Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

Yang dimaksud dengan lay-out apotek disini adalah letak


susunan tata ruang tunggu, ruang peracikan, ruang apoteker, ruang
penyimpanan obat-obat (gudang), ruang penyimpanan obat-obat
(gudang), ruang tata usaha, ruang untuk menerima para selesman,
serta dimana sebaiknya toilet itu berada.
Berdasarkan KEPMENKESRI No.1332/MENKES/SK/X/2002
tentang Ketentuan Dan Tatacara Pemberian izin Apotek. Apotek adalah
suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan
penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada
masyarakat. Dimana suatu apotek harus memiliki persyaratan sebagai
berikut :
1. Bangunan
 Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan
kegiatan pelayanan dan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi
 Bangunan apotek sekurang-kurangnya memiliki ruangan
khusus untuk :
 Ruangan peracikan dan penyerapan resep ada sesuai
kebutuhan
 Ruangan administrasi dan kamar kerja Apoteker ada sesuai
kebutuhan
 Toilet ada sesuai kebutuhan
 Kelengkapan bangunan apotek
 Sumber air harus memenuhi persyaratan kesehatan(sumur
PAM/sumur pompa)
 Penerangan harus cukup terang sehingga dapat menjamin
pelaksanaan tugas dan fungsi apotek (PLN/generator-
petromak)
 Alat pemadam kebakaran harus berfungsi dengan baik
sekurang-kurangnya 2 buah.
 Ventilasi yang baik serta memenuhi persyaratan hygiene
lainnya
 Sanitasi harus baik serta memenuhi persyaratan hygiene
lainnya
 Papan nama
Berukuran minimal panjanga 60 cm lebar 40 cm dengan tulisan
hitam diatas dasar putih, tinggi huruf minimal 5 cm. Umumnya
terbuat dari papan seng yang pada bagian mukanya memuat
nama apotek, nama APA, nomor SIA, alamat apotek, nomor
telepon.
2. Perlengkapan
 Alat pembuat pengolah dan peracikan
 Perlengkapan dan alat perbekalan farmasi
 Lemari dan rak untuk penyimpanan obat ada dengan jumlah
sesuai kebutuhan
 Lemari pendingin ada dengan jumlah sesuai kebutuhan
 Lemari untuk penyimpanan narkotik dan psikotropik ada
dengan jumlah sesuai kebutuhan
 Wadah pengemas dan pembungkus etiket
 Alat administrasi dan buku standar yang diwajibkan
3. Tenaga Kesehatan
Mengacu kepada perundang-undangan tersebut maka tujuan
pendirian apotek adalah:
 Tempat pengabdian profesi Apoteker
 Sarana farmasi yang mengubah, menyiapkan, menyediakan
dan menyerahkan obat dan bahan obat
 Sarana penyalur perbekalan farmasi kesehatan
 Informasi kesehatan yang akan meningkatkan pengetahuan
kesehatan, khususnya obat dan cara pengobatan yang tepat.

Berdasarkan hal diatas, maka diperlukan suatu cara agar tujuan


pendirian apotek dapat tercapai. Salah satunya adalah dengan
mendesain apotek dan mengolah penataan ruang yang baik agar
dapat mendirikan kenyamanan dan kepuasan pelanggan (konsumen
dan tenaga kerja).
Desain apotek dibagi menjadi dua, yaitu desain eksterior dan
interior, dimana desain eksterior adalah untuk menarik pembeli masuk
ke dalam apotek, sedangkan desain interior adalah untuk
meningkatkan jumlah pembelian barang oleh pelanggan yang masuk
ke apotek juga untuk memudahkan lalu lintas pelanggan sehingga
pelanggan dapat melewati sebanyak mungkin produk-produk dagang
yang dijual.
BAB II
DESAIN APOTEK

