Anda di halaman 1dari 7

Konflik Sosial

1. Pengertian Dan Esensi Konflik Sosial

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya
atau membuatnya tidak berdaya.Konflik juga dapat diartikan sebagai hubungan antara dua pihak atau
lebih (individu atau kelompok) yang memiliki tujuan atau kepentingan yang berbeda. Konflik adalah
suatu pertentangan yang terjadi antara apa yang diharapkan oleh seseorang terhadap dirinya, orang
lain, organisasi dengan kenyataan apa yang diharapkannya.

Menurut Gibson (1977:347) hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling
tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing– masing komponen organisasi
memiliki kepentingan atau tujuan sendiri–sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain. Jenis-Jenis
Konflik. Menurut Ramlan Surbakti (1992:149) menyebutkan pengertian konflik yaitu “benturan”,
seperti perbedaan pendapat, persaingan, dan pertentangan antara individu dan individu, kelompok dan
kelompok, indivudu dan kelompok, dan antara individu atau kelompok dengan pemerintah

Konflik merupakan salah satu esensi dari kehidupan dan perkembangan manusia yang
mempunyai karakteristik yang beragam. Manusia memiliki perbedaan jenis kelamin, strata sosial dan
ekonomi, sistem hukum, bangsa, suku, agama, kepercayaan, aliran politik, serta budaya dan tujuan
hidupnya. Dalam sejarah umat manusia, perbedaan inilah yang selalu menimbulkan konflik. Selama
masih ada perbedaan tersebut, konflik tidak dapat dihindarkan dan selalu akan terjadi. Lembaga
sebagai bagian dari proses perkembangan manusia juga tidak terlepas dari berbagai macam konflik.

Banyak yang beranggapan bahwa konflik itu selalu menimbulkan dampak negatif, padahal
dalam kondisi tertentu konflik justru sangat diperlukan untuk kepentingan perubahan dan
pengembangan keperibadian seseorang. Konflik dapat terjadi antara individu-individu, antara
kelompok-kelompok dan antara organisasi-organisasi. Apabila dua orang individu masing-masing
berpegang pada pandangan yang sama sekali bertentangan tanpa ada kompromi, kemudian menarik
kesimpulan yang berbeda dan cenderung bersifat tidak toleran, maka dapat dipastikan akan timbul
konflik tertentu.

Ada dua macam konflik yang terjadi, yaitu konflik substantif dan konflik emosional. Konflik
subtantif (subtantive conflicts) meliputi ketidak sesuaian paham tentang hal-hal seperti: tujuan-tujuan,
alokasi sumber daya, kebijakankebijakan, serta penugasan- penugasan. Sedangkan konflik emosional
(emotional conflicts) timbul karena perasaan marah, ketidakpercayaan, ketidaksenangan, takut dan
sikap menentang, maupun bentrokan-bentrokan kepribadian. Kedua macam konflik ini akan selalu
muncul pada setiap organisasi.

Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel dalam Wirawan (2010: 22) dikenal ada lima
jenis konflik yaitu:

a). Konflik Intrapersonal. Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya
sendiri. Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak
mungkin dipenuhi sekaligus.

b). Konflik Interpersonal.Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan


orang lain karena pertentangan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang
yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain.Konflik interpersonal ini merupakan suatu
dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Karena konflik semacam ini akan melibatkan
beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempengaruhi proses
pencapaian tujuan organisasi tersebut.

c). Konflik antar individu-individu dan kelompok- kelompok.Hal ini seringkali berhubungan
dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas, yang ditekankan
kepada mereka oleh kelompok kerja mereka. Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa seseorang
individu dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak dapat mencapai norma- norma
produktivitas kelompok dimana ia berada.

d). Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama. Konflik ini merupakan tipe konflik
yang banyak terjadi di dalam organisasi- organisasi.Konflik antar lini dan staf, pekerja dan pekerja –
manajemen merupakan dua macam bidang konflik antar kelompok.

e). Konflik antara organisasi.Contohnya seperti di bidang ekonomi dimana Amerika Serikat
dan negara-negara lain dianggap sebagai bentuk konflik, dan konflik ini biasanya disebut dengan
persaingan.Konflik ini berdasarkan pengalaman ternyata telah menyebabkan timbulnya
pengembangan produk-produk baru, teknologi baru dan servis baru, harga lebih rendah dan
pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien.

