Anda di halaman 1dari 11

KONFLIK SOSIAL DAN UPAYA PENYELESAINNYA

(KONFLIK DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT)

Huznaifah, Kinanti Faradillah Sahara,Sarmila A, Asrianhy, Ahmad Yulian Afrian


SMAN 6 Wajo, saifahamin26@gmail.com

Abstract

Manusia adalah mahluk konfliktis yaitu mahluk yang selalu terlibat dalam perbedaan,
pertentangan, dan persaingan baik secara sukarela maupun terpaksa. Hal tersebut tidak dapat
dihindari karena merupakan aspek permanen dalam kehidupan sosial. Konflik pada tataran
tertentu sangat diperlukan sebagai sarana perubahan manusia sebagai anggota masyarakat
agar menjadi lebih baik. Pandangan kontemporer mengenai konflik didasarkan pada anggapan
bahwa konflik sesuatu yang tidak dapat dielakkan sebagai konsekuensi logis interaksi manusia.
Namun yang menjadi persoalan adalah bukan bagaimana meredam konflik, tapi bagaimana
menanganinya secara tepat sehingga tidak merusak hubungan antarpribadi bahkan merusak
organisasi. Konflik bukan dijadikan suatu hal yang destruktif, melainkan harus dijadikan suatu
hal konstruktif agar kehidupan masyarakat menjadi tertib.
1. Definisi Konflik
Konflik berasal dari kata kerja, yaitu configure yaitu yang berarti saling
memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara
dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkan atau membuatnya tidak
berdaya. Menurut Soerjono Soekanto (2006), “Konflik sosial adalah suatu
proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi
tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman
atau kekerasan.
Berdasarkan teori konflik, masyarakat senantiasa berada dalam proses
perubahan yang di tandai oleh pertentangan yang terus menerus diantara unsur-
unsur yang ada dalam masyarakat . Selain itu teori konflik beranggapan bahwa
keteraturan yang terdapat dalam masyarakat itu hanyalah disebabkan karena
adanya tekanan atau pemaksaan kekuasaan dari atas golongan yang berkuasa.
Ketika orang memperebutkan sebuah area, mereka tidak hanya memperebutkan
sebidang tanah saja, namun juga sumber daya alam seperti air, emas, meneral,
hutan serta berbagai sumber daya alam yang terkandung didalamnya. Setiap
kelompok sosial selalu ada benih-benih pertentangan antara individu dengan
individu, kelompok dengan kelompok, individu atau kelompok dengan
pemerintah. Pertentangan ini biasanya berbentuk non fisik. Tetapi dapat
berkembang menjadi benturan fisik, kekerasaan dan tidak berbentuk kekerasaan.
Konflik yang terjadi dapat berupa konflik vertikal, yaitu antar pemerintah,
masyarakat dan swasta, antar pemerintah pusat, pemerintah kota dan desa, serta
konflik horizontal yaitu konflik antar masyarakat.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu
dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah
menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan
lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi
sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak
satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau
dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan
dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

