Secara tradisi apoteker adalah sumber utama informasi obat bagi dokter, perawat
dan pasien serta professional kesehatan lainnya. Ketika jumlah jenis zat aktif dan
produknya masih sedikit, serta pada umumnya zat aktif itu mempunyai potensi yang
masih rendah, jumlah yang bertanya tentang informasi obat masih sangat sedikit dan
biasanya dapat dijawab dengan mengacu pada pustaka kompedium dan pustaka obat
lainnya.
Dewasa ini dua hal yang terjadi menyebabkan perlunya mengubah pola tradisional
tersebut diatas. Pertama, jumlah jenis zat aktif dan produknya telah meningkat sangat
besar, serta zat aktif yang lebih baru pada umumnya lebih berkhasiat keras, selektif
dan formulasinya juga sangat rumit. Kedua, Pustaka berkaitan dengan obat telah
begitu banyak dan biasanya sumber pustaka ini sangat beragam misalnya farmasi,
kedokteran, farmakologi, mekanisme kerja, penggunaan klinik, reaksi yang tidak
dikehendaki, toksisitas, interaksi obat dengan obat, interaksi obat dengan makanan,
kemanjuran komparatif dan sebagainya. Semua informasi itu harus dievaluasi untuk
memastikan penggunaan suatu obat yang aman dan efektif.
Informasi obat merupakan acuan bagi dokter dalam pengambilan keputusan
tentang pilihan terapi obat yang paling tepat untuk seorang pasien tertentu. Informasi
yang diminta dokter biasanya diperlukan segera atau beberapa waktu, bergantung
pada status kegawatan kesakitan pasien agar pengobatan dapat diubah atau dimulai.
Informasi yang diperlukan dokter adalah informasi yang sudah diolah dan siap
sebagai acuan dalam bentuk data, bukan dalam bentuk referensi atau fotokopi artikel.
Oleh karena itu membuat suatu jawaban pertanyaan informasi obat memerlukan
proses seleksi, interpretasi dan evaluasi.
PELAYANAN OBAT BEBAS DAN RESEP
Pelayanan di apotik meliputi pelayanan obat bebas, resep kontan, dan resep
kredit. Obat-obat bebas membutuhkan penataan di lemari etalase secara farmakologis.
Karena itu si petugas penjual obat-obat bebas harus diberi pengertian dan
pengetahuan tentang khasiat obat {secara farmakologi}, seperti :
Kelompok obat terhadap diare
Kelompok obat terhadap flu
Kelompok obat batuk
Kelompok obat vitamin berbentuk sirup
Kelompok obat kuat
Kelompok obat vitamin berbentuk tablet
Kelompok obat luar seperti :
obat merah dan sejenisnya
Obat tetes mata
Plester2
Plester obat
Menthol gosok
Belum lagi kelompok makanan/susu bayi, alat2 KB, obat nyamuk, tisu, pembalut
wanita, dan lain-lain. Yang penting disini adalah mengenai harga dan cara menyetok
(stock) persediaan.
- Harga harus bersaing dengan toko-toko disekitarnya, kurang lebih 10-15%
diatas HNA.
- Cara menyetok adalah dengan cara yang disebut MOEDERSTOCK atau stock
tetap, misalnya untuk obat-obat tertentu ditentukan jumlahnya selalu tetap
misalnya 6 buah sedangkan yang lain misalnya 3 buah. Tiap hari petugas
minta kepada gudang penambahan obat sejumlah selisih stock tetapnya
dengan sisa yang ada. Jumlah ini harus cocok dengan jumlah obat yang tertulis
pada bon penjualan (nota). Bila ternyata tidak cocok, maka pasti ada yang
mencuri/ menjual tanpa memakai bon nota.
PELAYANAN RESEP (DISPENSING)
Sebaiknya dicounter depan dalam ruang tunggu apotik selalu ada seorang
AA, sehingga dia dapat langsung memberikan pelayanan memberi harga.
Bila terpaksa hanya ada 1 orang kasir saja yang merangkap segala-galanya,
baik sebagai penjual obat bebas maupun sebagai penyerah obat, maka resep dari
pembeli akan diterima olehnya dan langsung diserahkan kepada petugas AA diruang
peracikan di dalam.
