Anda di halaman 1dari 23

PENDAHULUAN

Secara tradisi apoteker adalah sumber utama informasi obat bagi dokter, perawat
dan pasien serta professional kesehatan lainnya. Ketika jumlah jenis zat aktif dan
produknya masih sedikit, serta pada umumnya zat aktif itu mempunyai potensi yang
masih rendah, jumlah yang bertanya tentang informasi obat masih sangat sedikit dan
biasanya dapat dijawab dengan mengacu pada pustaka kompedium dan pustaka obat
lainnya.
Dewasa ini dua hal yang terjadi menyebabkan perlunya mengubah pola tradisional
tersebut diatas. Pertama, jumlah jenis zat aktif dan produknya telah meningkat sangat
besar, serta zat aktif yang lebih baru pada umumnya lebih berkhasiat keras, selektif
dan formulasinya juga sangat rumit. Kedua, Pustaka berkaitan dengan obat telah
begitu banyak dan biasanya sumber pustaka ini sangat beragam misalnya farmasi,
kedokteran, farmakologi, mekanisme kerja, penggunaan klinik, reaksi yang tidak
dikehendaki, toksisitas, interaksi obat dengan obat, interaksi obat dengan makanan,
kemanjuran komparatif dan sebagainya. Semua informasi itu harus dievaluasi untuk
memastikan penggunaan suatu obat yang aman dan efektif.
Informasi obat merupakan acuan bagi dokter dalam pengambilan keputusan
tentang pilihan terapi obat yang paling tepat untuk seorang pasien tertentu. Informasi
yang diminta dokter biasanya diperlukan segera atau beberapa waktu, bergantung
pada status kegawatan kesakitan pasien agar pengobatan dapat diubah atau dimulai.
Informasi yang diperlukan dokter adalah informasi yang sudah diolah dan siap
sebagai acuan dalam bentuk data, bukan dalam bentuk referensi atau fotokopi artikel.
Oleh karena itu membuat suatu jawaban pertanyaan informasi obat memerlukan
proses seleksi, interpretasi dan evaluasi.
PELAYANAN OBAT BEBAS DAN RESEP

Pelayanan di apotik meliputi pelayanan obat bebas, resep kontan, dan resep
kredit. Obat-obat bebas membutuhkan penataan di lemari etalase secara farmakologis.
Karena itu si petugas penjual obat-obat bebas harus diberi pengertian dan
pengetahuan tentang khasiat obat {secara farmakologi}, seperti :
 Kelompok obat terhadap diare
 Kelompok obat terhadap flu
 Kelompok obat batuk
 Kelompok obat vitamin berbentuk sirup
 Kelompok obat kuat
 Kelompok obat vitamin berbentuk tablet
 Kelompok obat luar seperti :
 obat merah dan sejenisnya
 Obat tetes mata
 Plester2
 Plester obat
 Menthol gosok
Belum lagi kelompok makanan/susu bayi, alat2 KB, obat nyamuk, tisu, pembalut
wanita, dan lain-lain. Yang penting disini adalah mengenai harga dan cara menyetok
(stock) persediaan.
- Harga harus bersaing dengan toko-toko disekitarnya, kurang lebih 10-15%
diatas HNA.
- Cara menyetok adalah dengan cara yang disebut MOEDERSTOCK atau stock
tetap, misalnya untuk obat-obat tertentu ditentukan jumlahnya selalu tetap
misalnya 6 buah sedangkan yang lain misalnya 3 buah. Tiap hari petugas
minta kepada gudang penambahan obat sejumlah selisih stock tetapnya
dengan sisa yang ada. Jumlah ini harus cocok dengan jumlah obat yang tertulis
pada bon penjualan (nota). Bila ternyata tidak cocok, maka pasti ada yang
mencuri/ menjual tanpa memakai bon nota.
PELAYANAN RESEP (DISPENSING)

Pelayanan resep dapat juga disebut dispensing. Dispensing mengarah kepada


proses persiapan dan pemberian obat kepada orang yang dituju berdasarkan resep
yang diterima. Hal ini melibatkan interpretasi yang benar dari harapan penulis resep
dan persiapan yang akurat serta pelabelan obat untuk penggunaan opasien. Ada lima
area utama pada proses dispensing:
1. Menerima resep
Pada penerimaan resep, staf harus mengkonfirmasi nama pasien. Cross-checking
nama dan identitas pasien juga harus dilakukan saat memberikan obat.
2. Memahami dan menginterpretasikan resep
Staf yang melakukan interpretasi harus dapat:
 Membaca resep
 Menginterpretasi dengan benar berbagai singkatan yang digunakan oleh
penulis resep
 Mengkonfirmasi bahwa dosis yang ditulis pada resep adalah rentang normal
untuk pasien (berdasarkan jenis kelamin dan umur)
 Menghitung dosis dengan benar dan menghitung jumlah bahan
 Mengidentifikasi interaksi obat yang umum
3. Persiapan barang untuk resep
4. Merekam aksi yang dilakukan
5. Memberikan obat kepada pasien dengan instruksi yang jelas dan nasehat.

