Anda di halaman 1dari 40

EFEKTIVITAS KINERJA KOMISI PEMILIHAN

UMUM DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI


POLITIK PADA PILKADA KABUPATEN
KONAWE SELATAN TAHUN 2020
SKRIPSI

Diajukan guna pengembangan kompetensi keilmuan terapan


pemerintahan dan salah satu syarat kelulusan pada Program Sarjana
Sains Terapan Pemerintahan pada Institut Pemerintahan Dalam Negeri

oleh

MUHAMMAD ARRASYID ALFIAN


NPP 31.0930

PROGRAM STUDI POLITIK INDONESIA TERAPAN


FAKULTAS POLITIK PEMERINTAHAN
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
JATINANGOR
2024
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia ialah salah satu Negara yang mengimplementasikan

sistem demokrasii yang di mana rakyat lah yang memegang kekuasaan

tertinggi. Rakyat sangat di butuhkan dalam kehidupan berdemokrasi

karena demokrasi tak hanya berbicara tentang tujuan atau ketetapan yang

di buat pemerintah. Rakyat juga berhak turut serta dalam proses

pembuatan kebijakan atau ketetapan melalui aspirasinya agar Rakyat

merasa mendapatkan keadilan serta rasa puas terhadap pelayanan dari

Pemerintah. Sebagaimana yang tertuang dalam teks Pancasila ke 5 yang

berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Yang kaitan dari

makna tersebut adalah Pemerintah harus bersikap adil dalam menentukan

kebijakan serta memikirkan dampak dari kebijakan tersebut dengan

bersikap Visioner demi kepentingan rakyat agar terciptanya demokrasi

yang baik dalam kehidupan bermasyarakat dan dapat di terima oleh

rakyat.

Salah satu dari pengimplementasian dari nilai-nilai demokrasi

yang ada pada kehidupan bermasyarakat dan berbangsa adalah

pemilihan umum yang merupakan pesta demokrasi bagi rakyat dalam

memilih nahkoda atau pemimpin untuk memimpin pemerintahan yang

akan dating. Rakyat dapat berperan aktif dalam pemilihan umum serta
mendapatkan keadilan serta kebebasan dalam memilih sebagai wujud

dari pengimplementasian nilai nilai demokrasi dalam kehidupan

bermasyarakat dan berbangsa.

Keadilan kehidupan dalam bernegara dan rakyat yang berdaulat,

serta demokrasi yang baik di wujudkan dengan adanya pemilihan umum

secara langsung yang bertujuan untuk peningkatan proses dalam

demokrasi serta pensejahteraan bagi masyarakat baik dari segi ekonomi,

keamanan, keadilan dan lain sebagainya. Dalam pemilihan umum sudah

suatu keharusan untuk pemerintah menjalankan proses rekrutmen secara

jujur dan adil serta kompetitif dalam pola pergiliran kekuasaan agar

menciptakan pemimpin yang berkualitas dan dapat di terima rakyat.

Secara kualitas pemilu memiliki dua sisi yang dapat di lihat yaitu

sisi dari proses pemilihan dan hasil dari pemilu tersebut. Pemilu dapat di

sebut berkualitas apabila pada prosesnya pemilu tersebut berjalan secara

demokratis yang berlandaskan azaz luberjurdil yaitu langsung, bebas,

rahasia, jujur, dan adil. Sedangkan kalau dari pandangan segi hasl dari

pemilu tersebut di katakan berkualitas jika dapat menghasilkan wakil wakil

rakyat yang adil serta dapat memenuhi ekspetasi masyarakat yang dapat

menampung aspirasi serta masukan yang rakyat berikan dan dapat

memperjuangkan aspirasi tersebut demi kesejahteraan rakyat dan dapat

mengangkat harkat dan martabat rakyat.

Menurut Henry B Mayo (1960:70)


Sistem politik yang demokratis ialah di mana kebijakan umum

ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang di awasi secara

efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang di dasarkan

atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana

terjaminnya kebebasan politik.

Pemilihan kepala daerah tak dapat terjadi dengan lancar jika tak di

bantu dengan adanya partisipasi dari masyarakat, oleh karena itu betapa

pentingnya Partisipasi Poltik dari masyarakat. Partisipasi politik sendiri

merupakan keikutsertaan serta keterlibatan masyarakat dalam suatu

pemilihan yang akan pelaksanaan penyelenggaraan pemilihan umum

yang di dasari oleh demokrasi.menentukan nasib mereka akan di pimpin

oleh siapa di masa yang akan datang (pasca pemilu). Adanya bentuk

keterlibatan yang aktif terhadap pelaksanaan kegiatan pesta demokrasi

yang sedang berlangsung merupakan sebuah tolak ukur yang paling

mendasar dari kesuksesan dan kualitas dari

KPU selaku penyelenggara pesta demokrasi tersebut wajib

bekerja keras dalam pelaksanaan pilkada kali ini agar pilkada serentak

dapat berjalan lancar dan sesuai rencana. Selain menjalankan tugas

pokoknya dalam mewadahi hak pilih masyarakat, KPU juga harus mampu

menjaga kesehatan jasmani setiap pemilih dan juga petugas KPU itu

sendiri agar tidak menimbulkan klaster baru dari penyebaran Covid19.

Kabupaten Konawe Selatan merupakan salah satu dari sekian

banyak kabupaten yang melaksanakan pilkada serentak. Berikut ini


merupakan perbandingan tingkat persentase partisipasi dari masyarakat

dalam pemilihan Bupati dan Wakil Bupati pada pilkada 2015 dan 2020.

Tabel 1.1

Pemilihan Bupati – Wakil Bupati Kabupaten Konawe Selatan

Sumber: KPU Kabupaten Konawe Selatan, 2020

Dari tabel di atas dapat di lihat bahwasannya tingkat partisipasi

dari masyarakat Kabupaten Konawe Selatan mengalami kenaikan

sebesar 3,57% hal yang di dapat di simmpulkan dari tabel adalah adanya

peningkatan dari partisipasi politik masyarakat kali ini walaupun di rasa

kurang signifikan tetapi ini adalah suatu kemajuan serta kesuksesan

Komisi Pemilihan Umum dalam pemilihan kepala daerah kali ini yang di

mana mendapatkan hambatan yang meruppakan momok bagi seluruh

dunia yaitu tentang penyebaran virus Covid19, namun hal ini tidak

mengurangi kinerja dan semangat KPU sebagai institusi Negara yang

bertanggung jawab menjalankan pesta demokrasi pemilu dan hal ini

merupakan suatu apresiasi untuk pihak KPU karena dapat menjalankan

kewajibannya dengan aman dan nyaman.


Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk

melakukan satu studi kajian dengan mengangkat judul: “ EFEKTIVITAS

KINERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM MENINGKATKAN

PARTISIPASI POLITIK PADA PILKADA KABUPATEN KONAWE

SELATAN TAHUN 2020”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang di ajukan peneliti untuk menjawab

masalah adalah:

1. Bagaimana efektivitas kinerja Komisi Pemilihan Umum dalam

meningkatkan partisipasi politik pada pilkada Kabupaten

Konawe Selatan tahun 2020?

2. Apa faktor yang menjadi penghambat dan pendukung dalam

peningkatan partisipasi politik dalam pilkada Kabupaten

Konawe Selatan tahun 2020?

3. Apa saja upaya yang di lakukan Komisi Pemilihan Umum

Kabupaten Konawe Selatan pada peningkatan partisipasi

politik masyarakat dalam pilkada Kabupaten Konawe Selatan

tahun 2020?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah di sebutkan dan jelaskan oleh

penulis di atas, maka tujuan yang di inginkan penulis dalam penelitian ini

adalah:
1. Untuk menganalisis dan mengetahui bagaimana efektivitas

kinerja Komisi Pemilihan Umum dalam meningkatkan

Partisipasi Politik pada pilkada Kabupaten Konawe Selatan

tahun 2020

2. Untuk menganalisis dan mengetahui apa saja faktor yang

menjadi penghambat dalam peningkatan partisipasi politik

pada pilkada Kabupaten Konawe Selatan tahun 2020.

3. Untuk menganalisis dan mengetahui apa saja upaya yang di

lakukan oleh Komisi Pemilihan Umum pada peningkatan

partisipasi politik masyarakat pada pilkada Kabupaten Konawe

Selatan tahun 2020.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoritis

Adapun kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah sebagai:

1. Memberikan sumbangsih dalam hal ini pengetahuan serta

pemikiran-pemikiran untuk prodi Politik Indonesia Terapan,

terkhusus dalam hal yang mengenai efektivitas kinerja Komisi

Pemilihan Umum dalam meningkatkan partisipasi politik pada

pilkada Kabupaten Konawe Selatan tahun 2020

2. Bisa di gunakan untuk menjadi bahan penelitian tentang upaya

apa saja yang di lakukan Komisi Pemilihan Umum dalam hal

ini kinerjanya untuk meningkatkan partisipasi politik

masyarakat dalam pilkada 2020.


1.4.2. Kegunaan Praktis

Adapun kegunaan praktis dari penelitian ini adalah sebagai:

1. Bagi praja, harapannya untuk dapat menambah ilmu serta

wawasannya mengenai kinerja KPU dalam meningkatkan

partisipasi politik masyarakat.

2. Bagi IPDN, di harapkan dari penelitian ini bias menjadi suatu

sumbangsih dalam hal ini menjadi referensi untuk penelitian

penelitian untuk angkatan berikutnya dalam pengerjaan skripsi

yang berhubungan dengan tema yang mirip dan juga menjadi

koleksi kepustakaan bagi IPDN.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS DAN LEGALISTIK

2.1 Penelitian Sebelumnya

Peneliti mengangkat beberapa daripada penelitian sebelumnya

yang memiliki alur analisis serta penelitian yang selaras untuk di jadikan

bahan rujukan dalam melakukan penelitian ini. Maka dari itu peneliti

mengambil serta memilih 5 (lima) penelitian untuk di jadikan pedoman

dalam penulisan ini.

Pertama, yaitu jurnal ilmiah dengan judul “Peran Komisi Pemilihan

Umum (KPU) Dalam Menumbuhkan Partisipasi Politik Bagi Pemilih

Pemula Di Kecamatan Pontianak Barat” karya Novianty dan Octavia,

tahun 2018. Yang di mana dalam penelitian ini berisi peran apa saja yang

telah di laksanakan oleh KPU dalam menggapai partisipasi politik

masyarakat, utamanya di kecamatan Pontianak Barat yang sebagai lokus

penelitian. Penelitian ini mengungkapkan bagaimana persepsi masyarakat

dengan adanya program yang di selenggarakan oleh KPU Pontianak.

Persamaan daripada penelitian ini yaitu sebagai persepsi tentang

bagaimana cara KPU untuk meningkatkan partisipasi politik masyarakat.

Yang menjadi pembeda penelitian ini, yaitu perbedaan lokus, waktu dan

juga situasi yang di lakukan KPU.


Kedua, jurnal ilmiah dengan judul “Strategi Komisi Pemilihan

Umum Provinsi Sumatera Utara Dalam Meningkatkan Partisipasi

Masyarakat pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2019” karya

Hasibuan, dkk. Penelitian ini mengungkapan bagaimana strategi yang di

lakukan oleh KPU Provinsi Sumatera Utara untuk mencapai partisipasi

masyarakat yang maksimal. Lalu karya ilmiah kali ini menjelaskan

beberapa kendala serta kelemahan yang di alami oleh KPU sebagai

permasalahan daripada strategi tersebut. Adapun persamaan kali ini yaitu

sama-sama meneliti pada fokus KPU untuk meningkatkan partisipasi

politik dari masyarakat. Dan yang menjadi pembeda kali ini juga yaitu

penelitian ini tidak memiliki latar waktu serta situasi yang sama.

Ketiga, yaitu jurnal ilmiah dengan judul “Pengaruh Program

Rumah Pintar Terhadap Partisipasi Politik Masyarakat Pada Kantor Komisi

Pemilihan Umum Kota Medan” karya Milan Alfiani Zega,dkk tahun 2019.

Penelitian ini mengangkat salah satu program yang telah di buat KPU,

yaitu Rumah Pintar yang di harapkan bisa memberikan edukasi politik

pada masyarakat Kota Medan demi meningkatkan partisipasi politik

masyarakatnya. Dalam penelitian ini di jelaskan apa itu pengaruh yang di

rasakan oleh masyarakat pada saat mengikuti program Rumah Pintar

yang di buat oleh KPU Kota Medan. Persamaan penelitian kali ini yaitu

adalah upaya yang di lakukan KPU dalam meningkatkan partisipasi politik

daripada masyarakat. Perbedaannya yaitu penelitian ini memiliki latar


waktu yang berbeda serta lokusnya juga berbeda serta situasi yang ada

juga menjadi pembeda pada penelitian ini.