Sikap seorang AA seharusnya memenuhi 5 syarat yaitu ramah-cepat, tepat,
selamat, bisa dan mau bergaul, bisa dan mau bekerjasama dan berani mengambil
keputusan.
Dianjurkan agar setiap AA apotik mengenali sebanyak mungkin pasien-pasien
didaerah sekeliling apotik dalam radius 1-2 km. Apabila pada suatu saat membuat
suatu kekeliruan, yang tidak fatal, maka dipastikan kenalan anda nanti tidak akan
terlalu menuntut anda.
- Setelah resep diberi harga, maka diharapkan agar si pasien menuju ke kasir
untuk diselesaikan pembayarannya, lalu si pasien diberi nomer urut dan bukti
bayar (bila apotik tersebut memiliki Cash Register), kemudian si pasien
disuruh menunggu.
- Oleh kasir resep yang telah diberi nomer urut, dicatat dalam lembaran
penjualan harian, lalu diserahkan kepada A-A diruang peracikan.
- Sebaiknya resep kontan dan resep kredit dibedakan, bisa salah satu pada
nomer urut tersebut diberi lingkaran biru. Juga resep-resep yang cito atau/ dan
yang ditunggu orangnya, diberi tanda khusus misalnya lingkaran merah.
Gunanya tanda-tanda tersebut adalah agar para A-A yang mengerjakannya
dapat mengerjakan sesuai dengan tugasnya yang diberikan. Hal ini sangat
perlu apabila suatu apotik sangat banyak resepnya (adanya pembagian tugas
antara A-A).
- Kemudian oleh A-A atau juru resep, obat-obatnya disediakan dan resep
berikut obat-obatnya tadi disiapkan berjejer dimuka petugas A-A
- Oleh petugas A-A tersebut baru diberi etiket, lalu dikemas setiap resep dalam
satu bungkus plastik.
- Resep dengan obat dalam bungkus plastik itu kemudian diperiksa lagi oleh
seorang A-A senior sebelum diserahkan ke kounter depan untuk diserahkan
kepada pasien
- Petugas di counter depan harus mengecek lagi apakah nomer urut si pasien
cocok dengan nomer urut yang menempel pada lembaran resep tersebut, dan
cocokkan juga nama si pasien.
Ada apotik di jakarta yang sengaja memasang papan tulisan yang meminta
para pasien menuliskan alamatnya dibelakang lembaran resep sebelum diberi harga.
Hal ini ada baiknya, tidak hanya untuk pencatatan resep dengan obat narkotika
saja, tetapi apabila ada yang memerlukan alamat sipasien bisa cepat dibantu, misalnya
ada dokter yang memeriksa si pasien itu ingin dititipi pesan supaya si pasien kembali
lagi keesokkan harinya, atau apabila ada kekurangan obat yang belum terbawa dan
sebagainya.
- untuk resep-resep yang sudah dilayani, sudah diserahkan obatnya kepada si
pasien, ditaruhnya di suatu tempat biasanya di sebuah kantong plastik, untuk
kemudian disusun menurut nomer urutnya (untuk yang kontan) dan menurut
debitur (nama langganan) untuk yang kredit.
- Resep-resep kredit ini kemudian oleh petugas A-A tertentu diberi harga, lalu
diserahkan kepada TU untuk dibuatkan tagihannya.
- Resep-resep kontan maupun kredit sebelum dibundel dan diberi tanggal agar
mudah mencarinya kembalu, oleh A-A kepala diperiksa kebenaran pemberian
harganya maupun obatnya.
PELAYANAN INFORMASI OBAT
Hal yang tidak kalah penting bahwa farmasis harus terus menerus membangun
serta memperbaharui pengetahuan dan keterampilannya dalam informasi obat.
Dengan adanya pelayanan informasi obat tersebut diharapkan dapat menurunkan
kesalahan penggunaan obat, meningkatkan kepatuhan pasien tentang penyakitnya,
serta meningkatkan penggunaan obat yang rasional sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup pasien.
