Anda di halaman 1dari 10

Penyusun

TAHUN 2022
Pengantar

Penyelenggaraan Pemilu yang berkualitas sangat diperlukan sebagai sarana


mewujudkan kedaulatan rakyat dalam pemerintahan negara yang demokrasi berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Kompleksitas Pemilu yang sedemikian rupa
turut memberikan pengaruh besar terhadap tingkat partisipasi politik masyarakat terhadap
Pemilu itu sendiri dan berujung pada apatisme masyarakat. Apatisme itu berupa
ketidaktertarikan, ketidakpercayaan dan ketidakmauan berpartisipasi dalam politik, hal ini
disebabkan salah satunya terjadi kesenjangan antara elit politik dan masyarakat, kebijakan
politik tidak berpihak pada kepentingan rakyat.
Pelibatan masyarakat dalam proses politik sangat diperlukan untuk meredam adanya
apatisme politik masyarakat terutama dalam Pemilu. Proses politik dikatakan demokratis
ketika masyarakat menjadi aktor utama dalam pembuatan keputusan politik dalam Pemilu.
Indikator kerberhasilan pengawasan pemilu juga tidak lagi ditentukan seberapa banyak
temuan pelanggaran dan tindaklanjutnya oleh lembaga pengawas Pemilu, melainkan lebih
pada seberapa efektifkah upaya pencegahan pelanggaran Pemilu dapat dilakukan oleh
lembaga pengawas Pemilu.
Pengawasan partisipatif adalah bagaimana masyarakat dapat turut serta mengawasi
setiap proses tahapan Pemilu baik dalam kampanye, masa tenang dan hari pemungutan
suara. Aktivitas yang dapat dilakukan diantaranya memantau pelaksanaan Pemilu,
melaporkan dugaan pelanggaran Pemilu, menyampaikan informasi dugaan pelanggaran
Pemilu serta ikut mencegah terjadinya pelanggaran Pemilu. Pengawasan partisipatif
merupakan upaya mentransformasikan kekuatan moral menjadi gerakan sosial dengan
konsekuensi memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang kepemiluan dan teknik
pengawasan yang dibangun atas dasar kesadaran, kerelawanan dan panggilan hati
nurani untuk ikut berperan serta mewujudkan Pemilu yang berkualitas.
Sekolah Kader Pengawas Partisipatif (SKPP) yang dilaksanakan Bawaslu sudah
memiliki sistem pendidikan dan pelatihan, kurikulum pendidikan dan pelatihan yang
didalamnya terdapat alur proses dan alur materi sekaligus metodologi yang akan
dipergunakan selama pendidikan dan pelatihan, sehingga kami menilai SKPP ini harus
dapat dilaksanakan secara terus menerus, menjadi suatu gerakan bersama yang
tersistematis dalam melakukan pengawasan partisipatif.

