Anda di halaman 1dari 5

Era reformasi dengan kebijakan desentralisasi menjadikan politik lokal di Indonesia dinamis.

Pilkada langsung, pemberdayaan masyarakat dan memaksimalkan potensi ekonomi lebih


mudah untuk dilakukan.
Buatlah makalah atau paper terkait politik lokal yang ada di daerah Anda tinggal!
Anda dapat memfokuskan pada salah satu isu/persoalan saja seperti Pilkada, Pembangunan
Daerah, Pemberdayaan Masyarakat atau lainnya!

Petunjuk pengerjaan soal:


1. Format tugas tutorial ke-3 ini adalah dalam bentuk makalah atau paper
2. Jumlah halamah makalah atau paper minimal 3 (tiga) halaman dan maksimal 5 (lima)
halaman.
3. Font times new roman, dengan ukuran 12; margin default; spasi 1,5; dan ukuran kertas A4.
4. Tidak copy paste dan mengutip harus disertai sumber rujukan. Apabila terbukti melakukan
plagiarisme maka nilai yang diberikan adalah 0 (nol).
5. Adapun penilaian meliputi format dan teknis penulisan jawaban, orisinalitas dan ketajaman
gagasan, serta informasi dan pengetahuan valid yang diberikan.
6. File dokumen tugas adalah sebagai berikut Nama NIM T2 ISIP4213 atau sebagai contoh:
Evidakartini 0123456 T2 ISIP4213
7. Pengumpulan tugas paling lambat satu minggu dari waktu pemberian tugas. Sistem secara
otomatis akan tertutup sesuai jadual yang sudah ditetapkan.