2. Penyebab Konflik
Secara konseptual konflik merupakan pertentangan antara dua orang
atau lembaga, yang disebabkan adanya perbedaan dalam mencapai
kebutuhannya. Oleh sebaba itu konflik merupakan kondisi dimana tidak ada
kepercayaan antarpersonal maupun kelompok yang ada di masyarakat. Dalam
banyak kasus,konflik terjadi karena adanya berbagai persepsi negative yang
berkembang di dalam masyarakat. Anggota masyarakat diliputi suasana saling
curiga, jika terus berkembang maka hal ini akan menimbulkan disharmona dan
krisis relasi social. ketika telah terjadi krisis relasi social, sekiranya ada
momentum apa lagi jika dibarengi dengan hadirnya provokator mempermudah
timbulnya berbagai konflik, baik dalam bentuk penjarahan, perusakan,
pembakaran, penganiayaan, bahkan pembunuhan. Sementara itu, konflik tidak
selalu bersifat negatif seperti diduga banyak orang. Apabila ditelaah secara
seksama, konflik mempunyai fungsi positif yaitu sebagai pengintegrasi
masyarakat dan sebagai sumber perubahan.
Dapat dikatakan konflik tidak selamanya identik dengan kekerasan,
namun kekerasan dapat terjadi disebabkan adanya konflik 15 Ada banyak teori
yang menjelaskan tentang sebab-sebab terjadinya konflik. Salah satu diantaranya
menyebutkan bahwa timbulnya konflik karena beberapa hal berikut : pertama,
teori hubungan masyarakat. Teori ini menyatakan bahwa konflik terjadi
disebabkanoleh polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan
diantara kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Kedua, teori negosiasi
konflik. Teori ini menganggap bahwa konflik terjadi karena posisi-posisiyang
tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang
mengalami konflik. Ketiga, teori kebutuhan manusia. Teori ini menganggap
bahwa konflik disebabkan oleh kebutuahan dasar manusia (fisik, mental, dan
social) yang tidak terpenuhi atau terhalangi. Keempat, teori identitas. Teori ini
berasumsi bahwa konflik disebabkan identitas yang terancam,yang sering
berakar pada hilangnya sesuatuatau penderitaan dimasa lalu yang tidak selesai.
Kelima, teori kesalahpahaman antarbudaya. Teori ini beasumsi bahwa konflik
disebabkan oleh ketidakcocokan cara-cara berkomunikasi antarberbagai budaya
yang berbeda. Keenam, teori transsformasi konflik yang menyatakan bahwa
konflik disebabkan oleh ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai
masalahmasalah social, budaya, dan ekonomi.
Sehubungan dengan konflik positif dan negatif, maka masyarakat dapat
dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu : 1. Masyarakat yang mapan; artinya
masyarakat yang memiliki dan mendayagunakan struktur kelembagaan yang
diatur dalam konstitusi. Konflik yang dianggap positif dalam masyarakat ini
berupa konflik yang disalurkan melalui struktur kelembagaan, sedangkan
konflik yang negatif berupa tindakan yang menentang struktur yang ada dan
disalurkan melalui cara-cara diluar struktur itu. 2. Masyarakat yang belum
mapan; artinya masyarakat yang belum memiliki struktur kelembagaan yang
mendapat dukungan penuh dari seluruh masyarakat. Biasanya struktur
kelembagaan yang diatur dalam konstitusi selain tidak didukung oleh sebagian
masyarakat, juga belum berfungsi sebagaimana mestinya. Konflik yang
dianggap positif dalam masyarakat ini acap kali justru konflik yang disalurkan
melalui cara-cara diluar struktur kelembagaan yang ada karena dianggap lebih
efektif.

Sumber Penyebab Konflik

Berikut ini adalah beberapa sumber ataupun faktor yang menyebabkan terjadinya
konflik, baik konflik di masyarakat maupun dalam suatu organisasi.

 Perbedaan Pandangan
 Perbedaan Persepsi
 Perbedaan Kepentingan
 Kurangnya Komunikasi
 Persaingan atau kompetisi
 Perbedaan status dan budaya
 Egoisme (keakuan)
 Diskriminasi
 Kebencian

3. Jenis- Jenis Konflik


Berikut ini adalah beberapa jenis konflik yang biasa kita temukan di dalam
kehidupan bermasyarakat.

1. Konflik Pribadi
Jenis konflik yang pertama adalah konflik pribadi. Dimana konflik
pribadi adalah salah satu jenis konflik yang terjadi antara individu dengan
individu ataupun dengan kelompok masyarakat. Salah satu penyebab adanya
konflik pribadi adalah karena adanya perbedaan cara pandang antar individu
yang berkaitan dengan persoalan yang serupa. Jenis konflik yang satu ini sangat
sering terjadi di dalam pertemanan, keluarga, dunia kerja, dan lain sebagainya.
Salah satu contoh dari konflik pribadi adalah ketika sebuah keluarga beradu
argumen tentang pembagian hak waris atau warisan.

