BERITA KONFLIK
DISUSUN OLEH :
Nama : AZQIA NOVITA
Kelas : VIII 4
Guru pembimbing : YULI ZAHARA.S.E.
Pengertian konflik yang paling sederhana ditinjau dari segi asal kata, yaitu berasal
dari kata configere yang berarti saling memukul. Berikut ini definisi konflik menurut
para sosiolog.
Soerjono Seokanto
Menurut Soerjono Soekanto, konflik adalah suatu proses sosial ketika orang
perorangan atau kelompok manusia berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan
menentang pihak lawan yang disertai ancaman.
Konflik adalah perjuangan memperoleh hal-hal yang langka seperti harta, status dan
otoritas.
Ralf Dahrendorf
Lewis A. Coser
Konflik adalah sebuah perjuangan mengenai nilai atau tuntutan atas status,
kekuasaan, dan sumber daya yang bersifat langka dengan maksud menetralkan
mencederai, atau melenyapkan lawan.
Secara sosiologis dapat diartkan bahwa konflik adalah suatu proses sosial diantara
dua orang atau lebih (atau juga kelompok) yang berusaha menyingkirkan pihak
lawan dengan jalan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.
Jenis-Jenis Konflik
Konflik yang terjadi di masyarakat terdiri dari beberapa jenis, bergantung faktor yang
menyebabkan, wujud, ruang lingkup, dan sifat-sifatnya yaitu sebagai berikut.
1. Konflik Pribadi
Konflik pribadi adalah pertentangan yang terjadi antara orang perorang karena
masalah pribadi. Konflik pribadi dapat terjadi karena perbedaan pendirian dan
keyakinan, serta perbedaan kebudayaan. Konflik pribadi tidak jarang terjadi antara
dua orang sejak mulai berkenalan karena sudah saling tidak menyukai. Akan tetapi,
yang sering terjadi adalah konflik antara dua pribadi yang sudah saling mengenal
dan terjadi konflik karena perbedaan yang tidak bisa disatukan di antara pribadi-
pribadi tersebut.
2. Konflik Rasial
Konflik rasial adalah pertentangan kelompok ras yang berbeda karena kepentingan
dan kebudayaan yang saling bertabrakan. Konflik rasial juga makin dipicu dengan
kenyataan bahwa salah satu ras merupakan golongan minoritas. Konflik rasial
pernah terjadi di Amerika Serikat dan Afrika Selatan, yaitu antara orang-orang kulit
dengan kulit hitam.
3. Konflik Politik
5. Konflik Internasional
Konflik internasional biasanya berawal dari adanya pertentangan antara dua negara
karena kepentingan yang berbeda. Pertentangan ini akan berkembang menjadi
konflik internasional apabila negara-negara lain terlibat atau melibatkan diri.
Konflik vertikal yaitu pertentangan antara individu atau kelompok masyarakat dan
para pemimpin masyarakat. Contoh konflik antara warga suatu desa dengan
pemimpin di desa tersebut (Kepala Desa).
Konflik terbuka yaitu perbedaan kepentingan antara dua individu atau kelompok
masyarakat yang dapat disaksikan secara langsung dan saling berhadapan dalam
bentuk sikap atau tindakan-tindakan fisik.
Konflik tertutup yaitu perbedaan kepentingan yang terwujud dalam perbuatan yang
menimbulkan sabotase, keresahan dan sebagainya.
Dari berbagai bentuk konflik yang ada dalam masyarakat, unsur perasaan
memegang peranan penting dalam mempertajam perbedaan yang ada sehingga
setiap pihak berusaha saling mengalahkan. Konflik yang terjadi dalam berbagai
bentuk bisa berubah menjadi kekerasan apabila konflik sudah mencapai taraf
menciderai, menyebabkan hilangnya nyawa, dan menimbulkan kerusakan fisik atau
barang orang lain.
Berikut ini merupakan sebab-sebab munculnya konflik dalam masyarakat.