Salah satu peranan apoteker adalah sumber utama informasi obat bagi dokter,
perawat, pasien, dan profesional kesehatan lainnya. Oleh karena itu para APA harus
mampu menguasai segala macam pengetahuan tentang obat. Masyarakat awam
menganggap petugas apotik, apoteker dan asisten apoteker adalah orang yang paling
pintar , paling mengetahui tentang segala hal yang menyangkut obat-obatan.
Ketika jumlah jenis zat aktif dan produknya masih sedikit, serta pada
umumnya zat aktif itu mempunyai potensi yang relatif rendah, jumlah yang bertanya
tentang informasi obat masih sangat sedikit dan biasanya dapat dijawab dengan
mengacu pada pustaka sederhana lainnya.
Dewasa ini, dua hal yang terjadi menyebabkan perlunya mengubah pola
tradisional tersebut di atas. Pertama, jumlah jenis zat aktif dan produknya telah
meningkat sangat besar, serta zat aktif yang lebih baru pada umumnya lebih
berkhasiat keras, selektif, dan formulasinya juga semakin rumit. Kedua, pustaka
berkaitan dengan obat telah begitu banyak dan biasanya sumber pustaka ini sangat
beragam, misalnya farmasi, kedokteran, farmakologi, farmakokinetik, biokimia, dan
lain-lain. Berbagai pustaka tersebut, berisi informasi yang banyak tentang obat baru,
mecakup kimia, farmakologi, mekanisme kerja, penggunaan klinik, reaksi yang tidak
dikehendaki, toksisitas, interaksi obat dengan obat,iteraksi obat dengan makanan,
kemajuan komparatif dan sebagainya. Semua informasi itu harus dievaluasi untuk
memastikan penggunaan suatu obat yang aman dan efektif, serta kegiatan ini akan
memberikan beban beratbagi apoteker.
Peranan apoteker sebagai informasi obat:
1. Informasi Obat
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah
dimengerti. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara
pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas
serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.
2. Konseling
Apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan,
dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup
pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau
penggunaan yang salah dari sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan
lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, TBC, asma
dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara
berkelanjutan.
3. Memonitoring penggunaan obat
Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan
pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti
kardiovaskular, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya.
4. Promosi dan edukasi
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus memberikan edukasi
apabila masyarakat ingin mengobati sendiri (swamedikasi) untuk penyakit
ringan dengan memilihkan obat yang sesuai dan apoteker harus berpartisipasi
secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker dapat berperan antara lain
dengan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan dan lain-lainnya.
MENGOMUNIKASIKAN JAWABAN
Proses Komunikasi
Metode utama untuk menjawab pertanyaan informasi adalah komunikasi lisan
dan tertulis. Interaksi antara apoteker dan penanya merupakan proses komunikasi
primer, sekunder, serta sirkular. Proses komunikasi secara primer adalah proses
menyampaikan pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan
suatu lambang sebagai media atau saluran. Lambang dapat berupa bahasa, gerak,
isyarat, gambar, dsb. Komunikasi verbal (bahasa) terdiri atas komunikasi lisan dan
tertulis. Ptoses komunikasi lisan terdiri atas proses komunikasi secara sirkular dan
proses secara sekunder.
Dalam proses komunikasi sirkular terjadi umpan balik. Umpan balik adalah
respon komunikan terhadap pesan yang ia terima. Proses komunikasi seperti ini
disebut komunikasi tatap muka, misalnya komunikasi antarpersonal dan komunikasi
kelompok kecil. Komunikasi antarpersonal pada umumnya berlangsung secara tatap
muka. Komunikasi kelompok kecil adalah sejumlah orang yang terlibat dalam
interaksi satu sama lain, dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka.
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan dengan
menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai
media pertama, misalnya menggunakan surat, telepon, catatan monografi.
Dalam menjawab pertanyaan informasi obat, apoteker menerapkan:
1. Komunikasi primer, yaitu menggunakan bahasa yang baik
2. Komunikasi verbal, yaitu lisan atau tertulis.
3. Komunikasi sirkular dalam komunikasi tatap muka maupun dalam kelompok
kecil.