Sebaiknya dicounter depan dalam ruang tunggu apotik selalu ada seorang
AA, sehingga dia dapat langsung memberikan pelayanan memberi harga.
Bila terpaksa hanya ada 1 orang kasir saja yang merangkap segala-galanya,
baik sebagai penjual obat bebas maupun sebagai penyerah obat, maka resep dari
pembeli akan diterima olehnya dan langsung diserahkan kepada petugas AA diruang
peracikan di dalam.
Sikap seorang AA seharusnya memenuhi 5 syarat yaitu ramah-cepat, tepat,
selamat, bisa dan mau bergaul, bisa dan mau bekerjasama dan berani mengambil
keputusan.
Dianjurkan agar setiap AA apotik mengenali sebanyak mungkin pasien-pasien
didaerah sekeliling apotik dalam radius 1-2 km. Apabila pada suatu saat membuat
suatu kekeliruan, yang tidak fatal, maka dipastikan kenalan anda nanti tidak akan
terlalu menuntut anda.
- Setelah resep diberi harga, maka diharapkan agar si pasien menuju ke kasir
untuk diselesaikan pembayarannya, lalu si pasien diberi nomer urut dan bukti
bayar (bila apotik tersebut memiliki Cash Register), kemudian si pasien
disuruh menunggu.
- Oleh kasir resep yang telah diberi nomer urut, dicatat dalam lembaran
penjualan harian, lalu diserahkan kepada A-A diruang peracikan.
- Sebaiknya resep kontan dan resep kredit dibedakan, bisa salah satu pada
nomer urut tersebut diberi lingkaran biru. Juga resep-resep yang cito atau/ dan
yang ditunggu orangnya, diberi tanda khusus misalnya lingkaran merah.
Gunanya tanda-tanda tersebut adalah agar para A-A yang mengerjakannya
dapat mengerjakan sesuai dengan tugasnya yang diberikan. Hal ini sangat
perlu apabila suatu apotik sangat banyak resepnya (adanya pembagian tugas
antara A-A).
- Kemudian oleh A-A atau juru resep, obat-obatnya disediakan dan resep
berikut obat-obatnya tadi disiapkan berjejer dimuka petugas A-A
- Oleh petugas A-A tersebut baru diberi etiket, lalu dikemas setiap resep dalam
satu bungkus plastik.
- Resep dengan obat dalam bungkus plastik itu kemudian diperiksa lagi oleh
seorang A-A senior sebelum diserahkan ke kounter depan untuk diserahkan
kepada pasien
- Petugas di counter depan harus mengecek lagi apakah nomer urut si pasien
cocok dengan nomer urut yang menempel pada lembaran resep tersebut, dan
cocokkan juga nama si pasien.

Ada apotik di jakarta yang sengaja memasang papan tulisan yang meminta
para pasien menuliskan alamatnya dibelakang lembaran resep sebelum diberi harga.
Hal ini ada baiknya, tidak hanya untuk pencatatan resep dengan obat narkotika
saja, tetapi apabila ada yang memerlukan alamat sipasien bisa cepat dibantu, misalnya
ada dokter yang memeriksa si pasien itu ingin dititipi pesan supaya si pasien kembali
lagi keesokkan harinya, atau apabila ada kekurangan obat yang belum terbawa dan
sebagainya.
- untuk resep-resep yang sudah dilayani, sudah diserahkan obatnya kepada si
pasien, ditaruhnya di suatu tempat biasanya di sebuah kantong plastik, untuk
kemudian disusun menurut nomer urutnya (untuk yang kontan) dan menurut
debitur (nama langganan) untuk yang kredit.
- Resep-resep kredit ini kemudian oleh petugas A-A tertentu diberi harga, lalu
diserahkan kepada TU untuk dibuatkan tagihannya.
- Resep-resep kontan maupun kredit sebelum dibundel dan diberi tanggal agar
mudah mencarinya kembalu, oleh A-A kepala diperiksa kebenaran pemberian
harganya maupun obatnya.
PELAYANAN INFORMASI OBAT

