Pembahasan:
Menurut Durkheim, sosiologi sudah tak bisa lagi dipahami dalam keadaan mental murni,
seperti yang diperagakan oleh Comte dan Spencer yang menempatkan dunia ide sebagai
pokok persoalan. Sebab itu, Durkheim kemudian membangun sebuah konsep dalam
sosiologi yang disebutnya fakta sosial (social facts).
Dalam solidaritas mekanik, masyarakat diikat oleh sebuah konsep bernama kesadaran
kolektif, atau “seluruh kepercayaan dan perasaan bersama yang dianggap umum dalam
sebuah masyarakat”. Kejahatan, dalam solidaritas mekanik, didefinisikan sebagai tindakan
yang mencederai kesadaran kolektif tersebut atau dengan kata lain, mencederai seluruh
masyarakat. Sanksi bagi pelaku tindak kriminal dalam solidaritas mekanik bersifat represif.
Artinya, sanksi yang dijatuhkan bertujuan untuk membalas, merugikan, atau membuat
pelaku menderita seperti hukuman mati.
Berbeda dengan solidaritas mekanik yang diikat oleh “kesamaan” dalam bentuk kesadaran
kolektif, solidaritas organik justru diikat oleh “perbedaan” dalam bentuk pembagian kerja.
Dalam solidaritas organik, setiap orang memiliki tugas yang spesifik, dan saling
bergantung antara satu dengan lainnya. Sanksi yang diberikan bagi pelaku tindak kriminal
dalam solidaritas organik bersifat restitutif. Artinya, sanksi yang dijatuhkan bertujuan
untuk mengembalikan kondisi masyarakat yang terganggu akibat tindak kriminal tersebut
seperti semula contohnya dengan membayar ganti rugi. Dalam solidaritas organik,
masyarakat tidak diikat oleh kesadaran kolektif, oleh karena itu, tindak kriminal tidak lagi
dianggap sebagai sesuatu yang mencederai seluruh masyarakat, sehingga sanksi yang
bersifat represif tidak lagi dibutuhkan.
Durkheim kemudian menyimpulkan bahwa rendahnya solidaritas di antara pemeluk agama
Kristen Protestan, yang cenderung lebih individualis dan kritis, merupakan penyebab
utama tingginya angka bunuh diri di wilayah tersebut. Durkheim menggunakan istilah
“egoistik” untuk menyebut bunuh diri yang terjadi akibat rendahnya tingkat solidaritas di
masyarakat. Sebagai contoh, seorang laki-laki yang memilih untuk mengakhiri hidupnya
setelah ditinggal oleh kekasihnya dapat dikatakan telah melakukan bunuh diri egoistik.
Lebih lanjut, Durkheim menyadari bahwa tingginya tingkat solidaritas di masyarakat juga
dapat memicu seseorang untuk melakukan bunuh diri. Durkheim menyebut bunuh diri
yang terjadi akibat tingginya tingkat solidaritas di masyarakat sebagai bunuh diri
“altruistik”. Bom bunuh diri yang dilakukan oleh kelompok radikal keagamaan dapat
dikategorikan sebagai bunuh diri altruistik.
2. Furnivall (1976) menyatakan bahwa pada masyarakat Hindia Belanda, pluralisme terjadi
dalam bentuk dua elemen masyarakat atau lebih yang hidup secara sendiri tanpa adanya
pembauran dalam kesatuan politik. Pada kondisi Indonesia saat ini, apakah kondisi tersebut
masih terjadi? Jelaskan dan beri contoh.
Pembahasan:
Secara umum, pluralisme merupakan sebuah paham yang menghargai adanya perbedaan
di tengah kehidupan masyarakat dan mengizinkan kelompok berbeda itu tetap menjaga
budayanya sebagai ciri khas.
Pluralisme politik bisa dilihat dari aspek sebagaiamana negara memberikan ruang bagi
rakyat untuk menyalurkan kekuasaannya atas negara, penyaluran tersebut akan bermuara
kepada dua titik yakni melalui partai politik dan non partai politik. Sistem politik menjadi
acuan agar penyaluran kakuasaan itu tidak bersinggungan satu sama lain.
Karena pada dasarnya pluralisme diartikan sebagai kesediaan menjunjung pluralitas, yakni
kesedian untuk menerima kenyataan bahwa dalam sistem sosial masyarakat ada tata cara
hidup, budaya, dan keyakinan yang berbeda serta kesediaan untuk hidup bersama dan
bergaul bersama (ko-eksistensi) serta bekerja sama (ko-operasi). Keberagaman yang
dimiliki indonesia dengan berbagai etnis yang ada, menjadikan Indonesia menjadi sebuah
negara plural dalam identitas warganya.