Bengkulu, 06 Juni 2022


KETUA BAWASLU KOTA BENGKULU

RAYENDRA PIRASAD, SHI


SKPP DALAM KONSEP
PENGAWASAN PARTISIPATIF

Sebelum membahas lebih jauh tentang SKPP, tentunya pemahaman tentang


SKPP terlebih dahulu kita samakan yaitu sebagaimana yang diterapkan Bawaslu
pada SKPP Daring Tahun 2020 dan yang tertuang pada modul SKPP Tahun 2021
yang tentunya kurikulum dalam SKPP ini disesuaikan berdasarkan analisa
kebutuhan dari Bawaslu. Pengetahuan dan keterampilan teknik pengawasan,
pembangunan karakter diberikan kepada peserta SKPP sehingga menjadi kader
demokratis.
Pemilu pada dasarnya perwujudan demokrasi yang dimaknai “dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat”, sehingga jelas bahwa tujuan utama dari Pemilu adalah
rakyat itu sendiri. Pengawasan partisipatif merupakan bagian dari partisipasi rakyat
dalam Pemilu, ide pengawasan partisipatif muncul karena adanya kesadaran akan
perlunya selalu membuka ruang bagi partisipasi rakyat dalam setiap proses politik di
Republik Indonesia.
M. Afifudin (2020) dalam bukunya Membumikan Pengawasan Pemilu
mengatakan bahwa suatu peristiwa politik yang diwarnai partisipasi publik tinggi dan
terjadi diberbagai tahapan, semakin proses politik tersebut mendekati demokrasi
yang ideal. Harapan terciptanya pemilu berkualitas, yakni pemilu yang jujur dan adil,
dapat terwujud, inilah sebuah ijtihad dalam rangka membangun kualitas demokrasi
yang lebih baik guna memastikan terciptanya demokrasi yang terkonsolidasi.
Penjelasan di atas, sesuai dengan konsep kedaulatan berada ditangan rakyat yang
termuat didalam Undang-Undang Dasar 1945 Republik Indonesia. Untuk
mewujudkan negara yang demokrasi terutama pada penyelenggaraan Pemilu tentu
rakyatlah yang harus melakukan pengawasan sedangkan lembaga pengawas
bertugas untuk menyelesaikan pelanggaran dan sengketa Pemilu. Namun,
partisipasi masyarakat dalam melakukan pengawasan Pemilu dapat dikatakan
cukup sulit untuk muncul secara sendirinya.
Terdapat beberapa kendala yang menurut penyusun yaitu terbatasnya akses
informasi dan batasan-batasan regulasi Pemilu, sehingga dibutuhkan penguatan
masyarakat dengan kata lain perlu adanya program nyata partisipasi masyarakat
dalam pengawasan Pemilu yang merupakan implementasi dari kedaulatan ada
ditangan rakyat.
Bawaslu mengimplementasikan gagasan pengawasan partisipatif dengan cara
menginisiasi sebuah gerakan pengawasan partisipatif pada Pemilu 2019 (M.
Afiffudin, 2020). Gerakan ini merupakan motor yang mengubah kesadaran moral
menjadi suatu tindakan nyata, kekuatan moral untuk turut melakukan pengawasan
yang sebelumnya terpendam di hati sanubari masyarakat dapat dimunculkan ke
permukaan dan dioptimalkan dalam pengawasan Pemilu. Penyusun merasakan
adanya spirit mengembalikan semangat Pemilu kepada rakyat melalui pengawasan
partisipatif, semangat terciptanya Pemilu yang jujur dan adil hendaknya tidak hanya
menjadi semangat penyelenggara Pemilu, melainkan dapat menjadi semangat
seluruh warga negara Indonesia dimanapun berada karena pergantian
kepemimpinan bukan hanya urusan negara melainkan untuk kepentingan rakyat.
Penyelenggaraan pengawasan Pemilu dan Pemilihan membutuhkan dukungan
banyak pihak, salah satunya dibangun dengan melibatkan segenap kelompok
masyarakat untuk terlibat dalam partisipasi pengawasan disetiap tahapan Pemilu
dan Pemilihan. Keterlibatan masyarakat bukan sekedar terwujud dalam bentuk
datang ke TPS dan menggunakan hak pilihnya. Keterlibatan masyarakat harus juga
diwujudkan dengan melakukan pengawasan atas kecurangan yang terjadi, serta
melaporkannya kepada pengawas. Pengawalan demokrasi harus terlebih dahulu
melalui proses sosialisasi dan transfer pengetahuan serta keterampilan pengawasan
Pemilu. Atas pemikiran itulah Bawaslu menginisiasi Sekolah Kader Pengawas
Partisipatif (SKPP).
SKPP merupakan gerakan bersama antara Bawaslu dengan masyarakat untuk
menciptakan proses Pemilu yang berintegritas. Disatu sisi Bawaslu menyediakan
layanan pendidikan, disisi lain masyarakat pemilih berinisiatif untuk turut
berpartisipasi mengawasi penyelenggaraan Pemilu dan Pemilihan. SKPP bertujuan
meningkatkan pengetahun dan keterampilan praktis tentang pengawasan bagi
kader-kader pengawas dan pemantau Pemilu serta sarana berbagi pengetahuan
dan keterampilan tentang partisipasi masyarakat.

TUJUAN
Adapun tujuan SKPP yang terdapat didalam modul SKPP Tingkat Dasar tahun
2021 adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan pengawasan partisipatif masyarakat
Diharapkan semakin banyaknya pihak yang mengetahui tugas pokok dan
fungsi pengawasan Pemilu dan Pemilihan sehingga jumlah masyarakat
pemilih yang terlibat dalam proses Pemilu dan Pemilihan semakin meningkat.
2. Sarana pendidikan Pemilu dan Pemilihan bagi masyarakat
SKPP diharapkan ada fasilitas yang baik dan optimal yang menjadi jembatan
bagi masyarakat untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan
melakukan pengawasan partisipatif.
3. Pembentukan pusat pendidikan pengawasan Pemilu dan Pemilihan yang
berkesinambungan.
SKPP diharapkan meningkatkan ruang-ruang diskusi yang itensif dan
menjadi rujukan bagi masyarakat dalam mendapatkan informasi terkait
pengawasan partisipatif.
4. Menciptakan aktor-aktor pengawas dan kader penggerak pengawasan
partisipatif

