Anda di halaman 1dari 15

Kesiapan BAPPILU PARTAI POLITIK Menuju Pemilu 2019 Oleh

Irwan Arifin Hasibuan,MSi


Abadikini.com 25/08/2015 | 22:39 WIB

 Bagikan
FacebookTwitterGoogle+LinkedIn

Kesiapan BAPPILU PARTAI POLITIK Menuju Pemilu 2019


Oleh : Irwan Hasibuan, M.Si
Dosen STIE Mulia Pratama
Pengamat Management Partai Politik & Ormas
 

1. Latar Belakang
Kajian pemenangan politikmerupakan kajian yang sangat menarik dan menantang.Pada
konteksPartai Politik, salah satu yang diamanahkan untuk tugas ini biasanyabidang yang
namanya Badan Pemenangan Pemilu (BAPPILU) atau dengan nama lain Komite Aksi
Pemenangan Pemilu (KAPPU). Bila dimaknai, fungsiBAPPILU/KAPPU iniadalah suatu
bidang yang sangat strategis yang berfungsi sebagai bagian dari peng-akomodasian dan
membahas hal-hal yang menyangkut kepentingan pemenangan politik.Dibentuknya
BAPPILU/KAPPU ini tentu harus mempunyai komitmen, loyalitas dan peduli terhadap
peningkatan kualitas partai.Idealnya, BAPPILU/KAPPU yang dibentuk harus dapat
dikembangkan secara khas dan berakar dari budaya, demografis, ekologis, nilai
kesepakatan, serta kepercayaan yang dibangun sesuai dengan potensi yang ada dan
potensi suatu daerah.Karena itu, BAPPILU/KAPPU yang dibangun harus merupakan
pengembangan kekayaan filosofis pusat dan daerah, simpatisan,sampai
kepadamasyarakat secara kolektif.Artinya, BAPPILU/KAPPU harus mengembangkan
konsep yang berorientasi pada pengguna politik(user political), pengguna
kewenangan (user authority)dan pengguna kemitraan (user partnerships) yang
difokuskan pada peningkatan mutu politik(improving the quality of political).
Karena itu, keberadaan BAPPILU/KAPPU pada suatu parpol harus bertumpu pada
landasan partisipasi dan pelayanan dalam meningkatkan manajemen partai, kualitas
kader, dan masyarakat.BAPPILU/KAPPU yang seharusnya sebagai lembaga pemberi
pertimbangan (advisory agency), lembaga pendukung (supporting agency), lembaga
pengontrol (controlling agency), dan lembaga mediator (mediator agency),harus
mampuberperan aktif dan strategis dalam pelaksanaan penyuksesan pemilu 2019.Pemilu
2019 adalah pemilu presiden dan wakil presiden serta pemilihan umum legislatif
yangdilakukan serentak pada tahun 2019.
Pertanyaannya bagaimana membangun BAPPILU/KAPPU menghadapi pada Pemilu
2019?. Penulis ingin menjawab pertanyaan inidengan satu konstruksi melalui
pendekatanmanajemen.

1. Kerangka Pikir
Dalam rangka meningkatkan manajemen inilah, parpol membutuhkan sarana
manajemen.Sarana manajemen ini terdiri dari Man, Money, Machine, Material, Method,
Market dan Maintenance (7M).Identifikasi inilah kemudian yang menentukan kejelasan
dan validitas proses pembangunan manajemen parpoldanmudah-mudahan penulis
dapat menguraikan variabel-variabel ini secara komprehensif, baik secara teoritis,
konseptual dan operasionalmenuju pemenangan parpol pada pemilu 2019 dan
kiranyabermanfaat bagi penggunanya.

Gambar-1 :

BAPPILU/KAPPU SEBUAH MODEL KERANGKA PIKIR


MANMONEY
MACHINE

MATERIAL

METHOD

MAINTENANCE

MARKET
BAPPILU/KAPPU
PEMILU 2019

1. Pembahasan
2. Pemilu 2019
Hakim Ketua Hamdan Zoelva  yang juga Ketua Mahkamah Konstitusi membacakan
putusan uji materi terhadap UU Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pilpres yang diajukan
oleh Efendi Gazali Cs dengan amar putusannya: “Mengadili menyatakan, mengabulkan
permohonan pemohon, UU Nomor 42 Tahun 2008 bertentangan dengan UUD 1945.”
Selanjutnya Hamdan menjelaskan putusan untuk pemilu serentak ini belum berlaku di
Pemilu 2014 melainkan di Pemilu 2019.UU Nomor 42 tidak mempunyai kekuatan hukum
mengikat dan berlaku untuk Pemilu 2019.  Serta merta semua lapisan masyarakat
mengetahui bahwa Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia telah memutuskan bahwa
pemilu presiden dan wakil presiden serta pemilihan umum legislatif dilakukan serentak
pada tahun 2019.
Kebijakan inilah yang merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna
menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Konsep operasionalnya
harus langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil dan dapat terwujud apabila
dilaksanakan oleh penyelenggara pemilihan umum yang mempunyai integritas,
profesionalitas, dan akuntabilitas.Untuk inilah kemudian diperlukan suatu sistem atau
lengkapnya sistem pemilu.