Lingkungan fisik apotek merupakan faktor utama yang


mempengaruhi kesuksesan suatu apotek. Karakteristik fisik apotek
yang digunakan untuk mengembangkan image dan menarik
konsumen terdiri dari beberapa elemen mencakup desain bagian luar,
desain bagian dalam, rancangan apotek berantai (terutama apotek
umum atau besar), maupun penyajian barang dagangan.
Keunikan bagian depan apotek dan penggunaan kreatif pintu
masuk, jendela pajangan, tanda-tanda khusus di bagian luar, dapat
membantu menciptakan kesan apotek yang menyenangkan, selain itu
rancangan dan suasana apotek, jasa yang diberikan dan pajangan
barang-barangnya serta pembagian tempat untuk golongan barang
dagangan yang dipajang sehingga apotek mendapat laba dalam
operasionalnya.
Selain hal-hal di atas, begitu konsumen berada dalam apotek,
masih banyak lagi elemen yang mempengaruhi persepsi akan apotek
tersebut. Elemen umum bagian dalam adalah salah satu elemen yang
bertindak sebagai pemikat. Hal-hal yang menarik konsumen ke sebuah
apotek mencakup perlengkapan tetap, tata cahaya, bahan untuk
lantai, tata warna, bau, dan suara, suhu, lebarnya lorong, kebersihan,
modernisasi, bermacam-macam barang dagangan, daftar harga dan
pegawai.
Pada umumnya desain apotek ditujukan agar konsumen dapat
membeli produk-produk yang dijual sebanyak mungkin. Tujuan desain
eksterior apotek adalah untuk menariik pembeli masuk ke dalam
apotek, sedangkan tujuan utama desain interior adalah untuk
meningkatkan jumlah pembelian barang oleh pembeli yang masuk ke
apotek tersebut dan memudahkan lalu lintas pelanggan sehingga
dapat melewati sebanyak mungkin produk-produk dagang yang dijual.
Interior apotek harus dapat memeperkenalkan akses mudah ke
produk-produk tersebut. Istilah four corner penetration
menggambarkan bahwa pelanggan dapat dengan mudah melakukan
hal-hal sebagai berikut :
 Memandang empat sudut apotek dari interior sampai tempat
duduk yang ada
 Bagian dalam harus dengan mudah dilihat oleh pelanggan untuk
melihat barang-barang atau produk-produk yang diinginkan.
Faktor-faktor dominan dalam penataan apotek adalah : tujuan
penataan, faktor lingkungan, susunan exterior, pengelolaan ruangan
untuk pelayanan, ukuran ruangan, pola pembelian konsumen tehadap
pajangan.
Adapun suatu apotek didesain dengan tujuan khusus, yaitu :
 Meningkatkan penampilan apotek dan membentuk citra
profesional apotek.
 Mengendalikan pengeluaran dengan efisien dalam penataan dan
pemeliharaan lingkungan.
 Meningkatkan kepuasan dan kenyamanan pembeli (rasa nyaman
dan rasa indah.
 Memaksimalkan penggunaan ruang.
Lokasi dan ruangan yang ada pada suatu apotek harus diatur
sedemikian rupa agar efektif dan efisien terutama bagi segi interiornya
seperti penempatan rak, etalase, pengaturan cahaya, pendingin
ruangan, pengaturan udara, sanitasi dan higieni yang baik serta
pemilihan dekorasi termasuk warna. Sebelumnya kita harus
mengetahui bagaimana penataan ruang yang baik, diantaranya :
 Penggunaan ruang yang maksimal dan pengurangan ruangan
yang tidak tepakai (useless/dead space).
 Meminimalkan kegiatan berjalan, meraih dari tempat tinggi dan
membungkuk.
 Penempatan kelompok sediaan dan pengaturan arus barang dan
orang.
 Meningkatkan display/penampilan produk yang baik.
 Rasa nyaman dan indah (estetis).
 Penataan yang baik dapat mengurangi biaya pemeliharaan.
 Didesain untuk memudahkan lalu lintas produk barang, maka
ukuran bangunan yang optimal adalah bentuk bujur sangkar
perbandingan antara panjang dan lebarnya 3:1 atau 4:1.
Tujuan desain apotek juga ditentukan berdasarkan jenis
komunitas apotek yang dipilih yaitu sebagai berikut :
 apotek tradisional
Apotek ini didesain untuk mengatur jalur pelanggan dan
menunjukkan kepada mereka semua bagian apotek.apotek ini
mempunyai penampilan yang menyenangkan, suasana
profesional dan nyaman bagi pembeli maupun pelayan.
 apotek berorientasi resep
Apotek ini didesain sehingga pembelu mendapatkan ruang
tunggu yang nyaman dalam menunggu pelayanan resep obet.
Barang-barang yang berhubungan dengan kesehatan termasuk
obat dan keperluan kesehatan rumah tangga dipajang disini.
 apotek swalayan/ super drugstore
Apotek ini didesain jauh lebih besar dari apotek biasanya
dehingga dapat mengontrol lalu lintas pembeli karena terdapat
banyak rak barang. Pada tipe ini didesain seperti swalayan yang
menitikberatkan pada barang-barang keperluan kesehatan
keluarga umumnya.
 pusat farmasetikal
Desain apotek ini mirip dengan desain apotek berorientasi resep,
tetapi mempunyai beberapa standar tertentu yang khusus. Tata
letak pusat farmasetikal ini tidak terlalu kritis karena tidak
terdapat barang lain yang dijual selain obat. Dekorasi, suasana
dan lantai yang bersih merupakan ciri khas pusat farmasetikal
ini.

A. DESAIN EXTERIOR APOTEK


Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam mendesain exterior
suatu apotek. Dari segi letak dan lokasi apotek, apotek terdekat
merupakan hal yang harus dipertimbangkan, yaitu menyangkut
kompetisi dalam hal menarik pelanggan (keindahan dan keunikan
penampilan luar gedung apotek, tempat masuk dan keluar barang).
Kondisi lingkungan sekitar sangat berperan dalam menentukan
desain suatu apotek, baik interior maupun exterior dan juga dalam
penyediaan obat-obatan. Umur, ras, jenis kelamin, dan pendapatan
dari suatu daerah mempengaruhi tipe produk yang dipasarkan.
Sebagai contoh farmasi dengan langganan yang sudah berusia lanjut
akan memilih untuk menyediakan perlengakapan dan suplai medis
yang sifatnya tahan lama serta memiliki tempat tunggu yang nyaman,
mengingat bahwa pelanggan yang datang dalam jumlah besar adalah
orang-orang yang sudah lanjut usia. Contoh lain adalah lingkungan
dengan pendapatan tinggi dengan kata lain lingkungan kelas atas,
tentunya akan memiliki desain exterior yang baik sesuai dengan
kelasnya. Suatu produk yang tepat yang disediakan untuk sebagian
kecil masyarakat tertentu dapat dilakukan bila suatu kelompok kecil
masyarakat tersebut akan ditargetkan menjadi salah satu langganan
tetap. Jika apotek tersebut berlokasi di wilayah yang taraf hidupnya
cukup makmur maka dapat meningkatkan harga jual barang sampai
harga tertinggi, misalnya kosmetik bermerek. Sementara pada lokasi
dengan masyarakat yang mempunyai tingkat pendapatan yang rendah
lebih banyak menjual kosmetik dengan harga rendah.
Pertimbangan-pertimbangan desain apotek dari segi eksterior :
 Bisnis disekitar memegang peranan penting pada penataan ruang
apotek. Bagian luar dari praktek farmasi yang kita miliki harus
mengimbangi dari bagian luar bentuk tempat usaha orang lain yang
berdekatan dengan kita. Pada beberapa kota memiliki peraturan
mengenai tata cara membangun menurut daerahnya masing-
masing, pastikan kita mentaati peraturan yang berlaku/sesuai.
 Pertimbangan biaya perawatan
Harus diperhitungkan biaya pemeliharaan ketika menentukan
pelapis dari bangunan yang akan didirikan, seperti memilih antara
batu-bata, kayu dan lain-lain. Bangunan yang digunakan harus
mudah dibersihkan dan tidak cepat kotor, kendati jarang
dibersihkan dengan alasan untuk menekan biaya. Exterior
bangunan harus bersih dan membutuhkan perawatan kebersihan.
 Pertimbangan pintu masuk
Idealnya apotek harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang
ditempatkan di satu sisi di depan gedung. Jika apotek terletak di
tempat perbelanjaan, tempatkan pintu dekat lalu lintas bisnis (jalur
yang ramai pengunjung) sehingga memudahkan pelanggan masuk.
Jika aktivitas keluar-masuk apotek ramai dapat
memepertimbangkan untuk memisahkan antara pintu masuk dan
pintu keluar. Kedua pintu sebaiknya ditempatkan berdampingan
sehingga dapat melancarkan sirkulasi pengunjung dan
memudahkan pengawasan terhadap produk-produk yang dijual.
Jika pintu masuk dan keluar diletakkan bersebrangan akan terdapat
area apotek yang tidak efisien untuk sirkulasi pengunjung, di
samping itu tingkat keamanannya akan lebih rendah dibandingkan
dengan posisi pintu berdampingan.
 Pertimbangan jendela dan papan nama
Jendela apotek sebaiknya tidak tertutup papan nama apotek atau
iklan obat. tujuannya adalah untuk menambah estetika apotek agar
pengunjung dapat melihat interior apotek dari luar, serta untuk
tujuan keamanan. Pelanggan yang sedang berjalan atau sedang
mengendarai kendaraan bermotor harus dapat melihat jelas bagian
dalam apotek (interior apotek).
Agar tujuan estetika dan jaminan keamanan tercapai, jangan
biarkan jendela penuh dengan stiker-stiker yang dapat menghalangi
pemandangan ke dalam apotek. Selain itu polisi atau bagian
keamanan yang sedang berpatroli dapat melihat ke arah dalam dari
tempat usaha.
 Taman kecil atau tanaman baik untuk estetika apotek sehingga
tampilan luar terasa sejuk, asri, dan hijau.
 Tempat parkir menjadi bahan pertimbangan pasien untuk datang ke
apotek. Walaupun tidak luas, apotek sebaiknya memiliki tempat
parkir.