Melalui SKPP diharapkan dapat melahirkan aktor-aktor pelaku pengawasan


partisipatif Pemilu dan Pemilihan serta kader yang menggerakkan masyarakat untuk
turut mengawasi Pemilu dan Pemilihan di semua lapisan masyarakat yang ada di
Indonesia. Dengan begitu pihak yang memiliki kemampuan untuk menjadi contoh
pelaku demokrasi dalam proses Pemilu dan Pemilihan meningkat. Adapun hasil
yang diharapkan yaitu :
1. Jangka Pendek
Peserta atau kader SKPP mempu menjadi pengawas Pemilu partisipatif dan
penggerak masyarakat untuk terlibat dalam pengawasan Pemilu secara
partisipatif di daerahnya masing-masing.
2. Jangka Panjang
Program ini dapat berkesinambungan dan menjadi model pengawasan
Pemilu partisipatif yang dapat dilaksanakan pada Pemilu selanjutnya.
KONDISI OBJEKTIF
SKPP KOTA BENGKULU

Kader pengawas partisipatif yang merupakan alumni SKPP di Kota Bengkulu


sampai dengan saat ini berjumlah 77 kader terdiri dari alumni SKPP Daring 2020
sebanyak 41 orang dan SKPP Tingkat Dasar 2021 sebanyak 36 orang.

Jumlah Kader SKPP Kota Bengkulu

41
36
31

20
16

10

SKPP DARING 2020 SKPP TINGKAT DASAR 2021

Jumlah Laki-Laki Perempuan

1. SKPP Daring 2020


Berdasarkan inventarisir terakhir (3 Juni 2022) yang dilakukan Bawaslu Kota
Bengkulu bahwa dari 41 kader SKPP Daring 2020, 34 orang yang bisa
dihubungi, 4 orang tidak bisa dihubungi karena nomor kontak tidak aktif lagi, 3
orang nomor kontak aktif namun tidak ada respon sama sekali. Dari 34 orang
kader SKPP Daring 2020 yang dapat dihubungi, 23 orang sudah berkeja di
sektor pemerintah maupun swasta, 3 orang belum bekerja, 7 orang berstatus
mahasiswa serta 1 orang sebagai ibu rumah tangga.

2. SKPP Tingkat Dasar 2021


Berdasarkan inventarisir terakhir (3 Juni 2022) yang dilakukan Bawaslu Kota
Bengkulu bahwa dari 36 kader SKPP Tingkat Dasar 2021, 32 orang yang bisa
dihubungi, 3 orang nomor kontak aktif namun tidak ada respon sama sekali,
serta 1 orang tidak dapat dihubungi nomor kontak tidak aktif lagi. Dari 32 orang
kader SKPP Tingkat Dasar yang dapat dihubungi 12 orang sudah bekerja
disektor pemerintah dan swasta, 4 orang belum bekerja serta 16 orang masih
berstatus sebagai mahasiswa.

Bawaslu Kota Bengkulu membuat group WhatsApp SKPP Daring 2020 yang
masih aktif sampai dengan saat ini berjumlah 31 orang sudah termasuk admin 5
orang (staf Bawaslu Kota Bengkulu), 8 orang kader SKPP Daring 2020 sudah keluar
dari group. Bawaslu Kota Bengkulu juga membuat group WhatsApp SKPP Tingkat
Dasar 2021 yang sampai dengan saat ini masih aktif berjumlah 30 orang sudah
termasuk admin 2 orang (staf Bawaslu Kota Bengkulu), 4 orang kader SKPP Tingkat
Dasar 2021 sudah keluar group.
Bawaslu Kota Bengkulu berupaya agar tetap menjaga komunikasi kepada para
kader SKPP yang diharapkan menjadi motor penggerak di masyarakat khususnya
dilingkungan tempat tinggalnya sendiri, memberikan informasi terkait dengan
penyelenggaran Pemilu terutama terkait dengan pengawasan partisipatif. Salah satu
kader SKPP Tingkat Dasar 2021 dijadikan host pada Podcast Bawaslu Kota
Bengkulu, ini merupakan bentuk bahwa Bawaslu Kota Bengkulu memantau terhadap
kader-kader SKPP yang memiliki potensi dan yang mau bergerak aktif, bukan hanya
menunggu kelanjutan dari SKPP dari atas.
CATATAN DAN HARAPAN
SKPP KEDEPAN

