Anda di halaman 1dari 8

KEADAAN YANG DIPENGARUHI OLEH KEHAMILAN

Wanita hamil biasanya mengalami kondisi kesehatan baik yang

diakibatkan atau diperburuk oleh keadaan hamil. Konstipasi, refluks

gastroesofageal, hemorrhoid, serta mual dan muntah dapat mempengaruhi

beberapa wanita selama kehamilan. Diabetes gestasi, hipertensi gestasi, dan

tromboembolisme vena mempunyai potensi untuk menyebabkan konsekuensi

yang kurang baik pada kehamilan. Tirotoksikosis gestasi biasanya merupakan

kondisi pembatasan diri.

Saluran Pencernaan

Konstipasi biasanya terjadi pada kehamilan. Faktor penyebabnya termasuk

perubahan pada kebiasaan makan, pemasukan cairan, dan aktivitas fisik; transit

pada lambung yang tertunda (hampir bisa dipastikan karena perubahan hormonal

selama kehamilan); dan obstruksi yang mungkin. Terapi konstipasi pada

kehamilan sebaiknya ditangani dengan cara non-obat dahulu, seperti pendidikan,

kegiatan fisik, biofeedback, dan peningkatan pemasukan makanan yang

mengandung serat dan cairan. Jika terapi tambahan terjamin, penggunaan

suplemen serat dan/atau pelunak seperti dokusat yang sesuai. Laktulosa, sorbitol,

dan bisakodil merupakan pengobatan yang dapat diterima untuk konstipasi pada

kehamilan tapi sebaiknya sekali-kali saja bukan untuk penggunaan rutin. Senna

juga dapat digunakan sesekali. Minyak jarak sebaiknya dihindari padakehamilan

karena dapat menyebabkan kontraksi uterus; minyak minral dapat mengurangi


absorpsi vitamin larut lemak, seperti vitamin K, dan menurunkan kadar serum

yang dapat menjurus pada hemorrhage neonatal.

Penyakit refluks gastroesofagus terjadi kira-kira 50%-80% wanita hamil,

dan menurunkan tekanan sfingter esofagus (karena estrogen dan progesteron

menyebabkan relaksasi otot halus) dan peningkatan tekanan dalam lambung

(karena uterus yang hamil) merupakan faktor etiologi. Terapi untuk penyakit

refluks gastroesofagus dalam kehamilan termasuk gaya hidup dan modifikasi

makanan (misalnya sedikit, makan yang sering, menghindari kafein, menghindari

makan 3 jam sebelum waktu tidur, ketinggian kepala pada saat tidur) hanya untuk

pasien yang tidak hamil dan terapi farmakologi untuk pasien yang hamil yang

tidak cukup dengan terapi non farmakologi. Terapi obat untuk penyakit refluks

gastrointestinal pada kehamilan dapat dilakukan dengan preparat antasida

aluminium, kalsium, atau magnesium, tetapi penggunaan natrium bikarbonat

sebaiknya dihindari berpotensi untuk menyebabkan gangguan elektrolit dan cairan

pada ibu dan janin. Magnesium trisilikat sebaiknya dihindari karena masalah pada

ginjal janin, sistem pernafasan, sistem kardiovaskular, dan otot dapat terjadi pada

penggunaan jangka panjang dan dosis yang tinggi. Sukralfat adalah pilihan lain

untuk penyakit refluks gastroesofagus pada kehamilan. Telah dibuktikan juga

penggunaan ranitidin dan simetidin, tapi sedikit literatur yang tersedia mengenai

penggunaan famotidin dan nizatidin pada kehamilan.

Prevalensi nyata dari hemorrhoid selama kehamilan tidak diketahui.

Patofisiologi penyebab hemorrhoid selama kehamilan termasuk konstipasi,

dilatasi vena dan penelanan karena kehamilan, dan kelemahan jaringan


penghubung pelvic. Terapi hemorrhoid selama kehamilan secara umum

konservatif; banyakanya asupan makanan yang mengandung serat, asupan larutan

oral yang cukup sangat membantu. Anestetik topikal, pelindung kulit, dan

astringen juga dapat digunakan.