Pada penjelasan sebelumnya telah disebutkan bahwa pelayanan di apotek


meliputi pelayanan resep dan obat bebas. Pada setiap pelayanan tersebut diperlukan
pemberian suatu informasi obat.
Definisi pelayanan informasi obat adalah pengumpulan, pengkajian,
pengevaluasian, pengindeksan, pengorganisasian, penyimpanan, peringkasan,
pendistribusian, penyebaran serta penyampaian informasi tentang obat dalam berbagai
bentuk dan berbagai metode kepada pengguna nyata dan yang mungkin. Pelayanan
informasi obat menggunakan pendekatan terpadu dalam menelusuri dan
menginterpretasikan informasi tentang obat-obatan dan penggunaannya. Meskipun
informasi dasar tentang obat-obatan yang disetujui beredar sudah disediakan oleh
perusahaan farmasi, informasi yang diberikan bersifat product oriented dan tidak
selalu mencerminkan penggunaannya dalam praktek sehari-hari dan sering tidak dapat
menjawab masalah yang dijumpai pada pasien dengan komplikasi penyakit dan
mendapat banyak jenis obat. Pada dasarnya PIO bertujuan untuk mendorong
penggunaan obat yang rasional dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan pada
pasien. PIO berperan untuk memberikan informasi yang obyektif, akurat dan up to
date agar di setiap tahap proses penggunaan obat dapat diambil keputusan yang tepat.
Adapun tahap-tahap yag dimaksud adalah :
1. memilih obat yang tepat
2. memilih sediaan yang tepat
3. menentukan dosis
4. menentukan rute
5. menentukan lama penggunaan
6. memantau efek terapi dan efek samping obat
7. merencanakan tindak lanjut jangka panjang.
Dalam memberikan informasi obat, hendaknya PIO mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
1. Mandiri, artinya bebas dari segala bentuk keterikatan dengan pihak lain yang dapat
mengakibatkan informasi yang diberikan menjadi tidak obyekstif
2. Obyektif
3. Seimbang, artinya informasi berdasarkan data yang dapat dipercaya melalui
penelitian ilmiah
4. Berorientasi pada pasien. Maksudnya informasi tidak hanya mencangkup informasi
produk seperti ketersediaan, kesetaraan generik, tetapi juga harus mencangkup
informasi yang mempertimbangkan kondisi pasien.
5. Proaktif, maksudnya PIO harus memperkenalkan eksistensinya kepada
penggunanya (tenaga kesehatan dan publik), baik melalui buletin, brosur atau media
promosi lainnya. Jika tidak maka PIO yang sudah didirikan dengan melibatkan
sumber daya manusia khusus, sarana dan fasilitas yang memadai menjadi under-
utilised karena tidak dikenal keberadaannya.

Hal yang tidak kalah penting bahwa farmasis harus terus menerus membangun
serta memperbaharui pengetahuan dan keterampilannya dalam informasi obat.
Dengan adanya pelayanan informasi obat tersebut diharapkan dapat menurunkan
kesalahan penggunaan obat, meningkatkan kepatuhan pasien tentang penyakitnya,
serta meningkatkan penggunaan obat yang rasional sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup pasien.

CAKUPAN KEGIATAN PELAYANAN INFORMASI OBAT

Kegiatan Pelayanan informasi obat di apotek secara garis besar adalah


memberikan informasi obat secara langsung berupa menjawab pertanyaan dan secara
tidak langsung menerbitkan buletin, brosur, leaflet, membuat poster. Apoteker juga
dapat memberikan pendidikan atau edukasi kepada asisten apoteker dalam hal
pelayanan informasi obat.
PERAN APOTEKER SEBAGAI PEMBERI INFORMASI OBAT DI APOTEK

Salah satu peranan apoteker adalah sumber utama informasi obat bagi dokter,
perawat, pasien, dan profesional kesehatan lainnya. Oleh karena itu para APA harus
mampu menguasai segala macam pengetahuan tentang obat. Masyarakat awam
menganggap petugas apotik, apoteker dan asisten apoteker adalah orang yang paling
pintar , paling mengetahui tentang segala hal yang menyangkut obat-obatan.
Ketika jumlah jenis zat aktif dan produknya masih sedikit, serta pada
umumnya zat aktif itu mempunyai potensi yang relatif rendah, jumlah yang bertanya
tentang informasi obat masih sangat sedikit dan biasanya dapat dijawab dengan
mengacu pada pustaka sederhana lainnya.
Dewasa ini, dua hal yang terjadi menyebabkan perlunya mengubah pola
tradisional tersebut di atas. Pertama, jumlah jenis zat aktif dan produknya telah
meningkat sangat besar, serta zat aktif yang lebih baru pada umumnya lebih
berkhasiat keras, selektif, dan formulasinya juga semakin rumit. Kedua, pustaka
berkaitan dengan obat telah begitu banyak dan biasanya sumber pustaka ini sangat
beragam, misalnya farmasi, kedokteran, farmakologi, farmakokinetik, biokimia, dan
lain-lain. Berbagai pustaka tersebut, berisi informasi yang banyak tentang obat baru,
mecakup kimia, farmakologi, mekanisme kerja, penggunaan klinik, reaksi yang tidak
dikehendaki, toksisitas, interaksi obat dengan obat,iteraksi obat dengan makanan,
kemajuan komparatif dan sebagainya. Semua informasi itu harus dievaluasi untuk
memastikan penggunaan suatu obat yang aman dan efektif, serta kegiatan ini akan
memberikan beban beratbagi apoteker.
Peranan apoteker sebagai informasi obat:
1. Informasi Obat
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah
dimengerti. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara
pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas
serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.
2. Konseling
Apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan,
dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup
pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau
penggunaan yang salah dari sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan
lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, TBC, asma
dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara
berkelanjutan.
3. Memonitoring penggunaan obat
Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan
pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti
kardiovaskular, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya.
4. Promosi dan edukasi
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus memberikan edukasi
apabila masyarakat ingin mengobati sendiri (swamedikasi) untuk penyakit
ringan dengan memilihkan obat yang sesuai dan apoteker harus berpartisipasi
secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker dapat berperan antara lain
dengan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan dan lain-lainnya.