A. Kategori Dan Pola Konflik

konflik sosial yang terjadi di masyarakat beragam kejadiannya, namun memiliki kesamaan
yakni mempengaruhi tatanan kehidupan masyarakat. Keberagaman peristiwa dari wujud konflik sosial
tersebut sesungguhnya dapat diklasifikasikan ke dalam enam kelompok bentuk konflik sosial, yaitu:
1. Konflik pribadi Konflik pribadi yaitu merupakan pertentangan yang terjadi secara
individual yang melibatkan dua orang yang bertikai. Misalnya pertentangan yang terjadi antar dua
teman, perselisihan suami dengan istri, pertentangan antara pimpinan dengan salah seorang stafnya.

2. Konflik kelompok Konflik ini terjadi karena adanya pertentangan antara dua kelompok
dalam masyarakat. Misalnya pertentangan antara dua perusahaan yang memproduksi barang sejenis
dalam memperebutkan daerah pemasaran, pertentangan antara dua kesebelasan olah raga.

3. Konflik antar kelas sosial Konflik antar kelas dapat terjadi pada status sosial yang berbeda,
yang dapat disebabkan oleh perbedaan kepentingan atau perbedaan pandangan. Dalam kehidupan
sehari-hari sering ditemukan bentuk konflik ini, seperti pertentangan antara majikan dengan buruh,
pertentangan antara yang kaya dengan yang miskin, antara petani dengan tuan tanah.

4. Konflik rasial Ras yaitu sekelompok manusia yang memiliki ciri-ciri badaniah yang sama
dan berbeda dengan kelompok lainnya. Ciri-ciri tersebut dapat terlihat dari bentuk tubuh, warna kulit,
corak rambut, bentuk muka dan lain-lain, yang sifatnya kasat mata, sehingga dengan mudah dapat
dibedakan dengan kelompok lain. Jadi konflik rasial ini adalah pertikaian yang terjadi karena
didasarkan perbedaan pandangan terhadap ada perbedaan ciri-ciri jasmaniah tersebut. Misalnya, ras
kaukasoid dipandang lebih tinggi derajatnya dibandingkan ras negroid, sehingga sering terjadi
pertikaian yang disebabkan oleh perbedaan ras tersebut, seperti apartheid dan diskriminasi di
Amerika.

5. Konflik politik Politik merupakan salah satu aspek dalam sistem sosial yang menyangkut
masalah kekuasaan, wewenang dan pemerintahan. Konflik politik yaitu pertentangan yang terjadi
dalam masyarakat karena perbedaan pendapat atau ideologi yang dianut oleh masing-masing
kelompok. Misalnya pertikaian antara kaum penjajah dengan pribumi, pertentangan antar dua partai
politi, pertentangan antara pemerintah dengan rakyat.

6. Konflik budaya Budaya erat kaitannya dengan kebiasaan atau adat istiadat yang dianut oleh
anggota masyarakat. Konflik budaya yaitu pertentangan yang terjadi dalam masyarakat disebabkan
oleh adanya perbedaan budaya. Biasanya bentuk konflik ini sering terjadi pada penduduk yang
prularistik dengan latar belakang budaya yang berbeda, sehingga dapat menimbulkan pertentangan
antara budaya yang satu dengan lainnya. Selain itu, dapat pula terjadi pertentangan antara budaya
daerah dengan budaya yang berasal dari luar atau pertentangan budaya barat dan timur.