Mual dan muntah mempengaruhi hampir 80% wanita hamil. Hiperemesis

gravidarum (yaitu beberapa mual dan muntah memerlukan perawatan rumah sakit

untuk hidrasi dan nutrisi) terjadi hanya sekitar 0,5% pada wanita hamil. Penyebab

yang mungkin pada mual dan muntah dalam kehamilan termasuk tingginya

konsentrasi serum dari gonadotropin chorionic manusia, estrogen dan progesteron,

prostaglandin E2, seropositivitas Helicobacter pylori, fungsi sistem saraf otonom

yang abnormal dan menyebabkan peristaltik yang abnormal, tingginya

konsentrasi serum dari hormon tiroid, dan faktor psikososial. Modifikasi makanan

seperti frekuensi makan, makan sedikit dan menghindari lemak dan makanan

berserat akan membantu.

Sejumlah pendekatan farmakoterapi telah dicoba pada pengobatan mual

dan muntah dalam kehamilan. Piridoksin (vitamin B6) dan sianokobalamin

(vitamin B12) juga menujukkan efikasi. Antihistamin (termasuk doksilamin) telah

dibuktikan tidak toksik selama kehamilan dan telah menunjukkan efikasi dalam

pengobatan pada masalah ini. Zat-zat antikolinergik, disiklomin dan skopolamin

tidak menunjukkan peningkatan tingkat kecacatan janin diatas yang diharapkan

pada populasi umum; tetapi, disiklomin tidak terbukti mempunyai efikasi, dan

tidak ada percobaan yang ada untuk mengevaluasi efek skopolamin pada masalah

ini. Fenotiazin tidak menunjukkan peningkatan resiko kecaactan janin, dan kelas
obat ini telah menunjukkan efikasi dalam pengobatan mual dan muntah pada

kehamilan. Efikasi terbatas dan informasi keamanan tersedia mengenai

penggunaan ondansetron dalam kehamilan. Jahe telah menujukkan efikasi untuk

hiperemesis pada percobaan kecil dan mungkin aman digunakan untuk mual dan

muntah dalam kehamilan. Kortikosteroid (deksametazon dan prednisolon) telah

menunjukkan efikasi pada hiperemesis gravidarum, tapi peninkatan yang kecil

pada resiko dengan pemberian oral dapat terjadi pada penggunaan trimester

pertama.

Diabetes Gestasi

Sekitar 7% pada wanita hamil berkembang diabetes gestasi, tetapi

prevalensinya antara 1-14% tergantung pada populasi dan penelitian yang

dilakukan utnuk diagnosis. Asosiasi Diabetes Amerika, meneliti wanita yang

mempunyai faktor resiko yang dapat berkembang menjadi diabetes mellitus

gestasi (misalnya obesitas, sejarah kondisi, glikosuria, atau sejarah keluarga yang

mengidap diabetes) pada kunjungan pranatal pertamanya. Jika penelitian ini

normal, pengukuran sebaiknya diulang antara minggu 24 dan 28 gestasi. Wanita

hamil yang tanpa resiko ini sebaiknya melakukan penelitian terhadap diabetes

mellitus gestasi antara minggu 24 dan 28 gestasi kecuali jika mereka

dipertimbangkan mempunyai resiko yang kecil. Supaya resikonya kecil, wanita

harus memenuhi kriteria berikut ini: (1) umurnya kurang dari 25 tahun, (2) berat

badan sebelum hamil normal, (3) tidak adak keluarga yang mengidap diabetes, (4)

bukan anggota kelompok etnik dengan prevalensi tinggi terhadap diabetes


mellitus gestasi, (5) tidak ada sejarah toleransi glukosa yang tidak normal, (6)

tidak ada sejarah kehamilan yang tidak normal.

Penelitian terhadap diabetes mellitus gestasi dengan menggunakan uji

glukosa oral. Penelitian awal melibatkan pengukuran konsentrasi glukosa plasma

1 jam setelah pemberian glukosa secara oral sebanyak 50 g; jika hasilnya tidak

normal, sebaiknya dilakukan diagnosa dengan uji toleransi glukosa secara oral

sebanyak 100 g. Dari semua wanita yang mengidap diabetes mellitus gesatsi,

80%-nya dapat diketahui jika nilai ambang glukosa leih dari 130 mg/dL.

