Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Apotek merupakan salah satu lahan praktek yang berkaitan erat dengan

kegiatan dan pelayanan kefarmasian. Di apotek masyarakat bisa mendapatkan

pelayanan yang berhubungan dengan obat-obatan, selain itu juga diharapkan

dapat melakukan pengobatan sendiri yaitu melalui obat-obat bebas atau tanpa

resep dokter. Keberadaannya sangat menunjang bagi kelangsungan kesehatan

pasien. Pelayanan yang dilakukan di apotek antara lain adalah pengelolaan

obat yaitu perencanaan pembelian obat, pengadaan, pembelian, pelayanan dan

penyerahan obat kepada pasien serta pelaporan dan administrasi.

Praktek kerja lapangan sangat memberi manfaat dan berperan bagi

mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan teoritis yang didapat selama

mengenyam pendidikan di Akademi Farmasi. Kegiatan praktek ini sebagai

penjabaran disiplin ilmu yang erat kaitannya dengan kefarmasian sehingga

mahasiswa diharapkan terampil dalam bidang kefarmasian di apotek sehingga

setiap bagian dari kegiatan praktek kerja lapangan tersebut berguna bagi

mahasiswa Akademi Farmasi dan memberikan pengalaman dalam

mengetahui dan memahami tugas sebagai Ahli Madya Farmasi di Apotek.

1.2 Tujuan PKL Apotek

Tujuan PKL meliputi :

1. Untuk memperkenalkan mahasiswa pada dunia usaha

1
2. Menumbuhkan dan meningkatkan sikap professional yang diperlukan

mahasiswa untuk memaski dunia usaha

3. Meningkatkan daya kreasi dan produktifitas terhadap mahasiswa sebagai

persiapan dalam emnghadapi atau memasuki dunia usaha yang

sesungguhnya

4. Meluaskan wawan dan pandangan mahasiwa terhadap jenis-jenis

pekerjaan pada tempat dimana mahasiswa melaksanakan Praktek Kerja

Lapangan (PKL) Apotek

1.3 Fungsi PKL Apotek

1. Mahasiswa dapat secara langsung menerapkan bekal ilmu dan

pengetahuan di dunia kerja yaitu pelayanan kesehatan khususnya

pelayanan kefarmasian di apotek.

2. Sebagai sarana untuk melatih calon ahli madya farmasi agar mampu

menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja.

3. Dapat meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan, keterampilan

pemahaman, kreativitas, serta kinerja praktek mahasiswa dalam pelayanan

kefarmasian di apotek

1.4 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan PKL

Praktek kerja lapangan dilaksanakan mulai dari 29 juli 2019-29

agustus 2019 bertempat di Apotik Plus panaikang

2
BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Pengertian Apotek

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan pekerjaan

kefarmasian oleh apoteker. Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan

termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,

penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat,

pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta

pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisonal (PP 51,2009).

Apotek merupakan satu sarana pelayanan kesehatan yang dipimpin oleh

seorang apoteker yang diharapkan mampu untuk menjamin peningkatan

kualitas hidup manusia dengan hasil yang optimal melalui pengobatan yang

efektif, rasional dan aman. Apotek harus mengutamakan kepentingan

masyarakat dan berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan

pembekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin

(permenkes 1027, 2004).

2.2 Tugas dan Fungsi Apotek

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980, tugas dan

fungsi apotek adalah sebagai berikut :

1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan

jabatan.

3
2. Sarana farmasi yang telah melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,

pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat.

3. Sarana penyaluran pembekalan farmasi yang harus menyalurkan obat yang

diperlukan masyarakat secara luas dan merata.

4. Sebagai sarana pelayanan informasi obat dan pembekalan farmasi lainnya

kepada masyarakat.

2.3 Tujuan Apotek

1. Meningkatkan kualitas pelayanan di apotek.

2. Memberi perlindungan pasiewn dan masyarakat dalam memperoleh

pelayanan kefarmasian di apotek, dan

3. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dalam memberikan

pelayanan kefarmasian di apotek ( Permenkes RI no.9,2007).

