NIM : 043885355
UPBBJ : Medan
Dahrendorf beranggapan pandangan Karl Marx sudah mengalami pergeseran karena abad ke-20
telah terjadi pemisahan antara pemilihan dengan pengendalian sarana-sarana produksi. Pada abad
ke-19 para pekerja buruh bukan lagi merupakan suatu kelompok yang dianggap sama dan
bersifat tunggal karena pada masa tersebut telah muncul pekerja yang statusnya berbeda dan
jelas, dalam arti ada kelompok pekerja tingkat atas dan kelompok tingkah bawah. Hal ini yang
diluar pemikiran Mars, apalagi dengan munculya serikat buruh, dengan segenap mobilitas
sosialnya.
Jadi revolusi buruh yang dikatakan Marx tidak akan terjadi karena sudah ada serikat buruh dan
mobilitas sosialnya, maka konflik-konflik yang mungkin akan terjadi antara buruh dan majikan
akan bisa diatasi dan diselesaikan dengan sistem pengaturan atau instirusionalisasi. Contohnya
buruh yang meminta naik gaji dan majikan belum bisa memenuhi karena kemampuan dari
perusahaan yang dikelolanya. Ini bisa menjadi konflik yang berkepanjangan jika tidak ditangani
dengan baik. Jika perusahan itu sudah memiliki organisasi yang beranggotakan semua tenaga
kerja, maka masalah itu akan dapat diselesaikan dengan cara pengurus organisasi bertemu dan
perundingan dengan majikan/pemimpin perusahaan untuk mengambil jalan keluar, agar konflik
antara pekerja dan pemimpin perusahaan bisa diselesaikan.
Ralf Dahrendrof menerima adanya gagasan tentang pertentangan kelas sebagai bentuk konflik
yang merupakan sumber perubahan sosial. Juga menyatakan bahwa suatu anggapan adanya
kesamaan antara sistem sosial dengan sistem biologi sebagaimanan asumsi para pengikut teori
fungsionalisme struktural, diganti dengan konsepsi “suatu sistem yang harus dikoordinasi” (Ian
Craib (1986:93). Perlu diketahui bahwa suatu koordinasi yang bersifat keharusan adanya otoritas
merupakan suatu yang esensial sebagai suatu corak yang mendasari semua organisasi sosial.
Maka dalam masyarakat atau sistem sosal mengharuskan adanya otoritas kekuasaan yang
dilegitimasikan atau disahkan.
Dahrendorf juga mengatakan relasi-relasi kekuasaan yang menyangkut pihak atasan dan
bawahan menyebabkan timbulnya kelas, akan tampak pembagian pihak yang berkuasa dengan
yang dikuasai. Aliman 1986:183, mengatakan bawak konsep sentral teori konfl adalah
wewenang dan posisi. Apabila pembagian kekuasaan tidak merata akan menentukan adanya
konflik sosial. Dengan adanya perbedaan wewenang akan menunjukkan didalam masyarakat
terdapat berbagai macam posisi. Yang akan menentukan posisi di bawah dan di atas dan akan
memisahkan penguasa dan yang dikuasai, secara jelas akan menimbulkan konflik.
Teori konflik yang dikemukakan oleh Dahrendrof menyatakan bahwa konsekuensi atau fungsi
konfik dapat mengakibatkan adanya perubahan sosial, yaitu khusus yang berkaitan dengan
otoritas, ada tiga tipe perubahan struktur yaitu:
1. Perubahan keseluruhan personil dalam posisi dominasi
2. Perubahan sebagaian personil dalam posisi dominasi
3. Digabungkannya kepentingan-kepentingan kelas subordinat dalam kebijaksanaan kelas
yang mendominasi.
Sumber:
1. BMP Teori Sosiologi Modern SOSI4206
2. https://tirto.id/perbedaan-teori-konflik-karl-marx-dan-ralf-dahrendorf-gh6L
3. https://www.ruangguru.com/blog/memahami-teori-konflik-karl-marx-dalam-
permasalahan-sosial#:~:text=Karl%20Marx%20memandang%20bahwa%20teori,saling
%20berkesinambungan%20satu%20sama%20lain.