Anda di halaman 1dari 23

Pendidikan anti korupsi

Vikri Pranata Alif Utama E.2010201


Fitriani hasna khairiyyah e.2010678
Jenny hidayani e.2010726
Siti syabanti e.2010472

Hoba_Hope
Biaya politik yang amat sangat mahal menjadi faktor utama
kepala daerah melakukan Korupsi. Money Politic mewarnai
pelaksanaan Pemilihan kepala daerah, mahar partai politik
maupun jual beli suara adalah hal yang selalu saja terjadi. Calon
kepala daerah membawa modalnya yang berasal dari kantong
pribadi dan tentunya dari pemodal lah yang biasanya lebih tinggi
memberikan support modal. Sehinga terjadi politik transaksional.
Korupsi yang dilakukan kepala daerah terpilih karena demi
mengembalikan biaya yang dikeluarkan, baik untuk dirinya
pribadi, ataupun untuk pemodal. Partai politik mestinya menjadi
garda terdepan untuk pencegahan tindak pidana korupsi kadernya
justru malah menjadi bagian dari permasalahan tersebut. Biaya
kampanye partai sering dikaitkan dengan penyebab korupsi
kepala daerah. Perlu ada perubahan mendasar untuk mencegah
korupsi di daerah. Baik perubahan sistem politik maupun sistem
Sejak digulirkannya reformasi di Indonesia setelah krisis
ekonomi tahun 1998, berbagai perubahan besar sudah
mulai dijalankan oleh pemerintah melalui perubahan
dan penegakan aturan serta pemberian otonomi kepada
pemerintah daerah dalam rangka menjadikan pemerintah
daerah menjadi lebih demokratis dan terdesentralisasi
Mencuatnya fakta korupsi kepala daerah memang
bukanlah hal baru. Berdasarkan data di situs
kpk.go.id, sejak tahun 2004 hingga 3 Januari 2022 tak
kurang dari 22 Gubernur dan 148 bupati/wali kota
telah ditindak oleh KPK. Jumlah itu tentu bisa lebih
besar jika digabungkan dengan data dari Kejaksaan
dan Kepolisian. ICW mencatat, sepanjang tahun 2010
– Juni 2018 tak kurang dari 253 kepala daerah
ditetapkan sebagai tersangka korupsi oleh aparat
penegak hukum.
Mahar Politik Penyebab Tingginya Kasus Korupsi
Kepala Daerah
Biaya mahal pemilihan kepala daerah secara langsung
yang menguras harta calonnya, merupakan penyebab
tingginya kasus korupsi kepala daerah. Atau bahkan
para calon kepala daerah menerima dana modal dari
donatur yang tentunya akan terjadi politik transaksional
karena dana yang diberikan akan dibalas saat calon
kepala daerah tersebut terpilih.
Bukan hanya melihat kapasitas dan kapabilitasnya saja,
politik juga melihat seberapa besar mahar yang diberikan
kepada partai tersebut sebagai partai pengusung. Partai politik
dalam Pilkada berperan sebagai penyedia legitimasi
pencalonan, yang di transaksikan kepada mereka yang ingin
dicalonkan atau ingin mencalonkan seseorang untuk bisa
maju di pencalonan kepala daerah seolah partai politik sedang
menjual “tiket pencalonan”. Hal ini dimanfaatkan oleh elit
partai untuk menjadikan pemilihan kepala daerah sebagai
ladang bisnis mereka.
Kepala daerah harus mengeluarkan modal puluhan hingga ratusan
miliar untuk pencalonan yang membuat hal ini menjadi transaksi bisnis.
Berdasarkan survei KPK dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), setiap calon bupati/walikota dibutuhkan dana Rp20-30 miliar
untuk dapat mencalonkan diri. Sementara untuk sekelas gubernur atau
wakilnya memerlukan dana sebesar Rp100 miliar. Padahal gaji yang
didapatkan selama satu periode hanya mencapai Rp5 miliar saja (KPK,
2022). Hal ini yang membuat mereka harus menerima dana dari donatur