Para petugas apotik sebaiknya dibiasakan agar mereka selalu memberikan


informasi kepada setiap pasien bagaimana cara mereka mempergunakan atau minum
obatnya.
- Khusus untuk obat-obatan antasida, agar diberitahukan cara minumnya adalah
dengan cara dikunyah dahulu.
- Aturan pakai : 3 x sehari 1 tablet, agar diberikan penjelasan pada pagi hari 1
tablet , siang hari 1 tablet dan malam hari 1 tablet, sebaiknya sesudah makan.
- Untuk aturan pakai : sebelum makan, agar diberikan penjelasan sebaiknya ½ -
1 jam sebelum makan.
- Untuk obat tablet berlapis 2 atau lebih, agar diberi penjelasan cara minumnya
adalah dengan ditelan dan jangan digerus menjadi puyer atau dipecah-pecah.
- Khusus untuk obat dalam yang berbentuk obat tetes, agar diberi penjelasan
cara minumnya adalah dengan diteteskan kedalam mulut lalu ditelan. Pernah
kejadian seseotang mendapat vitamin A-D drops, lalu diteteskan kedalam
matanya yang kebetulan menderita sakit.
- Untuk obat luar terutama yang aturan cara pemakaiannya agak aneh, agar
diberikan keterangan yang jelas umpamanya :
Obat berbentuk tablet biasa tetapi untuk pemakaian vaginal seperti Mycostatin
vagitab agar diberi penjelasan : jangan diminum tetapi dimasukkan kedalam
vagina.
Begitu pula dengan obat-obatan vaginal lainnya seperti : Albothyl ovula meski
sudah diberi etiket biru sudah diberi label “obat luar”, menurut laporan ada
yang sampai diminum oleh pasien.
Obat-obat wasir seperti Anusol Suppositoria agar diberi penjelasan aturan
pakainya adalah sebagai berikut :
Lapisan bungkus alumunium disobek terlebih dahulu, baru obat yang
berbentuk torpedo dimasukkan kedalam dubur secara perlahan-lahan.
- Obat cuci mata yang mempergunakan alat gelas mata agar pasien
diberitahukan cara mempergunakan alat tersebut
- Obat-obat luar yang menggunakan pipet seperti obat tetes hidung, obat tetes
telinga , obat tetes mata, agar diberi penjelasan bagaimana sebaiknya obat
tersebut digunakan.
- Obat salep mata juga memerlukan penjelasan bagaimana sebaiknya
digunakan.

Disamping pemberian informasi mengenai aturan pakai obat, perlu juga


pemberian penjelasan mengenai :
 Mengapa obat tertentu atau resep tersebut tidak boleh diulang lagi?
 Mengapa copy resep yang mengandung obat narkotika yang meskipun
belum ditebus, tidak bisa dan tidak boleh dilayani oleh apotik lain
selain apotik yang mengeluarkan kopy resep tersebut?
 Mengapa resep yang mengandung narkotika dari propinsi lain (B)
tidak boleh dilayani di apotik provinsi A? Mengapa harus
ditandatangani dulu oleh dokter Kanwil Depkes setempat, baru bisa
dilayani?
 Mengapa ada perubahan aturan pakai obat dari 3x sehari 1 kapsul
menjadi 3 x sehari 2 kapsul misalnya dalam kasus tertentu obat
BINOTAL 500mg diganti yang 250 mg?
 Mengapa obat si pasien A harus menunggu lama, misalnya
dikarenakan obat tersebut harus diracik terlebih dahulu?
 Mengapa resep mereka ditolak? Apakah dikarenakan tidak/belum ada
persediaannya ataukah resep tersebut bukan resep dari dokter?
 Mengapa obat-obat tertentu seperti obat penambah nafsu makan, harus
dibeli dengan resep dokter? Mengapa tidak boleh dijual bebas?
 Mengapa membeli di toko obat / kios lebih murah harganya daripada
di apotik anda?
 Mengapa obat-obat tertentu kini banyak yang mempunyai batas waktu
kadaluarsa? Apa ruginya bila obat itu termakan?
 Mengapa diperlukan alamat si pasien, terutama bila resep tersebut
mengandung obat narkotika?
 Mengapa harga-harga obat di apotik ada yang berbeda?

