16
yang memungkinkan pasien bisa langsung datang membeli dengan mudah.
Selain itu, apotek juga dikelilingi oleh beberapa fasilitas kesehatan seperti
praktek dokter mandiri yang bisa meningkatkan omzet/penjualan.
a. Ruang Pelayanan
Ruang pelayanan terdiri dari kasir, penerimaaan resep dan
penyerahan obat yang dibatasi oleh meja panjang. Kasir digunakan
sebagai transaksi keuangan. Penerimaan resep digunakan untuk
menerima resep dari pasien sedangkan ruang penyerahan obat
digunakan ruang konseling oleh apoteker kepada pasien agar
komunikasi dan pemberian informasi tidak mengalami kendala.
17
perlengkapan P3K. Kegiatan swalayan atau sering disebut self service
dibantu oleh SPG (Sales Promotion Girls).
c. Ruang Peracikan
Ruang peracikan adalah ruangan yang terletak dibagian belakang
dekat penyimpanan obat-obat khusus. Ruangan ini merupakan tempat
dilakukannya penyiapan dan peracikan obat yang dilengkapi dengan
fasilitas seperti timbangan, peralatan meracik seperti mortir dan
stemper, blender, gelas ukur, kertas perkamen, spatel, pipet tetes, lap,
tissu, alkohol, lemari penyimpanan pot salep dan cangkang kapsul dan
alat untuk peracikan lainnya.
d. Ruang Tunggu
Ruang tunggu apotek dimaksudkan untuk memberikan kenyamanan
bagi pelanggan yang menunggu penyiapan perbekalan farmasi oleh
petugas, yang ditunjang dengan kursi tunggu yang nyaman, pendingin
ruangan, serta adanya televisi sebagai fasilitas hiburan bagi pasien.
18
telinga. Obat-obatan narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari
khusus menggunakan sistem penguncian double lock, dan tidak terlihat
pelanggan.
g. Ruang Administrasi
Ruangan yang dilengkapi oleh komputer untuk membuat Surat
Pesanan,Bon Permintaan Barang Apotek,serta mengimput barang yang
dikirim oleh distributor.
h. Ruangan Lainnya
Ruang yang terdiri dari toilet dan mushala.
19
Apoteker pengelola apotek bertanggung jawab terhadap semua
kegiatan yang terjadi di apotek, baik di bidang teknis kefarmasian,
administrasi, maupun bidang ketenagakerjaan.
20
samping yang mungkin terjadi, makanan, minuman dan aktivitas yang
harus dihindari selama penggunaan obat, cara penyimpanan obat,
interaksi obat baik dengan obat lain, maupun interaksi obat dengan
beberapa penyakit tertentu, serta informasi obat dengan cara
pemberian khusus. Apotek ini mempunyai satu orang Apoteker
Pendamping yang melaksanakan pekerjaan kefarmasiannya sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan.
C. Tenaga Teknis Kefarmasian
Dalam melaksanakan kegiatan di Apotek TTK bertanggung jawab
langsung kepada APA. Tugas dan tanggung jawab dari seorang tenaga
teknis kefarmasian meliputi :
1. Menyiapkan permintaan resep (menimbang, meracik, dan
mengemas etiket) sesuai permintaan resep.
2. Memeriksa kebenaran obat sebelum diserahkan kepada pasien
meliputi bentuk sediaan, jumlah obat, nama, nomor resep dan cara
pemakaian obat.
3. Membuat kuitansi dan salinan resep (copy resep) untuk obat yang
perlu diulang, obat yang baru diserahkan sebagian, obat yang
belum diserahkan atas permintaan pasien.
4. Memberikan harga pada setiap resep dokter yang masuk
5. Mengontrol persediaan obat di ruang racik’
6. Mengisi buku defekta bila persediaan obat sudah hampir habis
7. Menyerahkan obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada pasien
dan memberikan informasi lain yang diperlukan.
8. Pada keadaan darurat dapat menggantikan pekerjaan kasir,
melayani penjualan obat bebas dan menggantikan juru resep.