Pertama-tama penyusun mengajak, harus menjadi pemahaman bersama bahwa


sebenarnya konsep SKPP seperti yang dituangkan penyusun pada bagian awal,
konsep SKPP tergambar pada tujuan SKPP itu sendiri serta penjelasan-penjelasan
yang dimuat dibuku-buku yang dipublikasi oleh Bawaslu RI sebagaimana konsep
pengawasan partisipatif, sungguh sangat jelas hakikat pengawasan partisipatif,
sebut saja dalam buku Membumikan Pengawasan Pemilu (M. Afifudin, 2020),
Desain Pengawasan Pemilihan Serentak (Bawaslu, 2019), Desain Program
Pemantauan Pemilu (Bawaslu RI, 2019).
Hal ini perlu dan sangat penting sehingga tidak ada lagi yang “menawarkan”
konsep seperti; selain SKPP tingkat Provinsi dan Kab/Kota harusnya ada juga
tingkat Kecamatan, Kelurahan/Desa, harus dibentuk organisasinya agar terstruktur,
mereka (kader SKPP) harusnya digaji (katakanlah mendapat uang transport) agar
para kader semangat melakukan pengawasan. Selentingan-selentingan tersebut
sering terjadi dalam forum koordinasi, sosialisasi pengawasan partisipatif, bahkan
menimbulkan perdebatan antara lembaga pengawas dan kader SKPP. Penyusun
ingin menyampaikan selentingan tersebut “keliru” karena menggemukkan lembaga
(badan/adhoc) pengawas yang tentunya memerlukan dana yang tidak sedikit,
bayangkan se-Indonesia dibentuk dan tentu azas penyelenggaraan Pemilu yang
efektif dan efisien tidak akan pernah terwujud, selain dari pada itu jika kita
“mengiyakan” selentingan-selentingan tersebut secara serius ini sangat “berbahaya”
penyusun ingin mengatakan bahwa ini bertolak belakang dengan konsep
pengawasan partisipatif yang digaungkan Bawaslu RI, tagline Bawaslu “Bersama
Rakyat Awasi Pemilu Bersama Bawaslu Tegakkan Keadilan Pemilu”
menggambarkan bahwa Bawaslu ingin mengembalikan spirit pemilu kepada rakyat,
menumbuhkan kesadaran bahwa rakyat harus berpartisipasi dalam setiap
penyelenggaraan Pemilu maupun Pemilihan sebagaimana amanah Undang-Undang
Dasar 1945. Bukan mereka mendapat imbalan jika berpartisipasi, jika ini terjadi tentu
“Bersama Rakyat Awasi Pemilu” hanyalah jargon belaka, pengawasan partisipatif
yang digaungkan melalui buku dan laporan yang disusun lembaga pengawas pusat
hingga daerah hanyalah kumpulan tulisan yang tak bermakna.
Para kader SKPP kurang memahami bagaimana konsep SKPP, bagaimana
hakikat pengawasan partisipatif itu sendiri, yang artinya kita sebagai lembaga
pengawas pemilu yang diberikan mandat untuk melaksanakan SKPP khususnya
pada tahun 2021 kurang mengkomunikasikan hal itu, muatan materi yang
disampaikan hanya mencukupi waktu yang disediakan.
Selain catatan secara global yang disampaikan di atas, penyusun ingin
menyampaikan beberapa catatan sebagai point penting secara teknis khusus
pelaksanaan SKPP Tingkat Dasar 2021 :
1. Pembagian fasilitator tidak efektif, satu materi terlalu banyak fasilitator yaitu
mencapai 3 orang yang maju serentak hendaknya cukup 1 fasilitaor
menguasai materi dan memahami suasana pelatihan.
2. Pemilihan ice breaking hanya untuk happy fun kurangnya muatan
pembentukan karakter dan materi.
3. Untuk menjadi yang terbaik memang banyak koreksi dan itu harus, sehingga
perbaikan-perbaikan selalu dilakukan, tindaklanjut dari koreksi-koreksi
tersebut itu menjadi point penting dalam menyusun suatu laporan hal ini
untuk menentukan strategi kedepan.

Penyusun mengharapkan program SKPP Bawaslu ini dapat terus dilaksanakan


dengan konsep pengawasan partisipatif, namun dengan benar-benar menerapkan
kurikulum yang terdapat dalam modul, kualitas setiap materi dan pemateri sehingga
memang melahirkan “kader” pengawas partisipatif yang siap secara sadar
melakukan gerakan ditengah masyarakat bukan menunggu apa “kelanjutan” SKPP,
dan jika masih ada kata “apa kelanjutan SKPP?” maka pelatihan SKPP yang telah
dilaksanakan gagal. SKPP ini sama halnya dengan kita masuk sekolah dan
mengikuti organisasi, setelah selesai sekolah, setelah selesai menjalankan sistem
pendidikan organisasi kita mau berkarya/berbuat (aktif) atau hanya menunggu
(passif) atau bahkan melakukan praktik-praktik praktis.

Anda mungkin juga menyukai