Selain pemberian informasi mengenai obat, sering pula para


pasien/masyarakat membutuhkan keterangan-keterangan lain seperti :
 Dimanakah alamat dokter spesialis THT misalnya? Atau dokter ahli
penyakit dalam yang dekat dengan si pasien tinggal
 Dimanakah apotik jaga yang terdekat?
 Dimanakah dia bisa mendapatkan obat yang tidak bisa dilayani di apotik
anda?
 Nomor-nomor telpon rumah sakit, polisi, apotik
 Bagaimana caranya mempergunakan alat-alat kesehatan, alat2 KB dan lain-
lain.
Dengan pemberian informasi kepada pasien, maka dapat dijalin hubungan
yang baik sehingga dapat mengurangi atau menghindarkan kemungkinan bisa
terjadinya kesalahan penyerahan obat.
Boleh dikatakan kesalahan penyerahan obat disebabkan oleh karena petugas
apotik tidak menanyakan yang jelas nama si pasien, nomer pasien, alamat si pasien
atau jenis penyakit yang diderita pasien dsb. Juga perlu diingatkan kepada petugas
apotik agar dalam memberikan informasi jangan sembarangan.
Ada hal-hal yang tidak perlu diberitahukan kepada si pasien seperti tentang
khasiat obat untuk penyakit yang dapat membuat si pasien menjadi tak bisa tidur, tak
tenang, misalnya saja obat kanker, obat penyakit lever dll
Juga petugas apotik tidak diperbolehkan memberikan informasi tentang
penyakit seseorang kepada orang lain selain kepada dokter yang memeriksanya.
KLASIFIKASI SUMBER INFORMASI OBAT

1. Sumber informasi tersier


Umumnya berupa buku-buku referensi yang berisi materi yang lebih umum, padat
namun mudah dibaca.

Berikut beberapa sumber informasis tersier


Judul buku Pengarang/penerbit
AHFS drug information AHSP
Handbook on injectable drug Lawrence trissel
Information obat nasional Indonesia Departemen kesehatan republic
Indonesia
Meyler’s side effects on drugs Elsevier
Martindale Rpsgb

2. Sumber informasi sekunder


Berupa system indeks yang umumnya berisi kumpulan abstrak dari berbagai
macam artikel jurnal. Disamping itu juga beberapa buku atau jurnal tinjauan
(misal drugs and clinical pharmacokinetics). Sumber informasi yang terdapat
dalam sumber informasi proimer.
Beberapa sumber informasi sekunder :
1 inpharma
2 international pharmaceutical abstracts (IPA)
3 iowa drug information service (IDIS)
4 medline
5 pharmline
6 royal pharmaceutical society electronic pharmacy information coverage
(RPSEPIC)

3. Sumber informasi primer


Berisi tentang informasi terbaru yang asli dan dipublikasikan. Informasi yang
terdapat di dalamnya umumnya berupa hasil suatu penelitian yang diterbitkan di
dalam jurnal ilmiah. Public suatu uji klinis di dalam suatu jurnal medis akan
menampilkan metodologi, hasil serta kesimpulan yang tidak akan didaptkan di
dalam sumber informasi lainnya. Namun, jurnal yang berdar di seluruh dunia
(lebih dari 20.000 macam) mempunyai kualitas yang sangat bervariasi.
Berikut beberapa sumber informasi primer :
1 annuals of pharmacotheraphy
2 british medical journal
3 journal of medical association (JAMA)
4 the lancet
5 new England journal of medicine

4. Sumber informasi lain


Basis data elektronik
Perkembangan teknologi saat ini telah mampu menyimpan informasi dalam
jumlah yang cukup besar ((%) MB) hanya di dalam sebuah lempengan (disc).
Perkembangan ini dimanfaatkan untuk menyimpan informasi yang biasanya
dicetak dalam bentuk buku kemudian disimpan dalam bentuk CD ROM. Media
elektronik CD ROM dapat dipakai sebagai sumber informasi sekunder maupun
tersier.
Informasi dalam internet
Melalui internet, sangat banyak sekali data tersedia sehingga hampir semua
informasi yang dibutuhkan terdapat didalamnya. Ditambah lagi dengan adanya
”search engine” yang dapat membantu dalam menemukan informasi yang
dicari. Para penelusur informasi medis di internet sebaiknya menggunakan
lebih dari satu sumber (situs) yang telah mempunyai reputasi. Seorang
farmasis sebaiknya juga belajar untuk menilai apakah suatu situs web dapat
dipercaya atau tidak/

Strategi penelusuran informasi


Dalam menyiapkan jawaban dari suatu pertanyaan diperlukan suatu strategi
pencarian yang efektif, hal ini untuk menjamin agar tidak ada data yang hilang
dalam proses pencarian pustaka.
Sebagai langkah awal, sebaiknya digunakan sumber informasi tersier karena
topik bahasannya yang cukup luas (board view). Sumber informasi dipakai
sebagai alternatif berikutnya untuk ”scanning” berbagai publikasi (melalui
abstrak) untuk mencari informasi yang dicari. Dari pencarian melalui sumber
informasi sekunder tersebut akan didapatkan informasi primer yang berisi
informasi yang lebih detail dan spesifik yang mungkin diperlukan dalam
menyiapkan jawaban. Pertanyaan-pertanyaan yang sederhana umumnya dapat
diselesaikan dengan mengakses sumber informasi tersier saja.