2.4 Persyaratan Apotek

Menurut Kepmenkes 1332/Menkes/SK/X/2002, persyaratan apotek yaitu :

untuk mendapatkan izin apotek, apoteker bekerja sama dengan pemilik sarana

yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan

termasuk sediaan farmasi yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik

pihak lain.

1. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan

komoditi yang lain diluar sediaan farmasi.

2. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain diluar

sediaan farmasi.

4
Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian apotek adalah :

1. Lokasi dan tempat

Jarak antara apotek tidak lagi dipersyaratkan, namun sebaiknya tetap

mempertimbangkan segi beli penduduk di sekitar apotek, kesehatan

lingkungan, keamanan dan mudah dijangkau masyarakat dengan

kendaraan.

2. Bangunan

Bangunan apotek harus mempunyai luas dan memenuhi persyaratan yang

cukup, serta memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin

kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu

perbekalan kesehatan di bidang farmasi.

Bangunan di apotek sekurang-kurangnya terdiri dari :

a. Ruang tunggu

b. Ruang administrasi dan ruang kerja apoteker

c. Ruang penyimpanan obat

d. Ruang peracikan dan penyerahan obat

e. Tempat pencucian obat

f. Kamar mandi dan toilet

Bangunan apotek juga harus dilengkapi dengan sumber air yang

memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang baik, alat pemadam

kebakaran yang berfungsi baik, ventilasi dan sistem sanitasi yang baik dan

memenuhi syarat higienis, papan nama yang memuat nama apotek, nama

5
apoteker pengelola apotek, nomor surat izin apotek, nomor telepon

apotek.

3. Perlengkapan

Perlengkapan apotek yang harus dimiliki yaitu :

a. alat pembuangan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan,

mortir, alu, gelas ukur dan alat lainnya.

b. Perlengkapan dan alat penyimpanan, dan pembekalan farmasi, seperti

lemari obat dan lemari pendingin.

c. Wadah pengemas dan pembungkus, etiket dan plastik pengemas.

d. Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika dan bahan

beracun.

e. Buku standar farmakope indonesia, informasi spesialite obat i

ndonesia, daftar pelaporan harga obat, serta kumpulan peraturan

perundang-undangan yang berhubungan dengan apotek.

f. Alat administrasi, seperti blanko pesanan obat, faktur, kwitansi,

salinan resep dan lain-lain.

2.5 Pengelolaan Apotek

Berdasarkan Permenkes No.1332/Menkes/SK/X/2002, Pengelolaan apotek

merupakan upaya dan kegiatan apoteker untuk melaksanakan tugas dan

fungsi pelayanannya di apotek. Pengelolaan apotek dapat dibagi menjadi 2

yaitu :

1. Pengelolaan teknis kefarmasian

6
a. Pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran,

penyimpanan dan penyerahan obat dan bahan obat.

b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan pembekalan

farmasi lainnya.

c. Pelayanan informasi mengenai pembekalan farmasi, meliputi :

1) Pelayanan informasi tentang obat dan pembekalan farmasi yang

diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya maupun

kepada masyarakat.

2) Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan,

abahaya atau mutu suatu obat dan pembekalan farmasi lainnya.

3) Pelayanan informasi yang berdasarkan pada kepentingan

masyarakat.

2. Pengolahan non teknis

Pengolahan non teknis meliputi semua kegiatan administrasi,

keuangan, pajak, personalia, kegiatan bidang material dan bidang lain

yang berhubungan dengan apotek.

2.6 Pelayanan Apotek

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.922/MENKES/PER/X/1993

tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek, pelayanan apotek

meliputi :

1. Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan

keahlian profesi yang dilandasi pada kepentingan masyarakat.

7
2. Apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat generik yang ditulis

dalam resep dengan obat paten.

3. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang ditulis di dalam resep,

apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang

lebih tepat.

4. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan

penggunaan obat yang disarankan kepada pasien, penggunaan obat secara

tepat, aman dan rasional atas permintaan masyarakat.

5. Apabila Apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan

atau penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan

kepada dokter penulis resep, bila dokter tetap pada pendiriannya dokter

wajib menyatakan secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan di atas

resep.