9. Mencatat barang yang masuk dan keluar berdasarkan kartu stok
10. Turut berpartisipasi dalam pelaksanaan dan sanitasi atau
kebersihan di ruang peracikan.
21
3.3 Tugas dan Tanggung Jawab Personalia Apotek
a. Apoteker Pengelola Apotek
Apotek Kimia Farmas dipimpin oleh seorang apoteker yang telah memenuhi
syarat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu memiliki surat izin kerja dan
untuk memastikan bahwa APA dapat bekerja mengelola apotek sesuai dengan
pencapaian kinerja apotek dalam hal pelayanan (tidak ada kesalahan obat dan
keluhan pelanggan).
3.4.1 Perencanaan
Berdasarkan Permenkes No 73 tahun 2016 tentang perubahan
atas peraturan menteri kesehatan nomor 35 tahun 2016 tentang
standar pelayanan kefarmasian di apotek, perencanaan dilakukan
untuk menjamin tersedianya sediaan farmasi berdasarkan pola
penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
Apotek Kimia Farma 356 Banteng melakukan perencanaan
pengadaan barang berdasarkan pola konsumsi, pola penyakit, dan
analisis pareto.
a. Perencanaan pengadaan berdasarkan buku defekta dan buku
penolakan yang berisi nama-nama jenis obat yang telah
mencapai stok minimal, tidak terlayani dan barang sudah habis.
b. Perencanaan sesuai dengan pola penyakit yang dilakukan di
Kimia Farma 356 dilihat dari resep yang masuk, permintaan
pasien dan jenis penyakit yang sering terjadi.
c. Pola konsumsi yaitu perencanaan sesuai hasil analisis data
konsumsi atau data penjualan obat pada periode sebelumnya
yang dapat dilihat dari transaksi resep, upds dan HV yang
masuk setiap hari.
22
d. Analisis Pareto merupakan analisis yang menggunakan
pengelompokan berdasarkan nilai barang yang dihasilkan,
yaitu daftar barang yang disusun mulai dari barang yang
memberikan konstribusi nilai tertinggi hingga nilai terendah.
23
dilakukan dengan cara membuat Bon Permintaan Barang Apotek
(BPBA) yang dibuat satu kali dalam satu minggu oleh apoteker
atau asisten apoteker (untuk sediaan farmasi yang bukan golongan
narkotika, dan Psikotropika). BPBA dibuat berdasarkan buku
defekta, pola penyakit, pola konsumsi dan analisis pareto. BPBA
kemudian divalidasi oleh apoteker dan dikirim melalui email ke
BM. Pemesanan obat Narkotika, Psikotropika, dan prekursor akan
dipesan langsung oleh setiap apotek kepada PBF.
Kemudian BM akan merekapitulasi BPBA dari setiap apotek
menjadi Surat Pesanan (SP). BM akan membuat SP ke Pedagang
Besar Farmasi (PBF) yang telah dipilih oleh bagian pembelian dari
daftar pemasok. Pedagang Besar Farmasi kemudian akan
mengirimkan barang-barang yang dipesan ke Apotek dan Surat
Pesanan (SP) akan diberikan langsung saat diapotek.
Dalam melakukan pemesanan perbekalan farmasi, PBF atau
distributor yang dipilih adalah distributor yang resmi dengan
tujuan supaya terhindar dari pemalsuan obat. Pengadaan
perbekalan farmasi dilakukan melalui pemesanan kepada pedagang
besar Farmasi (PBF) yang menjalin Ikatan Kerja Sama (IKS),
dengan apotek Kimia Farma.
Untuk pemesanan kebutuhan yang mendesak, misalnya jika
obat atau perbekalan farmasi dibutuhkan mendadak dan harus
segera dipenuhi tetapi tidak ada persediaan di apotek, maka dapat
dibuat BPBA cito. Akan tetapi, hal ini tetap harus
dikomunikasikan dengan pihak BM. Khususnya untuk pengadaan
sediaan narkotika dan psikotropika.
