Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Etika Profesi dan Undang – Undang
yang Diampu Oleh :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang, Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah
tentang Kode Etik dan Peraturan Kefarmasian.
Makalah ini kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi.
Terlepas dari semua hal tersebut, Kami menyadari bahwa masih ada
kekurangan, baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu,
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini. Akhir kata, kami harap semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
maupun inspirasi untuk pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Pasal 3
Seorang Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi
Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada
prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.
Pasal 5
Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker harus menjauhkan diri dari
usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan
tradisi luhur jabatan kefarmasian.
Pasal 7
Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.
Pasal 9
Seorang Apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian harus
mengutamakan kepentingan masyarakat dan menghormati hak asazi penderita
dan melindungi makhluk hidup insani.
Pasal 10
Setiap Apoteker harus memperlakukan Teman Sejawatnya sebagaimana ia
sendiri ingin diperlakukan.
Pasal 11
Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk
mematuhi ketentuan-ketentuan Kode Etik.
BAB IV
KEWAJIBAN APOTEKER/FARMASIS TERHADAP SEJAWAT
PETUGAS KESEHATAN LAIN
Pasal 13
Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun
dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan
menghormati Sejawat Petugas Kesehatan.
Pasal 14
Setiap Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang
dapat mengakibatkan berkurangnya/hilangnya kepercayaan masyarakat kepada
sejawat petugas kesehatan lain.
Implementasi – Jabaran Kode Etik :
Bilamana seorang apoteker menemui hal-hal yang kurang tepat dari pelayanan
profesi kesehatan lainnya, maka apoteker tersebut harus mampu
mengkomunikasikannya dengan baik kepada profesi tersebut, tanpa yang
bersangkutan harus merasa dipermalukan.
BAB V
PENUTUP
Pasal 15
Setiap Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik
Apoteker Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari. Jika
seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun idtak sengaja melanggar atau
tidak mematuhi Kode Etik Apoteker Indonesia, maka Apoteker tersebut wajib
mengakui dan menerima sanksi dari pemerintah, Ikatan/Organisasi Profesi
Farmasi yang menanganinya yaitu ISFI dan mempertanggungjawabkannya
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ditetapkan : Jakarta
Pada Tanggal : 08 Desember 2009
3.2.2 Interaksi Profesi Farmasi Dengan Tenaga Kesehatan Lain Dalam Praktek
Pelayanan Kefarmasian
A. Peran Farmasi (Apoteker)
Apoteker adalah seseorang yang mempunyai keahlian dan kewenangan
dibidang kefarmasian baik di apotek, rumah sakit, industri pendidikan dan
bidang lainnya yang masih berkaitan dengan bidang kefarmasian. Peran
farmasi yaitu :
a) Sebagai penanggung jawab di industri farmasi pada bagian pemastian
mutu, produksi dan pengawasan mutu.
b) Sebagai penanggungjawab fasilitas pelayanan kefarmasian yaitu di
apotek, rumah sakit, puskesmas, klinik obat atau praktek bersama.
c) Apoteker dapat mengganti obat merek dagang dengan obat generik
yang sama komponen aktifnya atau obat merek dagang lainnya atas
persetujuan dokter dan/atau pasien.
d) Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan
kefarmasian, apoteker dapat mengangkat seseorang apoteker
pendamping yang memiliki SIPA.
B. Bidang Pelayanan Kefarmasian
a) Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti,
akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini diperlukan dalam upaya
penggunaan obat yang rasional oleh pasien. Informasi yang perlu
diberikan kepada pasien adalah kapan obat digunakan dan berapa
banyak; lama pemakaian obat yang dianjurkan; cara penggunaan
obat; dosis obat; efek samping obat; obat yang berinteraksi dengan
kontrasepsi oral; dan cara menyimpan obat
b) Pelayanan Konseling Obat
Konseling obat adalah suatu proses komunikasi dua arah yang
sistematik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan
memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan obat. Apoteker
perlu memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan
dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga yang bersangkutan
terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang
salah, terutama untuk penderita penyakit kronis seperti
kardiovaskular, diabetes, tuberkulosis dan asma
c) Home Care
Pelayanan Residensial (home care) adalah pelayanan apoteker
sebagai care giver dalam pelayanan kefarmasian di rumah pasien,
khususnya untuk kelompok lansia, pasien kardiovaskular, diabetes,
tuberkulosis, asma, dan penyakit kronis lainnya. Untuk kegiatan ini
apoteker harus membuat catatan pengobatan pasien (patient
medication record).
Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 tahun 2009 disebutkan
pelayanan resep atau penyerahan obat resep dokter di pelayanan
kefarmasian (salah satunya puskesmas) harus dilakukan oleh
apoteker.1 Menurut Uyung Pramudiarja (2011) hanya 10%
puskesmas yang memiliki apoteker.4 Masalah penelitian adalah
belum diketahui bagaimana peran apoteker di puskesmas dan
permasalahan pelayanan kefarmasi-an di puskesmas. Tujuan
penelitian adalah mendapatkan informasi tentang peran apoteker dan
permasalahannya dalam pelayanan kefarmasian di puskesmas
perawatan. Hasil penelitian diharapkan sebagai masukan bagi pihak
yang terkait untuk meningkatkan ketersediaan apoteker dalam
pelayanan kefarmasian di puskesmas.
BAB IV
Pelayanan Kefarmasian di Apotek diselenggarakan oleh Apoteker, dapat
dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian
yang memiliki Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik.
Pasal 3
1. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi standar :
a. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai; dan
b. Pelayanan farmasi klinik.
2. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. perencanaan;
b. pengadaan;
c. penerimaan;
d. penyimpanan;
e. pemusnahan;
f. pengendalian; dan
g. pencatatan dan pelaporan.
3. Pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. pengkajian Resep;
b. dispensing;
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
d. konseling;
e. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care);
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan pelayanan farmasi klinik
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Pasal 4
1. Penyelenggaraan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek harus
didukung oleh ketersediaan sumber daya kefarmasian yang berorientasi
kepada keselamatan pasien.
2. Sumber daya kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. sumber daya manusia; dan
b. sarana dan prasarana.
Pasal 5
1. Untuk menjamin mutu Pelayanan Kefarmasian di Apotek, harus
dilakukan evaluasi mutu Pelayananan Kefarmasian.
Pasal 6
Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Apotek harus menjamin
ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau.
Kasus-kasus pelanggaran kode etik akan ditindak dan dinilai oleh suatu
dewan kehormatan atau komisi yang dibentuk khusus untuk itu. Karena
tujuannya adalah mencegah terjadinya perilaku yang tidak etis, seringkali kode
etik juga berisikan ketentuan-ketentuan profesional, seperti kewajiban melapor
jika ketahuan teman sejawat melanggar kode etik. Ketentuan itu merupakan
akibat logis dari self regulation yang terwujud dalam kode etik; seperti kode
ituberasal dari niat profesi mengatur dirinya sendiri, demikian juga diharapkan
kesediaan profesi untuk menjalankan kontrol terhadap pelanggar. Namun
demikian, dalam praktek sehari-hari control ini tidak berjalan dengan mulus
karena rasa solidaritas tertanam kuat dalam anggota-anggota profesi, seorang
profesional mudah merasa segan melaporkan teman sejawat yang melakukan
pelanggaran. Tetapi dengan perilaku semacam itu solidaritas antar kolega
ditempatkan di atas kode etik profesi dan dengan demikian maka kode etik
profesi itu tidak tercapai, karena tujuan yang sebenarnya adalah menempatkan
etika profesi di atas pertimbangan-pertimbangan lain. Lebih lanjut masing-
masing pelaksana profesi harus memahami betul tujuan kode etik profesi baru
kemudian dapat melaksanakannya.
Kode Etik Profesi merupakan bagian dari etika profesi. Kode etik profesi
merupakan lanjutan dari norma-norma yang lebih umum yang telah dibahas dan
dirumuskan dalam etika profesi. Kode etik ini lebih memperjelas, mempertegas
dan merinci norma-norma ke bentuk yang lebih sempurna walaupun sebenarnya
norma-norma tersebut sudah tersirat dalam etika profesi. Dengan demikian kode
etik profesi adalah sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan tegas
serta terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa
yang salah dan perbuatan apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh
seorang profesional.
Kode etik yang ada dalam masyarakat Indonesia cukup banyak dan
bervariasi. Umumnya pemilik kode etik adalah organisasi kemasyarakatan yang
bersifat nasional, misalnya Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), kode etik Ikatan
Penasehat HUKUM Indonesia, Kode Etik Jurnalistik Indonesia, Kode Etik
Advokasi Indonesia dan lain-lain. Ada sekitar tiga puluh organisasi
kemasyarakatan yang telah memiliki kode etik.
Suatu gejala agak baru adalah bahwa sekarang ini perusahaan-perusahan
swasta cenderung membuat kode etik sendiri. Rasanya dengan itu mereka ingin
memamerkan mutu etisnya dan sekaligus meningkatkan kredibilitasnya dan
karena itu pada prinsipnya patut dinilai positif.