6. Salinan resep harus ditanda tangani oleh apoteker.

7. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam

jangka waktu tiga tahun.

8. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter untuk

penulis atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan,

petugas kesehatan atau petugas lainnya yang berwenang menurut

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

9. Apoteker pengelola apotek, apoteker pendamping atau apoteker

pengganti diizinkan menjual obat keras tanpa resep dokter yang

8
dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA), yang ditetapkan

oleh menteri kesehatan.

10. Apabila apoteker pengelola paotek berhalangan melakukan tugas pada

jam buka apotek, apoteker pengelola apotek harus menunjuk apoteker

pendamping.

11. Apabila apoteker pengelola apotek dan apoteker pendamping karena hal-

hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, apoteker pengelola apotek

dapat menunjuk apoteker pengganti dan harus dilaporkan kepada kepala

dinas kesehatan tingkat II dengan tembusan kepada dinas kesehatan

tingkat I dan kepada badan POM.

12. Apoteker p[endamping dan apoteker pengganti wajib memenuhi

persyaratan administratif yang berhubungan dengan izin kerjanya sebagai

apoteker.

13. Dalam pelaksanaan pengelola apotek dapat dibantu oleh asisten apoteker.

14. Asisten apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek di bawah

pengawasan apoteker.

2.7 Peraturan perundang-undangan bidang apotek

Adapun aturan-aturan yang mengatur tentang apotek di Indonesia adalah

sebagai berikut :

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia N0. 51 tahun 2009 tentang

Pekerjaan Kefarmasian.

2. Permenkes RI No. 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian

di Apotek.

9
3. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

4. Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tanuh 2009 tentang Narkotika.

5. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997 tentang

Psikotropika.

6. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas Peraturan

Pemerintah No. 26 tahun 1965 mengenai Apotek.

7. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.

1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek.

8. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.

1332/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian

Izin Apotek.

9. Peraturan Mentri Kesehatan No. 688/MENKES/VII/1997 tentang

Psikotropika.

10. Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/MENKES/PER/I/1978 tentang

Penyimpanan Narkotika.

11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

284/MENKES/PER/III/2007 tentang Apotek Rakyat.

12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian

Izin Apotek.

10
BAB III

APOTEK PARAPEMIKIR

3.1 Sejarah Apotek Parapemikir

Keberadaan apotek di kota Makassar sangatlah berarti karena sarana

pelayanan kefarmasian ini memudahkan rumah sakit atau instalasi kesehatan

lainnya untuk membeli obat yang tidak ada atau tidak disediakan dirumah

sakit tersebut untuk pelayanan kesehatan, pencegahan, dan pemberantasan

penyakit di wilayah masing-masing. Apotek plus grup ini berada di wilayah

yang ramai sehingga mudah di jangkau oleh masyarakat. Apotek plus grup

memiliki 4 outlet yaitu : Apotek Plus Sinar Jakarta, Apotek Plus Tamalanrea,

Apotek Plus Panaikang, dan Apotek Alfa Farma.

Apotek Plus Panaikang berdiri tahun 2015. Apotek ini terletak di jl.

Urip Sumohardjo No. 5. Di kelola oleh seorang Apoteker yang bernama Irfan

Kurniawan S.Si.,Apt. dan PSA yang bernama Ambo Intang S.Si., M.kes.,

Apt.

3.2 Tata Ruang Apotek

Apotek plus panaikang memiliki fasilitas yang memadai yaitu kasir,

komputer, tempat penerimaan resep, rak obat, meja racik, telepon, swalayan

farmasi, AC, ruang tunggu pasien/konsumen, mesin cetak struk pembelian,

toilet dan TV.

11
3.3 Struktur Organisasi

OWNER

APA APLUS SINAR APA APLUS APA APLUS APA APLUS ALFA
JAKARTA TAMALANREA PANAIKANG FARMA

APING APING APING APING

AA AA AA AA

3.4 Kegiatan Apotek

1. Order / Pemesanan

Pemesanan suatu produk obat harus menggunakan Surat

Pemesanan (SP). Surat pemesanan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu surat

pemesanan biasa, surat pemesanan psikotropika dan surat pemesanan

narkotika. Surat pemesanan biasa digunakan untuk pemesanan obat-obat

yang tidak masuk kedalam golongan psikotropika dan narkotika.