Untuk obat yang termasuk ke dalam golongan narkotika dan
psikotropika, pengadaan menggunakan surat pesanan (SP) khusus
dan harus dibuat langsung oleh apotek yang bersangkutan.
Pemesanan obat golongan narkotika, digunakan surat pesanan
dibuat sebanyak 4 rangkap yang harus ditandatangani oleh APA
dengan mencantumkan nama, nomor SIPA dan stempel apotek.
24
Untuk 1 surat pesanan berlaku untuk 1 jenis obat narkotika saja.
Selain itu pembeliannya hanya boleh ke Distributor Kimia Farma
yang bertindak sebagai distributor tunggal yang ditunjuk
pemerintah. Untuk pembelian obat golongan psikotropika,
dilakukan dengan cara yang sama, tetapi untuk 1 surat pesanan
boleh berisi beberapa jenis psikotropika dan pemesanannnya dapat
dilakukan ke PBF yang menyediakan obat tersebut.
Pengadaan obat mengandung prekursor menggunakan Surat
Pesanan khusus. SP harus asli dan dibuat salinan sebagai arsip,
ditandatangani oleh Apoteker Penanggung Jawab apotek dengan
mencantumkan nama lengkap dan nomor SIPA, nomor dan tanggal
SP,dan kejelasan identitas pemesan (antara lain nama dan alamat
jelas, nomor telepon/faksimil, nomor izin dan stempel),
mencantumkan nama dan alamat industri farmasi/Pedagang Besar
Farmasi dan tujuan pemesanan. Pemesanan antar apotek
diperbolehkan dalam keadaan mendesak misalnya pemesanan
sejumlah obat yang dibutuhkan untuk memenuhi kekurangan
jumlah obat yang diresepkan, mencantumkan nama obat
mengandung prekursor, jumlah, bentuk dan kekuatan sediaan, isi
dan jenis sediaan. Diberi nomor urut tercetak dan tanggal penulisan
yang jelas.
Kegiatan pembelian obat dan perbekalan kesehatan di Apotek
Kimia Farma 356 dikelompokkan menjadi : a. Pembelian rutin
Pengadaan rutin adalah pengadaan yang sudah terjadwal oleh
Apotek Kimia Farma, yaitu 1 minggu sekali untuk Pareto A, 2
minggu sekali untuk Pareto B dan 1 bulan sekali untuk Pareto
C.
b. Pembelian Non Rutin
i.Dropping
Droppingadalah penyerahan obat dan atau perbekalan farmasi
yangdilakukan antar apotek Kimia Farma atau apotek Kimia
Farma dengan AP3 dan sebaliknya dalam satu wilayah unit
AP3
25
menggunakan Faktur. Dropping dilakukan jika barang yang
diminta tidak tersedia dalam persediaan apotek, untuk
menghindari penolakan resep obat.
ii. Konsinyasi
Konsinyasi adalah suatu bentuk kerjasama antara Apotek
Kimia Farma dengan suatu distributor maupun perusahaan
untuk menitipkan produknya, pembayaran produk konsinyasi
dilakukan ketika barang tersebut telah laku terjual. Bentuk
kerjasama konsinyasi hanya dapat dilakukan di AP3 Bandung.
Setiap periode tertentu, supplier akan memeriksa dan
melakukan penagihan untuk barang-barang sudah terjual.
Contoh barang barang konsinyasi ini adalah alat alat kesehatan,
suplemen, obat baru dan lain sebagainya
iii. Pembelian Mendesak
Pembelian mendesak dilakukan jika barang yang diminta tidak
ada dalam persediaan di AP3 dan juga tidak ada di Apotek
Kimia Farma lainnya. Untuk menghindari penolakan obat atau
resep, maka pembelian obat yang mendesak dapat dilakukan ke
Apotek selain Kimia Farma. Bon pembelian kemudian didata
lalu dilaporkan ke AP3.
iv. Pembelian CITO
Pemesanan cito adalah pemesanan yang dilakukan segera.