Dalam perspektif teoritis dikenal 2 (dua) sistem pemilu yakni sistem distrik dan sistem
proporsional.Sistem distrik adalah satu daerah pemilihan memilih satu wakil, sedangkan
sistem proporsional satu daerah pemilihan memilih beberapa wakil.Indonesia telah
menyelenggarakan 10 (sepuluh) kali pemilihan umum sejak kemerdekaan Indonesia
hingga tahun 2009.Sistem pemilihan umum yang di anut oleh Indonesia dari tahun
1945-2009 adalah sistem proporsional. Pemilu 2019 pun nampaknya akan memakai
sistemproporsional.Prinsip utama sistem ini adalah adanya terjemahan capaian suara di
dalam pemilu oleh peserta pemilu ke dalam alokasi kursi di lembaga perwakilan secara
proporsional. Terdapat dua macam sitem di dalam sitem proporsional,
yakni :Pertama,list proportional representation yakni partai-partai peserta pemilu
menunjukkan daftar calon yang diajukan, para pemilih cukup memilih partai dan alokasi
kursi partai didasarkan pada daftar urut yang sudah ada. Kedua, the single transferable
vote  yakni para pemilih di beri otoritas untuk menentukan preferensinya dan
pemenangnya didasarkan atas penggunaan kuota.Tambahan konsepsi sistem
proporsional ini adalah diberlakukannya Parliementary Threshold (PT). Pada pemilu 2014
PT sebesar 3,5 %, bagaimana dengan Pemilu 2019 ?, apakah tetap atau bertambah ?,
jawabnya kita tunggu regulasinya.Jelasnya parpol harus mempersiapkan diri dengan
suatu pertanyaan, bagaimana kesiapan parpol pada Pemilu 2019 ?.
Menjawab pertanyaan ini adalah mengacu pada UU Pemilu Nomor 8 Tahun 2012 yang
mana terdapat beberapa syarat suatu partai politik untuk diikutkan sebagai peserta
pemilu yakni : berstatus badan hukum, memiliki kepengurusan di seluruh provinsi,
memiliki kepemilikan 75 % kepengurusan kab/kota di provinsi yang bersangkutan,
memiliki kepemilikan 50 % kepengurusan kecamatan di kab/kota yang besangkutan,
menyertakan 30 % keterwakilan perempuan,memiliki anggota sekurang-kurangnya 1.000
(seribu) orang atau 1/1.000 (satu perseribu) dari jumlah penduduk pada kepengurusan
partai politik yang dibuktikan dengan kepemilikan kartu tanda anggota, mempunyai
kantor tetap untuk kepengurusan pada tingkatan pusat, provinsi, dan kabupaten/kota
sampai tahapan terakhir Pemilu, mengajukan nama, lambang, dan tanda gambar partai
politik kepada KPU dan menyerahkan nomor rekening dana Kampanye Pemilu atas nama
partai politik kepada KPU. Bagaimana dengan syarat untuk pemilu 2019 ?.Dari perspektif
regulasi dapat dipastikan semakin bertambah berat dari persyaratan seperti yang
disebutkan diatas.

Selain itu, salah satu yang akanbertambah pada pemilu 2019 bahwa pemilih akan
memilih melalui e-voting. Patut kita simak apa yang dilakukan BPPT yang telah
melakukan berbagai eksperimen di beberapa daerah terkait teknis pelaksanaannya. Sejak
2010 hingga 2013 BPPT telah melakukan simulasi e-voting di beberapa pilkada untuk
mendapatkan masukan masyarakat melalui kuisioner. Hasil kuisioner mencatat, sebanyak
99% masyarakat belum pernah mengetahui apa itu e-voting, tetapi setelah mencobanya
97% mengatakan mudah, 98% percaya, dan 99% setuju pilkada menerapkannya. Peran
pemerintah harus bisa memastikan teknologi e-voting bisa dipercaya oleh masyarakat
dan stakeholder pemilu sekaligus membuat regulasinya.Diharapkan melalui teknologi,
kecurangan pemilu konvensional akanbisa dikurangi dan sistem ini tidak memunculkan
kecurangan baru.Jika hal ini diimplementasikan, PBB harus mempersiapkan diri, seperti
memberikan pelatihan kepada DPW, DPC sampai kepada tingkat kepengurusan paling
bawah agar dapat memahami sistem tehnologi e-voting.