Surat pemesanan psikotropika dikhususkan untuk pemesanan obat-

obat yang termasuk dalam golongan psikotropika. Surat pemesanan biasa

dan pemesanan psikotropikaboleh memesan lebih dari 1 jenis obat dalam

setiap surat pemesanan dan dapat melakukan pesanan kepada PBF yang

mempunyai obat yang diinginkan.

12
2. Penyimpanan

Penyimpanan barang didasarkan pada konsep FIFO (First In First

Out) dan FEFO (First Expired First Out). Penyimpanan dengan

menggunakan konsep ini dapat menjamin bahwa produk obat yang

disalurkan ke konsumen merupakan produk obat yang aman dan tidak

melewati batas kadaluwarsa. Khusus untuk obat golongan narkotika,

penyimpanan obat adalah lemari khusus narkotika yang menempel pada

dinding.

APA yang memusnahkan narkotika harus membuat berita acara

pemusnahan narkotika yang memuat:

a. Hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan

b. Nama apoteker pengelola apotek

c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari apotek

tersebut.

d. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan.

Cara pemusnahan :

a. Tanda tangan penanggung jawab apotek dan saksi-saksi.

b. Kemudian berita acara tersebut dikirimkan kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

Surat pemesanan narkotika merupakan surat pemesanan yang

dikhususkan untuk pemesanan obat golongan narkotika. Surat

pemesanan narkotika hanya boleh memesan 1 jenis obat golongan

narkotika dalam setiap pemesanan.

13
3. Pencatatan Barang

Setiap produk memiliki kartu stok sehingga dapat terpantau dengan

jelas jumlah obat yang masuk, keluar serta stok yang tersedia. Penyusunan

kartu stok dipisahkan berdasarkan jenis obat tersebut, apakah obat secara

umum (tablet/kapsul), generik, injeksi, dan lain sebagainya. Setiap barang

pesanan yang datang akan dicatat sebagai pemasukan, dan setiap barang

yang keluar akan dicatat sebagai pengeluaran. Pencatatan dalam kartu stok

diurutkan berdasarkan tanggal. Dengan demikian, jumlah obat yang masuk

dan keluar dalam satu bulan dapat terpantau.

4. Peresepan

Tata cara pemusnahan resep telah diatur dalam Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No. 280/MenKes/V/1981 tentang ketentuan

dan Tata Cara Pengelolaan Apotek pasal 7 ayat (1), (2), (3), (4), (5)

disebutkan tentang resep sebagai berikut:

a. Apoteker Pengelola Apotek mengatur resep menurut urutan tanggal dan

nomor urutan penerimaan resep dan harus disimpan sekurang-

kurangnya 3 tahun.

b. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 3 tahun dapat

dimusnahkan.

c. Pemusnahan resep dapat dilakukan dengan cara dibakar atau cara lain

oleh Apoteker Pengelola Apotek bersama dengan sekurang-kurangnya

petugas apotek. Berita acara pemusnahan dikirimkan ke Dinas

14
Kesehatan Kota dengan tembusan Balai Besar Pengawas Obat dan

Makanan Propinsi.

5. Pelaporan

Pelaporan yang dilakukan oleh apotek terdiri dari 3 jenis laporan,

yaitu laporan penggunaan obat generik, laporan penggunaan obat

psikotropik dan penggunaan obat narkotik. Laporan penggunaan obat

generik bertujuan untuk mengetahui persentase peresepan obat generik

oleh dokter. Laporan peresepan obat generik ini diserahkan kepada Dinas

Kesehatan Kota Pontianak, dengan tembusan ke Dinas Kesehatan Provinsi

dan BPOM.

