Anda di halaman 1dari 3

LEDAKAN MONEY POLITICS DAN BLACK CAMPAIGN YANG TERJADI DI PILKADA

SERENTAK 2020
Menurut Pengamat Politik Political and Public Policy Studies (P3S) mengatakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)
serentak 2020 di 270 daerah bakal diwarnai dengan namanya politik uang. “Alasannya sederhana, Indonesia saat ini
lagi menghadapi krisis ekonomi lantaran diterpa pandemi corona,” dalam survey LSI di Tahun 2020 ini, sekitar 30
persen jual beli suara pada Pilkada serentak 2020 dan ada daerah sampai 80 persen berpotensi terjadi money
politics. “Pada pilkada 2017 lalu menurut survei LSI, 71 persen publik percaya akan money politik di 101 daerah yang
menggelar Pilkada.  Survei LSI juga pada tahun 2017 silam di Pilkada DKI Jakarta dimana 47 persen warga
terpengaruh politik uang.  Ada istilah : Vigintalisme harus dikedepankan pertama Law Enforcement (Penegakkan
hukum), Kedua, Omission (Pembiaran), dan Feel the most (merasa paling),” tambahnya.

Lebih para lagi, jual beli jabatan yang dimana para kadis harus membayar Rp100-200 juta untuk duduk di posisi ini.
“Sampai untuk menjadi kepala sekolah pun harus menyuap sang kepala daerah. Nah, kalau tak ada punishment
yang berat terhadap pelaku kejahatan Pemilu seperti money politics maka praktik ini akan terus mengurita. Memang
selama ini sistem pemilu bahkan pilkada belum menunjukan anti politik uang.  Barangkali perlu diperbaiki
regulasinya,” ujarnya.

Jerry juga mengemukakan penindakan pelanggaran masih lemah. “Tugas Gakkumdu masih mandul dan samar-
samar. Jarang terdengar pelaku kejahatan pemilu masuk penjara.  Kendati mereka melakukan tindakan Fraud and
Cheating kejahatan dan pencurian dalam pilkada hukumnya masih terlalu ringan. Coba ada lembaga peradilan
pemilu dan pilkada maka kasus money politics bisa di bawah ke ranah pidana,” lanjutnya.

Menurut Jerry bisa saja Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun 2017 direvisi terkait praktik politik uang. “Saya usulkan
Bawaslu menjadi lembaga pengawas dan penindakan Pemilu. Kalau di ASN ada Sat-Pol PP maka dalam
Kepemiluan bisa ada polisi kepemiluan.  Tugasnya menangkap bahkan mengadili pelaku politik uang, suap politik,
politik transaksional politik barang dan jasa, netralitas ASN, mahar politik, black campaign dan pelanggaran lainnya,”
jelas Jerry.

Paling bahaya jika Pilkada dikuasai cukong yang membayar semua kebutuhan si calon. “Setelah terpilih maka
pengembalian pasti dilakukan. Praktik korupsi bakal dilakukan lantaran mengembalikan pinjaman kepada cukong.
Nah, parpol sebetulnya harus memilih kandidat yang diusung yang mapan secara finansial, ataupun kalau parpol
punya anggaran bisa disupport. Praktik mahar dan money politics buntutnya korupsi. Buktinya, selama 1 dekade
menurut KPK 300 kepala daerah telah menjadi tersangka kasus korupsi,” tegasnya.

Jerry mengungkapkan banyak cara dilakukan koruptor ini yakni gratifikasi, penggelapan pendapatan daerah, pajak
tak disetorkan, uang gaji ASN disimpan di bank untuk diambil bunganya, semua tender bahkan penunjukan langsung
(PL) diberikan kepada keluarga kepala daerah.

“Dengan cara kepala daerah punya banyak perusahaan tapi atas nama orang lain. Gaya jurdil (jujur dan adil) perlu
disosialisasi terus kepada publik akan bahaya dan dampak buruk politik uang atau perlukah melibatkan KPK dalam
kasus politik uang?  Ini menjadi tantangan Indonesia ke depan,” katanya lagi.

