


84

SOAL
5. Diketahui Ahli Waris yang ada adalah Ayah, Ibu, 1 Anak
Perempuan dan 1 Saudara Perempuan Seibu. Harta
peninggalan berjumlah Rp.60.000.000,-. Hutang
Rp.20.000.000,- Biaya Rumah Sakit Rp.3.500.000,- dan
biaya pengurusan jenazah sebesar Rp.500.000,-
Pewaris meninggalkan wasiat untuk anak angkatnya
sebesar Rp.15.000.000,- Hitunglah bagian para Ahli
Waris !

HUKUM WARIS ISLAM


85

6. Seorang Istri meninggal dunia dengan meninggalkan


Ahli Waris : Duda, Ibu, 1 Saudara Perempuan Seayah
(SPA), dan 1 Saudara Laki-laki Kandung (SLK). Harta
Peninggalan berjumlah Rp.100.000.000,- Hutang yang
harus dibayar Rp.20.000.000,- Biaya Rumah Sakit
Rp.7.000.000,- dan biaya pengurusan jenazah
Rp.1.000.000,- Hitunglah bagian para Ahli Waris!

HUKUM WARIS ISLAM


86

7. Seorang Istri meninggal dunia


dengan meninggalkan Ahli Waris
: Duda, Ibu, 2 Saudara Laki-laki
Seibu (SLI), 1 Saudara Laki-laki
Kandung. Harta warisan
berjumlah Rp.72.000.000,-
Hitunglah bagian para Ahli Waris
!

HUKUM WARIS ISLAM


87

8. Seorang Istri meninggal dunia dengan meninggalkan


AW : Duda, 1 Anak Perempuan, 1Anak Laki-Laki, Ibu, 1
Saudara Perempuan Kandung, dan 1 Saudara Laki-
laki Kandung. Harta Bawaan berjumlah Rp.20.000.000,-
Harta bersama berjumlah Rp.100.000.000,- Hutang
sebesar Rp.9.000.000,- dan biaya pengurusan jenazah
Rp.1.000.000,- Hitunglah bagian para Ahli Waris !

HUKUM WARIS ISLAM


88

BAGIAN AHLI WARIS (3)


• Kakek dari ayah
1/6 bagian, bila tidak ada ayah
• Nenek dari ayah
1/6 bagian, bila tidak ada ayah
ditarik sebagai ashabah apabila bersama kakek dari
ayah

HUKUM WARIS ISLAM


89

• Kakek dari Ibu


1/6 bagian, bila tidak ada ayah
dan Ibu
• Nenek dari Ibu
1/6 bagian, bila tidak ada Ibu

HUKUM WARIS ISLAM


90

• Paman dari ayah seibu


1/6 bagian, apabila tidak ada janda atau duda, anak,
ayah, ibu, saudara, kakek, nenek
• Bibi dari ayah
1/6 bagian, bila tidak ada AW yang lain
menjadi ashabah bila bersama paman dari ayah
sekandung dan seayah

HUKUM WARIS ISLAM


91

• Paman dari ayah sekandung dan seayah menjadi


asabah, tertutup oleh anak laki-laki, ayah, kakek dari
ayah, saudara laki-laki kandung dan seayah.

HUKUM WARIS ISLAM


92

AHLI WARIS PENGGANTI

HUKUM WARIS ISLAM


93

PENGERTIAN
• Ahli waris pengganti pada umumnya diberi makna,
orang yang tampil sebagai ahli waris karena
menggantikan kedudukan orang tuanya yang
meninggal dunia lebih dahulu dari pewaris, tanpa
membedakan apakah orang yang meninggal itu laki-
laki atau perempuan.

HUKUM WARIS ISLAM


94

AHLI WARIS PENGGANTI


(HAZAIRIN)
• Dasar Hukum Q.S. an-Nisa‟ ayat 33.
• “Dan untuk setiap orang itu Aku Allah telah
mengadakan mawali bagi harta peninggalan ayah
dan mak dan bagi harta peninggalan keluarga dekat,
demikian juga harta peninggalan bagi tolan
seperjanjianmu, karena itu berikanlah bagian-bagian
kewarisannya.