Laporan penggunaan obat psikotropik dan narkotik bertujuan untuk

memantau penggunaan obat-obat golongan psikotropik maupun narkotik

sehingga tidak terjadi penyalahgunaan obat tersebut. Laporan-laporan

tersebut dibuat setiap sebulan sekali dan setiap laporan ditandatangani oleh

APA.

3.5 Pengelolaan Apotek

Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No.992/MenKes/Per/X/1993

bab IV pasal 12 menyebutkan bahwa apoteker berkewajiban menyediakan,

menyimpan, menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan yang

keabsahannya terjamin. Obat dan perbekalan farmasi yang karena sesuatu hal

tidak dapat digunakan lagi atau dilarang digunakan, harus dimusnahkan

dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan

Direktur Jendral. Pemusnahan tersebut dilakukan oleh Apoteker Pengelola

15
Apotek atau Apoteker pengganti dibantu sekurang-kuangnya seorang

karyawan Apotek (pasal 13 ayat 1) dan wajib dibuat berita acara pemusnahan.

Pemusnahan narkotika dan psikotropika wajib mengikuti ketentuan undang-

undang yang berlaku.

Pengelolaan apotek menjadi tugas dan tanggung jawab seorang apoteker

pengelola apotek yang sesuai dengan PerMenKes No.

922/MenKes/Per/X/1993 tentang pengelolaan apotek yang meliputi:

a. Pembuatan, pengelolaan, peracikan, perubahan bentuk, pencampuran,

penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat.

b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan penyerahan perbekalan farmasi

lainnya.

c. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi.

Menurut peraturan Menteri RI No.992/MenKes/Per/X/1993 bab IV pasal

11 pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi meliputi:

a. Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya yang

diberikan kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya maupun kepada

masyarakat.

b. Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan, bahaya

atau mutu obat dan perbekalan farmasi lainnya. Pelayanan informasi

tersebut diatas wajib didasarkan pada kepentingan masyarakat.

16
3.5.1 Penjualan

Berdasarkan SK Menkes No. 280 tahun 1981 pasal 24 bahwa

pemberian harga obat dan perbekalan farmasi lainnya serta jasa apotek

harus ditekan serendah mungkin berdasarkan usul panitia yang terdiri dari

wakil-wakil Balai Besar POM, pabrik obat dan apotek. Struktur harga obat

yang ditetapkan oleh gabungan perusahaan farmasi (GPF) dan di setujui

oleh pemerintah yaitu harga eceran tertinggi (HET) kepada konsumen dan

tidak boleh dilampaui oleh pedagang eceran.

Pada prinsipnya harga obat dengan resep adalah sebagai berikut:

HJA = {(HNA+PPN)xIndeks} + tuslag +

embalase

Obat Daftar G = {(HNA+PPN)x1,3} + tuslag + embalase

Obat HV yang diresepkan = {(HNA+PPN)x1,3} + tuslag + embalase

Obat HV = {(HNA+PPN)x1,1}

Obat resep racikan = {(HNA+PPN)x1,3} + tuslag + embalase

Penjualan obat atau alat kesehatan secara umum dibagi menjadi dua yaitu:

a. Penjualan obat dengan resep dokter

Pejualan obat melalui resep merupakan penjualan terpenting.

Penjualan dapat dilakukan secara kredit maupun kontan. Penjualan

kontan ditujukan untuk umum, yaitu pembelian membayar langsung

harga obat yang dibelinya sedangkan penjualan kredit ditujukan untuk

pelanggan (pribadi atau instansi) sebagai usaha apotek untuk

mengembangkan jangkauan konsumen.

17
b. Penjualan obat bebas (tanpa resep)

Penjualan ini meliputi obat-obat bebas, obat bebas terbatas, OWA,

kosmetik, alat kesehatan dan barang-barang lain yang dijual di apotek.

Selain kedua tipe penjualan tersebut dilakukan juga penjualan khusus

pada dokter (untuk keperluan sendiri), rumah sakit, balai pengobatan,

dan lain-lain. Penjualan pada rumah sakit biasanya diberikan diskon

khusus karena dilakukan dalam jumlah atau partai besar. Penjualan

pada rumah sakit harus berdasarkan pada surat pesananan (SP) yang

ditandatangani oleh apoteker penanggung jawab di rumah sakit.