Inilah sedikit gambaran menghadapi pemilu pada Tahun 2019, yang mudah-mudahan
dapat dijadikan sebagai bahan kajian di kepengurusan parpol.

2. Organisasi BAPPILU/KAPPU
Literatur mengajarkan bahwa pada dasarnya organisasi digunakan sebagai tempat atau
wadahdimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis,
terencana,terorganisir, terpimpin dan terkendali dalam memanfaatkan sarana
manajemen, data, dan lain sebagainya.Pertanyaannya, bagaimana membangun
organisasi BAPPILU/KAPPU pada suatu parpol ?.

Hal pertama yang menjadi pondasinya adalah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah


Tangga daripada induk organisasi BAPPILU/KAPPU
tersebut.Langkah kedua, membangun visi/misi BAPPILU/KAPPU suatu parpol.Visi/misi ini
sangat penting sebagai pedoman kegiatan, standar kegiatan, sumber motivasi dan
sebagai dasar rasional pengorganisasian.
Atas dasarvisi/misi ini, idealnya dibentuk MOTTO.Nilai filosofisnya harus yakin
bahwamotto memiliki kekuatan yang lebih besar dari sekedar kata-kata.Karena motto
bisa jadi merupakan representasi dari tujuan hidup organisasi ataupun hal yang ingin
dicapai dalam ber-parpol. Paling tidak motto bisa merupakan penyemangat kerja.Dari
sinilah kemudian dibuat/dibentuk tujuan BAPPILU/KAPPU parpol. Biasanya tujuannya
adalah :Pertama, mempererat jalinan silaturrahmi antar institusi pengurus pusat dan
BAPPILU/KAPPU di suatu daerah.Kedua, meningkatkan rasa cinta dalam kegiatan
berpartai.Ketiga,meningkatkan keaktifan untuk melaksanakan berbagai aktifitas yang
bertujuan membangun jiwa yang penuh keikhlasan.Keempat, menciptakan pola pikir
yang berkembang dan maju/berhasil pada pemilu
2019.Kelima, menjadikanBAPPILU/KAPPU yang mempunyai kualitas dan kuantitasyang
mumpuni menuju pemilu 2019 yang berhasil.
Dengankonsepsi kualitas dan kuantitas itulah kemudian dibentuk bagan organisasiyang
sesuai dengan visi-misi partai politik itu.Dari bagan organisasi ini kemudian
direkrutsekaligus ditempatkanorang dimana, bagaimana, mengapa dan untuk apa dia
bekerja pada bagian itu. Sebagaimana konsep manajemen bahwa untuk membangun
organisasi yang bermutu wajib menerapkan prinsip “the right man on the right place”.
Ungkapan klasik ini sungguh sangat tepat.Penempatan SDM bukan hanya membuat
organisasi sekelas partai bisa berjalan lancar, tetapi juga dapat membuat
organisasisekelas partai berkembang lebih besar.Itulah makanyamenjadi sangat tepat
jika faktor SDM dikatakan sebagai salah satu aset organisasi yang paling berharga.
3. Mutu Man
Sarana manajemen yang pertama dalam membangun suatu organisasi BAPPILU/KAPPU
adalah manusia (MAN).Perspektif manajemen bahwa manusia adalah mahluk sosial yang
cenderung untuk hidup bermasyarakat serta mengatur dan mengorganisasi kegiatannya
dalam mencapai suatu tujuan, tetapi karena keterbatasan kemampuan menyebabkan
mereka tidak mampu mewujudkan tujuan tanpa adanya kerjasama.Hal tersebut yang
mendasari manusia untuk hidup dalam berorganisasi.Kerjasama (berjamaah) dalam
berorganisasi inilah suatu perbuatan bantu-membantu yang akan dilakukan secara
bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama.