Konflik yang terjadi dapat mengakibatkan dampak positif dan negatif. Konflik akan
memberikan dampak positif sepanjang konflik tidak berlawanan dengan pola-pola
hubungan sosial di dalam struktur tertentu. Akan tetapi, apabila konflik berlawanan
dengan pola-pola hubungan hubungan sosial di dalam struktur sosial tertentu,
konflik-konflik tersebut bersifat negatif.
Gejala-gejala sosial yang timbul akibat konflik, antara lain sebagai berikut.
Integrasi Sosial
Menurut William F. Ogburn dan Mayer Nimkoff, syarat berhasilnya suatu integrasi
sosial adalah:
Asimilasi
Asimilasi adalah proses sosial yang timbul bila golongan manusia dengan latar
belakang kebudayaan yang berbeda-beda saling bergaul langsung secara intensif
untuk waktu yang lama sehingga kebudayaan-kebudayaan golongan-golongan tadi
masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsurnya masing-
masing berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran. Suatu
asimilasi akan mudah terjadi apabila didorong oleh faktor-faktor sebagai berikut.
Akulturasi
Akulturasi adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan
suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan
asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat
laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Setiap individu atau kelompok masyarakat memiliki jenis dan bentuk konfliknya
sendiri-sendiri. Setiap individu atau kelompok dalam masyarakat juga memiliki gaya
tersendiri dalam menghadapi dan menyelesaikan konflik tersebut.
Contoh 1: Ujang merupakan seorang anak yang berasal dari desa di Sukabumi.
Untuk mengadu nasibnya, si Ujang pergi ke Jakarta mencari pekerjaan agar dapat
membantu kehidupan keluarganya di kampung. Pertama kali si Ujang menginjakkan
kakinya di kota metropolitan, ia dihadapkan pada sekelompok preman yang sedang
mabuk-mabukan. Keluguan dan kepolosan si Ujang menjadi sasaran sekelompok
preman tersebut. si Ujang yang penyabar berusaha mengalah untuk menghindari
preman-preman itu karena ia merasa tidak berdaya untuk menantang mereka dan
lebih baik menarik diri dari situasi tersebut daripada menghadapinya.
Contoh 2: Menjelang HUT Kemerdekaan RI, para remaja yang tergabung dalam
kelompok Karang Taruna Desa Mardika mengadakan rapat tentang kegiatan yang
akan diselenggarakan pada HUT tersebut. Budi sebagai ketua karang taruna sudah
memiliki program tersendiri dengan mengadakan kegiatan parade band. Hal tersebut
ditujukan untuk dapat mewadahi kreativitas para pemuda dalam bermain musik yang
selama ini sedang menjadi trend di desanya. Akan tetapi, gagasan Budi tersebut
mendapatkan tentangan dari para anggotanya karena acara tersebut membutuhkan
biaya sangat besar. Budi dan para anggota karang taruna berusaha mencari jalan
keluar dari perbedaan pendapat tersebut agar kegiatan dapat terlaksana tanpa
mengeluarkan biaya yang besar.
Kesimpulan
Konflik tidak selamanya berakibat negatif bagi masyarakat. Jika bisa dikelola
dengan baik, konflik justru bisa menghasilkan hal-hal yang positif. Misalnya, sebagai
pemicu perubahan dalam masyarakat, memperbarui kualitas keputusan,
menciptakan inovasi dan kreativitas, sebagai sarana evaluasi, dan lain sebagainya.
Namun demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa jika konflik tidak dikelola
dengan baik dan benar, maka akan menimbulkan dampak negatif dan merugikan
bagi masyarakat.
Sebagai sebuah catatan bahwa dalam upaya menyelesaikan konflik haruslah
dipahami betul kompleksitas serta kerumitan konflik yang dihadapi. Semua harus
sadar bahwa setiap konflik memiliki kompleksitas masing-masing sehingga tidak
bisa begitu saja mengaplikasikan sebuah teori untuk menyelesaikannya. Semua
juga harus ingat bahwa selain teori-teori resolusi konflik yang ada, sebenarnya
masyarakat juga memiliki budaya sendiri dalam menyelesaikan masalahnya. Namun
demikian, penyelesaian konflik sering melupakan adat dan budaya lokal tersebut.
Untuk itulah penting untuk menggali kembali kekayaan budaya sendiri.