B. DESAIN INTERIOR APOTEK


Yang dimaksud dengan desain interior apotek adalah ruang
dalam apotek yang terdiri dari ruang tunggu, ruang pelayanan resep
dan ruang peracikan, ruang administrasi, ruang apoteker, ruang
gudang, toilet, mushola dan dapur. Prinsip-prinsip umum merancang
area kerja di apotek adalah berdasarkan analisa antropometri. Analisa
ini dilakukan untuk mendapatkan dimensi yang tepat bagi pelaku
aktivitas. Dalam melakukan aktivitas terjadi postur-postur pelaku yang
nantinya akan melahirkan dimensi untuk produk dan area kerja yang
tepat bagi pelaku.
a. Ruang Tunggu
Apotek bagian depan sebaiknya tidak dibatasi dengan dinding
beton tetapi dengan etalase sehingga pengunjung tertarik untuk
masuk. Sebaiknya ruang tunggu apotek hanya digunakan untuk
tempat para pasien menunggu saja, bebas dari keluar masuknya
orang lain dari luar ke dalam maupun dari dalam ke luar. Dalam ruang
tunggu umumnya terdapat kursi-kursi tamu untuk pasien/konsumen
yang berguna untuk menunggu penyiapan obat oleh farmasis.
Sebaiknya ruang tunggu dibuat seluas dan senyaman mungkin,
tenang, bersih, segar, terang, tidak ada nyamuk atau serangga lain
yang mengganggu, sehingga mereka merasa betah dan tidak lelah
menunggu.
Ruang tunggu sedapat mungkin dilengkapi dengan :
 Ventilasi agar ada saluran udara segar atau bila memungkinkan
memakai AC
 Penerangan yang baik tapi tidak menyebabkan panas
 Diberi warna putih sehingga memberikan kesan bersih dan tenang,
atau dicat dengan warna yang dapat menarik pembeli
 Tanaman hijau yang tahan hidup dalam ruangan sehingga memberi
rasa nyaman
 TV atau musik yang enak didengar supaya konsumen betah
menunggu
 Disediakan minuman dengan gelas bila memungkinkan
 Disediakan jam dinding di tempat yang mudah terlihat pengunjung
 Disediakan rak (lemari etalase) yang berisi obat bebas atau produk
lainnya
 Disediakan rak brosur obat atau majalah untuk dibaca
Pada tempat pelayanan resep/penjualan obat bebas disediakan
lemari etalase baik yang di depan maupun yang melekat pada dinding,
dibuat dari lemari aluminium berkaca depan dengan pintu kaca dorong
yang dapat dikunci. Bentuknya disesuaikan dengan keadaan besar
kecilnya ruangan tersebut, digunakan untuk menata perbekalan
farmasi di OTC counter. Hal-hal yang menjadi dasar pertimbangan
dalam menata perbekalan farmasi di OTC counter adalah :
 Estetika, yaitu keindahan dalam menata dan mendesain rak atau
lemari obat bebas dan obat bebas terbatas agar dapat
menimbulkan rasa ingin tahu dan membeli (impuls buying) bagi
setiap konsumen yang dating ke apotek
 Lay out, yaitu tata letak, susunan barang yang dapat memberikan
kenyamanan dan kemudahan (keluar masuk) bagi konsumen dalam
memperoleh obat yang dibutuhkan
 Tanda berupa tulisan sebagai petunjuk, mengenai tempat-tempat
golongan fungsi obat yang ditempel di setiap lemari/rak obat.

Gambar : Rak Obat-obat OTC


Ada beberapa macam desain display atau cara memajang obat-obat
OTC, antara lain :
 Display karton
Adalah suatu boks yang dirancang untuk dipasang pada rak
yang berisi produk tanpa memindahkan kemasan produk yang
sudah ada. Hal ini akan membawa pengaruh yang kuat secara
visual dan membutuhkan tempat sedikit lebih banyak untuk
menarik perhatian pembeli, untuk memberikan informasi dan untuk
menjual nilai produk tersebut kepada pelanggan.
 End Cap display
Desain ini cocok untuk produk-produk baru dan produk
berukuran besar dan barang-barang harga khusus. Caranya dengan
menempatkan produk pada akhir rak. Hal ini akan tampak sia-sia
jika digunakan untuk menempatkan barang-barang keperluan rutin
dan produk-produk OTC.
 Floor Stand display
Desain ini cocok untuk meletakkan produk secara efektif dalam
jumlah besar agar terlihat mudah. Produk diletakkan pada rak
dorong yang tidak terlalu tinggi dan mudah diraih, dilengkapi
dengan brosur yang berisikan keterangan-keterangan mengenai
produk sehingga dapat membuat konsumen lebih tertarik untuk
membeli produk-produk tersebut.
 Dum display
Desain ini sama dengan floor stand display, hanya produk-
produk yang dipajang tidak diatur secara khusus melainkan disusun
secara acak.
 Floor Stack display
Display ini paling sederhana dan mudah. Banyak pabrik farmasi
yang menyertakan header card yang berisikan informasi produk
sehingga membantu apotek untuk menyampaikan informasi.