Keempat, jurnal ilmiah dengan judul “Efektivitas Pelaksanaan

Pilkada Serentak 2020 Pada Masa Pandemi Darurat Covid-19 Di

Indonesia” karya Aprista Ristyawati tahun 2020 yang membahas tentang

pelaksanaan pilkada serentak tersebut yang di dasari perspektif hukum.

Jurnal tersebut memberikan penjelasan tentang poin poin yang dapat

terjadi jika melaksanakan pilkada secara serentak. Persamaan pada

penelitian kali ini yaitu memiliki referensi dasar hukum yang sama yaitu

UU No. 6 Tahun 2020 tentang pilkada, dan juga latar waktu yang terjadi

sama sama pada tahun 2020. Serta yang menjadi pembeda pada kali ini

jurnal ini memfokuskan penelitian secara nasional bukan berfokus pada

suatu daerah tertentu yang lebih spesifik.

Kelima, jurnal ilmiah yang berjudul “Paritisipasi Pemilih Pilkada

Kota Medan Tahun 2020 Di Kecamatan Medan Selayang” karya Frits Yoel

Lubis tahun 2020 yang membahas tentang proses pemilu di Kecamatan

Medan Selayang dalam Pilkada Kota Medan Tahun 2020. Penelitian ini

dapat di simpulkan dengan tingkat partisipasi masyarakat di Kota Medan

yang khususnya Kecamatan Medan Selayang masih sangat rendah. Yang

menjadi persamaan dari pada penelitian ini adalah latar waktu serta fokus

dalam partisipasi politik masyarakat. Adapun yang menjadi pembeda yaitu

penelitian ini memiliki lokus di kecamatan serta situasi yang berbeda.


2.2 Tinjauan teoritis

Tinjauan teoritis adalah untuk mengetahui ataupun melihat teori

apa yang ada dengan menggunakan sudut pandang keilmuan, sehingga

di dapatkan suatu pendekatan yang dapat menguak apa saja masalah

yang di teliti ataupun di kaji. Tinjauan teoritis mencakup dalam sebuah

tulisan dalam bagian bagian variable penelitian berkenaan dengan subjek

penelitian dan objek penelitian yang menjadi fokus dalam suatu

pembahasan sehingga sumber sumbernya di dapatkan melalui buku buku

ilmiah yang sesuai dengan ilmu pengetahuan yang berkaitan. Tinjauan

teoritis menghasilkan penjelasan secara empiris, objektif, dan juga

sistematis dalam efektivitas kinerja KPU guna peningkatan partisipasi

politik saat pilkada Kabupaten Konawe Selatan tahun 2020.

2.2.1 Efektivitas

Efektivitas dalam pengertian sederhana dapat di artikan sebagai

perbandingan antara suatu usaha dan hasil. Dari sudut pandang hasil

yakni di mana penggunaan sumber daya serta sarana maupun prasarana

yang ada dapat di gunakan serta di manfaatkan dengan maksimal dalam

mencapai suatu tujuan yang sudah di rencanakan pada sebelumnya.

Membahas tentang efektivitas sudah pasti tidak akan terlepas dengan

yang namanya organisasi, karena organisasi merupakan alat atau institusi

yang menjalankan seluruh sumber daya yang ada untuk dapat tujuan dari

organisasi tersebut.
Efektivitas memiliki salah satu tujuan yang harus di capai oleh

suatu program dari suatu organisasi yang akan di raih bersama dalam

proses kegiatan program tersebut. Apabila program tersebut dapat

berjalan sesuai dengan harapan dan target awal maka program itu dapat

di katakan efektif serta efisien. Menurut Sedarmayanti (2009:59)

Efektivitas adalah suatu ukuran yang memberikan gambaran


setinggi apa target dapat di capai. Pengertian efektivitas tersebut
lebih berorientasi pada keluaran sedangkan permasalahan
penggunaan luput dari perhatian. Apabila efisiensi di kaitkan
dengan efektivitas maka hal tersebut akan meningkat.

Dari penjelasan di atas efektivitas adalah suatu proses gambaran

untuk menentukan tujuan, target, sasaran yang akan di capai. Efektivitas

juga memiliki dimensi yang di buat menjadi beberapa kriteria sebagai

berikut: 1) Input, 2) Proses produksi, 3) Hasil, 4) Produktivitas.

Di dasari daripada pendapatnya input adalah segala sesuatu baik

sarana dan prasarana yang masuk kedalam sistem daripada proses

tersebut. Menurut R Evans dan William Lindsay (2007:17) bahwasannya

indikator daripada input yaitu: 1) fasilitas fisik (sarana dan prasarana), 2)

material (bahan baku), 3) modal, 4) sumber daya manusia.

Efektivitas dalam sebuah perspektif berasal dari suatu ilmu

tentang administrasi yang di aplikasikan di kehidupan aktivitas manusia

serta organisasi agar dapat mencapai suatu tujuan yang telah di tentukan.

Di kehidupan nyata suatu tujuan dapat yang sudah di tetapkan dapat

menjadi terwujud tetapi juga dapat menjadi tidak terwujud, dalam


mencapai sebuah tujuan yang sudah di tetapkan tersebut kita tidak harus

selalu memikirkan apa yang akan menjadi kelemahan seseorang ataupun

organisasi tetapi juga harus memikirkan bagaimana mengubah suatu

kelemahan dari seseorang ataupun organisasi menjadi sebuah kelebihan

yang mana dapat di pergunakan untuk menggapai tujuan yang telah

ditetapkan.

