Anda di halaman 1dari 6

NAMA :HARYATI AYUB

KELAS :III – A
NPM :03072211014
MATA KULIAH : TEORI-TEORI ILMU SOSIAL

A. Teori konflik
a) Istilah teori konflik
Istilah “konflik” sendiri secara etimologis berasal dari bahasa Latin “con” yang berarti bersama.
Dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan. Pada umumnya, istilah konflik sosial
mengandung suatu rangkaian fenomena pertentangan dan pertikaian antara pribadi. Dapat berupa
konflik kelas sampai pertentangan dan peperangan internasional. Adapun konflik sosial dapat
dipahami sebagai pertentangan antaranggota atau masyarakat yang sifatnya menyeluruh di setiap
lini kehidupan. Konflik merupakan proses pencapaian tujuan dengan cara melemahkan pihak
lawan tanpa mempertimbangkan adanya norma dan nilai yang berlaku. Konflik sendiri juga
dapat dipahami sebagai suatu proses sosial yang berlangsung dengan melibatkan orang-orang
atau kelompok-kelompok yang saling menantang dengan ancaman kekerasan

b) Teori Konflik Menurut Para Ahli Berikut beberapa pemikiran ahli sosiolog mengenai
konflik

 Teori karl max : Konflik dalam pandangan Karl Marx merupakan suatu bentuk
pertentangan kelas. Ia juga memperkenalkan konsep struktur kelas di masyarakat.
Masyarakat dilihat sebagai arena ketimpangan (inequality) yang mampu memicu konflik
dan perubahan sosial.
 Teori ralf dahrendorf: Menurut Ralf Dahrendorf, konflik akan muncul melalui relasi-
relasi sosial dalam sistem. Oleh sebab itu, konflik tidak mungkin melibatkan individu
ataupun kelompok yang tidak terhubung dalam sistem. Teori Dahrendorf memaparkan
jika relasi-relasi di struktur sosial ditentukan oleh kekuasaan. Adapun kekuasaan yang
dimaksud adalah kekuasaan atas kontrol dan sanksi yang memungkinkan pemilik
kekuasaan memberikan perintah dan meraih keuntungan dari mereka yang tidak
berkuasa. Dalam pandangan Dahrendorf, konflik kepentingan menjadi sesuatu yang tidak
dapat terhindarkan dari relasi antara pemilik kekuasaan dan mereka yang tidak berkuasa.
Awalnya, Dahrendorf merumuskan teori konflik sebagai teori parsial yang diterapkan
untuk menganalisis fenomena sosial. Kemudian, ia melihat masyarakat memiliki dua sisi
yang berbeda, yakni kerja sama dan konflik.

c) Faktor Penyebab Terjadinya Konflik


Para sosiolog berpendapat bahwa akar dari adanya konflik adalah adanya perebutan atas
sumber-sumber kepemilikan, kekuasaan, dan status sosial yang sifatnya terbatad dalam
hubungan sosial, politik, dan ekonomi. Secara sederhana, penyebab konflik dapat
dikelompokkan menjadi dua, yakni.:

1. Kemajemukan vertikal, yang artinya struktur masyarakat yang terpolarisasi berdasarkan


kekayaan, pendidikan, dan kekuasaan. Kemajemukan vertikal dapat menimbulkan
konflik sosial kerena ada sekelompok kecil masyarakat yang memiliki kekayaan,
pendidikan yang mapan, kekuasaan dan kewenangan yang besar. Sementara beberapa di
antaranya tidak atau kurang memiliki kekayaan, pendidikan rendah, dan tidak memiliki
kekuasaan dan kewenangan. Pembagian masyarakat seperti ini merupakan benih subur
bagi timbulnya konflik sosial.
2. Kemajemukan horizontal, yang artinya adalah struktur masyarakat yang mejemuk secara
kultural, seperti suku bangsa, agama, ras dan majemuk sosial dalam arti perbedaan
pekerjaan dan profesi seperti petani, buruh, pedagang, pengusaha, pegawai negeri,
militer, wartawan, alim ulama, sopir dan cendekiawan. Kemajemukan horizontal-kultural
menimbulkan konflik yang masing-masing unsur kultural tersebut mempunyai
karakteristik sendiri dan masing-masing penghayat budaya tersebut ingin
mempertahankan karakteristik budayanya tersebut. Dalam masyarakat yang strukturnya
seperti ini, jika belum ada konsensus nilai yang menjadi pegangan bersama, konflik yang
terjadi dapat menimbulkan perang saudara.