Berdasarkan pada Asosiasi Diabetes Amerika, teraoi utama untuk diabetes

mellitus gestasi terdiri dari pemberian nutrisi dan olah raga untuk semua wanita

dan pembatasan kalori untuk wanita yang obesitas. Monitoring kadar glukosa

darah harian penting untuk wanita dengan kondisi seperti ini. Jika pemberian

nutrisi dan intervensi latihan gagal untuk menghasilkan konsentrasi glukosa darah

setelah puasa sama dengan atau kurang dari 95 mg/dL dan kadar glukosa darah 2

jam setelah makan sama dengan atau kurang dari 120 mg/dL, sebaiknya dilakukan

terapi insulin dengan recombinan insulin manusia; gliburid dapat dipertimbangkan

setelah 11 minggu gestasi. Wanita yang memerlukan terapi insulin juga sebaiknya

melanjutkan memonitor kadar glukosa setelah makan. Tujuan monitor kadar

glukosa darah pada terapi insulin adalh sebagai berikut: kadar glukosa plasma

sebelum makan, 80-110 mg/dL; kadar glukosa plasma 2 jam setelah makan, <155

mg/dL.
No. Penyakit/Penyulit Obat yang digunakan
1. Diabetes Mellitus - Insulin kerja cepat (Humulin R(40 IU,
Gestasional (DMG) 100 IU) dan Actrapid Human 40,100)
- Insulin Kerja Menegah (Monotard
Human 40,100 dan Mixtard 30/70)
2. Hipertensi pd Kehamilan Hidralazin, Nifedipin, Labetolol, Metildopa

3. Penyakit Tiroid
- Hipertiroid Thionamida, iodin atau iodium, pengambat
bete adrenergik (propanolol)
- Hipotiroid Levo-tiroksin
4. Infeksi Saluran Kemih
- Bakteriuria Amoksisilin, asam klavulanat, nitrofurantoin
asimptomatik
- Sistitis Amoksisilin, gentamisin
- Pielonefritis Sefoksitin, gentamisin, ampisillin
5. Penyakit Menular Seksual
- Sifilis Benzathine penicilline, Aqueous Crystalline
penicilline
- Gonore Penisilin, kloramfenikol, teramisin
- AIDS Zidovudin
No. Penyakit/Penyulit Obat yang digunakan
6. Penyakit Infeksi Akut
- Infeksi Virus Asiklovir, ampisilin, gentamisin, amoksisilin,
asam klavulanat
- Infeksi Bakteri Kloramfenikol, trimetoprim,
sulfametoksazol, ampisilin, siprofloksasin,
ofloksasin, sefoktasim
- Infeksi Protozoa Spiramisin, pirimetamin, sulfadiazin
7. Epilepsi Fenitoin, supleman asam folat & vit. K
8. Mastitis Kloksasilin, dikloksasilin, oksasilin,
sefalosporin, ibuprofen (untuk nyeri)
9. Relaktasi Metoklopramid

Beberapa Contoh Obat yg dihindari Penggunaannya pada saat kehamilan

No. Nama Obat Alasan


1. Minyak jarak (laksansia) Menyebabkan kontraksi uterus
2. Antibiotik gol. sulfa Meningkatkan resiko kernikterus pada bayi
3. Eritromisin estolate (Ab) Menigkatkan resiko terjadinya hepatitis
4. Minyak mineral (laksansia) Menurunkan absorbsi vitamin larut lemak

No. Nama Obat Mekanisme Efek samping


1. Insulin Glukosa uptake, menghambat hipoglikemia
glikogenolisis dan lipolisis
2. Metildopa Mengurangi resistensi perifer Sedasi, hipotensi
tanpa banyak mengubah postural, pusing, mulut
denyut jantung dan curah kering, dan sakit kepala
jantung
3. Metoklopramida Potensiasi efek kolinergik, Meningkatkan sekresi
efek langsung pd otot polos, prolaktin
penghambatan dopaminergik
sentral
4. Penisilin Menghambat pembentukan Reaksi alergi
mukopeptida yang diperlukan
untuk sisntesis dinding sel
mikroba
5.

Anda mungkin juga menyukai