Dalam penempatan produk pada display, ada beberapa hal yang


perlu diperhatikan, antara lain adalah sebagai berikut:
a. Penyusunan suatu kotak kemasan pada rak
Penempatan barang-barang dagangan tidak dilakukan begitu
saja pada barisan rak farmasi. Karena penempatan suatu produk pada
suatu rak sangant penting artinya. Kotak kemasan produk OTC
mempunyai enam sisi yang memungkinkan untuk diperlihatkan
kepada pelanggan sehingga terdapat 24 cara yang memungkinkan
suatu produk ditampilkan pada rak. Setiap kotak kemasan didesain
oleh pabrik dengan tampilan yang semenarik mungin, yang biasanya
mempunyai bagian depan dan atas yang dapat terlihat jelas oleh
pelanggan.
b. Penempatan barang dagangan yang tidak efektif
Ada banayk hal yang membuat produk atau barang menjadi
tidak efektif, antara lain adalah lemari yang tidak teratur atau berisi
terlalu banyak produk yang tidak menarik pelanggan, dan pengaturan
yang berantakan. Oleh karena hal-hal tersebut, maka produk bisa
tidak diperhatikan dan pelanggan dapat menilai negatif mengenai
obat-obatan atau pemilihan produk OTC sehingga diperlukan suatu
pengetahuan tentang pelanggan untuk membuat produk-produk OTC
yang ditampilkan dapat menghasilkan penjualan yang maksimal.
c. Produk di muka (Product Facing)
Product Facing merupakan penyusunan suatu rak produk secara
melebar di depan. Dan empat pak disusun di belakangnya, maka
penyusunan ini dinamakan ” One Facing. Four Deep”. Jika disusun tiga
pak bebaris didepan, dan enam pak disusun di belakangnya, maka
penyusunan ini dinamakan ”Three Facing, Six Deep”. Dari hasil
penelitian diperoleh bahwa penjualan akan mengalami peningkatan
sebanyak 36% ketika penempatan di muka ditingkatkan dari dua
menjadi empat. Dan terjadi penurunan penjualan sebanyak 50%
ketika dilakukan pengurangan jumlah penempatan di muka dari tiga
menjadi satu.
d. Hot-spot Cross
Posisi terbaik suatu produk dalam suatu departemen adalah
pada bagian tengah. Tempat level tertinggi pandanagn pembeli
wanita tertuju. Oleh karena itupada posisi tersebut diletakkan produk
fast moving. Alasannya adalah karena sudah merupakan kebiasaan
kita untuk berdiri ditengah-tengah suatu bagian ketika sedang
memilih, dan karena wanita adalah orang yang paling sering belanja.
Dengan posisi ini, suatu produk akan mudah terlihat.menurut ahli
merchandisisng. Posisi ini disebut Hot-spot Cross.

Cara-cara penempatan produk pada display antara lain:


1. Penampatan baris secara vertikal
Secara vertikal, produk-produk yang sama dengan ukuran yang
berbeda. Dengan fast moving, dekat dengan bagian tengah. Format
baris secara vertikal akan efektif apabila pelanggan mengarahkan
pandangan dari kiri kekanan sehingga melihat dispaly produk tanpa
memperdulikan bagaimana level pandangannya. Tetapi, cara ini akan
memakan lebih banyak tempat sehingga akan membutuhkan biaya
yang lebih besar dari tiap incinya.
2. Penempatan baris secara horizontal
Secara horizontal, produk-produk yang sama dengan ukuran
yang berbeda ditempatkan pada rak yang sama dimana dietakkan
bersebelahan. Cara ini membutuhkan ruangan yang lebih sedikit,
membuatnya lebih mudah dalam penjagaan dan lebih konsisten.
Kekurangan cara ini adalah produk-produk mungkin kurang mendapat
perhatian dari pelanggan daripada jika menggunakan secara vertikal.
3. Penyusunan berdasarkan ukuran
Cara penempatan ini dilakukan dengan cara menyususn ukuran
produk kearah kanan semakin besar (kecil, medium, besar). Alasan
penempatan dengan cara ini karena kecenderungan pikiran manusia
tertahan dengan apa yang dilihatnya terakhir, dan karena kebanyakan
manusia menggunakan tangan kanannya untuk mengambil suatu
produk yang letakknya paling dekat dengan tangan kanan mereka.