d) Bentuk – Bentuk Konflik

Konflik-konflik yang terjadi di masyarakat dapat diklasifikasikan dalam beberapa bentuk di


bawah ini

1. Berdasarkan sifatnya : Berdasarkan sifaatnya, konflik dapat dikelompokkan menjadi dua


bentuk, yakni konflik destruktif dan konflik konstruktif. Berikut rinciannya.

1. Konflik destruktif merupakan konflik yang terjadi karena adanya perasaan tidak senang,
dendam, benci dari seseorang atau suatu kelompok kepada pihak lain. Misalnya kasus
konflik Poso, Ambon, Kupang, dan sebagainya yang terjadi karena bentrokan fisik
sehingga menyebabkan hilangnya nyawa dan harta benda.
2. Konflik konstruktif merupakan konflik yang sifatnya fungsional. Ia akan muncul jika
terjadi perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok yang menghadapi suatu
permasalahan. Konflik ini akan menghasilkan suatu konsesnsus dari berbagai pendapat
tersebut dan menghasilkan suatu perbaikan. Misalnya perbedaan pendapat dalam sebuah
organisasi.

2. Berdasarkan posisi pelaku yang berkonflik


Konflik juga dapat dikelompokkan berdasarkan posisi pelaku yang sedang berkonflik yaitu :

1) Konflik verbal merupakan konflik antarkomponen masyarakat dalam suatu struktur yang
disusun secara hierarkis. Seperti, konflik yang terjadi antara atasan dengan bawahan
sebuah kantor
2) Konflik horizontal merupakan konflik yang terjadi antara individu atau kelompok yang
kedudukannya relatif sama. Sebagai contoh konflik yang terjadi antara organisasi massa.

 Menurut Soerjono Soekanto, konflik dikelompokkan menjadi lima bentuk sebagai berikut.

 Konflik atau pertentangan pribadi, yaitu konflik yang terjadi antara dua individu atau lebih
karena perbedaan pandangan dan sebagainya.
 Konflik atau pertentangan rasial, yaitu konflik yang timbul akibat perbedaan-perbedaan ras.
 Konflik atau pertentangan antara kelas-kelas sosial, yaitu konflik yang terjadi disebabkan
adanya perbedaan kepentingan antar kelas sosial.
 Konflik atau pertentangan politik, yaitu konflik yang terjadi akibat adanya kepentingan atau
tujuan politis seseorang atau kelompok.
 Konflik atau pertentangan yang bersifat internasional, yaitu konflik yang terjadi karena
perbedaan kepentingan yang kemudian berpengaruh pada kedaulatan negara.

e) Manfaat dari adanya teori konflik

1. Membantu memahami penyebap dan pola konflik yang terjadi


2. Membantu menemukan jalan keluar atau penyelesaiaan dari konflik yang terjadi
3. Membantu memahami bahwa konflik dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif
saat melakukan interaksi dengan orang lain
4. Memperkuat kesadaran akan adanya konflik dalam kehidupan sosial manusia.

B. Teori Fungsionalis

a. Pengertian Teori Fungsionalis

Teori fungsionalisme struktural adalah sebuah sudut pandang luas dalam sosiologi dan
antropologi yang berupaya menafsirkan masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagian-
bagian yang saling berhubungan. Teori ini memandang masyarakat sebagai suatu sistem yang
terintegrasi secara fungsional ke dalam suatu bentuk ekuilibrium. Teori fungsionalisme struktural
menekankan pada keteraturan sistem atau struktur dan memfokuskan pada bagaimana cara
masyarakat dalam mempertahankan suatu keteraturan dengan berbagai elemen. Teori ini juga
menafsirkan masyarakat secara keseluruhan dalam hal fungsi atau guna dari elemen-elemen
konstituen; terutama norma, adat, tradisi dan institusi. Teori fungsionalisme struktural ini
awalnya berangkat dari pemikiran Émile Durkheim, di mana pemikiran Durkheim ini
dipengaruhi oleh Auguste Comte dan Herbert Spencer. Selain itu, antropologis fungsional-
Malinowski dan Radcliffe Brown juga membantu membentuk berbagai perspektif fungsional
modern. Teori fungsionalisme struktural juga dikemukakan oleh Talcott Parsons, yang
memfokuskan kajiannya pada beberapa sistem dan struktur sosial yang terdapat dalam
masyarakat yang saling mendukung untuk menciptakan suatu keseimbangan yang dinamis