MENGOMUNIKASIKAN JAWABAN

Jawaban harus dikomunikasikan tepat pada waktunya dan dengan cara


profesional. Pertimbangan perlu diberikan pada persyaratan waktu dari individu yang
meminta informasi. Terkadang penanya memerlukan jawaban dalam bentuk tertulis,
jelas, terorganisasi baik, benar secara tatabahasa, dan tepat waktu. Waktu dapat
terbuang untuk apoteker dan penanya jika jawaban tidak dikomunikasikan dalam
suatu cara yang benar.

METODE MENJAWAB PERTANYAAN INFORMASI

Proses Komunikasi
Metode utama untuk menjawab pertanyaan informasi adalah komunikasi lisan
dan tertulis. Interaksi antara apoteker dan penanya merupakan proses komunikasi
primer, sekunder, serta sirkular. Proses komunikasi secara primer adalah proses
menyampaikan pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan
suatu lambang sebagai media atau saluran. Lambang dapat berupa bahasa, gerak,
isyarat, gambar, dsb. Komunikasi verbal (bahasa) terdiri atas komunikasi lisan dan
tertulis. Ptoses komunikasi lisan terdiri atas proses komunikasi secara sirkular dan
proses secara sekunder.
Dalam proses komunikasi sirkular terjadi umpan balik. Umpan balik adalah
respon komunikan terhadap pesan yang ia terima. Proses komunikasi seperti ini
disebut komunikasi tatap muka, misalnya komunikasi antarpersonal dan komunikasi
kelompok kecil. Komunikasi antarpersonal pada umumnya berlangsung secara tatap
muka. Komunikasi kelompok kecil adalah sejumlah orang yang terlibat dalam
interaksi satu sama lain, dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka.
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan dengan
menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai
media pertama, misalnya menggunakan surat, telepon, catatan monografi.
Dalam menjawab pertanyaan informasi obat, apoteker menerapkan:
1. Komunikasi primer, yaitu menggunakan bahasa yang baik
2. Komunikasi verbal, yaitu lisan atau tertulis.
3. Komunikasi sirkular dalam komunikasi tatap muka maupun dalam kelompok
kecil.
4. Komunikasi sekunder, yaitu menggunakan telepon, faksimili, email, dll.

Hal yang Perlu Dipertimbangkan dalam Memilih Metode Menjawab


1. Keinginan penanya
2. Kerangka waktu yang tersedia untuk menjawab suatu pertanyaan
3. Kerumitan atau kedalaman jawaban yang diperlukan guna memenuhi
kebutuhan informasi penanya
4. Frekuensi permintaan informasi.

Jawaban Tertulis
Pada situasi tertentu jawaban lisan lebih baik diikuti dengan format tertulis.
Jawaban tertulis memungkinkan apoteker mengevaluasi pustaka yang ada tentang
suatu topik dan mensisntesis jawaban khusus untuk pasien. Jika apoteker menerima
suatu permintaan informasi obat yang rumit atau rinci dan memerlukan suatu jawaban
panjang, metode menjawab terbaik adalah tertulis. Jawaban tertulis juga berguna
karena menyediakan dokumentasi tentang jenis pelayanan yang diberikan. Jawaban
tertulis merupakan dokumentasi informasi tertentu dan menjadi suatu rekaman formal
untuk penanya dan responden.
Keterbatasan metode tertulis adalah tidak sesegera komunikasi oral.
Komunikasi tertulis juga dapat menggunakan waktu yang banayk untuk
menghasilkannya. Format tertulis juga tidak memungkinkan suatu dialog antara
partisipan, dan karenanya menghalangi penjelasan segera.

Jawaban Lisan
Ada dua jenis metode menjawab secara lisan yaitu komunikasi tatap muka dan
komunikasi telepon. Komunikasi tatap muka lebih disukai jiak apoteker mempunyai
waktu dan kesempatan untuk mendiskusikan temuan informasi obat dengan penanya.
Komunikasi yang paling lengkap dan akurat terlaksana apabila terjadi pertukaran
komunikasi oral dan nonverbal sebab komunikasi seperti ini dapat membantu
apoteker dan penanya untuk mengetahui tingkat pemahaman mereka dan
memperbaiki dalam saling memahami.
Dalam situasi genting, apoteker tidak mempunyai cukup waktu menulis
jawaban tertulis. Jika kontak pribadi adalah penting, apoteker dapat
mempertimbangkan suatu konsultasi tindak lanjut secara pribadi setelah pemebrian
jawaban awal yang diberikan melalui telepon. Menjawab melalui telepon adalah cara
yang apling bertanggunga jawab menangani situasi klinik yang genting.
TINDAK LANJUT TERHADAP JAWABAN INFORMASI OBAT

Tindak lanjut yang konsisten akan meningkatakan interaksi dengan


profesional kesehatan lainnya yang dapat mempromosikan partisipasi apoteker dalam
perawatan pasien langsung. Semakin banyak pertanyaan diminta dari apoteker,
kepercayaan dalam pelayanannya akan tumbuh. Kunci untuk meningkatkan peranan
klinik ini selain dari penyampaian informasi yang berguna dan akurat, adalah
penampakan diri. Hal ini dapat dicapai dengan tindak lanjut terhadap jawaban atas
pertanyaan. Memberikan informasi saja tidak cukup, maka dengan menindaklanjuti
suatu jawaban informasi obat apoteker dapat mengetahui hasil dikaitkan dengan
jawabannya dan dampak yang diberikan pada perawatan pasien. Tindak lanjut
diperlukan untuk mengevaluasi kembali rencana pelayanan apoteker dan
merekomendasikan perubahan di waktu mendatang dalam terapi atau pemantauan
obat.

