HUKUM WARIS
ISLAM
HUKUM WARIS ISLAM
2
REFERENCE
1. Abdul Ghofur Anshori, Hukum Kewarisan
Islam di Indonesia: Eksistensi dan
Adabtabilitas, Ekonisia, Yogyakarta.
2. ---------------------------, Filsafat Hukum Kewarisan
Islam: Konsep Kewarisan Bilateral Hazairin, UII
Press, Yogyakarta.
3. Ahmad Azhar Basyir, Hukum Kewarisan
Islam, UII Press, Yogyakarta.
4. Hazairin, Hukum Kewarisan Bilateral Menurut
Qur’an dan Hadits, Tintamas, Jakarta.
HUKUM WARIS ISLAM
3
PENGERTIAN DASAR
• Hukum waris dalam Islam adalah bagian
dari Syariat Islam yang sumbernya diambil
dari al-Quran dan Hadis Rasulullah SAW.
• Kemudian mujtahid dan fuqoha
mentransformasi melalui berbagai formulasi
kewarisan sesuai dengan pendapatnya
masing-masing.
• Hukum waris Islam juga dikenal dengan
istilah faraid, yang secara bahasa berarti
kadar atau bagian.
DENGAN DEMIKIAN
• Hukum Kewarisan Islam adalah seperangkat ketentuan
yang mengatur cara-cara peralihan hak dari
seseorang yang telah meninggal dunia kepada orang
yang masih hidup yang ketentuan-ketentuan tersebut
mendasarkan pada wahyu Ilahi yang terdapat dalam
al-Quran dan penjelasannya yang diberikan oleh Nabi
Muhammad SAW, serta hasil Ijtihad Ahli Hukum Islam
(Fuqoha).
SUBSTANSI HKI
• HKI merupakan hukum yang mengatur tentang
peralihan kepemilikan harta dari orang yang telah
meninggal dunia kepada orang yang masih hidup
(yang berhak menerimanya), yang mencakup apa
saja yang menjadi harta warisan, siapa-siapa saja yang
berhak menerima, berapa besar porsi atau bagian
masing-masing ahli waris, kapan dan bagaimana tata
cara pengalihannya.
ISTILAH-ISTILAH DALAM
HUKUM KEWARISAN ISLAM
• Pewaris adl org yg pada saat
meninggalnya atau dinyatakan meninggal
berdasarkan putusan pengadilan
beragama Islam, meninggalkan ahli waris
dan harta peninggalan
• Ahli waris adl org yg pada saat
meninggalnya pewaris mempunyai hub
darah/hub perkawinan dg pewaris,
beragama Islam dan tdk terhalang oleh hk
utk menjadi ahli waris
HUKUM WARIS ISLAM
9
SUMBER HUKUM
KEWARISAN ISLAM
• Hukum Kewarisan bersumber pada: al-
Quran,Sunnah Rasul, dan Ijtihad.
• Hal ini dapat didasarkan pada Q.S. an-Nisa‟
ayat (59) dan Hadis Muadz bin Jabal, yang
artinya:
• “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah
dan taatilah Rasul(Nya) dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (al-Quran) dan
Rasul (Sunnahnya)…”
AL-QURAN
a. Q.S. an-Nisa‟ (4): 7
b. Q.S. an-Nisa‟(4) : 11
c. Q.S. an-Nisa‟(4) : 12
d. Q.S. an-Nisa‟(4) : 33
e. Q.S. an-Nisa‟(4) : 176
ASAS-ASAS HUKUM
WARIS ISLAM
Asas-asas di bawah ini bersumber dari:
1. Pendapat para ulama dan pakar hukum Islam.
2. Peraturan Perundang-Undangan bidang kewarisan
yang berlaku di Indonesia.
ASAS KETULUSAN
(INTEGRITY)
• Integrity artinya: ketulusan hati, kejujuran,
keutuhan.
• Intinya adalah bahwa dalam melaksanakan
Hukum Kewarisan dalam Islam diperlukan
ketulusan hati untuk mentaatinya karena
terikat dengan aturan yang diyakini
kebenarannya.
• Secara hukum asas ini didukung oleh UU No. 3
Tahun 2006 jo UU No. 50 Tahun 2009 tentang
Peradilan Agama yang menghapus
keberadaan hak opsi sebagaimana dikenal
dalam UU No. 7 Tahun 1989.