Tujuan bersama merupakan arah atau sasaran yang dicapai. Tujuan bersama harus
menggambarkan tentang apa yang akan dicapai atau yang diharapkan. Tujuan bersama
merupakan titik akhir tentang apa yang harus dikerjakan. Tujuan bersama juga
menggambarkan tentang apa yang harus dicapai melalui prosedur, program, pola
(network), kebijaksanaan (policy), strategi, anggaran (budgeting), dan peraturan-
peraturan (regulation) yang telah ditetapkan.Beginilah konsep kerja manusia mutu yang
dibutuhkan organisasi BAPPILU/KAPPU. Apalagi di dorong oleh motivasi dari para
stakeholder dengan melengkapi konsep motivasinyaA. Moslaw dengan “five hierarchy”-
nya, asalkan jangan berprinsip motivasi yang disampaikan Mc.Gregor (teori X dan Y)
alias dilibas dulu baru bisa jalan.
4. Mutu Money
Secara khusus uang adalah sarana manajemen kedua sebagai syarat untuk membangun
BAPPILU/KAPPU. Sumber pembiayaan partai biasanya berasaldari :Pertama,uang
pangkal, iuran anggota, ataupun infaq yang diatur secara tersendiri melalui
ketetapan.Kedua, teknis pengaturan dan pemanfaatan uang hasil usaha yang halal
lainnya diatur secara tersendiri oleh Dewan Pimpinan Pusatnya.Ketiga,dana sumbangan
pemerintah melalui APBN/APBD wajib digunakan untuk kepentingan
partai. Keempat, pengelolaan keuangan dan kekayaan partai dilakukan secara
transparan dan profesional. Kelima,dan usaha-usaha lain yang halal.Keenam,dana
sumbangan pemerintah melalui APBN/APBD, itupun apabila ada kursi di DPR-RI dan
DPRD di suatu daerah (Lihat PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR
83 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5
TAHUN 2009 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK.
Sumber lain masih sebatas wacana, seperti berasal dari APBN sebesar Rp 1 Triliun untuk
masing-masing partai politik.Hallain adalah pembentukan Badan Usaha Milik Partai
(BUMNP). Jika sumber-sumber keuangan seperti disebutkan dalam AD &ART masing-
masing parpol berjalan sebagaimana mestinya dan ada bantuan dari pemerintah dan
boleh ber-usaha, inilah yang disebut Mutu Uang (quality money)atau dalam perspektif
agama adalah sumber yang halalan toyyiban (halal dan baik), adakah yang
meragukannya ?.
5. Mutu Machine
Dalam tulisan ini mutu mesin (quality machine) adalah teknologi yang dipakai untuk
mengoperasikan organisasi BAPPILU/KAPPU parpol.Teknologi disini adalah
memanfaatkan barang-barang, benda-benda, atau alat-alat untuk meringankan serta
memudahkan realisasi pekerjaan.Ringkasnya, contoh barang benda ataupun alat
teknologi yang dimaksud paling tidak adanya Hand Phone (HP). Sebab HP telah
mempunyai tools-tools untuk memudahkan pekerjaan, misalnya melalui email, face
book, Whatsapp dan BBM. Karena itu, pengelolaan BAPPILU/KAPPU parpol menuju
pemilu 2019 harus dapat mengoptimalkan unsur-unsur yang terdapat dalam
teknologi.Jika demikian, maka pengelolaannya harus dilakukan dengan konsep Sistem
Informasi Manajemen. Sistem adalah mesin. Informasi adalah data yang diproses mesin
dan Manajemen adalah ilmu dan seni yang digunakan masing-masing kader untuk
melakukan proses. Inilah yang disebut menggunakan mutu mesin (quality machine).
Sekali lagi mesin merupakan sarana penting dalam dunia manajemen politik. Bekerja
dengan menggunakan mesin akan sangat membantu mempercepat, memperlancar
proses penyelesaian pekerjaan, serta melipatgandakan hasil produk politik. Karena itulah
mesin sangat dibutuhkan sebagai sarana yang menguntungkan manajemen partai
terutama dalam menghadapi persaingan pemilu tahun 2019, adakah yang
meragukannya ?.

6. Mutu Material
Sarana manajemen material dalam mengoptimalkan keberdayaan suatu organisasi
adalah tanah (land) dan gedung (building).Sebagai gambaran dibawah ini dapat dilihat
data jumlah provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan dan desa sebagai tahun
dasar tahun 2014.

TABEL-1
JUMLAH PROVINSI, KAB/KOTA, KECAMATAN, KELURAHAN & DESA
per TAHUN 2014
NO PROVINSI KAB./KOTA KEC. KEL. DES.