4. Komunikasi sekunder, yaitu menggunakan telepon, faksimili, email, dll.
Jawaban Tertulis
Pada situasi tertentu jawaban lisan lebih baik diikuti dengan format tertulis.
Jawaban tertulis memungkinkan apoteker mengevaluasi pustaka yang ada tentang
suatu topik dan mensisntesis jawaban khusus untuk pasien. Jika apoteker menerima
suatu permintaan informasi obat yang rumit atau rinci dan memerlukan suatu jawaban
panjang, metode menjawab terbaik adalah tertulis. Jawaban tertulis juga berguna
karena menyediakan dokumentasi tentang jenis pelayanan yang diberikan. Jawaban
tertulis merupakan dokumentasi informasi tertentu dan menjadi suatu rekaman formal
untuk penanya dan responden.
Keterbatasan metode tertulis adalah tidak sesegera komunikasi oral.
Komunikasi tertulis juga dapat menggunakan waktu yang banayk untuk
menghasilkannya. Format tertulis juga tidak memungkinkan suatu dialog antara
partisipan, dan karenanya menghalangi penjelasan segera.
Jawaban Lisan
Ada dua jenis metode menjawab secara lisan yaitu komunikasi tatap muka dan
komunikasi telepon. Komunikasi tatap muka lebih disukai jiak apoteker mempunyai
waktu dan kesempatan untuk mendiskusikan temuan informasi obat dengan penanya.
Komunikasi yang paling lengkap dan akurat terlaksana apabila terjadi pertukaran
komunikasi oral dan nonverbal sebab komunikasi seperti ini dapat membantu
apoteker dan penanya untuk mengetahui tingkat pemahaman mereka dan
memperbaiki dalam saling memahami.
Dalam situasi genting, apoteker tidak mempunyai cukup waktu menulis
jawaban tertulis. Jika kontak pribadi adalah penting, apoteker dapat
mempertimbangkan suatu konsultasi tindak lanjut secara pribadi setelah pemebrian
jawaban awal yang diberikan melalui telepon. Menjawab melalui telepon adalah cara
yang apling bertanggunga jawab menangani situasi klinik yang genting.
TINDAK LANJUT TERHADAP JAWABAN INFORMASI OBAT
Siregar, Charles JP. Famasi Klinik Teori dan Penerapan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Hal 151-154.
Eh sebelum print tolong diedit dulu yah. Gue Cuma atur susunannya aja blom liat
tulisannya.
MENIK DAFPUS NYA KURANG SATU LAGI. GUE GATAU NAMA
BUKUNYA LO TELP YENI AJA. KALO DIA GA TAU YA UDAH DAFPUSNYA
NTAR PRINT AJA DI KAMPUS. YANG PENTING LO PRINT DULU YANG
LAIN. BUKUNYA ADA DI RUANG APT. NTAR PRINT AJA YANG DAFPUS DI
RUANG APT...
BTW JANGAN LUPA YA JUDUL SAMA NAMA KEL KITA.
JAWABAN N PERTANYAAN jangan lupa di print juga
1. Aplikasi PIO di Apotik? Berapa lama kita bisa menuai hasil dari pelaksanaan PIO?
(Sitta)
Jawab :
Aplikasi PIO di apotik berupa penyampaian informasi secara lansung dan
tidak langsung, secara langsung berupa menjawab pertanyaan langsung dari
pelanggan, secara tidak dengan menyampaikan informasi melalui brosur, leaflet dan
poster yang di pajang pada ruang tunggu.
Pelaksanaan PIO dilakukan dengan bertahap, Apoteker yang baru lulus sudah
dapat melaksanakan PIO karena apoteker sudah memiliki bekal pengetahuan yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan PIO. Proses belajar sendiri akan dimulai ketika
apoteker secara praktek menjalankan PIO di apotek. Disini yang menjadi penilai baik-
buruknya pelayanan adalah pelanggan atau masyarakat. Oleh karena itu, seorang
Apoteker harus menambah pengetahuannya secara terus-menerus agar bisa menjawap
setiap pertanyaan yang diajukan pelanggan.pelanggan
2. Pada pelaksanaan PIO apa saja informasi yang diberikan? Pasien seperti apa
(prioritas)?