18
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peraktek Kerja Lapangan di laksanakan di Apotek Plus Panaikang yang

mana Apotek ini merupakan salah satu cabang dari Apotek Plus Group. Apotek

Plus Group sendiri memiliki empat cabang Apotek yaitu Apotek Plus Sinar

Jakarta, Apotek Plus Tamalanrea, Apotek Plus Alfa Farma dan Apotek Plus

Panaikang. Terkhusus Apotek Plus Panaikang ini terletak di Jl. Urip Sumoharjo

No.5, Panaikang, Kec. Panakukang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Praktek

kerja lapangan ini dilaksanakan dari tanggal 29 Juli 2019 sampai 29 Agustus

2019. Praktek kerja lapangan ini bertujuan untuk memperkenalkan mahasiswa

pada dunia usaha, menumbuhkan dan meningkatkan sikap profosional yang

diperlukan mahasiswa untuk memasuki dunia usaha, meningkatkan daya kreasi

dan produktifitas terhadap mahasiswa sebagai persiapan dalam menghadapi dunia

usaha yang sesungguhnya serta memperluas wawasan dan pengetahuan

mahasiswa.

Adapun kegiatan yang dilakukan selama mengikuti praktek kerja lapangan

yaitu berbagai pembelajaran mengenai pengelolaan apotek yang meliputi

pengelolaan sumber daya manusia, sarana dan prasarana, serta sediaan farmasi

dan pembekalan kesehatan lainnya.

Dalam manajemen farmasi peserta pkl mempelajari perencaan, pengadaan

obat, penerimaan, penyimpanan, pelayanan, pendistribusian, pelaporan dan

pencatatan.

19
Perencanaan pembekalan farmasi dilakukan dengan baik dan sistematis

karena dilakukan oleh petugas di apotek dengan menggunakan data dari pola

epidemilogi, pola konsumsi, cito dan dari hasil penjualan (pareto).

Pengadaan

Pengadaan obat di Apotek Plus Panaikang dilakukan dengan cara

pemesanan kepada PBF melalui telepon atau sales yang datang, barang yang

datang kemudian dibuatkan surat pesanan (sp) yang ditanda tangani oleh apoteker.

Penerimaan

Setelah pengadaan barang yang sudah dipesan akan di antarkan oleh PBF

kemudian diterima oleh petugas apotek dengan memeriksa faktur barang yang

diterima. Pada saat menerima faktur hal yang perlu diperhatikan adalah nama

apotek yang ditujukan, nama obat yang dipesan, bentuk sediaan dan jumlahnya,

harga, no. Batch dan expired date (ED).

Penyimpanan barang yang telah diterima kemudian disimpan ketempat

penyimpanan seperti lemari atau rak obat berdasarkan alfabetis dan jenis

sediaanya. Khusus untuk sediaan serum, insulin dan suppositoria disimpan

didalam lemari pendingin. Sedangkan obat narkotika dan psikotropika disimpan

didalam lemari khusus yang terdiri dari dua pintu.

Pelayanan pada Apotek Plus Panaikan terdiri atas tiga pelayanan yaitu

pelayanan resep, pelayanan non resep, dan pelayanan swamedikasi dan konseling.

Pendistribusian obat di Apotek bisa dialurkan dar pabrik sebagai produksi

kemudian PBF sebagai penyalur lalu Apotek sebagai pelayanan dan pasien

sebagai konsumen.

20
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan pelaporan eksternal.

Pelaporan internar meliputi laporan siklus keluar masuk barang, laporan pareto,

laporan barang expired date, laporan selisih SO ( Stok Opname), laporan

aset.sedangkan laporan eksternal meliputi laporan sipnap dan pajak untuk diluar

lingkup apotek dimana sipnap ditujukan untuk pelaporan narkotika dan

psikotropika pada dinas kesehatan yang disetai berita acara dan pelaporan pajak

pada Direktorat Jendral Pajak.

