Anda di halaman 1dari 7

TEORI SOSIOLOGI KONFLIK MAZHAB HUMANIS

Mata Kuliah: Kajian Konflik Sosial


Dosen Pengampu: Dr. Rohani, M.Pd.

Oleh Kelompok 3:

Annur Rosida Siregar

Khairul Muslimin

Nanda Lubis

Mita Andira

JURUSAN TADRIS IPS

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

T.A 2023
Teori Sosiologi Konflik Mazhab Humanis
A. Teori Sosilogi Konflik Aliran Positivis

Teori Sosiologi humanis secara umum berkembang sebagai respon terhadap


analisis makro fungsionalisme struktural. Aliran ini sangat mungkin dimaanfaatkan untuk
menganalisis konflik masyarakat terutama konflik mikro. Hal ini tidak lepas dari analisis
interaksionisme simbolis yang menekankan individu, simbol dan dunia sosial. Selain
pendekatan interaksionisme simbolik, teori konstruksi sosial atau fenomena sosial juga
merupakan pendekatan yang dapat digunakan dalam sosiologi konflik mazhab humanis.
Interaksionisme simbolik membahas interprestasi aktor terhadap simbol-simbol ,
termasuk bahasa yang dibawa aktor lain dalam proses interaksi sosial. Simbol-simbol
tersebut diaktualisasikan dalam bentuk tindakan yang dimaknai oleh orang lain dalam
bentuk respon tindakan yang disebut imteraksi simbolik. Sosiologi konflik menggunakan
analisis interaksi simbolik untuk melihat baerbagai fenomena konflik pada skala mikro
dan lingkungan spesifik. Simbol bisa dimaknai secara variatif oleh masing-masing aktor
dalam interaksi simbolik.
Teori sosiologi humanis berkembang sebagai respon terhadap analisis makro
fungsionalisme struktural. Teori ini berguna untuk menganalisis konflik masyarakat,
konflik Mikro atau konflik antar individu dan individu terhadap kelompok. Positivisme
merupakan pradigma ilmu pengetahuan yang paling awal muncul dalam dunia ilmu
pengetahuan. Keyakinan dasar aliran ini berakar dari paham ontologi yang menyatakan
bahwa realitas ada (exist) dalam kenyataan yang berjalan sesuai dengan hukum alam
(natural laws). Upaya penelitian dalam hal ini adalah untuk mengungkapkan kebenaran
realitas yang ada dan bagaimana realitas tersebut senyatanya berjalan. Positivisme
muncul abad ke-19 dimotori oleh sosiolog Auguste Comte, dengan buah yang ada dan
bagaimana realitas tersebut senyatanya berjalan. Positivisme muncul abad ke-19 dimotori
oleh sosiolog Auguste Comte, dengan buah karyanya yang terdiri dari enam jilid dengan
judul The course of positive philosophy (1830-1842).
Mazhab positivis yang ditokohi oleh Ralph Dahrendorf dan Lewis Coser. Mazhab
ini memandang konflik struktural yang disebabkan oleh kekuasaan dan analisis fungsi
konflik bagi masyarakat.
B. Pencetus Teori Sosiologi Aliran Konflik Positivis
1. Auguste Comte
Paham positivisme muncul di Perancis yang dipelopori oleh Isidore Auguste Marie
Francois Xavier Comte, atau yang lebih dikenal dengan sebutan August Comte. la
lahir pada tahun 1798 di kota Monpollier Selatan, ia berasal dari kelas menengah, ia
anak seorang pegawai kerajaan yang saleh.
2. Dahrendrof
Ralph Gustav Dahrendorf, Baron Dahrendorf, KBE, FBA, PhD (1 Mei 1929 17 Juni
2009) - adalah sosiolog, filsuf, ilmuwan politik, dan politikus liberal Jerman-Britania.
Sebagai seorang teoriwan konflik kelas, Dahrendorf merupakan tokoh ternama yang
menjelaskan dan menganalisis pembagian kelas di masyarakat modern dan diakui
sebagai "salah satu pemikir paling berpengaruh di masanya. Dahrendorf wrote
multiple articles and books, his most notable being Class Conflict in Industrial
Society (1959) and Essays in the Theory of Society (1968).
3. Lewis Coser
Lewis A. Coser lahir di kota Berlin, tahun 1913. Setelah perang dunia II. Lewis A.
Coser mengajar di Universitas Chicago Lewis A. Coser mendapat gelar Ph.D dari
Universitas Columbia pada tahum 1968. Selain itu gelar gun besar Coser didapat dan
Universitas Brandeis dan di universitas inipula Coser banyak berkiprah di duma
Sosiologi Pada tahun 1975. Coser terpilih menjadi Presiden American Sociological
Assosiation (454) Karya Coser yang sangat fenomenal adalah The Functions of
Social Conflict. Coser mengutip dan mengembangkan gagasan George Simmel untuk
kemudian dikembangkan menjadi penjelasan-penjelasan tentang konflik yang
menarik Coser mengkritik dengan cara menghubungkan berbagai gagasan Sinunel
dengan perkembangan fakta atau fenomena yang terjadi jauh ketika Simmel masih
hidup.
4. Wehr dan Bartos
C. Pemikiran Masing-Masing Tokoh Mengenai Teori Sosiologi Aliran Konflik Positivis

