Anda di halaman 1dari 4

UTS MANAJEMEN RISIKO

KASUS di RS

RSUD X Kabupaten Y adalah rumah sakit tipe D dengan kapasitas 57 tempat


tidur, melayani pasien umum, jamsoskes dan BPJS. Pelayanan pasien Jamsoskes yang
merupakan kebijakan Gubernur SS yang mana semua penduduk yang domisili SS
mendapatkan pelayanan pengobatan gratis pada fasilitas kesehatan pemerintah.
Pelayanan pasien BPJS merupakan kelanjutan dari sistem pelayanan pasien ASKES
yang sudah dilaksanakan di RSUD X sejak bulan November 2012. Mulai tanggal 1 Januari
2014 sudah mengikuti kebijakan pemerintah untuk menyelenggarakan pelayanan bagi
pasien BPJS, yang merupakan implementasi dari program pemerintah dalam Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN), yang tertuang dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
BPJS sendiri merupakan peralihan dari Askes sebagai penyelenggara untuk pelayanan
kesehatan bagi masyarakat. Banyak aturan-aturan dari Askes yang diambil sebagai aturan
dari BPJS, sehingga di awal penyelenggaraan, karena sudah terbiasa melayani pasien
Askes, maka melayani pasien BPJS pun tidak menemui kendala yang berarti.
Sebagai rumah sakit milik pemerintah daerah, tentu sistem pengelolaan dan
manajemen didasarkan pada standar pelayanan minimal dan prosedur tata organasasi
daerah. Demikian halnya pada sistem pengelolaan di instalasi farmasi. Instalasi farmasi
merupakan instalasi Pelayanan Penunjang Medis, yang mana dalam peraturan tersebut
tugas instalasi farmasi adalah melaksanakan kegiatan peracikan, penyiapan dan
penyaluran obat- obatan, gas, medis, bahan kimia serta peralatan medis. Jadi kaitannya
dengan pelayanan pasien, bahwa sediaan farmasi dalam hal ini obat-obatan adalah hal
yang krusial dan harus disediakan.
Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait Obat. Tuntutan pasien
dan masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian, mengharuskan adanya
perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented)
menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi
Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care).

Namun seiring berjalannya kegiatan pelayanan di RSUD X tidak lepas dari


berbagai permasalahan baik pelayanan pada konsumen maupun manajemen internal
rumah sakit. Instalasi farmasi yang merupakan titik akhir dan titik tolak dari
persediaan perbekalan kesehatan di rumah sakit tidak luput dari permasalahan tersebut.
Kasus yang pernah terjadi di instalasi farmasi RSUD X kabupaten Y adalah
terjadinya kesalahan pemberian obat di apotek rawat jalan dikarenakan penulisan resep
yang terbalik nama pasiennya. Pasien berasal dari poliklinik penyakit dalam yang
merupakan pasien “langganan” atau sudah sering berobat ke RS. Pasien bernama saibani
dan rafani. Pasien saibani membawa resep dengan nama rafani sedangkan pasien rafani
membawa resep dengan nama saibani. Namun pasien tidak mengecek nama yang
tercantum dalam resep dan langsung menuju apotek rawat jalan.
Pada saat pasien menyerahkan resep pada petugas penerima resep, kemudian di cek
sediaan, kekuatan dan jenis sediaan, dikerjakan etiket dan pengemasan sesuai dengan yang
diperintahkan dalam resep. Setelah obat siap diserahkan kepada pasien, petugas
penyerahan resep memanggil pasien yang bernama Saibani. Petugas memberikan
konseling mengenai sediaan yang diterima pasien. Namun kemudian pasien sedikit
curiga dengan penjelasan yang diberikan petugas kepada beliau. Menurut pasien bahwa
obat yang diberikan tidak sesuai dengan kondisi penyakit yang diderita pasien.

Petugas kemudian segera mericek resep pasien Saibani kemudian berkonsultasi


dengan bagian poli rawat jalan penyakit dalam. Dari hasil cek dan ricek ternyata dokter
salah menuliskan resep pada pasien saibani. Jenis obat yang di resepkan untuk pasien
saibani tertukar dengan jenis obat yang tertulis pada pasien Rafani. Jadi pasien saibani
sesungguhnya membawa resep obatnya sendiri sesuai dengan penyakitnya namun
dalam resep yang dibawanya tertulis nama Rafani, sedangkan Rafani mema ng benar
membawa resep obatnya sendiri sesuai dengan penyakitnya namun dalam resep yang
dibawanya bertuliskan Saibani. Jadi pada saat di panggil nama Saibani saat penyerahan
obat tentu saja pasien Saibani yang datang namun tidak sesuai obatnya dengan kondi si
penyakitnya.
Kesimpulannya, terjadi kesalahan pada penulisan nama pasien pada resep yang
dibawa pasien. Hal ini dimungkinkan dokter penulis resep kurang berkonsentrasi pada
saat pelayanan pasien atau nama pasien yang berdekatan pada saat pemeriksaan sehingga
rekam medisnya terbalik pengamatannya.
Nama : Helen velisia
NIM : 2212614199
Klas :3c keperawatan

SOAL :
Buatlah analisis kasus mulai menetapkan konteks, indetifikasi bahaya, pengukuran, evaluasi risiko
dst .
Dikumpulkan pada tgl saat UTS dlm bentuk pdf di krm ke email Bu NH. Noeraini :
nasaratri2020@gmail.com atau HP 081278105523

Jawab:

ANALISIS KASUS

a.menetapkan konteks

Hal ini mengenai Pelayanan pasien Jamsoskes yang merupakan kebijakan Gubernur SS yang mana
semua penduduk yang domisili SS mendapatkan pelayanan pengobatan gratis pada fasilitas
kesehatan pemerintah. Pelayanan pasien BPJS merupakan kelanjutan dari sistem pelayanan
pasien ASKES yang sudah dilaksanakan di RSUD X sejak bulan November 2012. Mulai tanggal 1
Januari 2014 sudah mengikuti kebijakan pemerintah untuk menyelenggarakan pelayanan bagi pasien
BPJS, yang merupakan implementasi dari program pemerintah dalam Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN), yang tertuang dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

b.indentifikasi bahaya

Kurangnya konsentrasi dokter dalam penulisan resep pada saat pelayanan pasien atau nama pasien
yang berdekatan pada saat pemeriksaan sehingga rekam medisnya terbalik pengamatannya.

c.pengukuran
Setelah seluruh di identifikasi maka di lakukan pengukuran tingkat kemungkinan dan dampak resiko.pengukuran resiko
di lakukan setelah mempertimbangkan resiko yang ada . Pada kasus salah memberikan obat pada pasien , maka
pengukuran kualatif frekuensi/kemungkinan (likehood) adalah sebagai berikut:

Kemungkinan Deskripsi Nilai

Jarang Terjadi pada keadaan kasus 1


Kadang kadang (possible) Mungkin terjadi sewaktu waktu 2
Mungkin sekali (likely) Mungkin terjadi pada keadaan tapi 3
tidak menetap
Hampir pasti (almost ceritain) Dapat terjadi pada keadaan dan 4
menetap

d.evaluasi resiko
pemberian konseling/informasi obat dan informed consent petugas apotek pada pasien guna mengecek informed
consent yang di berikan dokter sangat penting dilakukan sehingga terjadi kecocokan. Selain diperlukan ketelitian
dan dalam penyerahan obat pada pasien berdasarkan resep, sehingga jika terjadi kesalahan penulisan resep dapat segera
ditangani.

Anda mungkin juga menyukai