2. Konflik Agama
Jenis konflik berikutnya adalah konflik agama. Konflik agama
merupakan suatu konflik yang terjadi antara kelompok yang mempunyai agama
serta keyakinan yang berbeda.Sebagian besar masyarakat menilai bahwa agama
sebagai salah satu tuntunan dan juga pedoman hidup yang harus diikuti secara
mutlak. Sehingga apapun yang berbeda dan tidak sesuai dengan agama yang
mereka anut, maka akan dianggap sebagai masalah lalu hal itu akan memicu
terjadinya konflik.

Contoh dari konflik agama adalah konflik yang terjadi di Poso. Dimana
konflik antara dua agama tersebut telah terjadi selama bertahun-tahun. Konflik
tersebut terjadi karena Poso pada saat itu dipenuhi dengan penduduk yang
beragama Islam. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, banyak orang yang
menganut agama Kristen masuk ke wilayah Poso dan menjadi dominan. Tapi
pada akhirnya, konflik tersebut bisa diselesaikan melalui mediasi.

3. Konflik Rasial
Konflik rasial adalah jenis konflik yang terjadi antara ras yang berbeda.
Dimana konflik ras akan terjadi saat masing-masing ras merasa lebih unggul dan
mengutamakan kepentingan kelompoknya sendiri. Untuk contoh dari konflik
rasial yaitu seperti konflik antara pemuda kulit putih dan pemuda kulit hitam.
Pastinya hal itu sangat meresahkan dan menyebabkan adanya perpecahan. Jenis
konflik rasial ini sering terjadi di Indonesia.

4. Konflik Antar Kelas Sosial


Jenis konflik selanjutnya adalah konflik antar kelas sosial. Dimana
konflik jenis ini dikenal dengan konflik vertikal, yang mana bisa muncul karena
adanya suatu perbedaan kepentingan di antara kelas-kelas yang ada di dalam
masyarakat. Untuk contoh dari jenis konflik yang satu ini adalah adanya demo
yang terjadi antara karyawan dan perusahaan, dimana para karyawan menuntut
untuk kenaikan gaji.

5. Konflik Sosial
Adanya kelompok kelas di dalam sebuah masyarakat akan sangat
berpotensi memicu terjadinya konflik. Perebutan dan juga upaya untuk
mempertahankan status dan peran di dalam kelompok masyarakat kerap kali
menimbulkan konflik. Contoh dari konflik yang satu ini yaitu antara kelompok
kaya dan kelompok miskin yang saling merebutkan kekuasaan di dalam kursi
politik.

6. Konflik Politik
Konflik politik adalah salah satu jenis konflik yang terjadi karena adanya
perbedaan pandangan di dalam kehidupan politik. konflik tersebut terjadi karena
masing-masing kelompok ingin berkuasa di dalam sebuah sistem pemerintahan.
Contoh dari konflik ini yaitu pemberontakan PKI di Madiun, Pemberontakan
30S/PKI, dan pemberontakan DI/TII. Bahkan, sekarang ini masih banyak
konflik politik yang terjadi ketika menjelang pemilu.

7. Konflik Internasional
Konflik internasional adalah jenis konflik yang melibatkan berbagai
macam kelompok negara karena adanya perbedaan kepentingan masing-masing
negara. Salah satu contoh dari konflik internasional adalah antara Korea Utara
dan Korea Selatan, ISIS, serta negara-negara lain yang melakukan peperangan.