b. Fungsi teori fungsionalis

Teori fungsionalis memiliki beberapa fungsi, antara lain:

1. Menciptakan keteraturan sosial di masyarakat

2. Menjelaskan bagaimana berbagai sistem dan faktor dalam masyarakat bekerja sama untuk
mempromosikan solidaritas dan stabilitas

3. Menjelaskan peran masyarakat dalam lingkup besar, ketimbang peranan masyarakat sebagai
individu dalam suatu komunitas

4. Menjelaskan bagaimana struktur sosial dalam masyarakat menentukan dan mempertahankan


kohesi sosial atau tatanan sosial.

5. Menjelaskan bagaimana setiap struktur dalam masyarakat akan tetap ada selama memiliki
fungsi

6. Menjelaskan bagaimana faktor-faktor seperti keluarga, pemerintah, ekonomi, pendidikan,


media, dan agama dapat mendefinisikan teori fungsionalisme dalam sosiologi

c. Kelebihan Dan Kekurangan Teori Fungsionalis

1. Kelebihan teori fungsionalis:

 Menciptakan keteraturan sosial di masyarakat.


 Menjelaskan bagaimana berbagai sistem dan faktor dalam masyarakat bekerja sama
untuk mempromosikan solidaritas dan stabilitas.

 Menjelaskan peran masyarakat dalam lingkup besar, ketimbang peranan masyarakat


sebagai individu dalam suatu komunitas.

 Menjelaskan bagaimana struktur sosial dalam masyarakat menentukan dan


mempertahankan kohesi sosial atau tatanan sosial.

 Menjelaskan bagaimana setiap struktur dalam masyarakat akan tetap ada selama memiliki
fungsi.

2. Kekurangan teori fungsionalis:

 Terlalu memfokuskan pada keseimbangan sosial dalam masyarakat dan tidak


mempersiapkan potensi terjadinya konflik sosial.

 Gagal menjelaskan kenapa masyarakat itu berbeda atau justru memiliki kesamaan.

 Tidak dapat menjelaskan perubahan sosial dan budaya.

 Kurang memerhatikan persoalan atau pembahasan tentang kekuasaan dan konflik yang
ada di dalam masyarakat.

d. Manfaat teori fungsionalis:

1. Menciptakan keteraturan sosial di masyarakat.

2. Menjelaskan bagaimana berbagai sistem dan faktor dalam masyarakat bekerja sama
untuk mempromosikan solidaritas dan stabilitas.

3. Menjelaskan peran masyarakat dalam lingkup besar, ketimbang peranan masyarakat


sebagai individu dalam suatu komunitas.
4. Menjelaskan bagaimana struktur sosial dalam masyarakat menentukan dan
mempertahankan kohesi sosial atau tatanan sosial.

5. Menjelaskan bagaimana setiap struktur dalam masyarakat akan tetap ada selama
memiliki fungsi.

Manfaat teori fungsionalis dapat membantu dalam memahami bagaimana masyarakat bekerja
dan berinteraksi satu sama lain, serta bagaimana masyarakat dapat mempertahankan stabilitas
dan kohesi sosial. Teori fungsionalis juga dapat membantu dalam memahami bagaimana setiap
struktur dalam masyarakat akan tetap ada selama memiliki fungsi. Namun, teori fungsionalis
juga memiliki kekurangan, seperti kurang memerhatikan persoalan atau pembahasan tentang
kekuasaan dan konflik yang ada di dalam masyarakat

Anda mungkin juga menyukai