ASAS TA’ABBUDI:
PENGHAMBAAN DIRI
• Intinya bahwa melaksanakan pembagian waris secara
hukum Islam adalah ibadah kepada Allah SWT, yang
akan berpahala bila ditaati seperti layaknya mentaati
pelaksanaan hukum Islam lainnya.
• Landasan dari asas ini adalah Q.S. an-Nisa‟ ayat 13 s.d
14.
….PENGHALANG
• KEWARISAN
Hukum Islam: murtad, membunuh dan hamba
sahaya.
• KHI Pasal 173: “Seseorang terhalang menjadi ahli
waris apabila dengan putusan hakim yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap, dihukum
karena:
1. Dipersalahkan telah membunuh atau mencoba
membunuh atau menganiaya berat pada
pewaris;
2. Dipersalahkan secara memfitnah telah
mengajukan pengaduan bahwa pewaris telah
melakukan suatu kejahatan yang diancam
dengan hukum 5 tahun penjara atau hukuman
yang lebih berat.
HUKUM WARIS ISLAM
31
ASAS IJBARI:
KEHARUSAN, KEWAJIBAN
• Bahwa dalam hukum kewarisan Islam secara otomatis
peralihan harta dari seseorang yang telah meninggal
dunia (pewaris) kepada ahli warisnya sesuai dengan
kehendak Allah SWT tanpa digantungkan kepada
kehendak seseorang baik pewaris maupun ahli waris.
AZAS BILATERAL
ASAS INDIVIDUAL :
PERORANGAN
• Bahwa harta warisan dapat dibagi-bagi
pada masing-masing ahli waris untuk
dimiliki secara perorangan.
• Dalam pelaksanaannya seluruh harta
warisan dinyatakan dalam nilai tertentu
yang kemudian dibagi-bagikan kepada
ahli waris yang berhak menerimanya
menurut kadar bagian masing-masing.
• Lihat: Q.S. an-Nisa‟ ayat (7), (8) (11), (12),
(33), dan (176).
HUKUM WARIS ISLAM
36
AZAS KEADILAN
BERIMBANG
• Azas ini mengandung pengertian bahwa
harus ada keseimbangan antara hak yang
diperoleh seseorang dari harta warisan
dengan kewajiban atau beban biaya
kehidupan yang harus ditunaikannya.
• Antara laki-laki dan perempuan,
bagiannya sebanding dengan kewajiban
yang dipikulnya masing-masing (kelak)
dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat.
HUKUM WARIS ISLAM
37
AZAS KEMATIAN
• Makna azas ini adalah bahwa kewarisan baru muncul
bila ada yang meninggal dunia.
• DKL kewarisan semata-mata sebagai akibat dari
kematian seseorang.
• Kewarisan Islam dalam konteks KUHPerdata disebut
kewarisan ab intestato. Islam tidak mengenal
kewarisan atas dasar wasiat (testamen).
JALAN KELUARNYA???
• Selesaikan dahulu pembagian waris secara Islam,
kemudian setelah kita terima bagiannya atau
sekurang-kurangnya sudah tau bagian kita, barulah
kita serahkan kepada pihak lain bagian itu.
• Penyerahan ditujukan kepada orang tua, saudara
atau lainnya dalam bentuk shodaqoh, hibah atau
hadiah.
TINDAKAN PEMURNIAN
SEBELUM HARTA
PENINGGALAN DI BAGI
1. Pembiayaan jenazah, hal ini merupakan
hasil ijtihad, dengan alasan bahwa
pewaris masih mempunyai hak terhadap
hartanya.
2. Pelunasan hutang dan penunaian wasiat
(keduanya disebut dalam QS. An-Nisa‟
(4): 11 dan 12. Intinya adalah bahwa
hutang pewaris dan penunaian wasiat
menjadi tanggung jawab pewaris bukan
tanggung jawab ahli waris.
HUKUM WARIS ISLAM
43
SISTEM KEWARISAN
1. Sistem kewarisan individual, yakni bahwa
harta peninggalan dibagi-bagikan
kepada para ahli waris secara individual.
2. Sistem kewarisan kolektif, yakni bahwa
harta peninggalan diwarisi oleh
sekumpulan ahli waris dalam bentuk
harta pusaka sebagai satu kesatuan.
3. Sistem kewarisan mayorat, yakni bahwa
anak tertua berhak tunggal untuk
mewarisi seluruh harta peninggalan.