4. Dampak Konflik

Konflik juga dapat didefinisikan sebagai adanya dua hal atau lebih yang
berseberangan, tidak selaras, dan bertentangan. Konflik sendiri sebenarnya
dapat memiliki dampak positif maupun negatif. Dampak positif konflik adalah
sebagai berikut:
 Aspek-aspek kehidupan di masyarakat yang belum jelas atau masih belum
selesai ditelaah dapat diperjelas dengan adanya konflik.
 Perkembangan zaman memaksa masyarakat harus beradaptasi dengan
perubahan yang ada. Nah, konflik memungkinkan adanya penyesuaian
kembali norma-norma, nilai-nilai, serta hubungan-hubungan sosial dalam
masyarakat yang bersangkutan dengan kebutuhan individu atau kelompok.
 Dalam konflik antar kelompok, sebenarnya konflik berfungsi efektif dalam
meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang sedang berselisih
dengan kelompok lain.
 Adanya konflik membuat setiap individu atau kelompok yang terlibat harus
mengandalkan diri sendiri untuk memenangkan konflik tersebut atas
individu atau kelompok lain. Karena itu, konflik juga merupakan jalan untuk
mengurangi ketergantungan antarindividu dan kelompok.
 Ketika ada perubahan-perubahan sosial di masyarakat, konflik dapat
membantu menghidupkan kembali norma-norma lama maupun menciptakan
norma-norma baru agar tercipta harmoni dan keteraturan dalam masyarakat
tersebut.
 Konflik juga dapat berfungsi sebagai alat untuk mencapai keseimbangan
antara kekuatan-kekuatan yang ada di dalam masyarakat yang terlibat.
 Ketika pihak-pihak yang terlibat sama-sama kuat, konflik pun dapat
memunculkan sebuah kompromi baru agar setiap pihak mendapat apa yang
diinginkan dengan konsekuensi yang disepakati bersama.
 Memperjelas aspek kehidupan yang belum tuntas.
 Penyesuaian kembali norma dan nilai.
 Meningkatkan solidaritas.
 Mengurangi ketergantungan antarindividu atau kelompok.
 Penyeimbang kekuatan-kekuatan yang ada.
 Dapat memunculkan kompromi baru.
Sedangkan dampak negatif suatu konflik adalah sebagai berikut:
 Memicu rusaknya hubungan antar individu dan kelompok.
 Memakan korban berupa kerusakan harta benda dan nyawa manusia.
 Berubahnya kepribadian para individu yang terlibat, baik yang mengarah
pada hal-hal positif maupun negatif.
 Menimbulkan dominasi dari kelompok yang menang atas kelompok yang
kalah.
 Rusaknya hubungan antarindividu dan kelompok.
 Memakan korban berupa kerusakan harta benda dan nyawa manusia.
 Berubahnya kepribadian para individu yang terlibat.
 Menimbulkan dominasi dari kelompok yang menang atas kelompok yang
kalah.