2.2.2 Kinerja

Kinerja merupakan salah satu faktor dalam suatu pekerjaan di

mana kinerja merupakan istilah yang berasal dari kata job performance

atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang

di capai seseorang). Kinerja merupakan tingkatan dari hasil serta

keberhasilan yang di capai oleh seorang individu maupun organisasi yang

di kerjakan menyeluruh untuk jangka waktu tertentu dalam melaksanakan

pekerjaan dengan berbagai macam kemungkinan, seperti hasil pekerjaan,

target ataupun target serta karakteristik tertentu yang sudah di tentukan

sebelumnya dan di tetapkan serta sudah tersepakati bersama. Kinerja

dalam hal ini di katakana maksimal apabila sudah mencapai hasil yang

baik dalam mencapai targetnya entah itu hasilnya secara kualitas maupun

kuantitas. Kinerja dapat di tinjau dari beberapa dimensi sebagai berikut:

1. Sebagai output (keluaran) yaitu melihat apa saja yang di hasilkan.

2. Adalah aspek konstektual, yaitu penilaian dari pekerjaan yang di

liat dari kapasitas kemampuannya. Arsyad (2004: 20)


3. Adalah prosesnya, yaitu prosedur yang sudah di tempuh dan

dinilai oleh seseorang atau organisasi dalam mengerjakan

tugasnya.

2.2.3 Demokrasi

Sejak merdeka Indonesia telah menetapkan sistem demokrasi.

Demokrasi merupakan konsep politik yang paling dekat dengan

pemahaman masyarakat umum, namun mengandung keterbatasan-

keterbatasan tertentu. Secara etimologis “Demokrasi” berasal daripada

bahasa Yunani, “terdiri dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan

cratien/cratos yang berarti pemerintah, sehingga bisa di artikan demokrasi

merupakan pemerintahan rakyat yang sering di sebut juga pemerintahan

dari rakyat, oleh rakyat, dan juga untuk rakyat. R William Liddle (1992:34)

mengatakan bahwa “negara yang menganut sistem demokrasi pemilu

dipandang menjadi penengah antara kedaulatan rakyat dan praktik

pemerintah oleh sekelompok elite politik”. Setiap warga negara yang

sudah dewasa dan mencukupi persyaratan menurut undang-undang

dapat memilih wakilnya di parlemen sekaligus memilih pemimpin

pemerintahan. Ketentuan hasil pemilih mewakili keinginan rakyat di jamin

dalam peraturan perundang-undangan pemilu.

2.2.4 Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Komisi Pemilihan Umum merupakan lembaga independen yang

memilikii tupoksi sebagai penyelenggara pemungutan suara dalam


hajatan besar dalam tujuannya untuk demokrasi yang merupakan

perwujudan daripada kedaulatan tertinggi yang ada di tangan rakyat, di

dalam pelaksanaanya sendiri KPU memiliki wewenang dalam menghandle

semua proses dari jalannya kegiatan pemilihan umum yang di mulai dari

masa persiapan hingga pada pemungutan dan penghitungan suara serta

menetapkan pemenang terpilih dari suatu proses pemilihan tersebut

dengan mengeluarkan sebuah legalisasi yang berupa surat keputusan.

2.2.5 Pemilihan umum

Sederhananya pemilihan umum merupakan suatu hajatan yang di

laksanakan serta di miliki Negara yang menganut sistem demokrasi,

pemilihan umum di laksanakan dengan tujuan untuk mencari serta

memilih para pemimpin yang akan menjalankan roda dari pemerintahan

dalam Negara tersebut serta memilih seseorang yang akan mengambil

serta menentukan kebijakan dalam Negara tersebut sesuai aspirasi dari

rakyatnya.

2.2.6 Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)

Pemilihan kepala daerah yang di singkat pilkada merupakan

sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di daerah (Harahap, 2017).

Dengan di berikannya hak untuk rakyat dalam memilih serta menentukan

kepala daerahnya yang menjadi angin segar bagi pemerintah daerah

untuk menjadi lebih demokratis serta lebih baik lagi daripada sebelumnya.
Arbas, (2012: 31) mendefinisikan bahwasannya pilkada itu

merupakan “kegiatan yang di lakukan di Indonesia untuk memilih

pemimpin daerahnya secara langsung oleh penduduk setempat yang

sudah memenuhi syarat”. Pengertian lain dari pilkada, terlebih khusus

partai politik dalam mengusung kader kader kepala daerah, koalisi partai

politik atau bebas denga syarat syarat tertentu harys di penuhi.

2.2.7 Kepala Pemerintahan

Seorang pemimpin pemerintahan di negara demokrasi di sebut

dengan kepala pemerintahan, kepala pemerintahan tersebut adalah pilar

daripada penggerak dari pemerintahan yang dalam hal ini mengepalai

nya, kepala pemerintahan sendiri adalah output dari pada

penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu), seorang kepala pemerintahan

biasa di sebut eksekutif sang pengambil kebijakan demokratis di Negara

maupun di pemerintahan daerah (pemda) yang di pilih rakyat untuk

mengabdi dan merealisasikan aspirasi dari rakyat melalui pemilu yang di

selenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum(KPU).

Sadu Wasistiono (2003:118) menyebutkan bahwasannya “ada tiga

hal yang perlu di pertimbangkan di dalam memilih pimpinan pemerintahan

yang kemudian di harapkan akan menjadi pemimpin, yakni: kapabilitas,

akseptabilitas, serta kompabilitas”.


Kapabilitas merupakan suatu gambaran dari sisi pimpinan yang

baik secara intelektual serta moral yang bisa di perhatikan dari rekam

jejaknya (track record), dapat di lihat dari segi pendidikannya ataupun dari

segi sikap dan perilaku nya. Akseptabilitas merupakan gambaran dari

tingkat penerimaan dari para pengikutnya terhadap kehadiran daripada

sosok pimpinan tersebut. Kompabilitas sendiri merupakan kemampuan

yang dimiliki pimpinan tersebut dalam menyesuaikan dengan kebijakan

daripada pemerintah yang hierarkinya lebih tinggi di atasnya, serta dapat

mengakomodasikan kebijakan dari pemerintah yang hierarkinya ada di

bawahnya serta tuntutan daripada pendukungnya ataupun masyarakat.

2.2.8 Partisipasi Politik

Dalam analisis politik modern partisipasi politik adalah yang

sangat penting bahwasannya memiliki banyak sekali hubungan dengan

Negara yang berkembang, studi mengenai partisipasi politik pada awalnya

memiliki fokus pada partai politik sebagai pelaku utama, namun di

karenakan berkembangnya paham demokrasi membuat banyaknya

masyarakat yang mempengaruhi jalannya pengambilan dari keputusan

mengenai kebijakan umum. Karena banyaknya masyarakat yang mulai

kecewa daripada kinerja partai politik akhirnya muncullah kelompok

masyarakat yang turut serta dalam jalannya politik seperti gerakan sosial

baru (new social movement) yang di dasari oleh kekecewaan dan sebagai

reformasi dari masyarakat untuk sebuah perubahan yang lebih baik demi
membuat partai politik meningkatkan kinerja nya, kelompok ini cenderung

memusatkan perhatiannya di dalam suatu masalah tertentu dengan

harapan akan lebih efektif dalam mempengaruhi proses keputusan melalui

gerakan langsung (direct action).