Pemesanan secara cito dilakukan karena tidak ada barang yang
bisa didropping dari Apotek Kimia Farma lainnya, AP3
kosong, barang mendekati ROP, terjadi peningkatan penjualan
sehingga stok menipis, serta adanya utang pasien.
26
diantaranya tujuan pengiriman, jenis, jumlah, kualitas dan
kadaluarsa. Setelah barang yang diperiksa sesuai dengan surat
pesanan, faktur akan diberikan cap. Barang yang datang didata dan
dimasukkan ke dalam kartu stok. Apabila barang yang diterima
tidak sesuai dengan surat pesanan, maka bagian penerimaan barang
akan membuat nota pengembalian barang (retur) untuk kemudian
barang yang tidak sesuai akan dikembalikan ke distributor dan
ditukar dengan barang yang sesuai pesanan.
Selanjutnya data administrasi barang yang diterima dimasukkan
ke dalam komputer, melalui administrasi penerimaan barang yang
terintegrasi dalam program KIS. Data yang dimasukkan antara lain
nomor urut, nama barang, kemasan, jumlah, harga, dan diskon.
27
mempermudah proses penyiapan dan pembuatan obat, dikarenakan
jenis obat-obatan ethical memiliki merek yang sangat banyak
jumlahnya. Jika tidak cukup pada dus yg tersedia, maka sisa obat
disimpan di lemari yang berfungsi sebagai gudang penyimpanan
yang letaknya diatas rak obat.
Setiap penambahan barang dan pengambilan barang dicatat
dalam kartu stok. Kartu stok berisi tanggal pengisian atau
pengambilan, keterangan pengambilan
(resep/UPDS/BM/dropping), jumlah barang yang diisi atau
diambil, sisa barang, dan paraf petugas yang melakukan kegiatan
pengisian atau pengambilan barang. Kartu stok ini diletakkan
didalam rak tiap obat. Kartu stok digunakan untuk memudahkan
pengawasan terhadap persediaan barang. Ada beberapa sistem
penyimpanan obat ethical, antara lain :
a. Berdasarkan penggolongan obat, yaitu obat bebas dan bebas
terbatas di swalayan farmasi dimana penjualannya dilayani
oleh SPG, obat keras di ruang pelayanan dimana penjualannya
dilayani oleh APA, APING dan karyawan lainnya, Obat
Narkotika dan Psikotropika di dalam lemari khusus yang hanya
bisa dibuka oleh APA/APING/karyawan yang diberi kuasa.
b. Berdasarkan efek farmakologi disusun secara alfabetis dan tiap
lemari diberi label tulisan dan warna berbeda, diikuti dengan
warna masing-masing dus penyimpanan, yang dibagi menjadi :
1. Obat kardiovaskular label warna ungu
2. Obat Anti-infeksi label warna merah
3. Obat kolesterol label warna pink
4. Obat asam urat label warna kuning
5. Obat saluran pencernaan label warna krem
6. Obat untuk diare label warna putih
7. Obat saluran pencernaan label warna gading
8. Vitamin label warna orange
9. Obat generik label warna biru muda
28
10. Obat alergi label warna biru tua
11. Hormon dan kontrasepsi label warna pink muda
12. Obat analgetik-antipiretik label warna orange tua
13. Obat anti-radang label warna orange dengan dus plastik
14. Obat saluran pernafasan label warna hijau.
c. Berdasarkan bentuk sediaan, yaitu sediaan padat (tablet dan
kapsul), sediaan cair (sirup, suspensi, emulsi), sediaan
semipadat (krim, salep, gel), sediaan tetes/drop (tetes oral, tetes
telinga, tetes hidung), preparat mata (tetes mata dan salep
mata), sediaan inhalasi, sediaan parenteral dan sediaan rektal
(suppositoria dan ovula).
d. Berdasarkan kestabilan obat, yaitu obat yang tahan pada suhu
kamar disimpan pada rak obat yang terhindar dari sinar
matahari langsung. Sedangkan obat yang tidak tahan suhu
kamar disimpan terpisah dalam kulkas.