Bahkan survei LIPI pada 2019 lalu, Jerry menyampaikan 40 persen responden menerima uang dari para peserta
pemilu tetapi tidak mempertimbangkan untuk tetap memilih mereka. “Sementara itu, 37 persen lainnya mengaku
menerima pemberian uang dan mempertimbangkan si pemberi untuk dipilih. Dengan anggaran yang harus
ditanggung oleh kepala daerah Rp25-30 miliar maka pikiran “Balik Modal’ pasti jalan setelah dia terpilih menjadi
kepala daerah. Maka short cut (jalan pintas) dilakukannya adalah model Money Politics,” tegasnya lagi.

Maka dari itu Jerry menegaskan makanya lembaga peradilan pemilu perlu ada.  “Saya berharap ada tindakan tegas
terhadap pelaku money politics di Indonesia,” pungkasnya.
Tahun 2014 adalah tahun politik bagi Indonesia. Di tahun ini, Indonesia akan menyelenggarakan
Pemilihan Umum (Pemilu) yang dimulai dari Pemilu legislatif dan kemudian dilanjutkan ke pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden. Salah satu masalah yang kerap mencuat dalam Pemilu adalah kampanye
hitam (black campaign) yang sering dilakukan oleh salah satu kandidat atau tim kampanye kandidat
tersebut untuk menjatuhkan kandidat lainnya. Black campaign, tidak seperti kampanye negatif
(negative campaign), dilarang karena cenderung ke arah fitnah dan menyebarkan berita bohong
terkait kandidat tertentu.

Wawancara kali ini akan membahas perihal black campaign dalam kegiatan Pemilu. Narasumber kali
ini adalah Wirdyaningsih, S.H., M.H. yang adalah salah satu staf pengajar FHUI yang tercatat pernah
menjadi Panitia Pengawas Pemilu Depok (2004) dan aktif di Badan Pegawas Pemilu (Bawaslu) Pusat
(2008).

Apa yang dimaksud black campaign?

Sebenarnya tidak terdapat suatu definisi pun mengenai black campaign. Istilah tersebut digunakan di
Indonesia untuk menyebut kegiatan-kegiatan yang dikenal sebagai negative campaign dalam rangka
menjatuhkan lawan politik.

Apa saja yang termasuk black campaign?

Yang termasuk dalam kegiatan negative campaign menurut Undang-undang Pemilu biasanya


berkaitan dengan pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu, pelanggaran administrasi pemilu,
sengketa pemilu, dan tindak pidana pemilu.

Bagaimana perkembangan black campaign di Indonesia?

Berdasarkan hasil pengamatan saya, dahulu black campaign dilakukan melalui pembagian atau


penyebaran informasi melalui media cetak seperti pamflet, fotokopian artikel, dan lain-lain, yang
didalamnya berisikan mengenai informasi-informasi negatif pihak lawan, kepada masyarakat luas.
Penyebaran itu dilakukan oleh tim sukses maupun simpatisan dari si bakal calon legislatif maupun
eksekutif.

Sekarang black campaign dilakukan dengan menggunakan media yang lebih canggih, seperti misalnya
menggunakan media sosial. Namun demikian, media cetak pun masih tetap digunakan untuk
mediablack campaign ini, sementara aturan belum memadai, karena pemikiran penegak hukumnya
belum sampai ke sana.

Mengapa di Indonesia masih sering terjadi black campaign?

Di Indonesia, black campaign masih sering terjadi dikarenakan sulitnya kegiatan itu ditindak. Letak
kesulitannya terdapat pada pengaturan dalam Undang-undang No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan
Umum, pasal 249 ayat (4) bahwa pelanggaran kampanye baru dapat ditindak apabila ada pengaduan
atau pelaporan terlebih dahulu kepada Bawaslu mengenai adanya dugaan pelanggaran atau kelalaian
dalam pelaksanaan pemilu. Adanya batas kadaluarsa yang begitu cepat, yaitu hanya 7 (tujuh) hari
sejak diketahui dan/atau ditemukannya pelanggaran pemilu-lah yang menjadikan pelanggaran
tersebut sulit ditindak, karena biasanya baru dilaporkan kepada Bawaslu setelah batas kadaluarsa
tersebut.