BERDASARKAN HAL
DIMAKSUD, MAKA:
1. Hukum kekeluargaan mana
yang sesuai dengan hukum
kewarisan menurut al-Quran?
2. Kewarisan yang ada dalam al-
Quran termasuk jenis kewarisan
yang mana?
KONDISI RIIL DI
MASYARAKAT INDONESIA
• Bahwa yang banyak dianut di
Indonesia adalah hukum
kewarisan Ahlu al-Sunnah wa al-
Jama‟ah hasil ijtihad Imam Syafi‟i
yang terbentuk dari masyarakat
Arab yang patrilineal.
KEWARISAN SYAFI‟I
DENGAN KEWARISAN
HAZAIRIN
• Perbedaan yang paling menonjol adalah
perbedaan dalam menyandarkan garis
keturunan.
• Syafi‟i menyandarkan garis keturunan
kepada laki-laki tanpa melihat peran
masing-masing dalam keluarga tersebut,
sedangkan Hazairin memposisikan sejajar
antara laki-laki dan perempuan,
tergantung pada besar kecilnya peranan
mereka dalam keluarga.
HUKUM WARIS ISLAM
49
PERBEDAAN LAIN:
• Dapat dilihat dari penggolongan ahli waris dalam
mendapatkan bagian harta warisan.
• Kewarisan Syafi‟i (patrilineal), mengenal adanya Dzu al-
faraidl, Ashabah, Dzu al-arham.
• Sedangkan kewarisan Hazairin (bilateral), mengenal
Dzu al-faraidl, Dzu al-qarabat, dan Mawali.
PENJELASAN KEWARISAN
SYAFI‟I
1. Dzu al-faraidl, adalah ahli waris yang
mendapat bagian warisan tertentu
dalam keadaan tertentu.
2. „Ashabah, adalah sebutan untuk ahli
waris yang dekat pertalian
kekerabatannya dengan pewaris.
Ashabah mewarisi harta warisan secara
„ushbah (menghabiskan sisa bagian)
tanpa ditentukan secara pasti
bagiannya, tergantung pada sisa
setelah dibagikan kepada dzu al-faraidl.
HUKUM WARIS ISLAM
51
ASHABAH DIBEDAKAN
MENJADI 3:
1) „ashabah bi al-nafsi, yaitu semua orang laki-laki
yang pertalian nasabnya kepada pewaris tidak
terselingi oleh perempuan. Bagian mereka
ditentukan oleh kedekatannya kepada pewaris.
2) „ashabah bi al-ghairi, yaitu ahli waris dzu al-furudl
perempuan yang tergandeng dengan laki-laki yang
menjadi mu’ashibnya.
PENJELASAN KEWARISAN
BILATERAL HAZAIRIN
1. Dzu al-faraidl terdiri dari: (a) anak perempuan yang
tidak beserta dengan anak laki-laki atau menjadi
mawali bagi anak laki-laki yang telah meninggal
lebih dulu; (b) ayah jika ada anak laki-laki dan atau
perempuan; (c) ibu; (d) seorang atau lebih saudara
laki-laki dan perempuan; (e) suami; (f) istri, dan (g)
mawali sebagai pengganti.
PRINSIP PENETAPAN
BAGIAN
1. Keutamaan
2. Hijab
3. Prinsip Hukum Keutamaan dan Hijab
4. Penetapan Bagian
5. Penyelesaian Sekitar Perhitungan Bagian
Penjelasannya adalah sebagai berikut:
KEUTAMAAN
• Adalah suatu prinsip untuk mendahulukan ahli
waris yang satu dibandingkan yang lain.
• Intinya didasarkan pada jauh dekatnya
hubungan ahli waris dengan pewaris, dan
kuat lemahnya hubungan kekerabatan antara
ahli waris itu dengan pewaris.
• Bahwa semakin kuat dan dekat hubungan
kekerabatan ahli waris dengan pewaris,
semakin besar bagi ahli waris memperoleh
keutamaan dalam mendapatkan bagian.
HUKUM WARIS ISLAM
60
HIJAB
• Hijab erat kaitannya dengan adanya ahli waris lain
yang mendapatkan keutamaan karena jarak
hubungan kekerabatan lebih dekat dengan pewaris.
• Prinsip yang berlaku: “Semakin jauh dan lemah
hubungan kekerabatan antara ahli waris dengan
pewaris, semakin besar bagi ahli waris mendapat
halangan dalam memperoleh bagian.”