Beberapa tokoh sosiologi konflik yang menganut mazhab positivis diantaranya sebagai
berikut: :
a. Dahrendorf (Dialektika Konflik Kekuasaan)

Ralf Dahrendorf berbicara tentang konflik antara kelompok-kelompok


terkoordinasi (imperatively coordinated association), elite dominan
dan manajemen pekerja. Bagi Dahrendorf, wajah masyarakat tidak selalu dalam kondisi
terintegrasi, harmonis dan saling memenuhi melainkan ada wajah lain yang
memperlihatkan konflik dan perubahan. Baginya, pelembagaan melibatkan dunia
kelompok-kelompok terkoordinasi yang mewakili peran-peran organisasi yang dapat
dibedakan. Organisasi ini dikarakteri oleh hubungan kekuasaan dengan
beberapa kelompok peranan mempunyai kekuasaan memaksakan atas yang lain. Apabila
dalam paradigma struktural fungsional menjelaskan bahwa organisasi sosial terbentuk
atas konsensus bersama, maka dalam sudut pandang Dahrendorf organisasi sosial dapat
bersama karena keterpaksaan.

Bagi Dahrendorf, konflik hanya muncul melalui relasi-relasi sosial dalam sistem.
Setiap individu atau kelompok yang tidak terhubung dalam sistem tidak akan mungkin
terlibat dalam konflik. Relasi-relasi sosial dalam struktur sosial ditentukan
oleh kekuasaan. Kekuasaan yang dimaksud Dahrendorf adalah kekuasaan kontrol dan
sanksi sehingga memungkinkan mereka yang memiliki kekuasaan memberi berbagai
perintah dan mendapatkan apa yang mereka inginkan dari mereka yang tidak memiliki
kekuasaan. Dalam hal ini, kekuasaan dalam masyarakat modern dan industrial dapat
diterjemahkan sebagai wewenang.

Dalam kajian tentang konflik, Dahrendorf juga memberikan ide tentang adanya
resolusi konflik. Resolusi konflik dapat terjadi jika terdapat redistribusi kekuasaan atau
wewenang dan menjadikan konflik tersebut sebagai sumber dari perubahan dalam sistem
sosial. Redistribusi kekuasaan dan wewenang merupakan pelembagaan dari kelompok
peranan baru yang mengatur versus kelompok peranan yang diatur sehingga dalam
kondisi khusus kontes perebutan wewenang yang tidak merata akan kembali muncul
dengan inisiatif kelompok kepentingan yang ada.

b. Lewis Coser (Fungsi Positif Konflik)

Terdapat kontribusi penting Coser dalam sosiologi konflik yakni 1) pendapatnya


mengenai konflik sosial sebagai suatu hasil dari faktor-faktor lain dari
perlawanan kelompok kepentingan; 2) memperlihatkan konsekuensi konflik dalam
stabilitas dan perubahan sosial. Coser memperlihatkan bagaimana konflik memiliki
fungsi terhadap sistem sosial. Ia menolak pandangan bahwa hanya konsensus dan kerja
sama yang memiliki fungsi terhadap integrasi sosial. Kohesi kelompok merupakan salah
satu konsekuensi dari fungsi konflik. Menurut Coser, konflik tidak hanya berwajah
negatif. Konflik memiliki fungsi positif terhadap masyarakat melalui perubahan-
perubahan sosial yang diakibatkannya. Namun demikian bagi Coser, konflik yang
disembunyikan tidak akan memberi efek positif.

Terdapat 2 tipe dasar konflik yakni konflik realistis dan nonrealistis. Konflik
realistis memiliki sumber yang konkret atau bersifat material seperti perebutan sumber
ekonomi atau wilayah. Sedangkan konflik non realistis didorong oleh keinginan yang
tidak rasional dan cenderung bersifat ideologis contohnya adalah konflik antar-agama,
antaretnis dan lain sebagainya. Di antara 2 tipe dasar konflik, konflik yang non
realistislah yang cenderung sulit untuk ditemukan resolusi konflik, konsensus dan
perdamaian tidak akan mudah diperoleh. Bagi Coser, sangat memungkinkan bahwa
konflik melahirkan kedua tipe ini sekaligus sehingga menghasilkan situasi konflik yang
lebih kompleks.