Nama : Rohmat Suhardin


Tugas : Sistem Politik Indonesia/ISIP 4213
NIM : 043957795

JAWABAN!
PARTISIPASI POLITIK
PADA PILKADA KOTA BOGOR TAHUN 2018

LATAR BELAKANG
Pada era reformasi di Indonesia, pemilihan umum umum menganut asas langsung
umum bebas dan rahasia, yang sering disingkat asas luber dan jurdil (jujur dan adil). Asas
langsung berarti pemilih diharuskan memberi suaranya secara langsung dan tidak boleh
diwakili. Umum berarti pemilihan umum dapat diikuti seluruh warga negara yang sudah
memiliki hak menggunakan suara. Bebas berarti pemilihan diharuskan memberikan suaranya
tanpa ada paksaan dari pihak manapun,kemudian rahasia berarti suara yang diberikan oleh
pemilih bersifat rahasia hanya diketahui oleh si pemilih itu sendiri. Sedangkan asas jujur dan
adil, mengandung arti bahwa pemilihan umum harus harus dilaksanakan sesuai dengan aturan
untuk memastikan bahwa setiap warga negara yang memiliki hak dapat memilih sesui dengan
kehendaknya dan setiap suara pemilih memiliki nilai yang sama untuk menentukan wakil
rakyat yang akan dipilih. Disamping itu dapat perlakuan yang sama terhadap peserta pemilu
dan pemilih, tanpa ada pengistimewaan ataupun diskriminasi terhadap peserta atau pemilih
tertentu. Asas jujur dan adil mengikat tidak hanya kepada pemilih ataupun peserta pemilu,
tetapi juga penyalenggara pemilu.
TUJUAN PENULISAN
Pemilu kepala daerah (pilkada) diindonesia dilaksanakan secara serentak melai
digulirkan tahun 2015. Salah satu daerah yang melaksanakan pilkada tersebut pada tahun
2018 adalah kota bogor, untuk memilih walikota dan wakil walikota . dimana pilkada kota
bogor 2018 dikitu pasangan bima arya dan dedie a rachim yang didukun oleh mayorita partai.
Para kandidat serentak melakukan kempanye untuk mensosialisasikan visi dan misi
serta program kerjanya. Kampanye yang dilakukan melalui dua cara yaitu pertama,
kampanye secara langsung dan terbuka melalui kunjungan dan tatap muka secara langsung
dengan masyarakat pemilih dan kedua, kampanye secara tidak langsung dan bersifat tertutup
memalui iklan politik. Lewat iklan politik ini, para kandidat berkampanye untuk
menyampaikan visi misi dengan memanfaatkan media massa baik media cetak maupun
media elektronik.
Melalui kampanyenya tersebut, masing – masing kandidat menawarkan program kerja
dan mengajak para konstituen untuk berpartisifasi dalam pilkada dengan memilih dirinya
menjadi pimpinan daerah. Partisipasi politik masyarakat menjadi hal yang sangat penting
untuk sukses nya pelaksanaan pilkada, sehingga hal ini menjadi alasan untuk diangkat
sebagai tema penelitian.
RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam tulisan ini adalah berbagai manakah partisipasi
politik pada pilkada kota bogor tahun 2018 dalam perspektif Pendidikan politik?. Sedangakan
tujuan penulisan adalah untuk mengetahui partisipasi politik pada pilkada kota bogor tahun
2018.
PEMBAHASAN
Partisipasi politik bisa diartikan sebagai keterlibatan individu sampai pada bermacam
– macam tingkatan didalam system politik. Partisispasi politik merupakan usaha terorganisir
oleh para warga negara untuk memilih pemimpin mereka dan mempengaruhi bentuk dan
jalannya kebijakan umum. Usaha ini dilakukan berdasarkan kesadaran dan tanggung jawab
mereka terhadap kehidupan Bersama sebagai satu bangsa dalam suatu negara.
Berdasaarkan tahapan pilkada kota bogor, ditetapkan jumlah pemilih tetap yang
berjumlah 680.205 orang. Setelah itu dilanjutkan dengan proses sosialisasi pilkada kepada
masyarakat kota bogor baik dilakukan oleh panwaslu dan kpu kota bogor. Pemungutan suara
untuk pilkada kota bogor dilaksanakan pada hari rabu, tanggal 27 juni 2018 dari hasil
rekapitulasi ditingkat kecamatan maupun rekapitulasi hasil pilkada tingkat kota , maka
diperoleh hasil sebagai berikut.
Pasangan bima arya dan dedie tersebut unggul dengan perolehan suara sebanyak
215.708 suara. Kemudian diposisi kedua ditempati pasangan nomor urut satu achmad ru’yat
dan zaenul mutakim dengan Raihan suara sebanyak 153.407 suara. Lalu Raihan terendah,
yakni pasangan nomor urut dua edgar suratman dan sefwely gynanjar dengan Raihan suara
sebanyak 61.871 suara.
Dengan adanya regukasi dibidang pemerintahan khususnya dalam pemerintahan
daerah, diharapkan meningkatnya partisipasi politik masyarakat dalam memilih kepala daerah
dan sekaligus menurunkan angka gol put dalam perpolitikan didaerah. Semangat otonomi
daerah memberikan dampak yang sangat berarti untuk terwujudnya integrasi nasional dan