1 NAD 23 289 0 6474

2 SUMUT 33 436 691 5389

3 SUMBAR 19 179 259 880

4 RIAU 12 163 243 1592

5 JAMBI 11 138 163 1398


6 SUMSEL 17 231 377 2817

7 BENGKULU 10 126 172 1341

8 LAMPUNG 15 225 205 2435

9 BABEL 7 47 78 309

10 KEPRI 7 66 141 274

11 DKI 6 44 267 0

12 JABAR 27 626 641 5319

13 JATENG 35 573 750 7809

14 BANTEN 8 155 313 1238

15 JATIM 38 664 776 7723

16 DIY 5 78 46 392

17 BALI 9 57 80 636

18 NTB 10 116 142 995

19 NTT 22 306 318 2950

20 KALBAR 14 174 89 1908

21 KALTENG 14 136 138 1434

22 KALSEL 13 152 143 1864

23 KALTIM 10 103 196 833

24 KALTARA 5 50 35 447

25 SULUT 15 167 332 1490

26 SULTENG 13 174 168 1839

27 SULSEL 24 306 785 2253

28 SULTRA 17 209 377 1820

29 GORONTALO 6 77 72 657

30 SULBAR 6 69 71 576

31 MALUKU 11 118 33 1191

32 MALUKU UTARA 10 113 117 1063

33 PAPUA 29 524 107 5118


34 PAPUA BARAT 13 203 87 1628

JUMLAH 514 7094 8412 74093

Data ini menunjukkan bahwa suatu parpol harus menyiapkan kantor34 kantor
DPW/DPD, 514 kantor DPC/DPD, 7.094 kantor Kecamatan dan 8.412 kantor.Artinya jika
mengacu pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Pemilihan
Umum Legislatif, parpol harus berbadan hukum, kemudian terdaftar di Kemenkum HAM,
memenuhi syarat dengan memiliki pengurus 75 persen kabupaten di provinsi, dan 50
persen pengurus di setiap kabupaten/kota. Syarat lainnya yaitu dukungan keanggotaan
minimal 10 persen dari jumlah penduduk di daerah. Pertanyaannya bagaimana dengan
regulasi pada pemilu 2019 ?.Yang jelas semakin berat.Sampai tulisan ini dimuat, penulis
belum bisa menjelaskan persyaratan pemilu 2019.

7. Mutu Method
Metode (Method) adalah cara menuju suatu jalan atau merupakan suatu cara
melaksanakan pekerjaan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Jadi
tercapai atau tidaknya pekerjaan tergantung dari cara kerjanya.Karena itu cara kerja
organisasi (BAPPILU/KAPPU) harus memandang sistem politik sebagai keseluruhan
(sistem), bukan parsial, atau bagian-bagian  yang terpisah satu sama lain. Mengacu
pada Samuel P.Huntingonbahwa komponen sistem politik itu meliputi:Pertama, kultur,
yaitu nilai-nilai, sikap, orientasi, mitos dan kepercayaan yang relevan terhadap politik
yang berpengaruh terhadap masyarakat. Kedua, struktur, yaitu organisasi formal.Dalam
hal ini organisasi BAPPILU/KAPPU yang digunakan untuk menjalankan keputusan-
keputusan yang berwenang, termasuk organisasi badan-badan lainnya yang terdapat
pada partai itu dan harus dapat bersinergi.Ketiga, kelompok, yaitu bentuk-bentuk sosial
dan ekonomi, baik formal maupun nonformal, yang berpartisipasi dalam hal
memenangkan hati masyakarat.Keempat, kepemimpinan, yaitu individu dalam lembaga-
lembaga politik dan kelompok-kelompok politik yang menjalankan pengaruh lebih
daripada yang lainnya dalam memberikan alokasi nilai-nilai partai
tersebut.Kelima,kebijakan, yaitu pola-pola kegiatan yang secara sadar terbentuk untuk
mempengaruhi distribusi keuntungan politik dalam masyarakat.
Bahwa dalam pelaksanaan kerjanya diperlukan aplikasi yang baik dengan harapan
akandapat memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah metode akandapat dinyatakan
sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai
pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan
penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Karena itu penetapan cara itu dapat
dilakukan melalui ceramah, studi kasus, role play dan lain sebagainya.
Perlu diingat meskipun metode sudah baik, sedangkan orang yang melaksanakannya
tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman, maka hasilnya tidak akan
memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen politik itu tetap
manusianya itu sendiri.
8. Mutu Maintenance
Pemeliharaan (Maintenance)adalah segala kegiatan yang di dalamnya untuk menjaga
agar sistem bekerja dengan baik(Jay Heizer dan Barry Render; 2001). Jadi
implementasi segala kegiatan itu adalah yang 7M tersebut (MAN, MACHINE, MONEY,
METHOD, MATERIAL, MAINTENANCE dan MARKET).Semua kegiatan yang mencakup 7M
ini harus tersistem dengan baik dan terukur.
9. Mutu Market
Pasar (Market) dalam perspektif politik adalah masyarakat.Sebagai parpol tentu harus
dapat merebut hati masyarakat.Dengan kata lain apabila rakyat atau masyarakat telah
merasakan pelayanan yang sebaik-baiknya, dengan sendirinyaakan mendukungnya atau
akan memberikan kerjasamanya dengan sebaik-baiknya dengan harapanparpol itu dapat
memenangkannya. Pertanyaannya bagaimana merebut hati masyarakat ?. Tentu banyak
cara merebut hati masyarakat. Pada tulisan ini sengaja tidak disampaikan dengan
ungkapan kiasan “tidaklah perlu ikan diajari berenang”.