Selain berdasarkan bentuknya, konflik sosial dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori
berdasarkan tingkatannya, yaitu: konflik tingkat rendah, konflik tingkat menengah, dan konflik
tingkat tinggi.
1. Konflik tingkat rendah Konflik tingkat rendah ini merupakan konflik yang tidak rasional,
bertujuan untuk membinasakan lawan secara langsung dengan menggunakan kekerasan. Konflik ini
bersifat emosional yang dapat terjadi pada setiap individu atau kelompok. Misalnya perkelahiarn antar
dua gang atau perkelahian antar pelajar.

2. Konflik tingkat menengah Pada tingkat ini, konflik yang terjadi merupakan pertentangan
yang menggunakan strategi dengan tujuan untuk mengalahkan lawan. Strategi yang digunakan
mungkin dengan cara kekerasan yang menggunakan pihak lain, memaksakan kehendak atau
memberikan pengaruh. Misalnya, seorang calon kepala desa menggunakan money politic untuk
mengalahkan lawannya.

3. Konflik tingkat tinggi Konflik ini merupakan konflik yang positif karena pertentangan yang
terjadi berlangsung secara lebih rasional, berdasarkan pandangan yang berbeda tetapi memiliki dasar
pemikiran atau argumen yang jelas. Konflik ini biasanya terjadi pada debat pendapat atau dalam
rangka mencari solusi untuk suatu masalah, sehingga tujuan utamanya adalah ditemukannya
kesamaan pendapat atau terpecahkannya masalah. Pihak yang terlibat konflik, masingmasing tidak
memperpanjang pertentangannya, baik yang pendapatnya diterima atau ditolak, saat berakhirnya
forum maka berakhir pula konflik tersebut.

B. Tipe-tipe dan intensitas konflik.

1. Konflik Sederhana

Konflik tipe ini masih pada taraf emosi dan muncul dari perasaan berbeda yang dimiliki oleh
individu. Ada empat tipe konflik sederhana: (1) Konflik personal versus diri sendiri adalah konflik
yang terjadi karena apa yang dipikirkan atau yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan. (2)
Konflik personal versus personal adalah konflik antarpersonal yang bersumber dari perbedaan
karakter masing-masing personal. (3) Konflik personal versus Masyarakat adalah konflik yang terjadi
antara individu dan Masyarakat yang bersumber dari perbedaan keyakinan suatu kelompok atau
keyakinan Masyarakat atau perbedaan hukum. (4) Konflik personal versus alam adalah konflik yang
terjadi antara keberadaan personal dan tekanan alam.

2. Konflik berdasarkan Sifat

Tipologi konflik dapat dilihat dari sifat gerak-dinamika konflik. Dari segi dinamika , konflik
berproses dari: 1). Adanya keyakinan bahwa setiap konflik mempunyai struktur tertentu, dan struktur
itu umumnya bersifat laten yang mempunyai karakteristik, sifat, atau modus operandi yang relatif
hampir sama dan berulang-ulang. 2). Konflik yang bersifat manifes, konflik laten yang menjadi
konflik yang nyata (manifes). 3). Kadang–kadang sifat konflik itu tidak laten juga tidak manifes.
Melainkan datang sebagai sebuah paristiwa yang luar biasa karena tidak ada catatan modus operandi
sebelumnya.

3. Konflik Berdasarkan Jenis Peristiwa dan Proses

Kita dapat membedakan konflik berdasarkan jenis peristiwa dan proses. Sebagai jenis
peristiwa dikenal beberapa tipe konflik: 17 1. Konflik biasa adalah konflik yang terjadi karena hanya
karena adanya kesalahfahaman akibat distorsi informasi. Melibatkan hubungan antarpersonal yang
sejawat, awalnya didorong oleh faktor emosi. 2. Konflik luar biasa adalah konflik yang tidak
berstruktur karena sebelumnya kita tidak mempunyai catatan mengenai modus operandinya. 3.
Konflik Zero-Sum (game) adalah bentuk konflik yang hasilnya adalah satu pihak menang dan pihak
lain kalah (win-lose) 4. Konflik merusak adalah konflik yang dari proses sampai hasilnya merusak
sistem relasi sosial. 5. Konflik yang dapat dipecahkan adalah konflik subtantif karena dapat
dipecahkan melalui sebuah keputusan bersama.