Dalam konteks politik, pluralisme politik diaktualisasikan kepada lembaga Eksekutif dan
Legislatif dimana sebagai lembaga yang memberikan wadah kepada warga negara dalam
mengimplementasikan kepentingannya haruslah merujuk pada konstitusi negara.
Tergerusnya nilai pluralisme politik teridentifikasi dari mucul fenomena belakangan ini
yang identik dengan isu etnisitas, isu agama dan penyebaran kebencian. Tidak hanya itu,
isu tersebut juga menjadi wacana dan pilihan untuk merebut dan mempertahankan
kekuasaan. Politik identitas menjadi isu yang strategis bagi sebagain kalangan dalam
kancah politik praktis nasional. Pada satu pandangan, semangat etnisitas ini positif dari
segi semangat persatuan namun lemah pada aspek pluralitas dalam melihat kenyataan
bahwa persatuan itu tidak mesti sama.
3. Andi memiliki Ayah dan Ibu yang beretnis Jawa. Sejak lahir dan besar, Andi sudah tinggal
di Denpasar dan banyak berinteraksi dengan budaya Bali. Dia bahkan juga mampu
berbahasa Bali dengan fasih dan menampilkan tari Kecak dengan baik. Berdasar teori
primordial, Andi lebih tepat menggolongkan diri sebagai etnis apa? Jelaskan.
Pembahasan:
Primordialisme adalah suatu pandangan terhadap ras, agama, suku, jenis kelamin, dan
sebagainya yang melekat dalam diri individu sejak lahir. Paham ini mampu meningkatkan
semangat berbangsa dan bernegara karena dapat memperkuat ikatan golongan atau
kelompok sosial tertentu dalam menghadapi ancaman eksternal.
Berdasarkan penegertian di atas, Andi lebih tepat tergolong ke dalam etnis Jawa, hal ini
dikarenakan Andi memiliki aliran darah Jwa yang dia dapatkan dari Ayah dan Ibunya.
Meskipun Andi lahir dan bersar di daerah Denpasar bahkan mampu menguasai segala jenis
adat budaya Bali, akan tetapi Andi tidak akan bisa lepas dari adat Jawa sebagai jati diri
yang dia bawa lahir. Dengan harapan, orangtua Andi mampu menerapkan dan
mengajarkannya Adat budaya Jawa.
4. Salah satu hasil pemikiran Geertz yang paling banyak dikutip mengenai masyarakat Jawa
adalah terkait pembagiannya dalam tiga tipe yaitu Abangan, Santri, dan Priyayi. Menurut
Anda, apakah pembagian secara mutlak ini masih terjadi di saat ini dan apakah pembagian
seperti ini juga terjadi pada kelompok etnis lain selain masyarakat Jawa?
Pembahasan:
Konsep yang diperkenalkan oleh Geertz untuk melukiskan dan menganalisa tipe budaya
utama sesuai dengan menurut kepercayaan agama, preferensi etis dan ideologi politik
mereka maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
Menurut saya, pembagian secara mutlak ini masih terjadi di saat ini dan apakah pembagian
seperti ini juga terjadi pada kelompok etnis lain selain masyarakat Jawa. Hal ini
dikarenakan suku jawa sudah banyak tersebar di seluruh penjuru daerah Indonesia. Adapun
contoh nyatanya adalah sebagai berikut:
a. Tradisi agama abangan yang pada pokoknya terdiri dari pesta ritual yang dinamakan
selamatan, satu kompleks kepercayaan yang luas dan rumit tentang roh-roh, dan
seperangkat teori dan praktek penyembuhan, ilmu tenung, dan ilmu gaib diasosiasikan
dengan cara yang luas dan umum dengan desa Jawa
b. Tradisi agama santri, Pelaksanaan yang cermat dan teratur, ritual-ritual pokok agama
Islam, seperti kewajiban shalat lima kali sehari, shalat Jumat di masjid, berpuasa selama
bulan ramadhan, dan menunaikan haji ke Mekah.
c. Tradisi agama Priyai, Mereka sebagai satu golongan pegawai birokrasi yang menurut
tempat tinggal mereka, merupakan penduduk kota. Mereka memiliki gelar-gelar
kehormatan yang merupakan bagian dari birokrasi aristokrasi kraton.
Sumber:
MODUL ISIP4214.22
https://www.sampoernaacademy.sch.id
https://www.senin.live
https://media.neliti.com