1. Kesimpulan
Dalam mempersiapkan BAPPILU/KAPPU, setiap parpol memerlukan perencanaan yang
baik serta dapat melakukan proses perjalann yang dilakukannya. Seiring dengan pemilu
bersamaan antara pilpres dan legislatif, maka mau tidak mau BAPPILU/KAPPU parpol
harus menyusun manajemen yang baik pula.Manajemen yang baik itu adalah bagaimana
mengimplementasikan ilmu dan seni tentang sarana manajemen tersebut.

Menghadapi realitas pemilu serentak tahun 2019 mengakibatkan adanya pekerjaan


beratpara pekerjaBAPPILU/KAPPU.Untuk mengatasi berbagai persoalan yang muncul
maka diperlukan upaya yang terencana terhadap 7M tersebut.Perencanaan dan
implementasi yang dimaksud harus memiliki ciri khusus yang bersifat usaha pencapaian
tujuan pemenangan pemilu 2019 dengan pencirian adanya upaya-upaya untuk
mencapai perkembangan sarana manajemen dengan harapanakan tercermin
pembangunan manajemen politik yang positif.

Konsep Pemenangan Pemilihan


Legislatif
PEMETAAN POLITIK
1. Pemetaan Perilaku Pemilih

•Memetakan pemilih berdasarkan demografi dan preferensi politik


(menentukan market, atau konstituen secara tepat dengan mengikuti aturan wilayah dan pandangan
politiknya)
•Memetakan isu-isu strategis lokal
(Menyusun Visi dan Misi yang sesuai dengan keadaan masyarakat atau konstituen di daerah
pemilihan)
•Memetakan nama-nama yg berpotensi menjadi kawan dan lawan
(Menginventarisir kekuatan dan kelemahan yang berasal baik dari konstituen atau kompetitor)
•Memetakan media komunikasi yg efektif digunakan oleh pemilih
(Penyesuaian penggunaan media dalam dalam memberikan informasi yang bersifat sebagai promosi)

  Output: Strategi Mempengaruhi Perilaku Pemilih

2. Pemetaan Jaringan

•Inventarisir Jaringan yang potensial jadi mesin politik


(Internal dan Eksternal, baik dari kader partai internal maupun dari konstituen bebas)
•Memetakan wilayah dari masing2 jaringan
( Jika diperlukan adanya Maping)
•Inventarisir Nama-nama yang memiliki potensi menjadi tim sukses
(susun dan bentuk tim sukses dengan komponen terstruktur)

Ouput: Strategi Mobilisasi 

STRATEGI MOBILISASI

A. PEMBANGUNAN JARINGAN DAN ORGAN POLITIK


  Design Struktur tim sukses
  Pembentukan tim sukses tingkat kecamatan dan desa
  Perluasan jaringan sosial.
B. PELATIHAN MANAJEMEN TIM SUKSES
  Pemahaman perilaku pemilih,
  Organisasi tim sukses,
  Media kampanye,
  Targeting,
  Penyusunan dan evaluasi program
C. PENYUSUNAN PROGRAM PEMENANGAN
  Design program kunjungan
  Orasi Politik (penyampaian visi dan misi)
  Aksi sosial,
  Peresmian,
  Kontrak politik,
  Turnamen,
  Pawai,
  Hiburan,
  Komunikasi tradisional,
  Komunikasi multimedia dan alternatif 
D. PEMENUHAN PERSYARATAN PENCALONAN
  Dukungan partai politik
  persyaratan administrasi KPU
E. PEMBENTUKAN TIM KAMPANYE
F. PEMBENTUKAN TIM SAKSI
G. PEMBENTUKAN TIM MOBILISATOR
TUJUAN :
1. Membangun organisasi pemenangan Caleg yang Efektif dan Efisien
2. Mendesign kerangka kerja organisasi yang jelas dan terukur
3. Menentukan target-target pemenangan dan jadwalnya.

