Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 1

Mata Kuliah : Teori Sosiologi Modren

Nama : Berlina Sibagariang

NIM : 043885355

UPBBJ : Medan

Prodi : Sosiologi S-1

Coba Anda jelaskan apa yang dimaksud dengan Konflik dalam pandangan


Dahrendorf dan Konflik dalam pandangan Marx, kemudian jelaskan perbedaan pandangan antara
Dahrendorf dengan pandangan Marx mengenai konflik.

Konflik dalam pandangan Dahrendorf


Ian Craib (1986:92) mengatakan bahwa Ralf Dahrendrof sejak semua menekankan bahwa
teorinya teori konflik tidak bermaksud untuk mengganti teori consensus. Walaupun dua teori itu
memakai konsep yang sama, akan tetapi caraya yang berlawanan yang menggangap bahwa
setiap unsur sosial mempunyai fungsi dan disfungsi, konsessus dan paksaan yang berdampingan.
Teori konflik Ralf Dhrendrof didasarkan pada anggapan yang menyatakan bahwa semua sistem
sosial dikoordinasikan secara imperatif.
Menurut Margareth M. Poloma (1986:135) dasar dari teori konflik Dahrendorf adalah penolakan
dan penerimaan sebagian serta perumusan kembali teori Karl Marx.

Konflik dalam pandangan Marx:


Karl Marx Menurut Karl Marx, konflik adalah persaingan untuk mendapatkan sumber daya yang
terbatas. Konflik adalah bentuk pertentangan yang dapat ditemukan di mana-mana.
Karl Marx memandang bahwa teori konflik lahir dengan beberapa konsepsi yakni konsepsi
tentang kelas sosial, perubahan sosial, kekuasaan dan negara dimana konsepsi-konsepsi tersebut
saling berkesinambungan satu sama lain.
Marx mengatakan bahwa sejarah masyarakat manusia adalah sejarah perjuangan kelas, yang
mana melahirkan kelompok borjuis dan kelompok proletar. Menurut Karl Marx kaum Borjunis
adalah sebagai pemilik dan pengelola kapitalis, sedangkan para pekerja demi kelangsungan
hidupnya tergantung pada sistem tersebut. Kelompok-kelompok yang menyadari bahwa
posisinya berada pada kaum proletar dengan sadar melakukan berbagai macam upaya
pemberontakan terhadap kaum borjuis. Konflik antarkelas inilah yang kemudian melahirkan
perubahan dalam masyarakat.
Menurut Marx pula, suatu saat kaum proletar akan memenangkan perjuangan kelas ini yang
kemudian akan melahirkan masyarakat tanpa kelas.

Perbedaan pandangan antara Dahrendorf dengan pandangan Marx mengenai konflik.


Karl Marx menilai konflik sebagai bentuk pertentangan kelas atau konsep sturuktur kelas di
dalam masyarakat yang penuh ketimpangan yang bisa menimbulkan konflik dalam keseharian.
Bahkan, bisa muncul kelompok yang terkesan menguasai dan ada yang dikuasai hanya karena
perbedaan kelas ekonomi.
Konsep utama dalam teori konflik Karl Marx:
1. Adanya struktur kelas di masyarakat
2. Adanya kepentingan ekonomi yang bertentangan di masing-masing kelas yang berbeda
3. Adanya pengaruh besar dari kelas ekonomi terhadap gaya hidup seseorang Pengaruh
konflik kelas bisa mengakibatkan perubahan struktur sosial.
Sedangkan Ralf Dahrendorf menyatakan konflik terjadi karena adanya relasi-relasi sosial dalam
sebuah sistem. Disimpulkan bahwa konflik tidak terjadi tanpa adanya kelompok-kelompok yang
tergabung dalam satu sistem yang diklasifikasikan berdasarkan kekuasaan. Dimana akan ada
kelompok pengontrol dengan sanksinya membuat pihak yang memiliki kekuasaan bisa
memperoleh keuntungan dari pihak yang dikuasainya. Hal ini akan memicu pertentangan antara
pemilik kekuasaan dengan orang-orang yang tidak berkuasa.