b. Ruang Peracikan dan Penyerahan Resep


Salah satu yang membedakan antara penjualan di bidang
farmasi atau apotek dengan penjualan di bidang lainnya adalah
adanya perhatian khusus pada ruang peresepan atau peracikan. Pada
pelayanan farmasi, ruang racik merupakan ruangan yang dominan
pada apotek dan sekurang-kurangnya mempunyai ukuran minimal 18
kaki menghadap pasien. Lantai ruang racik dapat dinaikkan sehingga
keuntungannya adalah apoteker dapat mengawasi dan melihat
keadaan apotek dan dapat menghindari gangguan dari pasien ketika
apoteker sedang bekerja.
Ruangan ini merupakan tempat peracikan obat yang telah
diresepkan oleh dokter. Ruang peracikan dihubungkan dengan pintu
penghubung dengan ruang tempat penerimaan resep/uang dan
biasanya untuk kepraktisan dibuat dibuat loket tembusan untuk
penyerahan resep dan obat yang sudah selesai diracik. Ruang
peracikan sebaiknya harus tenang, bersih, nyaman, cukup ventilasinya
bahkan bila memungkinkan sebaiknya ber-AC. Selain itu, ruangan ini
sebaiknya dipisahkan dari orang-orang yang lalu-lalang seperti para
salesman/tamu-tamu.
Ruang peracikan harus mempunyai tempat untuk menimbang,
meracik, menggerus, dan membagi-bagi di atas kertas puyer, tempat
untuk menulis serta menempelkan etiket, lemari obat serta wastafel,
dan tempat administrasi penjualan.
Pada ruang racik terdapat lemari tempat menyimpan obat
generik, lemari obat setengah padat/cair/injeksi, lemari obat
kapsul/tablet, lemari obat racikan. Lemari penyimpanan dikunci dan
mempunyai seorang penanggung jawab yang setiap hari bertugas
mengontrol kartu barang peracikan, memeriksa obat dan barang-
barang yang mempunyai batas kadaluarsa, memantau pengawasan
obat-obat narkotik dan obat keras, serta memeriksa kerapian susunan
obat secara alfabetis. Tempat penyimpanan obat yang berada di ruang
peracikan berbentuk seperti rumah tawon, kotak-kotak, manfaatnya
selain menghemat ruang, tempat kerja pun menjadi bersih dan rapi.
Ruang racik harus diatur seefisien mungkin dan dianjurkan
memiliki kemudahan-kemudahan dalam mengakses ke dalam gudang,
label peresepan, data-data peresepan, catatan medis pasien, telepon,
dan data-data mengenai barang-barang yang bersifat fast moving.
Selain itu, kegunaan ruang racik ini adalah sebagai tempat
penyimpanan sementara barang-barang yang selalu digunakan.
Hal-hal yang menjadi dasar pertimbangan dalam menata
perbekalan farmasi di ruang peracikan (ethical counter) adalah :
1. Peraturan, terutama yang mengatur tentang obat narkotika,
psikotropika, dan obat keras daftar G
 Untuk golongan narkotika dan psikotropika :
 Golongan narkotika disimpan di lemari khusus
narkotika ditempatkan sesuai dengan ketentuan peraturan
yang berlaku (Permenkes No.28 tahun 1978 : obat narkotik
disimpan dalam lemari khusus terbuat dari khusus terbuat
dari kayu dengan ukuran 140x80x100 cm. Jika ukurannya
kurang dari ketentuan di atas, maka lemari tersebut harus
ditempel pada dinding atau alasnya ditanam di lantai. Lemari
tersebut mempunyai 2 sekat dan masing-masing sekat harus
mempunyai kunci sendiri. Bagian pertama untuk menyimpan
morfin, pethidin, dan garam-garamnya, sedangkan pada
bagian yang lain untuk menyimpan obat narkotik lain dan
untuk pemakaian sehari-hari).
 Golongan psikotropika disimpan di lemari khusus
terpisah dengan perbekalan farmasi lainnya
 Untuk golongan obat keras daftar G dan obat ethical lainnya,
disimpan di lemari yang didesain khusus dan dibagi menjadi 4
bentuk perbekalan farmasi, yaitu :
 Lemari perbekalan obat solid yaitu
tempat penyimpanan obat yang berbentuk solid seperti
tablet, kaplet, kapsul, pil
 Lemari perbekalan obat semisolid yaitu
tempat penyimpanan obat yang berbentuk semisolid seperti
salep, krim, pasta, gel
 Lemari perbekalan obat cairan yaitu
tempat penyimpanan obat yang berbentuk cairan seperti
injeksi, infus, sirup
 Lemari pendingin (kulkas) yaitu tempat
penyimpanan obat yang harus disimpan di tempat sejuk atau
dingin seperti vaksin, suppositoria, ovula, injeksi.
2. Lay out, yaitu penetaan letak dan susunan lemari atau rak obat di
ruang ethical, agar dapat memberikan kemudahan dan kecepatan
pada petugas dalam menyiapkan obat yang dibutukan konsumen
serta dapat menjaga keamanan dan kebersihannya.
Contoh beberapa tipe lay out perbekalan farmasi di ethical counter
antara lain dapat berupa :

 Tipe U

Meja penyiapan
obat (ticketing
and packaging)

Ruang pembuatan
pulveres/ kapsul/ Tempat
krim penyerahan
obat jadi

 Tipe L

Meja penyiapan
obat (ticketing
and packaging)

Ruang pembuatan
pulveres/ kapsul/ Tempat
krim penyerahan
obat jadi
 Tipe II

Meja penyiapan
obat (ticketing
and packaging)

Ruang pembuatan
pulveres/ kapsul/ Tempat
krim penyerahan
obat jadi
Gambar : Lay Out di Ethical Counter

3. Bentuk dan tanda lemari (rak) obat


 Bentuk lemari (rak) obat
Mengingat jenis-jenis obat ethical memiliki merk yang sangat
banyak jumlahnya, maka bentuk lemarinya dibuat seperti sarang
tawon yang dapat menampung banyak jenis obat, sehingga
pemakaian ruangan (space) menjadi lebih efisien dan dapat
mempermudah proses penyiapan dan pembuatan obat.
 Tanda lemari (rak) obat yaitu
petunjuk mengenai tempat-tempat bentuk perbekalan farmasi di
setiap lemari atau rak obat yang terdapat di ruang peracikan,
agar dapat memberikan kemudahan dan kecepatan dalam
menyiapkan obat-obat yang dibutuhkan konsumen. Tanda ini
dapat berupa :
 Tergantung di atas lemari
obat
 Menempel pada lemari
obat.
4. Higienitas, yaitu menjaga kondisi kebersihan obat yang berada di
dalam lemari, agar kualitas obat dapat terjamin dan dapat menjaga
obat menjadi tidak rusak (dimakan tikus, banyak debu, terurai
terkena cahaya atau kelembaban udara).

Dalam menata kedua ruang pelayanan baik ethical maupun OTC


counter terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :
 Pada OTC counter
 estetika, bersih, indah, dan menyenangkan
 informatif, ada tanda (petunjuk tentang golongan fungsi obat).
 Pada ethical counter harus dibuat menjadi 2 ruang yaitu :
 Tempat membuat atau meracik obat seperti pulveres, kapsul,
salep, krim, pada ruangan khusus tertutup kaca (transparan),
agar konsumen dapat melihat bagaimana obat tersebut
disiapkan
 Tempat menyiapkan dan memberi etiket obat jadi, pada ruangan
peracikan tidak perlu dilihat oleh konsumen (confidential room).
 Kenyamanan (comfortness), ethical dan OTC counter harus dipisah
untuk mencegah penumpukan (antrian) konsumen pada satu
tempat.