PRINSIP HUKUM
KEUTAMAAN DAN HIJAB
• Prinsip keutamaan dan hijab merupakan dua sisi dari
sekeping uang logam.
• Sebab di satu sisi ada ahli waris yang mendapat
keutamaan, di sisi lain akan ada ahli waris yang
terhijab. Begitu pula sebaliknya.
• Kedua prinsip ini dipakai dalam Patrilinialisme dan
Bilateralisme.
PENETAPAN BAGIAN
1. Mengidentifikasi siapa saja yang berhak
menerima warisan. Hal yang perlu
diperhatikan adalah prinsip keutamaan dan
hijab, serta faktor penghalang kewarisan.
2. Penerapan bagian setiap orang yang
berhak mendapatkan harta warisan.
3. Perhitungan bagian dengan
memperhatikan persoalan-persoalan yang
berkaitan dengan soal penyelesaian, seperti
asal masalah, aul, radd, dsb.
HUKUM WARIS ISLAM
63
PENYELESAIAN SEKITAR
PERHITUNGAN BAGIAN
1. Asal masalah, yakni angka pokok
perhitungan bagian harta warisan atau
kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari
bilangan yang akan dijadikan standar
dalam pembagian.
2. Aul, yakni menambah saham-saham
ashabul furudl. Maksudnya adalah
menambah angka penyebut sehingga
sama dengan angka pembilang yang
menyebabkan pengurangan secara
berimbang dari bagian masing-masing.
HUKUM WARIS ISLAM
64
CONTOH TERJADINYA
AUL
Ahli waris yang ada: Janda, Ayah, Ibu dan 2 Anak
Perempuan, maka bagian dan asal masalahnya, yakni:
CONTOH TERJADINYA
Ahli Waris yang ada yakni Ayah, Ibu, 1 Anak
Perempuan, dan 1 Saudara Perempuan Seibu. RADD
AW am=6 Radd=5
Ayah 1/6 1---- 1 /5
Ibu 1/6 1---- 1/5
1AP 1/2 3---- 3/5
1 SPI x
5 [radd]
Dengan mendasarkan pada KPK maka asal
masalahnya adalah 6, namun karena jumlah
pembilangnya lebih kecil (terjadi radd), maka angka
tersebut menjadi asal masalah baru yang
digunakan.
PERHITUNGAN PEMBAGIAN
HARTA WARISAN
4. Duda
½ bagian bila tidak ada anak
¼ bagian bila ada anak
5. Janda
¼ bagian bila tidak ada anak
1/8 bagian bila ada anak
SOAL
1. Seorang suami meninggal dunia
dengan meninggalkan ahli waris:
janda, 1 orang anak laki-laki, ayah, dan
ibu. Pewaris mempunyai harta
peninggalan sebesar Rp.75.000.000,-.
Biaya pengurusan jenazah
Rp.1.000.000,-. Biaya perawatan selama
pewaris sakit sebesar Rp.14.000.000,-.
Hitunglah bagian masing-masing ahli
waris !
CATATAN :
• Saudara Sekandung dan Seayah
mempunyai kedudukan yang sejajar. Oleh
karenanya, Saudara Laki-laki Seayah (SLA)
dapat menarik Saudara Perempuan
Kandung (SPK) menjadi ashabah dan
demikian pula sebaliknya.
• Apabila dalam suatu kasus, Saudara Laki-laki
Kandung (SLK) mewaris bersama-sama
dengan Saudara Laki-laki Seibu (SLI), dan
hasilnya diketahui bahwa bagian SLI > SLK,
maka penyelesaiannya, bagian keduanya
digabungkan dan kemudian dibagi rata.
SOAL
5. Diketahui Ahli Waris yang ada adalah Ayah, Ibu, 1 Anak
Perempuan dan 1 Saudara Perempuan Seibu. Harta
peninggalan berjumlah Rp.60.000.000,-. Hutang
Rp.20.000.000,- Biaya Rumah Sakit Rp.3.500.000,- dan
biaya pengurusan jenazah sebesar Rp.500.000,-
Pewaris meninggalkan wasiat untuk anak angkatnya
sebesar Rp.15.000.000,- Hitunglah bagian para Ahli
Waris !