STRATEGI PENCITRAAN

         PEMBENTUKAN MEDIA CENTER


  Mengorganisasi program,
  Membuat target dan evaluasi program pencitraan kandidat
         STRATEGI KOMUNIKASI MEDIA CETAK, RADIO DAN TELEVISI
Meliputi : Design, contain, timming, volume dan budgeting
(Contoh : Kalender, pamflet, leaflet, sticker, Audiensi ke Surat Kabar atau radio dll)
         STRATEGI KOMUNIKASI MEDIA OUTDOOR
Meliputi : Design, isi, timming, volume, budgeting
(Contoh : Kaos, poster, spanduk, rontag, baliho dll)
         STRATEGI KOMUNIKASI SOSIAL
Meliputi : Design, isi, timming, volume, budgeting
(Sosial media di Internet misal : Facebook, Twiter dll), memperbanyak jumlah kunjungan ke daerah
pemilihan, dan pengenalan pribadi serta penyampaian visi dan misi.
         STRATEGI KOMUNIKASI TATAP MUKA
  Arisan
  Rapat warga (RT, RW, dukuh, dlll)
         STRATEGI KOMUNIKASI ALTERNATIF
  Mobilisasi massa melalui seni dan budaya
  Mengadakan lomba
  Membentuk barisan, pasukan pemenangan
TUJUAN :
1. Membentuk citra diri kandidat sesuai dengan visi, misi dan target pemilih,
2. menentukan media komunikasi politik yang efektif
3. Mendesign isi komunikasi politik
4. Mempengaruhi isi liputan media massa

“Cara promosi paling efektif adalah dari mulut ke mulut.  Beriklan itu penting, karena sama dengan berinvestasi. Beriklan
politik tidak sama dengan cara kerja petani yang menanam padi lantas 3—4 bulan panen. Beriklan politik seperti menanam
jati, lama dan perlu dirawat,”

MAPPING WILAYAH YANG DI GARAP


 oleh Tim Pemenangan Caleg atau Tim Sukses.
1. WILAYAH DALAM :
 Wilayah ini adalah wilayah dimana domisili anda, yang sangat memungkinkan untuk meraup suara
maksimal, dikarenakan faktor populisnya anda di wilayah tersebut, dan menciptakan emosi history
ataupun emosi personal.
2. WILAYAH LUAR :
Wilayah ini adalah wilayah yang mengelilingi wilayah domisili anda, di luar RT, RW, dukuh dan desa
anda, prosentase raupan suara maksimal sekitar 25% dengan asumsi sosialisai dan kunjungan ke
daerah tersebut dalam tingkatan kedua setelah wilayah dalam.
3. WILAYAH TAMBAHAN/ SUPLEMEN:
Wilayah ini adalah wilayah pemanfaatan terhadap, sodara, kawan (kenalan) ,kader dan kader yang ada
di luar wilayah anda dan masih termasuk dalam dapil anda. Asumsi sosialisasi dan kunjungan
maksimal hanya ± 15% dari total sosialisai dan kunjungan anda selama waktu efektif.