Pada ruang peracikan terdapat Asisten Apoteker (AA) yang


dibantu oleh juru resep yang bertanggung jawab langsung terhadap
APA. Bagian peracikan melayani penjualan barang apotek yang terdiri
dari penjualan bebas, resep kontan, resep kredit. Pelayanan resep
dilakukan oleh AA yang bertugas menerima dan memberikan harga
resep, menulis etiket, memeriksa obat, dan menyerahkan obat. Dalam
pelaksanaannya AA dibantu oleh juru resep yang bertugas
menyiapkan obat jadi, mengemas racikan, dan menyiapkan keperluan
racikan.
Pelayanan resep dibagi atas :
 Pelayanan resep tunai
 Resep diterima, diperiksa kelengkapannya, dan diberi harga
 Resep yang telah dibayar diberi stempel yang harus
ditandatangani oleh petugas pemberi harga, penyedia obat jadi,
peracik, dan penyerah obat
 Resep diolah oleh peracik dan dibantu oleh juru resep
 Penyerahan obat dilakukan oleh AA yang bertugas pada bagian
penyerahan dan diperiksa ulang kembali.
 Pelayanan resep kredit :
 Petugas penerima resep akan menerima resep kredit langganan
dan memeriksa kelengkapannya, diberi stempel kontrol
 Resep diracik sesuai obatnya
 Diperiksa kelengkapannya lalu diserahkan kembali kepada
pembeli
 Resep dikelompokkan per pelanggan dan diurut. Resep dihargai
dan dimasukkan datanya ke komputer.
 Penjualan bebas (Hans Verkoop) :
 Petugas mencatat harga barang dan nota penjualan bebas yang
akan dibeli oleh pembeli
 Pembeli membawa nota asli ke kasir dan membayarnya
 Kasir menerima pembayaran dan melampirkan nota asli dengan
struk pembayaran ke petugas HV
 Petugas HV menyerahkan barang atau obat dan kopi nota.

c. Ruang administrasi
Untuk keperluan administrasi, perlu satu ruangan tersendiri
dengan pintu masuk tersendiri di samping ruang tunggu. Bila masih
ada tersedia ruangan lebih, maka digunakan untuk ruang apoteker
dengan alasan agar transaksi dengan sales dapat dilakukan. Pada
ruang administrasi juga ada akses pintu keluar untuk jalan bagi sales
dalam melakukan order dan pembayaran obat atau alat kesehatan.
Dalam ruangan administrasi disediakan juga ruang tunggu bila
memungkinkan. Bila tidak, cukup dengan 1-2 kursi di depan meja
petugas pembelian dan kasir.
Peralatan yangterdapat dalam ruangan ini adalah meja dan kursi
kantor, lemari, rak, dan dapat bila dilengkapi perangkat komputer.
Ruang adminstrasi yang diketuai oleh kepala seksi tata usaha yang
membawahi bagian-bagian sebagai berikut :
 Administrasi persediaan kantor
Menyusun mutasi barang di gudang pada kartu APK yang berfungsi
menginformasikan mutasi dan sisa barang di gudang sebagai alat
kontrol terhadap persediaan barang di gudang, informasi sumber
pembelian harga satuan dan potongan harga per item barang.
 Administrasi hutang dan piutang dagang
Menyusun penambahan, pengurangan sisa hutang dalam kartu
hutang dagang sehingga dapat memberikan informasi sisa hutang
dagang kreditur setiap saat dan menyusun kartu piutang dagang
yang berfungsi mengontrol piutang dagang yang sudah atau belum
dibayar.
 Administrasi penjualan
Merekapitulasi seluruh penjualan baik tunai ataupun kresit dan
menyiapkan adminstrasi penagihan.
 Administrasi keuangan
Menyusun semua mutasi uang kegiatan apotek berdasarkan buku
kas, buku bank, buku memorial berisi data penerimaan dan
pengeluaran di luar buku kas/ bank yang bersifat intern
perusahaan.
 Administrasi personalia
Adiministrasi yang berhubungan dengan kesejahteraan karyawan.

d. Ruang Apoteker
Di ruang kerja Apoteker Pengelola Apoteker (APA) ditempatkan
meja dan kursi kantor, rak-rak, perangkat komputer, buku-buku
referensi dan alat tulis kantor, telepon juga lemari besi tempat
penyimpanan uang. Lemari besi tersebut sebaiknya ditanam, alasnya
di semen/dibeton, supaya tidak bisa dibawa lari. Ruang apoteker
mempunyai akses pintu keluar untuk jalan masuk bagi pasien yang
ingin mendapatkan pelayanan informasi obat dan konseling. Alasan
ruang apoteker ditempatkan dibelakang etalase bertujuan agar setiap
kegiatan dapat dipantau dari ruang apoteker.
ditempatkan meja dan kursi kantor, rak-rak, perangkat
komputer, buku-buku referensi dan alat tulis kantor, telepon juga
lemari besi tempat penyimpanan uang. Lemari besi tersebut sebaiknya
ditanam, alasnya di semen/dibeton, supaya tidak bisa dibawa lari.
Ruang apoteker mempunyai akses pintu keluar untuk jalan masuk bagi
pasien yang ingin mendapatkan pelayanan informasi obat dan
konseling. Alasan ruang apoteker ditempatkan dibelakang etalase
bertujuan agar setiap kegiatan dapat dipantau dari ruang apoteker.

e. Counter Kasir dan ruang Penjualan Obat Bebas (OTC)


Apabila ruangan yang dimiliki sempit, maka cukup dijaga oleh
satu orang saja, dimana orang ini melayani penjualan obat bebas,
sebagai kasir dan penerima resep. Adapaun mengenail lemari yang
melekat pada dinding di belakang tempat penerimaan resep,
penyerahan obat, atau penjualan obat bebas, dapat disesuaikan
dengan keadaan besar kecilnya ruang tersebut. Lemarinya dapat
terbuat dari kayu atau aluminium dengan pintu dorong yang dapat
dikunci.

f. Ruang Tempat Penyimpanan Obat-obatan (Gudang)