HUKUM WARIS ISLAM


95

SYARAT YANG HARUS


DIPENUHI MAWALI
1) Orang yang menghubungkan mawali dengan
pewaris harus telah meninggal lebih dahulu, dan
2) Antara mawali dengan pewaris terdapat hubungan
darah.
Dengan adanya syarat hubungan darah ini, maka
bagi janda dan duda tidak mempunyai mawali.

HUKUM WARIS ISLAM


96

HUKUM DI MESIR
• Cucu mendapatkan harta warisan melalui mekanisme
wasiat wajibah.
• Dalam UU Hukum Wasiat Mesir, wasiat wajibah
diberikan terbatas kepada cucu pewaris yang orang
tuanya telah meninggal dunia lebih dahulu dan
mereka tidak mendapatkan harta warisan disebabkan
kedudukannya sebagai zawil arham atau terhijab oleh
ahli waris lain.

HUKUM WARIS ISLAM


97

• Besarnya wasiat wajibah menurut Pasal 71 UU tersebut


ditetapkan sebesar bagian yang semestinya diterima
oleh orang tuanya apabila masih hidup dengan
ketentuan tidak boleh melebihi sepertiga harta
peninggalan dan harus dipenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
• (Lihat Slide berikutnya)

HUKUM WARIS ISLAM


98

SYARAT…(LANJT)
a. Hanya terbatas kepada cucu yang
orang tuanya telah meninggal lebih
dahulu dari pewaris.
b. Cucu tersebut bukan termasuk orang
yang berhak menerima harta warisan.
c. Pewaris tidak memberikan kepadanya
dengan jalan lain sebesar yang telah
ditentukan baginya.
d. Besarnya wasiat wajibah tidak boleh
melebihi sepertiga harta peninggalan.
HUKUM WARIS ISLAM
99

DENGAN DEMIKIAN
• Ahli Waris yang meninggal lebih dahulu dari si pewaris
maka kedudukannya dapat diganti oleh anaknya. (cucu
laki-laki dan perempuan dari Anak Laki-laki dan
Perempuan serta kemenakan laki-laki dan perempuan
dari saudara)
• Bagian ahli waris pengganti tidak boleh melebihi dari
bagian ahli waris yang sederajat dengan yang diganti

HUKUM WARIS ISLAM


100

AHLI WARIS PENGGANTI


DALAM KHI
(PASAL 185)
1) Ahli waris yang meninggal lebih dahulu daripada si
pewaris maka kedudukannya dapat digantikan oleh
anaknya, kecuali mereka yang tersebut dalam Pasal
173. (Pasal 173 adalah tentang Penghalang dalam
kewarisan Islam).
2) Bagian ahli waris pengganti tidak boleh melebihi
dari bagian ahli waris yang sederajat dengan yang
diganti.

HUKUM WARIS ISLAM


101

PERMASALAHAN BERKAITAN
DENGAN PASAL 185 KHI
(BAHAN DISKUSI)
1. Apakah penggantian ahli waris
bersifat tentatif atau imperatif?
2. Apakah jangkauan garis hukum
penggantian ahli waris hanya berlaku
untuk ahli waris garis lurus ke bawah
atau juga berlaku untuk ahli waris garis
menyamping?
3. Apakah ahli waris pengganti
menduduki kedudukan orang tuanya
secara mutlak atau secara relatif?
HUKUM WARIS ISLAM
CONTOH SOAL (ADA AW
PENGGANTI)
102

9. Seorang Istri meninggal duia dengan meninggalkan ahli


waris Duda, Kakek dari ayah, Ayah, satu cucu
perempuan dari Anak Laki-Laki yang telah meninggal
dunia sebelum Pewaris, satu cucu laki-laki dari AP yang
meninggal dunia sblm pewaris, dan seorang Anak
Perempuan. Harta peninggalan berjumlah
Rp.30.000.000,-dan hutang sebesar Rp.6.000.000,-
Hitunglah berapa bagian masing-masing ahli waris yang
berhak!