PRIORITAS UNTUK PERMINTAAN INFORMASI OBAT

1. Pengobatan darurat pasien dalam situasi hidup atau mati.


2. Pengobatan pasien rawat tinggal dengan masalah terapi obat khusus.
3. Pengobatan pasien ambulatori dengan masalah terapi obat khusus.
4. Bantuan kepada staf profesional kesehatan untuk penyelesaian tanggung jawab
mereka.
KESIMPULAN

Apabila apoteker berpartisipasi dalam pharmaceutical care, permintaan


informasi adalah sering dan memerlukan tindak lanjut yang cepat. Untuk menyiapkan
jawaban yang cepat, apoteker harus mampu mencari pustaka yang efisien. Pelayanan
informasi obat bagi profesional pelayanan kesehatan dapat membuat peranan apoteker
dalam perawatan kesehatan lebih bermanfaat dalam banyak hal, yaitu:
1. Pengetahuan apoteker tentang obat akan menjadi benar-benar lebih terpakai.
2. Apoteker menjadi seorang anggota yang lebih aktif dari tim pelayanan
kesehatan.
3. peranan tersebut dapat membuka pintu ke fungsi klinik yang lain.
4. Peningkatan dari terapi rasional menuju ke penyempurnaan perawatan pasien.
Kepercayaan pada profesional apoteker bergantung pada akurasi, kedalaman, dan
kelengkapan informasi yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA

 Siregar, Charles JP. Famasi Klinik Teori dan Penerapan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Hal 151-154.

Eh sebelum print tolong diedit dulu yah. Gue Cuma atur susunannya aja blom liat
tulisannya.
MENIK DAFPUS NYA KURANG SATU LAGI. GUE GATAU NAMA
BUKUNYA LO TELP YENI AJA. KALO DIA GA TAU YA UDAH DAFPUSNYA
NTAR PRINT AJA DI KAMPUS. YANG PENTING LO PRINT DULU YANG
LAIN. BUKUNYA ADA DI RUANG APT. NTAR PRINT AJA YANG DAFPUS DI
RUANG APT...
BTW JANGAN LUPA YA JUDUL SAMA NAMA KEL KITA.
JAWABAN N PERTANYAAN jangan lupa di print juga

IRINE SATYA F (0706297972)


MENIK
RISANI ANDALASIA P
TRI DEWI A
YENNI M
PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Aplikasi PIO di Apotik? Berapa lama kita bisa menuai hasil dari pelaksanaan PIO?
(Sitta)
Jawab :
Aplikasi PIO di apotik berupa penyampaian informasi secara lansung dan
tidak langsung, secara langsung berupa menjawab pertanyaan langsung dari
pelanggan, secara tidak dengan menyampaikan informasi melalui brosur, leaflet dan
poster yang di pajang pada ruang tunggu.
Pelaksanaan PIO dilakukan dengan bertahap, Apoteker yang baru lulus sudah
dapat melaksanakan PIO karena apoteker sudah memiliki bekal pengetahuan yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan PIO. Proses belajar sendiri akan dimulai ketika
apoteker secara praktek menjalankan PIO di apotek. Disini yang menjadi penilai baik-
buruknya pelayanan adalah pelanggan atau masyarakat. Oleh karena itu, seorang
Apoteker harus menambah pengetahuannya secara terus-menerus agar bisa menjawap
setiap pertanyaan yang diajukan pelanggan.pelanggan

2. Pada pelaksanaan PIO apa saja informasi yang diberikan? Pasien seperti apa
(prioritas)?
Jawab :
Informasi yang diberikan biasanya seputar dosis, efek samping, cara
penggunaan bat, waktu minum, interaksi obat dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
obat. Pada umumnya informasi diberikan untuk semua pasien, namun pada keadaan
tertentu informasi tidak dapat diberikan untuk semua pasen, contohnya pada saat
apotek ramai pengunjung. Pada keadaan ini, informasi diberikan secara singkat hanya
seputar hal-hal yang penting (tidak semua dijelaskan). Ada beberapa pasien yang
harus didahulukan yaitu : - pasien dengan rujukan dokter
- pasien dengan penyakit-penyakit kronis
- pasien dengan obat-obat tertentu (polifarmasi, indeks terapi sempit, cara
penggunaan khusus)

3. Di Apotek, Cakupan Konseling dan PIO sejauh mana? (Ina)


Jawab :
Kegiatan PIO di apotek secara garis besar adalah memberikan informasi obat
secara langsung berupa menjawab pertanyaan dan secara tidak langsung
menerbitkan buletin, brosur, leaflet, membuat poster. Apoteker juga dapat
memberikan pendidikan atau edukasi kepada asisten apoteker dalam hal pelayanan
informasi obat. Konseling di apotik dapat diberikan secara khusus, misalnya untuk
apotek yang menyediakan ruang khusus untuk konseling atau dapat juga melalui
telepon.