Gudang sebagai tempat penyimpanan adalah serangkaian
kegiatan yang meliputi penerimaan, pengawasan, termasuk
pengawasan mutu obat, pengendalian, persediaan, pemusnahan dan
pengeluaran obat. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah:
1. Kebebasan, efisiensi gerakan manusia atau barang termasuk aturan
FIFO (FirstIn and First Out).
2. Sistematika penyusunan barang dan kapasitas gudang.
3. Kebutuhn area/ volume ruangan.
4. Penyimpanan khusus.
5. Sirkulasi udara/cahaya
6. Pemeliharaan dan keamanan.
Efisiensi gudang meliputi:
1. Penggunaan yang optimum daru ruang yang ada
2. Mengurangi adanya arus manusia atau barang yang tidak berguna
3. meningkatkan kenyamanan karyawan yang bekerja di g udang
4. Mengurangi kegiatan dan biaya pemeliharaan yang tidak perlu.
Hal-hal yang menjadi dasar pertimbangan dalam menata
perbekalan farmasi di gudang, antara lain: penataan barang di gudang
berdarkan jenis sediaan dan sistem alfabetis. Sirkulais barang
berdasarkan sistem FIFO. Pertimbangan lay out untuk gudang tipe U
karena untuk penggunaan ruang yang efektif, dimana semua sisi
ruangan dapat dimanfaatkan.
Penyimpanan barang di gudang dilakukan oleh petugas gudang.
Penyusunan barang disusun berdasarkan. Jenis persediaan yaitu
padat, cair, generik, obat suntik, alkes, obat luar (seperti krim, salep,
dan obat tetes mata) bahan baku disusun alphabetis dengan sistem
first In First Out atau First Expired First Out.
Cara penyusunan obat-obatan di gudang terdapat dua sistem yaitu:
1. FIFO (first In First Out)
Sistem ini menerapkan bahwa obat-obat yang lebih dahulu masuk
ke gudang, selanjutnya harus dikeluarkan lebih dahulu untuk
pemakaian dalam peracikan. Jadi, pada penempatan di gudang,
obat yang lebih dahulu masuk diletakkan di depan,.sedangkan obat
yang belakangan masuk diletakkan di belakangnya. Demikian
seterusnya.
2. FEFO ( Firrst Expired First Out)
System ini menerapkan bahwa obat-obat yang lebih dahulu
kadaluarsa, harus dikeluarkan terlebih dahulu untuk pemakaian
dalam peracikan. Jadi, pad apenempatan di gudang, obat yang lebih
dahulu kadaluarsa di letakkan di depan, selanjutnya diurut
berdasarkan tanggal kadaluarsanya.

Selain itu, ada yang perlu diperhatikan yaitu pencatatan tanggal


kadaluarsa setiap jenis obat, terutama obat golongan antibiotika,
sebaiknya dicatat dalam buku tersendiri. Untuk persediaan yang sudah
menipis jumlahnya atau sudah habis, perlu dicatat dalam buku
defecta, yang nantinya diberitahukan kepada bagian yang mmengurusi
pembelian.
g. Ruang Praktek Dokter (Jika ada)
Yang paling ideal adalah apabila ruangan di samping kanan atau
kiri ruang tunggu itu masih cukup lebar. Ruang tersebut dapat
digunakan sebagai ruang prakter dokter. Sampai sekarang ruang
praktek dokter masih diperbolehkan berada disatu atap dengan
apotek, asalkan berbeda pintu masuknya. Adanya praktek dokter di
suatu apotek membantu melancarkan jalannya apotek.

h.Toilet.
Boleh dikatakan hampir semua bangunan menempatkan toilet
dibagian belakang, sehingga bila ada pasien atau anak pasien
memelrukan toilet, tidak menganngu, melewati ruang peracikan.
Toilet merupakan salah satu syarat pendirian apotek yang
ditujukan untuk pelayanan kepada pasien yang datang. Karena itulah,
bila ingin membangun sebuah apotek yang ideal, tempatkan sebuat
toilet, disamping gedung, tidak jauh dari ruang tunggu.

i. Musholla dan Dapur.


Musholla dan dapur tidak mutlak harus ada tetapi disediakn
untuk fasilitas dan kenyamanan para pegawai. Dimana di dapur harus
ada kompor untuk sediaan yang memerlukan pemanasan.

Berikut adalah desain apotek yang ideal :


12 meter

1,5 m 2,5 m 4 meter


1,5 m 2,5 m

G F G
H

D
B H
10 m
C

Etalase ½ bdn Etalase tinggi


H

Tempat penyerahan obat Kasir

G A A

Tanaman Tanaman

Keterangan :
A : Ruang Tunggu : tempat duduk
B : Ruang Peracikan
C : Ruang Apoteker : Mobil
D : Ruang Administrasi
E : Gudang : Papan nama Apotek
F : Musholla
G : Toilet
H : Ruang Praktek Dokter Hasil Diskusi
I : Halaman Parkir
1. Apa yang dimaksud dengan four corner penetration ? (Lutfi)
Yang dimaksud dengan four corner penetration adalah ketika
pasien masuk kedalam apotek pasien dapat melihat ke semua sisi
dari apotek.
2. Apa bedanya apotek tradisional dan apotek swalayan ? (Lutfi,
Agus, Eko)
Kedua apotek ini sama-sama melayani obat dengan resep dan juga
menjual produk OTC. Namur pada apotek swalayan produk-produk
OTC nya disusun sedemikian rupa sehingga pasien dapat
mengambil sendiri produk OTC yang diinginkan.
Sebenarnya desain apotek tradisional, apotek berorientasi resep,
apotek swalayan, dan apotek farmasetikal tidak mengikat. Pada
dasarnya semuanya mealyani resep. Namun pada apotek swalayan
ada faktor swalayan sehingga umumnya tempatnya luas, modal
besar, dan factor keamanan.
3. Ruang peracikan resep tersembunyi ? (Kurnia sari)
Sebenarnya ruang peracikan bisa terbuka bisa tertutup tergantung
dari keadaan apotek. Terbuka apabila apotek sudah bisa menjamin
kebersihan dan para pekerjanya terampil sehingga tidak
memberikan efek-efek yang negatif terhadap pasien. Meskipun
demikian, pada ruang peracikan yang bersifat tertutup peracikan
juga tetap harus dikerjakan dengan baik.