Sehingga pada kesempatan ini pula saya sampaikan konsep baru yang mungkin akan
terkesan idealis tetapi sangat realistis dengan keadaan bangsa Indonesia saat ini yaitu sebuah konsep
“Edukasi Politik”
Edukasi Pollitik adalah strategi politik pemenangan Pilkada, Pileg, dan Pemilu dengan
memberikan pendidikan atau pelatihan ataupun sebuah stigma atau pandangan politik yang
bermartabat dan yang bermanfaat untuk masyarakat sehingga memiliki efek jangka panjang dan
bermanfaat bagi bangsa Indonesia yang sedang membangun.
Dengan kata lain Edukasi Politik adalah pemahaman tentang politik baik dilihat dari fungsi atau
manfaat, cara atau tata laksana serta implementasinya kepada masyarakat penerima kebijakan yang
dihasilkan dari kerja politik.
Saat ini masyarakat terlalu sering dimanfaatkan oleh kepentingan elit politik yang berkuasa
sehingga yang terjadi, masyarakat hanya menjadi penonton atas keinginan dan aspirasi mereka yang
tidak pernah tercapai.
Peluang inilah yang akhirnya ditangkap oleh elit politik untuk “membeli” suara rakyat untuk
mendukung mereka menjabat sebagai DPRD, DPR RI, maupun pemegang kekuasaan lainnya. Dari
ketidaktahuan masyarakat tentang politik mengakibatkan kesempatan para caleg, cawali, cabup, cagub
dan capres membeli suara tersebut, sehingga yang terjadi di periode mereka memimpin merekapun
hanya akan diam tanpa melakukan yang sekiranya bisa membela konstituennya atau rakyat
pemilihnya  karena mereka merasa sudah membeli suara rakyat yang diwakilinya.
Contoh lain masyarakat kita terlalu sering menikmati hasil di awal dari pada di belakang, sehingga
Konsep KeTuhananpun sering dilupakan.
Konsep KeTuhanan merupakan sebuah  perintah untuk patuh menjalankan perintahnya dan menjauhi
larangannya yang mempunyai hasil di belakang yaitu akherat yang abadi dan yang lebih
menyenangkan akan tetapi masyarakat sering tidak menghiraukan kaidah itu dan lebih memilih
menikmati yang ada saat ini. Oleh sebab itu perlu ada suatu gebrakan yang berani menantang menuju
perubahan yang lebih baik dengan Edukasi Politik.

ASUMSI PENGHITUNGAN SUARA DI  DAERAH PEMILIHAN CALEG DPRD I


Jumlah pemilik suara di daerah pemilihan setelah dilakukan pemutakhiran data dari panwaslu
Misal :
1. Jumlah suara (DP4) Kota Yogyakarta tahun 2009                     : 341.000 suara
2. Jumlah Kecamatan di Kota Yogyakarta                                    : 14 Kecamatan
2. Jumlah Partai peserta pemilu                                                  : 12 partai
3. Rata-rata Caleg/ partai                                                           : 7 orang (7 orang x 12 partai = 84
orang)
DP4 : Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pemilu
Penghitungan :
341.000 suara : 14 kecamatan = 24.358 suara / kecamatan (Rata-rata dapil terdiri dari 3 kecamatan)
24.358 suara x 3 kecamatan =  73.074 suara
73.074 suara : 12 partai = 6990 suara/partai
6990 suara : 7 orang (caleg) = 870 suara
Jika total suara terbagi seperti diatas maka tidak akan ada calon legislatif yang memperoleh suara
absolut atau mutlak, dan ini bisa dipastikan akan terjadi.
Sehingga yang sangat dimungkinkan dilakukan oleh masing-masing caleg adalah optimalisasi
perolehan suara di daerah domisilinya, dan apabila yang terjadi di tiap dapil mendapat jatah kuota
anggota legilatif sebanyak 9-10 orang maka nilai suara amanpun akan berubah. Dalam hal ini dapat
saya contohkan seperti dibawah ini :
  Dapil memiliki 73.074 suara
  12 partai peserta pemilu
Kuota anggota legislatif tiap-tiap dapil misal 9 orang, berarti 73.074:12 partai = 6090 suara dan dibagi
kepada 9 orang dan misal masing –masing mendapat nilai yang sama yaitu 677suara tiap caleg tiap
partai, Maka Angka atau suara 677 tersebut merupaka angka 50% untuk jadi anggota dewan, sehingga
mesin politik atau tim sukses harus mampu mencapai target 50% plus 1 untuk dapat mengamankan 1
kursi.
Dengan asumsi total suara belum dikurangi dengan kemungkinannya yang suara rusak, suara tidak
digunakan  atau abstain, maka sangat dimungkinkan perhitungan suaru tersebut juga akan mengalami
perubahan, akan tetapi kewajiban tim sukses minimal mampu mencapai suara aman untuk
mendapatkan 1 kursi.
Diawal saya sebutkan untuk optimalisasi jumlah suara maka caleg wajib optimalisasi raupan
suara di daerah domisillinya, dikarenakan tingkat populis caleg dan emosi personal mudah di dapat
dari masyarakat sekitar dimana anda tinggal.

Dalam pencapaian suara untuk memenangkan salah seorang kandidat dibagi dalam 3 (tiga) tahapan :
1. Push Political Marketing : strategi pemasaran produk politik secara langsung ke pemilih
2. Pull Political Marketing : Strategi penyampaian pesan yang dilakukan melalui media massa baik
elektronik, cetak, luar ruang, Mobile +Internet.
3. Pass Political Marketing : Strategi penyampaian pesan melalui individu, kelompok atau organisasi
yang mempunyai pengaruh.

Anda mungkin juga menyukai