Sedangkan pencatatan dilakukan dengan kartu stok narkotika, psikotropika

dan prekursor, dimana kartu stoknya terdiri atas nama sediaan, dosis, bentuk

sediaan, no.tanggal, no.batch, expired date, no. Resep, masuk, keluar, sisa dan

keterangan.

Peserta pkl juga melakukan berbagai pekerjaan teknis yang terdapat di

Apotek, seperti :

a. Menerima dan membaca resep

Beberapa hal yang perlu diperhatikan di resep agar tidak terjadi kesalahan

yang fatal adalah dengan memperhatikan bentuk tulisan resep. Selain itu perlu

diperhatikan pula obat apa yang diminta oleh dokter. Apabila terdapat

keraguan dalam membaca tulisan resep maka dilakukan konsultasi kepada

apoteker atau dokter yang bersangkutan.

b. Pengemasan dan penandaan atau mempersiapkan obat.

Tablet atau kapsul dikemas di dalam sak obat, obat yang berbentuk serbuk

dikemas di salam kertas perkamen yang kemudian dimasukkan lagi ke dalam

sak obat untuk menjaga obat tetap aman. Obat yang berupa sediaan salep,

21
krim atau obat tetes mata serta sirup langsung diberikan kepada pasien

dengan menggunakan wadah obat yang bersangkutan.

c. Perhitungan racikan dan meracik

Perhitungan merupkan salah satu hal yang sangat penting dalam meracik

obat dari resep. Apabila salah menmghitung, maka jumlah dosis yang akan

diberikan kepada pasien pun akan salah. Hal tersebut dapat mengakibatkan

kesalahan yang fatal. Oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan yang teliti

dan tepat sehingga obat yang dibuat pun tepat dosisnya. Pada umumnya

kapsul, pulveres serta salep merupakan sediaan yang paling sering diracik dan

sering menggunakan perhitungan.

d. Penulisan etiket dan kopi resep

Setiap obat yang akan diserahkan kepada pasien akan disertai dengan

suatu etiket. Etiket berisikan kode resep, tanggal pelayanan, nama pasien,

serta aturan penggunaan obat. Adanya etiket tersebut dapat mempermudah

petugas apotek untuk mengecek kembali jenis obat yang akan diberikan

apabila suatu saat akan terjadi komplain. Selain itu etiket juga akan

mempermudah pasien dalam pengulangan membeli obat, pasien tidak perlu

membawa semua obat yang ada di resep cukup dengan membawa etiket maka

petugas resep akan mencari resep dengan nomor resep yang tertera pada

etiket. Apotek juga melayani kopi resep baik untuk obat yang telah diambil

maupun untuk obat yang belum diambil.Setiap kopi resep yang akan

diserahkan kepada pasien harus disertai dengan tanda tangan Apoteker

Pengelola Apotek

22
BAB V

PENUTUP

5.1 SIMPULAN

Apotek Plus Panaikang telah menerapkan prosedur dengan baik.

Penyimpanan obatnya menurut FIFO dan FEFO serta disusun menurut

alfabetis tujuannya untuk memperkecil kemungkinan obat expire date dan

mempermudah dalam pencarian obat. Obat yang sering di beli masyarakat

dipisah dan dinamakan obat-obatan fast moving, tujuannya untuk

mempermudah pengambilan obat.

5.2 SARAN

Sebaiknya APotik Plus Panaikang rutin melakukan pemeriksaan obat guna

menghindari kekosongan obat dan melakukan pemesanan obat jauh-jauh hari

untuk menghindari keterlambatan dalam pengadaan obat jika tidak tersedia di

Outlet-Outlet Apotik Plus.

23
DAFTAR PUSTAKA

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 1993. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 992/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan
Dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 1332/MENKES/SK/PER/X/2002 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
992/MENKES/PER/X/1993 Tengtang Ketentuan Cara Pemberian
Izin Apotek. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/IX/2004 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Kesehatan No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang
Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Apotek. Jakarta.
Presiden Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia
No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. 1980. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 25 Tahun 1980 Tentang Perubahan dan Tambahan Atas
Peraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun 1965 Tentang Apotik. Jakarta.

24

Anda mungkin juga menyukai