HUKUM WARIS ISLAM


103

10. Seorang Suami meninggal dunia dengan


meninggalkan para AW : Ayah, Janda, 1
Cucu Perempuan dan 1 Cucu Laki-laki dari
Anak Laki-laki yang telah meninggal dunia
sebelum Pewaris, 1 Anak Perempuan, dan 1
Saudara Perempuan Seibu. Harta
peninggalan berjumlah Rp.100.000.000,-
Biaya RS dan pengurusan jenazah sebesar
Rp.4.000.000,- Hitunglah bagian masing-
masing AW !

HUKUM WARIS ISLAM


104

11. Seorang Istri meninggal dunia dengan


meninggalkan ahli waris Duda, Ibu, satu
Kemenakan Laki-laki dan satu kemenakan
perempuan dari saudara laki-laki seayah yang
meninggal sebelum pewaris, satu kemenakan
perempuan dari saudara perempuan kandung
yang meninggal dunia sebelum pewaris, dan 1
saudara perempuan seayah. Hitunglah berapa
bagian masing-masing ahli waris apabila harta
peninggalan berjumlah Rp.50.000.000,- dan
hutang serta biaya pengurusan jenazah
berjumlah Rp.2.000.000,-!

HUKUM WARIS ISLAM


105

12. Diketahui ahli waris yang ada adalah


janda, ayah, ibu, 1 cucu perempuan dari
anak laki-laki yang telah meninggal sebelum
pewaris, 1 cucu laki-laki dari anak
perempuan yang meninggal dunia sebelum
pewaris, 1 anak perempuan, kakek dari
ayah, dan satu saudara laki-laki kandung.
Harta bawaan berjumlah Rp.10.000.000,-
harta bersama berjumlah Rp.80.000.000,-
biaya rumah sakit dan perawatan jenazah
Rp.2.000.000,- Hitung bagian masing-masing
ahli waris yang berhak!

HUKUM WARIS ISLAM


106

HIBAH DAN WASIAT

HUKUM WARIS ISLAM


107

WASIAT
1. PENGERTIAN
Adalah pemberian suatu benda dari pewaris kepada orang
lain atau lembaga yang akan berlaku setelah pewaris
meninggal dunia.
2. DASAR HUKUM
a. Al Quran Surat 2 : 180
“Bagian Ahli Waris terhadap harta warisan setelah
dikurangi hutang mayit dan melaksanakan
wasiatnya”
b. Sunnah
* HR Ad Daraquthni dari Muadz bin Jabal
* HR Al Jama’ah dari Sa’ad ibn Abi Waqqash
HUKUM WARIS ISLAM
108

• Hadits Nabi dari Sa‟ad ibn Waqas, riwayat Bukhari


dan Muslim tentang batas maksimal pelaksanaan
wasiat. Jawab Rosul “sepertiga, sepertiga adalah
banyak atau besar, sungguh kamu jika
meninggalkan ahli warismu dalam keadaan yang
cukup adalah lebih baik daripada meninggalkan
mereka dalam keadaan miskin yang meminta-minta
kepada orang banyak”

HUKUM WARIS ISLAM


109
3. UNSUR-UNSUR WASIAT DAN SYARAT MASING-MASING
a. Orang yang Berwasiat ( Mushi)
(1) Baligh, 21 tahun
(2) Berakal sehat
(3) Atas kehendak sendiri secara bebas/tidak ada paksaan
Mushi tidak harus beragama Islam
b. Orang atau lembaga yang dituju dalam wasiat (Mushalahu)
(1) Harus dapat diketahui dengan jelas
(2) Telah wujud ketika wasiat dinyatakan
(3) Bukan tujuan kemaksiatan
c. Mushabihi
(1) Hak dari pewasiat
(2) Dapat berlaku sebagai harta warisan atau dapat menjadi obyek
perjanjian

HUKUM WARIS ISLAM


110

4. SIGHAT WASIAT
• Bisa lesan atau tulisan, dihadapan 2 orang saksi atau
dihadapan notaris
• Bisa pula dengan isyarat
• Sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan kecuali
semua ahli waris setuju.