Hebert McClosky (1972:252) pernah menerangkan bahwa:

Partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga


ataupun masyarakat di mana mereka mengambil bagian dalam
proses pemilihan penguasa, dan secara langsung ataupun tidak
langsung, dalam proses pembentukan kebijakan umum.

Dari kutipan di atas dapat di terangkan bahwasannya masyarakat

secara sukarela mengambil bagian dalam jalannya kegiatan politik demi

menyeimbangkan antara kebijakan yang di ambil pemerintah dan seluruh

aspirasi mereka agar terciptanya kebijakan yang dapat di terima seluruh

elemen masyarakat dan tidak memberatkan bagi masyarakat serta

terciptanya kepuasan dalam partisipasi masyarakat di dalam kegiatan

berpolitik dan beranggapan bahwasannya kegiatan yang mereka lakukan

tidak sia-sia dan membuahkan hasil yang maksimal.

Dari penjelasan sebelumnya sangat jelas bahwasannya partisipasi

politik sangat erat kaitannya dengan kesadaran dalam politik, di

karenakan semakin sadar bahwa dirinya di perintah kemudian menuntut di

berikannya hak dalam bersuara pada penyelenggaraan pemerintah.

Kesadaran seperti ini di mulai dari orang yang berpendidikan, yang dalam

kehidupannya lebih baik, dan orang-orang yang terkemuka.


Umumnya, sebagian besar Negara demokrasi menganggap

bahwa banyaknya partisipasi dari masyarakat akan lebih baik. Dalam alam

pikiran ini tingginya tingkatan dari partisipasi menunjukan bahwa

masyarakat mengikuti serta memahami masalah politik dan ingin juga

melibatkan diri dalam kegiatan tersebut. Hal tersebut menunjukan juga

bahwasannya rezim yang bersangkutan memilii kadar keabsahan

legitimasi yang tinggi.

2.3 Landasan Legalistik

2.3.1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Tentang PILKADA

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang perubahan kedua

atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang

Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota pasal & ayat (1) menyataka

bahwa “setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan diri dan

dicalonkan sebagai calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur, calon

Bupati dan calin Wakil Bupati, calon Walikota dan calon Wakil Walikota”.

2.3.2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan

Umum

Suatu cara yang di laksanakan untuk sarana yang menghadirkan

wujud dari pada kedaulatan rakyat serta penegakan demokrasi yaitu


pemilu, serta dalam pelaksanaannya juga wajib memenuhi asas

penyelenggaraan pemilihan umum. Pernyataan itu sesuai dengan apa

yang ada di Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Pasal 3 yang berbunyi

“dalam menyelenggarakan pemilu penyelenggara pemilu harus

melaksanakan pemilu berdasarkan asas sebagaimana di maksud dalam

pasal 2 dan penyelenggaraannya harus memenuhi sebagai berikut:

mandiri, jujur, adil, berkepastian hukum, tertib, terbuka, proporsional,

professional, akuntabel, dan efektif”.

Dalam pasal 167 ayat (3) Undang-Undang nomor 7 Tahun 2017

menyebutkan bahwa “pemungutan suara dilaksanakan secara serentak

pada hari libur atau hari yang diliburkan secara nasional”. Dalam pasal 4

di sebutkan tujuan dari pada penyelenggaraan pemilu yaitu:

(a) Memperkuat sistem ketatanegaraan yang demokratis;

(b) Mewujudkan Pemilu yang adil dan berintegritas;

(c) Menjamin konsistensi pengaturan sistem pemilu;

(d) Memberikan kepastian hukum dan mencegah duplikasi

dalam pengaturan pemilu; dan

(e) Mewujudkan Pemilu yang efektif dan efisien.


Dari hal di atas bahwasannya pemilihan umum di selenggarakan

memiliki beberapa point yang di jadikan tujuan dalam pelaksanaannya

yang di selenggarakan oleh KPU.

2.3.3 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2020 tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2010 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi

Undang-Undang

Dari isinya yaitu pada Bab 1 Ketentuan Umum pasal 1 ayat 1 yang

di maksudkan dengan pemilihan kepala daerah adalah “pelaksanaan

kedaulatan rakyat di wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk memilih

Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Walikota, dan Wakil

Walikota secara langsung dan demokratis”. Namun dalam pilkada

serentak pada tahun 2020 memiliki hambatan yang berbeda dengan tahun

atau masa masa pilkada sebelumnya di mana di tahun 2020 kali ini di

laksanakan dengan kondisi pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-

19). Hal ini memiliki akibat yang berdampak pada penyelenggaraan

sebagian tahapan dari pemilihan tidak dapat di laksanakan secara normal

seperti pemilihan pada tahun sebelum-sebelumnya.


Seperti yang sudah di atur dalam Undang-Undang ini,

penggunaan daripada keputusan di lakukan dalam pemahaman dengan

penanggulangan COVID-19. Semua pihak yang ikut mengambil bagian

dalam keputusan wajib hukumnya mematuhi konvensi seperti

menggunakan alat perlindungan diri seperti masker yang menutupi hidung

hingga dagu, selalu menjaga kebersihan diri, serta menjaga jarak dengan

orang lain. Terlepas daripada kenyataan bahwasannya dengan kegagalan

yang di akibatkan pandemi, di percaya bahwa transparansi daripada

masyarakat bisa di buat. Serta tidak kalah pentingnya ketersediaan dari

semua perspektif, khususnya kerja sama dari pihak penyelenggara yaitu

KPU dalam perencanaan untuk masyarakat yang akan memilih. Serta

mampu dan dapat di harapkan akan terciptanya Pemilihan yang

berkualitas serta dapat memilih dan menentukan calon mana yang akan di

jadikan pemimpin yang akan memimpin serta membangun negara dalam

hal ini daerah ke arah yang lebih baik lagi tanpa adanya tekanan daripada

pihak lain.