4. Berapa lama waktu yang efektif untuk PIO? Apakah asisten apoteker boleh
memberikan PIO? Dan bila boleh apakah hal itu menjadi tanggung jawab sepenuhnya
oleh asisten apoteker atau tetap menjadi tanggung jawab apoteker ? (Harry)
Jawab :
Waktu efektif yang dibutuhkan untuk PIO biasanya 5-10 menit. Tergantung kompleks
tidaknya PIO yang diberikan dan juga tergantung dari tingkat pemahaman pasien.
Untuk pasien yang mendapatkan obat yang cara penggunaannya khusus atau pasien
yang mendapatkan obat beberapa macam dengan waktu penggunaan yang berbeda
beda misalnya pasti diperlukan penjelasan yang lebih lama dibandingkan dengan
pasien yang hanya memebeli 1 macxam obat.
Asisten apoteker boleh memberikan PIO. Oleh karena itu Apoteker harus
mengajarkan kepada asisten apoteker bagaimana cara memberikan PIO, informasi apa
saja yang harus diberikan kepada pasien dan lain-lain. Pemberian PIO oleh AA hanya
PIO yang sederhana misalnya waktu penggunaan (sehabis makan, sebelum makan),
cara penggunan (suppositoria, inhaler), dosis, efek samping untuk beberapa jenis obat
(captopril menyebabkan batuk, dan sebagainya). Bila AA memberikan PIO itu
menjadi tanggung jawab apoteker, karena bagaimanapun juga, yang harus
memberikan PIO adalah apotek, asisten apoteker hanya membantu saja.

5. Tolong dijelaskan mengenai sumber-sumber informasi primer, sekunder, tersier ?


jika ada pertanyaan dari pasien atau dokter lebih baik kita merujuk ke mana ?
(Indah inezia)
Jawab :
Sumber informasi primer adalah berisi tentang informasi terbaru yang asli dan
dipublikasikan. Disebut juga original article, karena diterbitkan langsung dari tulisan
penelitinya (tidak diubah-ubah oleh pihak lain), contohnya British Medical Journal.
Sumber informasi sekunder adalah berupa system indeks yang umumnya berisi
kumpulan abstrak dari berbagai macam artikel jurnal, contohnya Inpharma, Medline.
Sumber informasi tersier adalah umumnya berupa buku-buku referensi yang berisi
materi yang lebih umum, padat namun mudah dibaca misalnya AHFS, Martindale.
Jika ada pertanyaan, sebaiknya dilihat dulu jenis pertanyaannya, apakah butuh
jawaban secepatnya atau tidak, apakah pertanyaannya mendetail atau sederhana dan
sebagainya. Jika dibutuhkan jawaban secepatnya dan pertanyaannya sederhana
sebaiknya melihat dari sumber informasi tersier. Tetapi bila pertanyaannya mendetail
dan si penanya tidak butuh jawaban secepatnya maka kita harus melihat ke sumber
informasi primer.

6. Tolong dijelaskan alur teknis dari pemberian PIO dari mulai pasien datang?
Seberapa penting brosur itu diadakan untuk sebuah apotek? Lalu bagaimana
pemelihan temanya? (Dian)
Jawab :
Alur teknis untuk pemberian Pio yaitu, pasien datang ke apotek, lalu
menyerahkan resep pada asisten apoteker, lalu dihitung harga resep oleh kasir, setelah
pasien setuju dengan harga tersebut maka obat yang yang diperlukan pasien akan
diberikan, bila obat racikan maka pasien harus menunggu dahulu. Saat obat diberikan
kepada pasien, saat itu pula dilakukan pelayanan informasi obat, yaitu
menginformasikan ke pasien mengenai cara penggunaan, waktu penggunaan, dosis,
efek samping dan sebagainya. Jika diperlukan PIO dapat dilakukan di suatu ruang
khusus tetapi jika untuk PIO sedehana dapat dilakukan langsung di counter.
Brosur sangat penting untuk memberikan informasi pada pasien. Terutama
pasien-pasien yang sibuk, yang tidak punya waktu untuk mendengarkan penjelasan
informasi obat yang bagi dia menghabiskan waktunya. Brosur juga penting untuk
menambah nilai positif pada apotek.
Pemilihan tema brosur bisa bermacam-macam, mulai dari informasi umum
(misalnya kebiasaan mencuci tangan, menggosok gigi), informasi yang sedang Hot
Issue (flu burung, penyakit Lupus), informasi tentang penyakit dan pengobatan atau
pencegahannya (diabetes, osteoporosis dan sebagainya). Pemilihan tema tergantung
dari pihak apotek yang akan menbuatnya

Anda mungkin juga menyukai