5. Penyelesaian Konflik
Adapun beberapa metode yang dapat dipergunakan dalam penyelesaian konflik ,
antara lain adalah sebagai berikut;
1. Koersi (coercion), yaitu salah satu bentuk akomodasi yang dilakukan melalui
paksaan fisik atau psikologis kepada pihak-pihak yang terkait. Contoh koersi
dalam upaya penyelesaian konflik adalah peperangan yang terjadi antara ISIS
dengan Amerika Serikat, Rusia, Irak, Suriah, dan lain sebagainya.
Penyelesaiakan masalah konflik ini berakhir dengan adanya kesepatakan untuk
menghabiskan ISIS dari akar-akarnya yang dilakukan dengan memberikan BOM
Nuklir.
2. Kompromi (compromise), adalah salah satu bentuk peyelesaian konflik yang
dilakukan dengan melakukan keterlibat dangan cara mengurangi segala bentuk
tuntutan untuk mencapai suatu penyelesaian yang diangap pantas.
3. Arbitrase (arbitration), yaitu cara penyelesaian konflik sosial yang dilaukan
untuk mencapai sebuah kompromi dengan melalui jembatan pada pihak ketiga
yang tentusaja pihak keiga ini bersifat formal karena pihak-pihak yang bertikai
tidak mampu menyelesaikan masalah sendiri. Pihak ketiga dalam arbitrase
berupa majelis arbitrase.
4. Mediasi (mediation) yaitu akomodasi yang membutuhkan pihak ketiga. Pihak
ketiga mi bersifat netral dan tidak berwenang mengambil keputusan untuk
menyelesaikan masalah.
5. Konsiliasi (conciliation) yaitu usaha memperbaiki phak yang bertikai untuk
mencapai suatu kesepakatan. Konsiliasi merupakan mediasi yang bersifat lebih
formal. Keputusan pihak ketiga dalam konsiliasi bersifat tidak mengikat.
6. Rekonsiliasi (reconciliation) yaitu usaha menyelesajkan konflik pada masa lalu
sekaligus memperbarui hubungan ke arah perdamaian yang lebih harmonis.
7. Stalemate yaitu proses akomodasj yang terjadi karena kedua belah pihak
memiliki kekuatan seimbang sehingga pertikaian berhenti dengan sendirinya.
8. Transformasi konflik (conflict transformation) yaitu upaya penyelesajan
konflik dengan mengatasnamakan akar penyebab konflik sehingga dapat
mengubah konflik yang bersifat destruktif menjadi konflik konstruktif.
9. Ajudikasi (ajudication) yaitu penyelesaian konflik di pengadilan.
10. Segregasi (segregation) yaitu tiap-tiap pihak memisahkan diri dan saling
menghindar untuk mengurangi ketegangan.
11. Eliminasi (elimination) yaitu salah satu pihak yang berkonflik memutuskan
mengalah atau mengundurkan diri dari konflik.
12. Subjugation atau domination yaitu pihak yang mempunyai kekuatan lebih kuat
dan dominan meminta pihak yang lebih lemah untuk memenuhi keinginanannya.
13. Keputusan mayonitas (majority rule) yaitu keputusan yang diambil berdasarkan
suara terbanyak atau melakukan voting.
14. Konversi yaitu penyelesaian konflik dengan cara salah satu pihak bersedia
mengalah dan menerima pendirian pihak lain.
Contoh Upaya Penyelesaian Konflik
Contoh upaya dalam penyelesaian konflik yang terjadi dalam masyrakat, secara
garis besarnya bisa dilihat dari berbagai daerah. Misalnya saja dari Daerah yang sering
mengalami konflik sosial di Indonesia, antara lain di Kalbar (Kalimantan Barat) yang
terjadi antara Suku Madura dan Dayak, penyelesaian konflik lainnya di Lampung, yang
terjadi antara Suku Lampung dan Bali, serta daerah lainnya.
Proses penyelesaian konflik di wilayah-wilayah tersebut bisa dijadikan sebagai salah
satu contoh nyata kehidupan sehari-hari, yang diselesaikan umumnya dengan
rekonsiliasi, stalemate, atau dilakukan dengan model penyelesaikan mediasi.
Istilah dalam Penyelesaian Konflik
Berikut ini adalah beberapa istilah yang dipergunakan dalam upaya penyelesaian
konflik dalam masyarakat, antara lain;
1. Akomodasi
2. Asosiatif
6. Penutup
Konflik memang tidak dapat dihindari, tetapi sedapat mungkin harus
diselesaikan secara bijak. Dalam masyarakat yang rentan, baik dalam hal budaya,
ekonomi, dan politik, maka konflik akan mudah mengarah pada hal destruktif, bahkan
konflik bisa diikuti oleh bentuk-bentuk kekerasan, seperti perang dan pembantaian.
Namun pada masyarakat yang memiliki kapasitas tinggi maka sangat mungkin konflik
dapat mendinamisasi perubahan ke arah yang konstruktif dan positif. Penyelesain suatu
konflik pada umumnya akan sangat bergantung pada faktor internal dan eksternal.
faktor internal adalah bagaimana pihak-pihak yang berkonflik menyikapi konflik yang
dihadapinya, sedangkan faktor eksternal adalah bagaimana pihak luar berperan dalam
melakukan penanganan konflik. Untuk itu penting dibuat suatu perencanaan dan
langkah tata pengelolaan konflik dalam bentuk pembangunan perdamaian.
DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/177546-ID-konflik-pada-kehidupan-
masyarakat-telaah.pdf

https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-konflik/

https://id.search.yahoo.com/search?ei=UTF-8&fr=crmas&p=jenis+jenis+konflik

https://www.ruangguru.com/blog/dampak-konflik-sosial

https://dosensosiologi.com/upaya-penyelesaian-konflik-dalam-masyarakat-dan-
contohnya-lengkap/

Anda mungkin juga menyukai