Jawab :
Informasi yang diberikan biasanya seputar dosis, efek samping, cara
penggunaan bat, waktu minum, interaksi obat dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
obat. Pada umumnya informasi diberikan untuk semua pasien, namun pada keadaan
tertentu informasi tidak dapat diberikan untuk semua pasen, contohnya pada saat
apotek ramai pengunjung. Pada keadaan ini, informasi diberikan secara singkat hanya
seputar hal-hal yang penting (tidak semua dijelaskan). Ada beberapa pasien yang
harus didahulukan yaitu : - pasien dengan rujukan dokter
- pasien dengan penyakit-penyakit kronis
- pasien dengan obat-obat tertentu (polifarmasi, indeks terapi sempit, cara
penggunaan khusus)
4. Berapa lama waktu yang efektif untuk PIO? Apakah asisten apoteker boleh
memberikan PIO? Dan bila boleh apakah hal itu menjadi tanggung jawab sepenuhnya
oleh asisten apoteker atau tetap menjadi tanggung jawab apoteker ? (Harry)
Jawab :
Waktu efektif yang dibutuhkan untuk PIO biasanya 5-10 menit. Tergantung kompleks
tidaknya PIO yang diberikan dan juga tergantung dari tingkat pemahaman pasien.
Untuk pasien yang mendapatkan obat yang cara penggunaannya khusus atau pasien
yang mendapatkan obat beberapa macam dengan waktu penggunaan yang berbeda
beda misalnya pasti diperlukan penjelasan yang lebih lama dibandingkan dengan
pasien yang hanya memebeli 1 macxam obat.
Asisten apoteker boleh memberikan PIO. Oleh karena itu Apoteker harus
mengajarkan kepada asisten apoteker bagaimana cara memberikan PIO, informasi apa
saja yang harus diberikan kepada pasien dan lain-lain. Pemberian PIO oleh AA hanya
PIO yang sederhana misalnya waktu penggunaan (sehabis makan, sebelum makan),
cara penggunan (suppositoria, inhaler), dosis, efek samping untuk beberapa jenis obat
(captopril menyebabkan batuk, dan sebagainya). Bila AA memberikan PIO itu
menjadi tanggung jawab apoteker, karena bagaimanapun juga, yang harus
memberikan PIO adalah apotek, asisten apoteker hanya membantu saja.
6. Tolong dijelaskan alur teknis dari pemberian PIO dari mulai pasien datang?
Seberapa penting brosur itu diadakan untuk sebuah apotek? Lalu bagaimana
pemelihan temanya? (Dian)
Jawab :
Alur teknis untuk pemberian Pio yaitu, pasien datang ke apotek, lalu
menyerahkan resep pada asisten apoteker, lalu dihitung harga resep oleh kasir, setelah
pasien setuju dengan harga tersebut maka obat yang yang diperlukan pasien akan
diberikan, bila obat racikan maka pasien harus menunggu dahulu. Saat obat diberikan
kepada pasien, saat itu pula dilakukan pelayanan informasi obat, yaitu
menginformasikan ke pasien mengenai cara penggunaan, waktu penggunaan, dosis,
efek samping dan sebagainya. Jika diperlukan PIO dapat dilakukan di suatu ruang
khusus tetapi jika untuk PIO sedehana dapat dilakukan langsung di counter.
Brosur sangat penting untuk memberikan informasi pada pasien. Terutama
pasien-pasien yang sibuk, yang tidak punya waktu untuk mendengarkan penjelasan
informasi obat yang bagi dia menghabiskan waktunya. Brosur juga penting untuk
menambah nilai positif pada apotek.
Pemilihan tema brosur bisa bermacam-macam, mulai dari informasi umum
(misalnya kebiasaan mencuci tangan, menggosok gigi), informasi yang sedang Hot
Issue (flu burung, penyakit Lupus), informasi tentang penyakit dan pengobatan atau
pencegahannya (diabetes, osteoporosis dan sebagainya). Pemilihan tema tergantung
dari pihak apotek yang akan menbuatnya