4. Kriteria desain exterior seperti apa? (Kurnia sari)


 Jendela apotek sebaiknya tidak tertutup papan nama apotek
atau iklan obat.
 Jangan biarkan jendela penuh dengan stiker yang dapat
menghalangi pemandangan kedalam apotek.
 Sebaiknya ada taman kecil atau tanaman untuk estetika.
 Sebaiknya terdapat tempat parkir, dll
5. Lebih efektif mana sistem FIFO atau FEFO ? (April)
Sebenarnya kedua metode ini dapat dikombinasikan.
6. Apa yang dimaksud dengan pelayanan resep tunai, kredit dan
bebas? (Fransiskus)
Pelayanan resep tunai  seperti pada pelayanan resep pada
umumnya dengan pembayaran langsung.
Pelayanan resep kredit  merupakan pelayanan resep contohnya
untuk asuransi. Jadi pasien tidak membayar terhadap resep yang
dibelinya, namun misal pada akhir bulan barulah pihak asuransi
yang membayar setelah kita klaim.
Pelayanan resep bebas  seperti pada pembelian di department
store yang menggunakan nota, baru kemudian kita bayarkan dan
baru dapat diambil barangnya.
7. Pemberian konsultasi tempatnya dimana ? (Camelia)
Idealnya tempat PIO ada sendiri  untuk PIO yang sudah
terencana. Sedangkan untuk PIO sehari-hari dapat digunakan
ruangan khusus yang depat dengan ruang racik. Sedangkan untuk
apotek kecil PIO dapat diberikan disudut/pojok ruang
penerimanaan obat.

8. Bagaimana menjamin tidak terjadinya pencurian pada apotek


farmasetikal ? (Eko)
Untuk faktor keamanan dapat digunakan CCTV (untuk apotek
besar dengan modal yang cukup), menggunakan kaca cembung,
dan menggunakan petugas-petugas untuk mengawasi. Namun
pada umumnya terdapat SPG yang berfungsi sebagai sumber
informasi sekaligus sebagai fungsi keamanan yang masing-masing
SPG bertanggung jawab terhadap beberapa gondola.
9. Bagaimana desain apotek minimal ? (Rudi)
Desain minimal apotek terdapat ruang peracikan, ruang
penerimaan resep, ruang apoteker, tempat cuci
10. Bagaimana penataan obat di apotek, bisa berubah/tidak ? (Rudi,
Irawati)
Tipe penataan obat diapotek (terutama OTC) umumnya
dikelompokkan berdasarkan farmakologis. Misalnya vitamin
dengan vitamin. Sedangkan untuk pengaturan obat ethical dapat
berdasarkan bentuk (cair, padat, semisolid), alfabetis,
farmakologis kemudian dialfabetis, dan untuk antibiotik (pada
apotek besar) dapat dialfabetis tersendiri.
11. Apa maksud antropometri ? (Donna Maretta)
Maksudnya adalah dalam desain apotek harus
mempertimbangkan penataan tinggi lemari, meja, tempat
menggerus, dll dengan ukuran manusia, jangkauan penglihatan
pada umumnya. Hal ini dilakukan agar tidak lelah, untuk
mengambil barang tidak perlu bongkok, jinjit  jadi
mempertimbangkan faktor ergonomis.

12. Pada desain apotek terdapat ruang praktek dokter, boleh/tidak?


(Irawati)
Yang paling ideal adalah apabila ruangan di samping kanan atau
kiri ruang tunggu itu masih cukup lebar. Ruang tersebut dapat
digunakan sebagai ruang prakter dokter. Sampai sekarang ruang
praktek dokter masih diperbolehkan berada disatu atap dengan
apotek, asalkan berbeda pintu masuknya. Adanya praktek
dokter di suatu apotek membantu melancarkan jalannya apotek.
13. Persyaratan luas minimum apotek? (Refda)
Untuk saat ini sudah tidak ada peraturan mengenai luas
minimum dan ukuran apotek namun harus memenuhi
persyaratan ruangan-ruangan apotek yang harus ada.
14. Apa yang dimaksud dengan ”sarang tawon”? (Tiska)
Penataan dengan menggunakan lemari yang memiliki banyak
loker-loker kecil.
15. Desain apotek tradisional masih relevan atau tidak? Dan untuk
masa depan baiknya yang mana? (Imelda)
Disesuaikan dengan tempat/daerahnya. Apabila di kota-kota
besar dimana penduduknya sudah banyak mengerti mengenai
obat  sebaiknya apotek swalayan. Namun apabila pengetahuan
penduduknya masih kurang sebaiknya apotek tradisional
sehingga dapat memperoleh informasi dari apoteker.
Desain apotek harus siap dengan perkembangan era globalisasi,
jangan sampai kalah dengan luar negeri. Untuk persediaannya
harus lebih ke apotek modern.

16. Apotek pada ruko bertingkat ?


Apotek pada ruko bertingkat dapat didesain dengan pembelian
produk OTC dibawah dan penempatan ruang racik dilakukan
diatas. Untuk pengangkutannya dengan menggunakan
keranjang yang ditarik menggunakan tali.
Untuk pelayanan PIO sebenarnya lebih baik diatas. Namun
sebaiknya dibawah karena kalau pasiennya orang tua susah
untuk turun naik tangga.
17. Penempatan Tabung pemadan kebakaran?
Penempatan tabung pemadan kebakaran ditempatkan pada
tempat yang paling mudah terjangkau apabila terjadi apa-apa.
18. Persyaratan bangunan apotek dan kelengkapannya ?
Bangunan : Ruang Peracikan dan penyerahan obat
Ruang administrasi dan ruang Kerja apoteker
Toilet (WC)
Kelengkapan bangunan apotek : Sumber air
Sumber Penerangan
Alat Pemadam Kebakaran
Ventilasi
Sanitasi
Papan nama APA
Billboard Nama apotek

TUGAS MANAJEMEN FARMASI KOMUNITAS

DESAIN APOTEK

KELOMPOK 9
SIANG

ANANDAYU NURFACHTIYANI
BHASKORO TRI ATMOJO WAHONO PUTRA 0706297751
CHASANATUL LATIFAH 0706298281
DONNA MEYER 0706297820
RANA IMANJAYA

DEPARTEMEN FARMASI – APOTEKER


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
2007

Anda mungkin juga menyukai