4. Konflik Berdasarkan Faktor Pendorong

Konflik terjadi karena berbagai faktor pendorong, yang secara psikologis dilakukan karena
para pelaku konflik merubah respon terhadap perubahan stimulus. Misalkan, satu pihak merubah atau
membuat klarifikasi baru berupa gagasan yang ditunjukkan kepada pihak lawan. Ada beberapa
ketegori faktor yang memungkinkan kita menentukan tipe konflik berdasarkan (1)Konflik Internal
(2)konflik Eksternal (3)Konflik Realistik (4)Konflik Tidak Realistik.

Taylor dan Hudson (dalam Syahbana: 1999), mengkategorikan lima indikator dalam
menggambarkan intensitas konflik yang terjadi dalam masyarakat Indonesia. Kelima Indikator
tersebut adalah sebagai berikut:

1. Demonstrasi (a protest demonstration).

Dewasa ini, demonstrasi menjadi fenomena sosial yang terjadi hampir setiap hari.
Demonstrasi dilakukan oleh sejumlah orang yang memiliki kepedulian yang sama untuk melakukan
protes melalui tindakan tanpa kekerasan. Protes tersebut diarahkan terhadap suatu rezim, pemerintah,
atau pimpinan dari rezim atau pemerintah tersebut; atau terhadap ideologi, kebijaksanaan, dan
tindakan baik yang sedang direncanakan maupun yang sudah dilaksanakan. Misalnya, demostrasi
yang dilakukan oleh para guru terhadap rancangan undang-undang guru dan dosen.

2. Kerusuhan

Kerusuhan pada dasarnya sama dengan demonstrasi, namun memiliki perbedaan dalam
pelaksanaannya. Demonstrasi adalah protes tanpa kekerasan sedangkan kerusuhan adalah protes
dengan penggunaan kekerasan yang mengarah pada tindakan anarkis. Kerusuhan biasanya diikuti
dengan pengrusakan barang-barang oleh para pelaku kerusuhan, yang seringkali menimbulkan
penyiksaan dan pemukulan atas pelaku-pelaku kerusuhan tersebut. Penggunaan alat-alat pengendalian
kerusuhan oleh para petugas keamanan di satu pihak, dan penggunaan berbagai macam senjata atau
alat pemukul oleh para pelaku kerusuhan di lain pihak. Kerusuhan biasanya ditandai oleh spontanitas
sebagai akibat dari suatu insiden dan perilaku kelompok yang kacau.

3. Serangan bersenjata (armed attack)

Serangan bersenjata adalah suatu tindakan kekerasan yang dilakukan oleh kelompok tertentu
untuk suatu kepentingan dengan maksud melemahkan atau bahkan menghancurkan kelompok lain.
Serangan bersenjatan ini seringkali ditandai oleh terjadinya pertumpahan darah, pergulatan fisik, atau
pengrusakan barang-barang, sebagai akibat dari penggunaan alat atau senjata yang dipakai para
penyerang.

4. Kematian

Kematian yang dimaksud adalah sebagai akibat dari adanya konflik yang direspon melalui
demonstrasi, kerusuhan, maupun serangan bersenjata. Konflik yang menyebabkan munculnya
kematian menunjukkan indikator tingkatan konflik yang memiliki intensitas tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Wirawan. 2010. Konflik Dan Manajemen Konflik; Teori, Aplikasi Dan Penelitian. Jakarta:
Salemba Humanika.

Mohamad Muspawi. 2014. Manajemen Konflik ( Upaya Penyelesaian Konflik Dalam


Organisasi ). Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora. 16(2).

Anda mungkin juga menyukai