HUKUM WARIS ISLAM


111

WASIAT UNTUK AHLI WARIS


• Wasiat kepada ahli waris berlaku apabila disetujui
oleh semua ahli waris.
• Wasiat hanya diperbolehkan sebanyak-banyaknya
1/3 dari harta warisan kecuali apabila semua ahli
waris menyetujui.
Pernyataan persetujuan ahli waris dibuat secara
lisan atau tertulis dengan 2 orang saksi atau
dihadapan notaris
• Apabila wasiat melebihi 1/3 dari harta warisan
sedangkan ada ahli waris yang tidak setuju maka
wasiat hanya dilaksanakan sampai 1/3 harta
warisan

HUKUM WARIS ISLAM


112

WASIAT TIDAK BERLAKU BAGI :


• Orang yang melakukan pelayanan perawatan bagi
seseorang
• Orang yang memberi tuntunan kerohanian sewaktu sakit
sampai meninggalnya kecuali ditentukan dengan jelas
dan tegas untuk membalas jasa
• Notaris dan saksi-saksi pembuat akta

HUKUM WARIS ISLAM


113

WASIAT WAJIBAH
• Wasiat wajibah merupakan kebijakan penguasa yang
bersifat memaksa untuk memberikan wasiat kepada
orang tertentu dalam keadaan tertentu.
• Terhadap Orang tua angkat dan anak angkat yang
tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah sebanyak-
banyaknya 1/3 dari harta warisan anak angkat atau
orang tua angkatnya.

HUKUM WARIS ISLAM


114

PASAL 209 KHI


1) Harta peninggalan anak angkat dibagi
berdasarkan pasal-pasal 176 sampai
dengan 193 tersebut di atas, sedangkan
terhadap orang tua angkat yang tidak
menerima wasiat diberi wasiat wajibah
sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta
warisan anak angkatnya.
2) Terhadap anak angkat yang tidak
menerima wasiat diberi wasiat wajibah
sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta
warisan orang tua angkatnya.
HUKUM WARIS ISLAM
115

HIBAH
• Pengertian
“Pemberian suatu benda secara sukarela dan tanpa
imbalan dari seseorang kepada orang lain yang masih
hidup untuk dimiliki”
• Unsur-unsur
1. Penghibah : baligh, 21 tahun
berakal sehat
tidak ada paksaan

HUKUM WARIS ISLAM


116

2. Penerima Hibah
“Orang atau lembaga dihadapan 2 orang saksi”
3. Benda yang dihibahkan
a. maximal 1/3 dari harta warisan
b. harus merupakan hak dari penghibah
Hibah Orang Tua kepada anaknya dapat
diperhitungkan sebagai warisan

HUKUM WARIS ISLAM


117

•Hibah tidak dapat ditarik kembali


kecuali hibah orang tua kepada
anaknya
•Hibah yang diberikan pada saat
pemberi hibah dalam keadaan sakit
yang dekat dengan kematian, maka
harus mendapat persetujuan dari
ahli waris.

HUKUM WARIS ISLAM


118

TUGAS KELOMPOK
1. Buatlah 12 Kelompok berdasarkan Pertemanan
2. Ada 12 soal perhitungan waris
3. Masing-masing kelompok mengerjakan satu soal
perhitungan waris
4. Semua Perhitungan Waris dikumpul pada saat mulai
diskusi kelompok

HUKUM WARIS ISLAM

Anda mungkin juga menyukai