Selain itu, penggunaan media elektronik dalam kegiatan-kegiatan black campaign belum diatur secara
lengkap dan memadai oleh Undang-undang maupun peraturan terkait dengan pemilihan umum,
sehingga pemikiran para penegak hukum belum sampai pada pelanggaran yang dilakukan melalui
media dan cara tersebut.

Yang paling sering terjadi adalah, adanya beberapa pihak penegak hukum yang memiliki pemikiran
bahwa kondisi aman terkendali dapat dicapai apabila laporan pelanggaran pemilu tidak ditindak lanjuti
sehingga tidak muncul dimasyarakat, sehingga tidak perlu sampai ada tindak lanjut dari pelanggaran
tersebut. Ini menunjukkan bahwa ada beberapa pihak penegak hukum kurang berani menindak
pelanggaran black campaign yang dilakukan oleh partai-partai, terutama partai-partai besar.
Apa pelanggaran black campaign yang sering terjadi?

Beberapa kegiatan negative campaign yang sering dilakukan oleh para bakal calon legislatif atau
eksekutif ialah penyalahgunaan fasilitas negara atau fasilitas umum. Hal ini biasanya dilakukan oleh
bakal calon yang sebelumnya sedang menduduki jabatan eksekutif atau legislatif negara.
Penggunakan fasilitas itu digunakan untuk kampanye.

Selain itu, money politic juga masih sering dilakukan oleh para bakal calon untuk merebut perhatian
dan simpati masyarakat. Untuk pejabat yang ingin kembali memperoleh posisi jabatannya di periode
selanjutnya, sering melakukan money politic dengan cara membagikan Bantuan Langsung Tunai
(BLT), dana sosial, atau door prize ketika kampanye. Mereka menjadikan BLT yang berasal dari
anggaran negara untuk mencari simpatisan atau pendukung ketika kampanye.

Siapakah pihak yang bertanggungjawab untuk menindak lanjuti pelanggaran pemilu


atau black campaign?

Pada awalnya laporan atau pengaduan atas adanya dugaan pelanggaran pemilu yang masuk ke
Bawaslu dipilah-pilah untuk dapat ditentukan termasuk pelanggaran yang manakah kegiatan negative
campaign tersebut.

Jika tindakan tersebut merupakan pelanggaran administrasi pemilu, maka masuk lingkup kewenangan
KPU. Jika termasuk dalam pelanggaran tindak pidana biasa, maka masuk lingkup hukum pidana biasa
dan ditangani oleh kepolisian, begitu juga jika pelanggarannya termasuk dalam tindak pidana pemilu.
Jika tindakan tersebut termasuk dalam pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu, maka ditangani
oleh Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu. Dan yang terakhir, apabila tindakan tersebut
berkaitan dengan sengketa pemilu maka Bawaslu-lah yang bertanggungjawab untuk menindaklanjuti
pelanggaran pemilu tersebut.

Bagaimana peran fakultas hukum sebagai institusi pendidikan hukum?

Fakultas Hukum memiliki peran yang sangat besar berkaitan dengan penyelenggaran pemilu. Peran
tersebut berkaitan dengan menyadarkan masyarakat betapa pentingnya hak suara yang dimilikinya,
menghimbau masyarakat untuk mempergunakan hak pilihnya secara bijaksana, serta mencerdaskan
dan mengingatkan masyarakat untuk jangan sampai melakukan tindakan-tindakan yang termasuk
dalam pelanggaran pemilu hanya demi mendukung bakal calon yang mereka beri simpati lebih. Peran
tersebut dapat dilakukan melalui banyak cara. Salah satunya adalah melalui sosialisasi kegiatan
pemilu kepada masyarakat yang awam, terlebih mengenai adanya tindakan-tindakan yang termasuk
dalam kegiatan pelanggaran pemilu yang dilarang oleh peraturan pemilu. Dengan demikian, maka
masyarakat akan lebih berhati-hati untuk bertindak.

Wirdyaningsih, S.H., M.H.

Anda mungkin juga menyukai