2.3.4 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia

Nomor 5 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2019

Tentang Tahapan, Program, dan Jadwal Penyelenggaraan

Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil

Bupati, Dan/Atau Walikota Dan Wakil Walikota Tahun 2020


Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) ini di dasarkan pada

Keputusan Presiden Nomor 11 tahun 2020 tentang Penetapan

Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Covid-19 yang merupakan suatu

jenis penyakit yang mengakibatkan darurat kesehatan masyarakat dan

wajib serta sebuah keharusan di lakukan upaya penanggulangan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Seperti yang terdapat

atau tercantum di dalam aturan ini yang memiliki cakupan seperti teknis

pelaksanaan pilkada serentak yang mengharuskan seluruh kegiatan

mematuhi prokes (protocol kesehatan). Selanjutnya di dalam PKPU

melampirkan jadwal serta kegiatan pelaksanaan yang di awali dengan

pra – pilkada, hingga selesai pilkada sesuai dengan hukum yang berlaku.

2.3.5 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia

Nomor 13 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 6 Tahun 2020

tentang Pelaksanaan Pemilihan Gubernur Dan Wakil

Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota Dan

Wakil Walikota Serentak Lanjutan Dalam Kondisi Bencana

Nonalam Corona Virus Diseasr 2019 (Covid-19)

Peraturan ini di ciptakan mengingat bencana nonalam covid-19

yang semakin membludak dan meluas, dan dari hasil evaluasi PKPU

Nomor 6 Tahun 2020 tentang Pilkada Serentak Lanjutan dalam Kondisi

Bencana Nonalam Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagaimana


telah di ubah dengan PKPU Nomor 10 Tahun 2020, perlu melakukan

perubahan ketentuan kampanye di dalam kondisi bencana nonalam

Covid-19. Kemudian peraturan ini berisi perubahan teknis umum dalam

pelaksanaan pilkada yang menekankan protocol kesehatan yang disiplin,

pemanfaatan sosial media, serta jaringan komunikasi yang bersangkutan

dalam peraturan ini dengan tujuan untuk menekan pelonjakan penularan

serta memutus rantai penyebaran wabah pandemic Covid-19.

2.3.6 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia

Nomor 14 Tahun 2020 tentang Tugas, Fungsi, Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jendral Komisi

Pemilihan Umum, Sekretariat Komisi Pemilihan Umum

Provinsi, dan Sekretariat Komisi Pemilihan Umum

Kabupaten/Kota.

Isi daripada peraturan ini yaitu berupa penjelasan dari salah satu

tugas Sekretariat KPU Kabupaten/Kota, yakni pada pasal 229 poin f, yaitu

pelaksanaan dokumentasi hukum, hubungan masyarakat, dan kerja sama

di bidang penyelenggaraan pemilu. Selanjutnya, Sekretariat KPU

Kabupaten/Kota mempunyai tugas, fungsi, dan wewenang lainnya yang

diberikan oleh ketua KPU Kabupaten/Kota, di mana kegiatan tersebut

masih dalam alur hukum yang berlaku.

Tugas dan wewenang KPU Kabupaten/Kota salah satunya adalah

melaksanakan pemilu sesuai dengan peraturan yang berlaku atau yang


telah di atur oleh undang-undang dan hal tersebut termaktub dalam

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang pemilihan umum pada

pasal 20 yang berbunyi:

2.4 Kerangka Pemikiran

Menurut (Sugiyono, 2013:91) menjelaskan bahwasannya

“kerangka pemikiran adalah model konseptual tentang bagaimana teori

hubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai

masalah penting”. Kerangka pemikiran berisi penjelasan secara teoritis

antara variabel yang akan di teliti menggunakan cara penghubungan

antara objek penelitian, dan landasan teoritis serta legalistik.

Unaradjan, (2019) mendefinisikan bahwa kerangka pemikiran

merupakan dasar pemikiran yang menggabungkan antara teori dengan

fakta, observasi dan kajian kepustakaan, yang akan di jadikan dasar

Sebagaimana dalam kajian penulis bahwasannya, partisipasi

politik di Kabupaten Konawe Selatan pada tahun 2020 mengalami

kenaikan daripada tahun tahun sebelumnya, walaupun di tengah keadaan

pandemi Covid-19. Untuk itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana

efektifitas dari kinerja KPU dalam peningkatan partisipasi politik pada

pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Konawe Selatan.


Lalu dalam hal ini untuk melihat serta mengetahui bagaimana

keefektifan kinerja daripada KPU Kabupaten Konawe Selatan peneliti

menggunakan teori menurut Makmur (2011:5). Secara konseptual

kerangka pemikiran dalam penelitian ini di sajikan pada gambar 2.1

sebagai berikut:
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Suatu penelitian merupakan rencana sistematis sebagai kerangka

yang di buat untuk mencari jawaban atas pertanyaan penelitian (Harahap,

2020:29). Penelitian merupakan proses yang sistimatis serta teratur dalam

menganalisa suatu permasalahan serta mencari jalan keluar dan atau

memecahkan masalah yang di hadapi dalam penelitian. Metodologi

penelitian menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam proses penelitian

tersebut (Darmalaksana, 2020:25). Nursapia Harahap (2020:i),

menjelaskan bahwa “penelitian adalah suatu usaha yang di lakukan untuk

pencarian data serta fakta tentang suatu hal dengan kaidah-kaidah

ilmiah”.

Metode yang digunakan dalam penelian ini yaitu metode

penelitian kualitatif. Metode penelitian ini di gunakan di mana penelitian

kualitatif sebagai metode ilmiah sering di gunakan dan dilaksanakan oleh

sekelompok peneliti dalam bidang ilmu sosial. Harahap, (2020:7)

menuturkan penelitian kualitatif umum dan pada dasarnya dipergunakan

untuk ilmu-ilmu sosial dan humaniora, dalam aturan kajian mikro.

Penelitian kualitatif juga dilakukan fleksibel dan ditempatkan pada kondisi

alamiah, selanjutnya penelitian ini lebih bersifat deskriptif dengan

pendekatan deduktif.
3.2 Operasional Konsep

Menurut Sugiyono (2012:31), “operasional merupakan penentuan

kontrak ataupun sifat yang akan di pelajari hingga menghasilkan variabel

yang bisa atau dapat di ukur.” Operasional berisi cara cara yang di

gunakan untuk menyelidiki dan menjalankan konstrak, hingga

memberikan kemungkinan bagi analis untuk mengikuti estimasi dengan

cara yang sama ataupun bisa juga menciptakan cara baru yang unggul

dalam mengukur konstrak.