mempercepat proses pembangunan didaerah untuk mewujudkannya masyarakat sejahtera.
Disamping itu regulasi dalam bentuk otonomi daerah menurut saukani. Fungsi dari otonomi
daerah adalah fungsi Pendidikan politik yang mana dengan otonomi daerah ini akan terbentuk
didaerah sejumlah Lembaga demokrasi seperti partai politik, kelompok kepentingan,
kelompok penekan, media massa local, dan Lembaga perwakilan rakyat. Lembaga –
Lembaga tersebut akan memainkan peranan yang strategis dalam rangka Pendidikan politik
warga masyarakat, yang tentu saja menanamkan nilai – nilai dan morma – norma yang
berkaitan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai – nilai tersebut mencakup nilai
yang bersifat kognitif, efektif maupun evaluative. Ketiga nilai tersebut manyangkut
pemahaman dan kecintaan serta penghormatan terhadap kehidupan bernegara, symbol dan
para pemimpin negara yang kemudian diikuti oleh kehendak untuk ikut mengambil bagian
dalam proses penyelenggaraan negara atau proses politik.
Tinggi nya angka golput dalam pilkada, pada umumnya disebabkan oleh rendahnya
pemahaman terhadap Pendidikan politik dan umumnya masyarakat pemilih dipedesaan masih
mereflesikan tipe budaya politik kaula dalam terminology almond dan verba (1984) (dalam
http://ilmupemerintahan.wordpress.com/2009/12/30/pemilu-bali-2010/ diakses tanggal 21 juli
2016). Dalam tipe ini masyarakat patuh dan ikut serta dalam pemilu karena dianggap sebagai
kewajiban semata atau akibat adanya control social. Sebagai besar rakyat berduyun – duyun
mendatangi bilik suara, walaupun tidak memahami visi misi, dan rencana strategis sang
kandidat, tidak tertarik dengan materi kampanye yang disodorkan.
Selanjutnya demokrasi tanpa dikelola dengan baik dan pada sisi lain kesejahteraan
rakyat tidak juga baik maka disitulah awal hancurnya demokrasi. Sedikitpun tiada keraguan
bahwa pemilu merupakan ekspektasi demokrasi yang sangat tinggi karena ruang partisipasi
rakyat dalam me nentukan pemimpinnya menjadi sangat besar. Ruang bagi rakyat untuk
mencari pemimpin yang lebih baik menjadi lebih besar pula. Akan tetapi karena tingkat
Pendidikan yang masih rendah, tingkat kemiskinan yang masih tinggi dan mulai tumbuhnya
budaya memberi dari pasangan calon dan budaya menerima rakyat dalam setiap kunjungan
kampanye. Akan mengakibatkan pengambilan keputusan dalam memberikan pilihan pada
saat pemilu tidak selalu bersifat ideal. Ada lebih banyak pertimbangan pragmatis dalam
pengambilan keputusan itu. Barbagai kasus money politics dalam pelaksanaan pemilu
(walaupun sangat sulit dan sedikit yang terungkap kepermukaan) bisa terjadi dalam kondisi
masyarakat pemilih yang lebih mengutamakan pertimbangan pragmatis daripada rasional.
KESIMPULAN
Pemilihan umum atau pilkada merupakan sarana demokrasi dalam membentuk system
kekuasaan negara yang berkedaulkatan rakyat dan permusyawarahan atau perwakilan seperti
yan digariskan dalam undang – undang dasar negara republic Indonesia. Regulasi
pemerintahan khususnya dalam pemerintahan daerah dengan semangat otonomi daerah ,
memberi peluang untuk mempercepat proses pembangunandidaerah dengan menempatkan
sosok putra daerah yang berpengaruh melalui pilkada secara langsung.
Dari 680.205 pemilih yang terdaptar sebagai pemilih tetap hanya ada 550.205 pemilih
atau 75,89 persen yang menggunakan hak pilihnya sedangkan yang tidak menggunakan hak
plihnya sebesar 24,11 persen. Dalam pilkada kota bogor 2018 pasangan bima dan dedie
tersebut unggul dengan perolehan suara 215.708 suara.
Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam
pemilihan kepala daerah maka perlu ditingkatkan sosialisasi tentang kesadaran politik pada
masyarakat, agar masyarakat mau menggunakan hak pilihnya dengan sebaik – baiknya dan
hadir ke tps untuk memilih sesuai dengan azas pemilu. Kepada petugas yang memberikan
penyuluhan pemilu kehendaknya dapat memberikan tata cara dalam menggunakan hak pilih
kepala daerah untuk memberikan suara. Kepada setiap warga negara sangat diharapkan dapat
menggunakan hak pilihnya serta dapat mengendalikan dirinya agar tidak terjadi bentrokan
dalam pelaksanaan kampanye maupun dalam pencontrengan atau pencoblosan.
DAFTAR PUSTAKA
……..2009.UU RI tentang otonomi daerah dan pilkada. Wacana intelektual …..UU RI no 31
tahun 2002 tentang partai politik (parpol). Dilengkapi UU RI no 2 tentang parpol 1999. PP RI
No. 5 tentang PNS jadi anggota parpol -1999 beserta menjelasannya. Surabaya:daftar
Pustaka-dua.

Anda mungkin juga menyukai