PENGERTIAN
• Ahli waris pengganti pada umumnya diberi makna,
orang yang tampil sebagai ahli waris karena
menggantikan kedudukan orang tuanya yang
meninggal dunia lebih dahulu dari pewaris, tanpa
membedakan apakah orang yang meninggal itu laki-
laki atau perempuan.
HUKUM DI MESIR
• Cucu mendapatkan harta warisan melalui mekanisme
wasiat wajibah.
• Dalam UU Hukum Wasiat Mesir, wasiat wajibah
diberikan terbatas kepada cucu pewaris yang orang
tuanya telah meninggal dunia lebih dahulu dan
mereka tidak mendapatkan harta warisan disebabkan
kedudukannya sebagai zawil arham atau terhijab oleh
ahli waris lain.
SYARAT…(LANJT)
a. Hanya terbatas kepada cucu yang
orang tuanya telah meninggal lebih
dahulu dari pewaris.
b. Cucu tersebut bukan termasuk orang
yang berhak menerima harta warisan.
c. Pewaris tidak memberikan kepadanya
dengan jalan lain sebesar yang telah
ditentukan baginya.
d. Besarnya wasiat wajibah tidak boleh
melebihi sepertiga harta peninggalan.
HUKUM WARIS ISLAM
99
DENGAN DEMIKIAN
• Ahli Waris yang meninggal lebih dahulu dari si pewaris
maka kedudukannya dapat diganti oleh anaknya. (cucu
laki-laki dan perempuan dari Anak Laki-laki dan
Perempuan serta kemenakan laki-laki dan perempuan
dari saudara)
• Bagian ahli waris pengganti tidak boleh melebihi dari
bagian ahli waris yang sederajat dengan yang diganti
PERMASALAHAN BERKAITAN
DENGAN PASAL 185 KHI
(BAHAN DISKUSI)
1. Apakah penggantian ahli waris
bersifat tentatif atau imperatif?
2. Apakah jangkauan garis hukum
penggantian ahli waris hanya berlaku
untuk ahli waris garis lurus ke bawah
atau juga berlaku untuk ahli waris garis
menyamping?
3. Apakah ahli waris pengganti
menduduki kedudukan orang tuanya
secara mutlak atau secara relatif?
HUKUM WARIS ISLAM
CONTOH SOAL (ADA AW
PENGGANTI)
102
WASIAT
1. PENGERTIAN
Adalah pemberian suatu benda dari pewaris kepada orang
lain atau lembaga yang akan berlaku setelah pewaris
meninggal dunia.
2. DASAR HUKUM
a. Al Quran Surat 2 : 180
“Bagian Ahli Waris terhadap harta warisan setelah
dikurangi hutang mayit dan melaksanakan
wasiatnya”
b. Sunnah
* HR Ad Daraquthni dari Muadz bin Jabal
* HR Al Jama’ah dari Sa’ad ibn Abi Waqqash
HUKUM WARIS ISLAM
108
4. SIGHAT WASIAT
• Bisa lesan atau tulisan, dihadapan 2 orang saksi atau
dihadapan notaris
• Bisa pula dengan isyarat
• Sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan kecuali
semua ahli waris setuju.
WASIAT WAJIBAH
• Wasiat wajibah merupakan kebijakan penguasa yang
bersifat memaksa untuk memberikan wasiat kepada
orang tertentu dalam keadaan tertentu.
• Terhadap Orang tua angkat dan anak angkat yang
tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah sebanyak-
banyaknya 1/3 dari harta warisan anak angkat atau
orang tua angkatnya.
HIBAH
• Pengertian
“Pemberian suatu benda secara sukarela dan tanpa
imbalan dari seseorang kepada orang lain yang masih
hidup untuk dimiliki”
• Unsur-unsur
1. Penghibah : baligh, 21 tahun
berakal sehat
tidak ada paksaan
2. Penerima Hibah
“Orang atau lembaga dihadapan 2 orang saksi”
3. Benda yang dihibahkan
a. maximal 1/3 dari harta warisan
b. harus merupakan hak dari penghibah
Hibah Orang Tua kepada anaknya dapat
diperhitungkan sebagai warisan
TUGAS KELOMPOK
1. Buatlah 12 Kelompok berdasarkan Pertemanan
2. Ada 12 soal perhitungan waris
3. Masing-masing kelompok mengerjakan satu soal
perhitungan waris
4. Semua Perhitungan Waris dikumpul pada saat mulai
diskusi kelompok