Operasional memiliki ruang lingkup berupa hal-hal penting seperti

variabel ataupun aspek aspek yang akan di teliti daripada suatu objek

tertentu untuk untuk mencari jawaban dari permasalahan penelitian

sehingga mempermudah penulis untuk membahas serta menjelaskan apa

saja permasalahan yang ada.

Pada operasionalisasi konsep, penulis memilih untuk

menggunakan teori efektivitas menurut Sedarmayanti (2009:59) yang

memiliki empat dimensi, yaitu efektivitas sebagai pengukur input, sebagai

pengukur proses produksi, sebagai pengukur hasil, dan juga sebagai

pengukur produktivitas. Sehingga dengan keempat dimensi tersebut dapat

di jadikan ujung tombak analis untuk mengetahui efektivitas kinerja dari

KPU dalam meningkatkan partisipasi politik pada pilkada Konawe Selatan

tahun 2020.
3.3 Sumber Data dan Informan

3.3.1. Sumber Data

Sumber data merupakan komponen yang penting untuk kegiatan

pelaksanaan penelitian. Sumber data juga di klasifikasikan menjadi 3

(tiga) kategori yaitu person, place, dan paper.

1. Person

Person merupakan sumber data yang dapat di peroleh dari

informan yang berupa jawaban lisan baik itu dari hasil

wawancara ataupun jawaban tertulis dari angket.

2. Place

Place merupakan sumber dari data yang memiliki tampilan

kondisi diam ataupun bergerak. Maksudnya dengan diam

seperti alat, benda, ruangan, warna dan sebagainya,

sedangkan bergerak di maksudkan seperti aktivitas, kecepatan

kendaraan dan sebagainya. Kedua hal ini adalah objek dalam

penggunaan observasi.

3. Paper

Paper adalah sumber dari data yang isinya menyajikan angka,

huruf, maupun simbol-simbol. Sumber dari data ini di gunakan

di dalam metode dokumentasi.


Di dasari dari cara memperolehnya sumber data di kelompokkan

menjadi 2 (dua) kategori, yaitu sumber data primer dan juga sumber data

sekunder. Menurut Sugiyono (2015:308) “sumber primer yaitu sumber

data yang datanya langsung di dapatkan oleh yang mengumpulkan data,

sedangkan sumber sekunder adalah sumber yang datanya tidak langsung

di dapatkan oleh pengumpul data”.

Data primer bersifat langsung yang di sebabkan cara

perolehannya harus di laksanakan secara langsung, lazimnya melalui

teknik wawancara, survey, ataupun kuesioner. Sedangkan data sekunder

sendiri dapat menjadi data yang memiliki sifat pendukung, dan akhirnya

perolehan data sekunder lazimnya memakai teknik studi pustaka, analisis

media, serta observasi.

3.3.2. Informan

Pada saat menentukan informan di perlukan berbagai

pertimbangan sehingga data yang dapat di peroleh bisa di

pertanggungjawabkan nantinya. Sugiyono (2015:124) menerangkan

bahwa “ Sampling Purposive adalah teknik yang digunakan dalam

mengambil sampel dan sumber data dengan mempertimbangkan suatu

hal”. Di sini yang di maksudkan dari mempertimbangkan suatu hal yaitu

asas kesesuaian dan asas kecukupan. Asas kesesuaian merupakan

tinjauan dari kelayakan subyek ataupun individu yang akan di jadikan


sebagai informan harus mempunyai pengetahuan yang cukup ataupun

ikut terlibat langsung pada fenomena/permasalahan yang di teliti. Maka

dari itu, informan dalam penelitian di bagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu

informan kunci, informan utama, dan informan pendukung.

3.4. Instrumen Penelitian

Dari sebuah penelitian yang menggunakan metode kualitatif di

dalam nya menerangkan bahwasannya peneliti itu sendiri yang manjadi

sebagai instrument. Oleh karena itu dari penelitian kualitatif, peneliti

selaku instrument wajib di validasikan sudah sejauh mana kesiapan

peneliti untuk meneliti serta selanjutnya turun ke lapangan. “Validasi

terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap

pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap

bidang yang akan diteliti, serta persiapan dalam memasuki obyek

penelitian, baik dalam hal logistik ataupun akademiknya”. (Sugiyono,

2015:305).

Menurut Nasution dalam Sugiyono (2015:306-307) menyatakan:

“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada alternatif lain selain


menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama.
Alasannya karena ialah segala sesuatunya belum memiliki bentuk
yang pasti. Masalah, fokus penelitian, hipotesis yang dipakai,
serta hasil yang diharapkan, itu ditentukan secara jelas dan pasti
sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dilakukan
perkembangan selama penelitian itu. Dalam keadaan yang belum
pasti serta tidak jelas, tidak ada alternatif lain hanya peneliti itu
sendiri sebagai alat yang dapat mencapainya”.
Dari penjelasan tersebut penulis bisa menyimpulkan

bahwasannya yang jadi instrument dalam pelaksanaan penelitian

merupakan peneliti itu sendiri dengan memakai perangkat pendukung

seperti perekam suara, kamera, buku catatan, serta pulpen.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pada pengumpulan data teknik yang di gunakan saat proses

penelitian yaitu menggunakan teknik pengumpulan data wawancara

(interview), observasi, dan dokumentasi. Berikut penjelasan dari pada

teknik pengumpulan data yang akan di gunakan oleh penulis :

1. Wawancara (interview)

Pada saat melakukan wawancara (interview) dibutuhkan

pertanyaan-pertanyaan yang wajib di sediakan yang nantinya

akan di gunakan untuk menjawab rumusan masalah dari

penelitian ini.

a. Wawancara terstruktur

Wawancara ini digunakan untuk menghimpun data apabila

peneliti sudah tau serta mengerti secara jelas mengenai

informasi yang bisa dikumpulkan. Oleh karena itu saat akan

melakukan wawancara, peneliti dalam mengumpulkan data

harus menyediakan alat untuk meneliti, yaitu berupa

pertanyaan yang ditulis serta untuk alternatif jawabannya juga

telah di sediakan sebelumnya.


b. Wawancara semi terstruktur

Jenis dari wawancara ini telah menjadi bagian in-depth

interview, di mana pada pelaksanaannya telah terbuka

dibanding wawancara yang terstruktur. Maksud dari wawancara

ini adalah untuk mengumpulkan informasi dengan lebih luas

dan dalam tentang informasi yang di perlukan.

c. Wawancara tidak terstruktur

Wawancara tidak terstruktur, merupakan jenis wawancara yang

fleksibel di mana penelitian tidak wajib menggunakan pedoman

wawancara yang sudah di rancang secara sistmatis dan

lengkap untuk pengumpulan datanya.