ataupun sponsor yang akhirnya akan terjadi politik transaksional.
Biaya survey
Biaya survey yang mahal juga harus dikeluarkan oleh calon kepala daerah untuk
dapat memetakan dukungan. Seolah sebuah kewajiban, kepala daerah biasanya menyewa
lembaga survey yang membuatnya harus mengeluarkan biaya sampai miliaran rupiah.
Sewa konsultan politik
Kepala daerah juga harus menyewa konsultan politik. Hal ini dilakukan
agar langkah calon kepala daerah bisa teratur dengan strategi yang baik. Mulai
dari strategi komunikasi kepada publik, sampai membantu membentuk citra
kandidat agar citranya dapat meningkat. Ongkos ini akan menjadi satu paket dari
pemilihan slogan, penentuan foto, hingga warna khas yang akan diusung.
biaya keperluan tim sukses
Lalu ada biaya oprasional untuk keperluan tim sukses untuk membantu
mencar dukungan masa. Biasanya tim sukses membutuhkan biaya untuk
pengadaan posko, konsumsi, dan oprasional lapangan. Biayanya tentunya dari
pasangan calon kepala daerah tersebut.
biaya kampanye
Terakhir, ada biaya kampanye yang tentunya juga akan menelan biaya
yang sangat besar. Hal ini tentunya wajib dilakukan demi meningkatkan
elektabilitas pasangan calon kepala daerah.
Besar kecilnya uang mahar ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya:
tingkat elektabilitas pasangan calon, kemampuan melakukan lobi-lobi politik,
kenggotaan di partai politik dan kebijakan Pimpinan partai politik. Melihat
persyaratan ini, maka belum tentu partai politik atau gabungan parpol akan
mencalonkan kaderrnya sendiri untuk melaksanakan fungsi kepartaian.
Solusi Untuk Menanggulangi Korupsi Kepala Daerah Akibat Mahar
Politik
Pertama, memberikan pendidikan kepada masyarakat agar calon pemilih
tersebut punya kesadaran berdemokrasi secara cerdas bahwa pemillihan kepala
daerah tersebut dilaksanakan secara langsung adalah memberikan ruang yang
luas bagi partisipasi politik masyarakat untuk menentukan kepala daerah sesuai
dengan aspirasi dan kebutuhan di daerah masing-masing, sehingga diharapkan
kebijakan-kebijakan dari pemerintah nantinya sesuai dengan harapan dan
keinginan rakyat pada umumnya bukan sebagai industri politik. Sebagian dari
mereka mempunyai strategi menghalalkan segala cara demi memenangkan
pilkada dan memuaskan tingginya nafsu politik.
ke dua, Dari aspek dana kampanye, perlu adanya penyederhanaan biaya
kampanye melalui penerbitan regulasi pembatasan pengeluaran belanja kampanye
calon kepala daerah, agar biaya pelaksanaan pemilihan kepala daerah menjadi
lebih murah dan relatif adil. Hal ini demi menghindari penyebab-penyebab
korupsi oleh kepala daerah, karena kepala daerah terpilih melakukan korupsi
untuk mendapatkan “balik modal”.
ke dua, Dari aspek dana kampanye, perlu adanya penyederhanaan biaya
kampanye melalui penerbitan regulasi pembatasan pengeluaran belanja kampanye
calon kepala daerah, agar biaya pelaksanaan pemilihan kepala daerah menjadi
lebih murah dan relatif adil. Hal ini demi menghindari penyebab-penyebab
korupsi oleh kepala daerah, karena kepala daerah terpilih melakukan korupsi
untuk mendapatkan “balik modal”.
ke tiga, Perlu juga aturan mengenai mekanisme penjaringan partai politik
terhadap bakal calon yang akan diusungkan. Melalui regulasi perundangan untuk
menerapkan sistem penjaringan calon yang akan diusung secara demokratis dan
transparan. Sehingga penjaringan hanya melihat kapasitas dan kapabilitasnya.
THANK’S

Anda mungkin juga menyukai