Dahrendorf beranggapan pandangan Karl Marx sudah mengalami pergeseran karena abad ke-20
telah terjadi pemisahan antara pemilihan dengan pengendalian sarana-sarana produksi. Pada abad
ke-19 para pekerja buruh bukan lagi merupakan suatu kelompok yang dianggap sama dan
bersifat tunggal karena pada masa tersebut telah muncul pekerja yang statusnya berbeda dan
jelas, dalam arti ada kelompok pekerja tingkat atas dan kelompok tingkah bawah. Hal ini yang
diluar pemikiran Mars, apalagi dengan munculya serikat buruh, dengan segenap mobilitas
sosialnya.

Jadi revolusi buruh yang dikatakan Marx tidak akan terjadi karena sudah ada serikat buruh dan
mobilitas sosialnya, maka konflik-konflik yang mungkin akan terjadi antara buruh dan majikan
akan bisa diatasi dan diselesaikan dengan sistem pengaturan atau instirusionalisasi. Contohnya
buruh yang meminta naik gaji dan majikan belum bisa memenuhi karena kemampuan dari
perusahaan yang dikelolanya. Ini bisa menjadi konflik yang berkepanjangan jika tidak ditangani
dengan baik. Jika perusahan itu sudah memiliki organisasi yang beranggotakan semua tenaga
kerja, maka masalah itu akan dapat diselesaikan dengan cara pengurus organisasi bertemu dan
perundingan dengan majikan/pemimpin perusahaan untuk mengambil jalan keluar, agar konflik
antara pekerja dan pemimpin perusahaan bisa diselesaikan.

Ralf Dahrendrof menerima adanya gagasan tentang pertentangan kelas sebagai bentuk konflik
yang merupakan sumber perubahan sosial. Juga menyatakan bahwa suatu anggapan adanya
kesamaan antara sistem sosial dengan sistem biologi sebagaimanan asumsi para pengikut teori
fungsionalisme struktural, diganti dengan konsepsi “suatu sistem yang harus dikoordinasi” (Ian
Craib (1986:93). Perlu diketahui bahwa suatu koordinasi yang bersifat keharusan adanya otoritas
merupakan suatu yang esensial sebagai suatu corak yang mendasari semua organisasi sosial.
Maka dalam masyarakat atau sistem sosal mengharuskan adanya otoritas kekuasaan yang
dilegitimasikan atau disahkan.

Dahrendorf juga mengatakan relasi-relasi kekuasaan yang menyangkut pihak atasan dan
bawahan menyebabkan timbulnya kelas, akan tampak pembagian pihak yang berkuasa dengan
yang dikuasai. Aliman 1986:183, mengatakan bawak konsep sentral teori konfl adalah
wewenang dan posisi. Apabila pembagian kekuasaan tidak merata akan menentukan adanya
konflik sosial. Dengan adanya perbedaan wewenang akan menunjukkan didalam masyarakat
terdapat berbagai macam posisi. Yang akan menentukan posisi di bawah dan di atas dan akan
memisahkan penguasa dan yang dikuasai, secara jelas akan menimbulkan konflik.
Teori konflik yang dikemukakan oleh Dahrendrof menyatakan bahwa konsekuensi atau fungsi
konfik dapat mengakibatkan adanya perubahan sosial, yaitu khusus yang berkaitan dengan
otoritas, ada tiga tipe perubahan struktur yaitu:
1. Perubahan keseluruhan personil dalam posisi dominasi
2. Perubahan sebagaian personil dalam posisi dominasi
3. Digabungkannya kepentingan-kepentingan kelas subordinat dalam kebijaksanaan kelas
yang mendominasi.

Sumber:
1. BMP Teori Sosiologi Modern SOSI4206
2. https://tirto.id/perbedaan-teori-konflik-karl-marx-dan-ralf-dahrendorf-gh6L
3. https://www.ruangguru.com/blog/memahami-teori-konflik-karl-marx-dalam-
permasalahan-sosial#:~:text=Karl%20Marx%20memandang%20bahwa%20teori,saling
%20berkesinambungan%20satu%20sama%20lain.

Anda mungkin juga menyukai