3.4.5 Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem
pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini
bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan kerusakanm kadaluarsa kehilangan serta pengembalian
pesanan. Bentuk pengendalian yang dilakukan antara lain :
a. Uji Petik, dilakukan untuk mengecek kesesuaian barang secara
fisik dan membandingkannya dengan data stok barang pada
komputer.
Tata cara uji petik yaitu :
1. Mengisi form uji petik dengan data sampling 20 item barang
setiap harinya secara acak (10 obat ethical dan 10 obat
bebas/bebas terbatas).
29
2. Pengisian form dimulai dari nama barang, jumlah stok fisik,
kurangnya barang, lebihnya barang, nilai barang yang
kurang/lebih (dalam rupiah), dan keterangan penyelesaian.
30
3. Menginvetarisasi barang-barang yang tidak laku atau kurang laku (TL/KL)
c. Kartu stock, merupakan kartu kendali yang dilampirkan dalam
wadah penyimpanan obat/rak obat yang diberi judul nama obat
disertai kekuatan sediaan, dan bentuk sediaan. Kartu stok harus
memuat tanggal pengambilan, jumlah pengambilan dan
pengurangan, dan paraf petugas yang menambah atau mengurangi
jumlah obat. Perlakuan khusus untuk obat golongan narkotika dan
psikotropika, setiap pengurangan jumlahnya, keterangan nomor
resep juga harus dituliskan pada kartu stok.
d. Buku catatan penolakan obat, adalah suatu buku yang berisikan
nama obat yang ditolak dikarenakan tidak tersedia atau
barangnya kosong, buku catatan penolakan obat berisi tanggal
dan nama obat yang selanjutnya dilengkapi dengan nominal
harga obat, lalu diadministrasikan dalam laporan penolakan
obat yang kemudian akan dievaluasi sebagai bahan
pertimbangan pada proses pembelian selanjutnya. Sebagai
apotek pelayanan, harus selalu diupayakan dapat melayani
resep yang masuk. Presentase penolakan resep harus seminimal
mungkin agar kepercayaan konsumen dapat terjaga.
e. Waktu pelayanan, adalah waktu yang digunakan untuk
melayani resep yang bertujuan untuk menjamin kepuasan dan
kenyamanan pelanggan, maka waktu pelayanan resep harus
dilakukan secara optimal. Waktu pelayanan obat non-racikan
yang ditetapkan yaitu kurang dari 15 menit dan waktu
pelayanan obat racikan kurang dari 30 menit. Jika waktu
pelayanan lebih dari ketentuan maka konsumen akan
mendapatkan potongan harga.
c. Pengeluaran Uang
38
Pengeluaran uang meliputi biaya-biaya operasional, seperti
pembayaran rekening listrik, air, telepon, biaya transportasi untuk
antar obat, biaya untuk pembelian alat tulis kantor, dll.
3. Pelaporan keuangan
Laporan keuangan berfungsi sebagai pemberi informasi mengenai
perubahan-perubahan yang terjadi pada keuangan karena adanya kegiatan
operasional transaksi jual-beli barang atau jasa selama pada kurun waktu
tertentu. Akuntasi keuangan adalah suatu proses pencatatan dan
pengukuran informasi mengenai perkembangan keuangan suatu
perusahaan. Laporan keuangan dibuat per hari kemudian dibuat laporan
per bulan, per triwulan dan per tahun. Bentuk-bentuk laporan keuangan
yang ada di apotek umumnya terdiri dari tiga bentuk yaitu :
a. Laporan laba-Rugi, yaitu laporan yang menggambarkan tentang aliran
pendapatan dan biaya operasional yang dikeluarkan selama periode
waktu tertentu.
b. Laporan neraca, yaitu laporan yang menggambarkan tentang potret
kondisi kekayaan apotek pada tanggal tertentu.
c. Laporan cash flow, yaitu laporan yang menggambarkan tentang aliran
kas yang masuk dan keluar pada periode tertentu.