2.4.3 Praktik Pelaksanaan Kode Etik
1. Kewajiban Umum
a. Sumpah apoteker
b. Kode etik
c. Menjalankan sesuai standar kompetensi.
d. Aktif mengikuti perkembangan dibidang kesehatan dan farmasi.
2. Di dalam melaksanakan praktik, apoteker menjauhkan diri dari usaha
mencari keuntungan semata bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur
kefarmasian.
3. Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh baik bagi orang lain.
4. Tidak ada praktik kefarmasian dengan prinsip ekonomi (melalui usaha
sekecil-kecilnya namun mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya).
Tetapi yang terpenting patient safety dengan terapi yang rasionala dengan
harga terjangkau.
5. Apoteker menjadi sumber informasi.
2.4.4 Contoh Kasus Pelanggaran Kode Etik Apoteker
Kasus 1
Tn Y 25 tahun adalah seorang apoteker yang mendirikan apotek dengan modal
sendiri. Apotek tersebut sudah berjalan selama 2 tahun tetapi omset perbulan
tidak lebih dari 10 juta. Dia mempunyai 3 karyawan untuk membantunya di
Apotek. Pada suatu hari ia didatangi petugas dari sebuah RS yang menawarkan
beberapa obat, dan obat tersebut dititipkan untuk dijualkan kembali karena sudah
tidak terpakai. Petugas RS juga menawarkan kerja sama yaitu apabila ada resep
dari rumah sakitnya maka pasien akan ditujukan ke apotek tersebut, dengan
catatan beliau di beri jasa 15 %. Dan akhirnya Tn Y menyetujui penawaran kerja
sama tersebut.
Pembahasan :
Pada kasus tersebut tindakan Tn Y sebagai apoteker menyimpang dari kode etik
profesi apoteker karena :
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 15
Kasus 2
Apotek Pelangi Farma berada di sebuah kota, buka setiap hari jam 10.00 - 21.00,
pasien setiap harinya cukup ramai, jumlah resep yang di layani rata-rata perhari
100 lembar, dan pasien yang melakukan swamedikasi juga cukup banyak. Apotek
tersebut memiliki 1 apoteker, 3 Asisten Apoteker dan 3 karyawan. Ketika
penyerahan obat mereka tidak sempat memberikan informasi yg cukup, karena
banyaknya pasien yg di layani. Apoteker datang setiap hari pada jam 17.00, karena
pegawai dinas kesehatan setempat.
Pembahasan :
A. Sumpah Apoteker
1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan,
terutama dalam bidang kesehatan
2. Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian
3.1 Kesimpulan
Setiap Apoteker ataupun Tenaga Teknis Kefarmasian harus bersungguh-
sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik Tenaga Teknis
Kefarmasian dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari. Bila
seorang Apoteker baik sengaja atau tidak sengaja melanggar atau tidak
memenuhi Kode Etik Tenaga Teknis Kefarmasian Indonesia maka dia wajib
mengakui dan menerima sanksi dari Pemerintah, Ikatan atau Organisasi
Profesi Farmasi yang menanganinya (ISFI) dan
mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3.2 Saran
Mematuhi Kode Etik Tenaga Teknis Kefarmasian sesuai dengan peraturan
yang berlaku agar menjadi seorang Apoteker yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
file:///E:/SEMESTER%202/Etika%20danPerUU/BETUL%201%20Peraturan%20Perund
ang-undangan_.pdf
file:///E:/SEMESTER%202/Etika%20danPerUU/PMK_No._9_ttg_Apotek.pdf
file:///E:/SEMESTER%202/Etika%20danPerUU/kode-etik-apoteker-indonesia.pdf
https://id.scribd.com/doc/230169299/Kode-Etik-Farmasi
https://independent.academia.edu/RizqiChairunnisa
https://independent.academia.edu/GLine
https://id.scribd.com/doc/96281173/Kode-Etik-Apoteker-Indonesia
https://id.scribd.com/document/383810596/Kode-Etik-Tenaga-Teknis-Kefarmasian-
Asisten-Apoteker
https://www.academia.edu/8794455/KUMPULAN_MATERI_ETIKA_KEFARMASIAN
_KASUS_DAN_KODE_ETIK_SERTA_IMPLEMENTASINYA
https://wawasancemerlang.blogspot.com/2017/10/kode-etik-tenaga-teknis-
kefarmasian.html?m=1
https://www.google.com/amp/alamipedia.com/kode-etik-apoteker-dengan-tabel-dan-
pasalnya/amp/
https://id.scribd.com/document/359673421/Kasus-Kode-Etik-Apoteker