2. Observasi

Menurut Sugiyono (2015:203-205), Observasi memiliki tiga

memiliki 3 (tiga) jenis yaitu observasi partisipatif, observasi terus terang

atau tersamar, dan observasi tidak terstruktur.

a. Observasi partisipatif

Dalam observasi ini, peneliti wajib mengikuti kegiatan

keseharian orang sedang di amati dan dijadikan sebagai

sumber data penelitian. Maksudnya saat melaksanakan

pengamatan peneliti juga mengikuti apa saja kegiatan yang di

lakukan dari sumber data, dan juga turut merasakan suka

dukanya.
b. Observasi terus terang atau tersamar

Pada observasi kali ini, peneliti pada saat mengumpulkan data

menyatakan keterus terangannya pada sumber data ataupun

narasumber terkait peneliti sedang melaksanakan penelitian.

c. Observasi tak berstruktur

Observasi tak berstruktur adalah observasi yang di sediakan

dengan teratur dan sistematis tentang apa saja yang akan di

observasi serta di teliti.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan

data-data dengan mencatat dan mengambil gambar dari data serta

informasi yang ada pada lokasi penelitian. Dokumentasi bisa di jelaskan

“mencari suatu data yang berkaitan dengan penelitian berupa catatan,

transkrip, buku, surat, kabar, majalah, prasasti, notulen rapat dan lain-lain”

(Arikunto, 2010:274). Kemudian Sugiyono (20113:240) berpendapat

bahwa:

Dokumen adalah catatan suatu kejadian yang telah berlaku.


Dokumen boleh dalam bentuk catatan/tulisan, gambar serta karya
monumental dari manusia. Dokumen yang bentuknya tulisan
seperti catatan harian, sejarah kehidupan, biografi, peraturan,
kebijakan. Dokumen yang bentuknya gambar seperti foto dan
dokumen yang bentuknya karya misalnya karya seni yang berupa
patung, dan sebagainya.
Dalam hal dokumen Bodgan dalam Sugiyono (2015:329)

menyatakan “pada sebagian besar penelitian kualitatif, jenis dokumen

pribadi dipakai dengan leluasa untuk mengacu pada pendapat orang

pertama yang merupakan hasil dari seseorang yang dapat digambarkan

melalui tindakan, pengalaman, serta keyakinan dirinya”.

3.6. Teknik Analisis Data

Dalam melaksanakan penelitian tentu data yang di peroleh

kemudian akan di olah menggunakan teknik analisis data. Sugiyono

(2015:334) menjelaskan bahwa :

“Analisis data merupakan mekanisme dalam menyusun serta


mencari dengan sistematis data yang didapatkan dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
memetakan data ke dalam bagian-bagian, menjelaskan ke dalam
unit, mengerjakan dan menyusun ke dalam pola, memilah mana
yang penting serta yang mau dipelajari, dan membuat kesimpulan
yang dapat dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain”.

Teknik analisis data menurut Model Miles and Huberman dalam

buku Sugiyono (2015:338) di kerjakan melalui langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Reduksi Data

Data yang di kumpulkan dari lokasi penelitian yang jumlahnya

tidak sedikit, oleh karena itu harus di lakukan penulisan dan

pencatatan secara teliti dan terperinci. Seperti yang sudah di

kemukakan, semakin banyak waktu yang di gunakan peneliti


dalam mengamati lokasi, maka data yang di peroleh akan

banyak juga serta makin kompleks dan rumit. Oleh sebab itu

harus segera di lakukan analisis data menggunakan cara

reduksi data. Reduksi data akan membuat perincian dari data

tersebut menjadi lebih jelas, dan akan menjadikan suatu

kemudahan bagi peneliti untuk melakukan pengumpulan serta

pencarian data selanjutnya.

2. Data Display (penyajian data)

Sesudah daripada data yang di reduksi, hal selanjutnya yang

menjadi langkah bagi peneliti adalah penyajian data. Data yang

di pakai pada penelitian kualitatif yaitu berupa teks yang

sifatnya narasi. Dengan menyajikan data, bisa mempermudah

untuk pemahaman tentang apa yang dapat terjadi setelahnya,

dan juga membuat rencana kerja selanjutnya yang di dasari

daripada apa yang telah di mengerti atau pahami.

3. Penarikan Kesimpulan

Langkah selanjutnya pada analisis data kualitatif adalah

menarik kesimpulan dan juga verifikasi. Kesimpulan yang pada

awalnya di buat masih bersifat sementara, serta dapat diubah

apabila peneliti tak mendapatkan bukti yang kuat untuk

mendukung pengumpulan data pada tahap selanjutnya. Namun

apabila kesimpulan yang telah di buat di awal dan juga di


dukung oleh bukti yang kuat serta valid dan juga konsisten

pada saat melaksanakan penelitian kembali di lokasi

pengumpul data, maka kesimpulan yang di buat tersebut

memiliki kredibilitas serta di percaya.

Teknik analisis data adalah suatu bagian yang penting pada

proses penelitian di karenakan dengan analisis data sehingga

memberikan hasil sebuah kesimpulan yang menjadi pemecah masalah

dalam objek yang di teliti.

3.7 Jadwal dan Lokasi Penelitian

3.7.1 Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini akan dipilih menyesuaikan fokus yang

akan diteliti dan juga mendapatkan data-data yang lengkap tentang

partisipasi politik masyarakat dalam pilkada Kabupaten Konawe Selatan

Tahun 2020. Maka dari itu, penelitian akan di laksanakan di Kabupaten

Konawe Selatan di Lembaga yang memiliki keterkaitan dengan

penyelenggaraan Pemilhan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Konawe

Selatan yakni Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Konawe

Selatan.
3.7.2 Jadwal Penelitian

Penelitian ini akan di laksanakan sesuai jadwal yang sudah tertera

dan telah diatur di dalam Kalender Akademik Institut Pemerintahan Dalam

Negeri Tahun 2024.

Anda mungkin juga menyukai