c. Wehr dan Bartos (Tindakan Koersif dan Fase Konflik)

Otomar J. Bartos dan Paul Wehr mendefinisikan konflik sebagai “situasi pada saat
para aktor menggunakan perilaku konflik melawan satu sama lain untuk menyelesaikan
tujuan yang berseberangan atau mengekspresikan naluri permusuhan”. Bartos dan Wehr
memasukkan unsur perilaku konflik sebagai unsur pemicu konflik. Perilaku konflik
merupakan berbagai bentuk perilaku yang diciptakan oleh seseorang
atau kelompok untuk membantu mencapai apa yang menjadi tujuan atau
mengekspresikan permusuhan pada musuh atau pesaing mereka..

Perilaku konflik dibagi menjadi tindakan koersif dan non koersif. Tindakan
koersif merupakan bentuk tindakan sosial yang memaksa pihak lawan untuk melakukan
sesuatu yang pihak lawan tidak ingin melakukannya. Tindakan koersif terbagi menjadi
dua yakni koersi nyata dan koersi ancaman. Koersi nyata muncul dalam bentuk melukai
atau membunuh lawan, selain itu bisa juga dalam bentuk penyiksaan psikologis yang
menghasilkan luka simbolis. Tujuan utama dari koersi nyata adalah menghentikan
kemampuan lawan untuk meneruskan konflik. Sedangkan koersi ancaman bertujuan
menekankan agar lawan menurunkan keinginan mencapai tujuan pada tingkat tertentu.
Bentuk koersi ini muncul dalam bentuk intimidasi dan negosiasi sekaligus. Tindakan non
koersif adalah upaya mencari jalan keluar dari hubungan konflik.

D. Perbedaan Sumber Konflik dari Masing-Masing Ahli Teori Sosiologi Konflik


Mazhab Positivis

1. Dahrendrof

Dahrendrof mengatakan bahwa kenyataan, status ekonomi dan status sosial walau
bukan merupakan determinan kelas, demikian menurut istilah yang dia gunakan
merupakan determinan kelas, demikian menurut istilah yang dia gunakan benar-benar
dapat mempengaruhi intensitas pertentangan. Ia pengetengahkan proporsi sebagai
berikut; bahwa semakin rendah korelasi antara kedudukan dana aspek-aspek status sosial
ekonomi lainnya, semakin rendah intensitas pertentangan kelas dan sebaliknya. Dengan
perkataan lain kelompok yang menikmati status ekonomi relatif tinggi memiliki
kemungkinan yang rendah untuk terlibat dalam konflik yang keras dengan struktur
kekuasaan dari para mereka yang terbuang dari status ekonomi dan kekuasaan. Bagi
Dahrendrof sama seperti Coser dalam masyarakat maka pertentangan itu tidak dapat
dihilangkan. Pertentangan tersebut fungsional bagi perkembangan dan perubahan
struktural sosial. Menurut Dahrendrof, bahwa analisis masyarakat dengan memakai segi
pandangan konflik, bertitik tolak kenyataan bahwa anggotanya dapat dikelompokkan ke
dalam dua kategori yaitu orang yang berkuasa dan mereka yang dikuasai.

2. Lewis Coser

Coser lebih menganggap Teori Konflik sebagai teori parsia daripada pendekatan
yang menjelaskan seluruh sosial. Dia lebih dekat dengan pandangan Robin william,
seorang penganut fungsionalisme yang mengatakan bahwa masyarakat aktual terjadi
bersama karena adanya konsensus oleh saling ketergantungan, oleh solidaritas, dan oleh
paksaan. Pandangan Coser tentang Teori Sosiologi adalah suatu kesatuan pandangan
yang mencakup teori-teori konflik maupun konsensus yang parsial. Dalam tradisi
Duekheim yang menekankan untuk menjelaskan fakta sosial, sosiologi harus
menggunakan fakta-fakta sosial lainnya.

Contoh Konflik Humanis

Dalam pandangan mazhab humanis Konflik yang terjadi di Tanjung Balai timbul
karena adanya pemaknaan simbol yang salah yaitu terhadap tindakan M (orang
Tionghoa) dengan warga yang beragama islam. Dalam hal ini M yang datang ke Masjid
Al Makhsum dan meminta nazir untuk mengurangi volume toa di masjid berkali-kali
mengundang kesalah pahaman antara kedua pihak. Beberapa warga muslim beranggapan
bahwa M telah melarang adanya adzan yang dikumandangkan dari masjid yang
kemudian disebarkan melalui medsos oleh beberapa warga yang mendengarnya. sehingga
berakibatkan pada pembakaran dan pengrusakan sejumlah vihara, klenteng, tempat usaha,
dan kendaraan di Tanjung Balai.

Anda mungkin juga menyukai