Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

NITRIMETRI
MAKALAH DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS PRAKTIUKUM KIMIA FARMASI ANALISIS

Disusun oleh :

RENA NURAENI

NIM : 01018142

Program Studi : S 1 Farmasi Semester 3 (tiga) D

SEKOLAH TINGGI FARMASI (STF) CIREBON


YAYASAN PENDIDIKAN IMAM BONJOL
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada Kami sehingga Kami dapat
menyelesaikan tugas Kimia Farmasi Analisis yang berjudul “NITRIMETRI” .

Makalah ini telah Kami susun dengan semaksimal mungkin dan


mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan laporan ini. Untuk itu, Kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada Ibu Fitri Zakiah,S.Si.,M.Farm.,Apt selaku Dosen mata kuliah tugas
Pendidikan Agama Islam

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh


karena itu, Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Cirebon, 2 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang....................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..............................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................3
1.4 Manfaat...............................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Titrasi Nitrimetri................................................................4

2.1.1 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Titrasi Nitrimetri ......6

2.2 Prinsip Reaksi Nitrimetri.....................................................................7

2.3 Indikator Tirasi Nitrimetri..................................................................8

2.4 Aplikasi Analisis Nitrimetri Atau Diazotasi Dalam Analisis

Obat Dan Bahan Obat Beserta Beberapa Contohnya.........................10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .........................................................................................12

3.2 Saran....................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Nitrimetri merupakan cara analisa volumetri yang berdasarkan pada reaksi
pembentukan garam diazonium. Garam diazonium itu terbentuk dari hasil reaksi
antara senyawa yang mengandung gugus amin aromatis bebas, pada suhu di
bawah 15°C dalam senyawa asam. Nitrimetri merupakan penetapan kadar secara
kuantitatif dengan menggunakan larutan baku natrium nitrit. Nitrimetri disebut
juga dengan metode titrasi diazotasi. Reaksi diazotasi telah digunakan secara
umum untuk penetapan gugusan amino aromatis dalam industri zat warna dan
dapat dipakai untuk penetapan sulfanilamida dan semua senyawa-senyawa yang
mengandung gugus amino aromatis.
Pada nitrimetri, penentuan titik akhir titrasi dapat menggunakan indikator luar,
indikator dalam dan secara potensiometri. Indikator luar yang digunakan adalah
pasta kanji iodide atau dapat pula menggunakan kertas kanji-iodida. Ketika
larutan digoreskan pada pasta atau kertas, adanya kelebihan asam nitrit akan
mengoksidasi iodide menjadi iod dan dengan adanya kanji atau amilum akan
menghasilkan warna biru segera. Indikator kanji iodide ini peka terhadap
kelebihan 0,05-0,10 ml natrium nitrit dalam 200 ml larutan. Titik akhir titrasi
tercapai apabila pada penggoresan larutan yang dititrasi pada pasta kanji iodide
atau kertas kanji iodide akan terbentuk warna biru segera sebab warna biru juga
terbentuk beberapa saat setelah dibiarkan diudara.

Indikator dalam terdiri atas campuran tropeolin OO dan metilen biru. Tropeolin
OO merupakan indikator asam-basa yang berwarna merah dalam suasana asam
dan berwarna kuning bila dioksidasi oleh adanya kelebihan asam nitrit, sedangkan
metilen biru sebagai pengkontras warna sehingga pada titik akhir titrasi akan
terjadi perubahan dari ungu menjadi biru sampai hijau tergantung senyawa yang
dititrasi. Indikator luar maupun indikator dalam memiliki beberapa kekurangan.
Pada indikator luar harus diketahui dulu perkiraan jumlah titran yang diperlukan
1
2

sebab jika perkiraan jumlah titran yang dibutuhkan tidak diketahui, maka
pengujian akan sering dilakukan untuk mengetahui apakah sudah tercapai titik
akhir titrasi atau belum. Disamping itu, jika pengujian sering dilakukan
dikhawatirkan akan banyak larutan yang dititrasi (sampel) yang hilang pada saat
pengujian titik akhir. Sedangkan pada pemakaian indikator dalam untuk senyawa
yang berbeda akan memberikan warna yang berbeda. Untuk mengatasi hal ini
maka digunakan metode pengamatan titik akhr secara potensiometri.

Metode yang baik untuk penetapan titik akhir nitrimetri adalah metode
potensiometri dengan menggunakan elektrode kolomel-platina yang dicelupkan
kedalam nitrat. Pada saat titik akhir titrasi (adanya kelebihan asam nitrit), akan
terjadi depolarisasi elektroda sehingga akan terjadi perubahan arus yang sangat
tajam sekitar +0,80 volt sampai +0,90 volt metode ini sangat cocok untuk sampel
dalam bentuk sediaan sirup yang berwarna. Dalam nitrimetri berat ekuivalen sama
dengan berat molekulnya karena satu mol senyawa bereaksi dengan satu mol asam
nitrit dan menghasilkan satu mol garam diazonium. Dengan alasan ini pula untuk
nitrimetri konsentrasi larutan baku sering dinyatakan dengan molaritas (M) karena
molaritasnya sama dengan normalitasnya.

Senyawa-senyawa yang dapat ditentukan dengan metode nitrimetri adalah seperti


sulfamerazin, sulfadiazin dan sulfanilamid. Senyawa-senyawa ini dalam dunia
farmasi sangat bermanfaat seperti sulfanilamid sangat berguna sebagai obat
antimikroba. Melihat kegunaannya tersebut maka pembuatan makalah ini sangat
diperlukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang titrasi nitrimetri

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian titrasi nitrimetri?
2. Bagaimana prinsip dari reaksi nitrimetri?
3. Apa saja indikator titrasi nitrimetri?
4. Bagaimana aplikasi analisis nitrimetri atau diazotasi dalam analisis obat
dan bahan obat beserta beberapa contohnya?
3

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian titrasi nitrimetri,


2. Untuk mengetahui prinsip dari reaksi nitrimetri,
3. Untuk mengetahui indikator titrasi nitrimetri,
4. Untuk mengetahui aplikasi analisis nitrimetri atau diazotasi dalam analisis
obat dan bahan obat beserta beberapa contohnya.

1.1 Manfaat
1. Agar mengetahui pengertian titrasi nitrimetri,
2. Agar mengetahui prinsip dari reaksi nitrimetri,
3. Agar mengetahui indikator titrasi nitrimetri,
4. Agar mengetahui aplikasi analisis nitrimetri atau diazotasi dalam analisis
obat dan bahan obat beserta beberapa contohnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Titrasi Nitrimetri

Titrasi nitrimetri merupakan titrasi yang dipergunakan dalam analisa


senyawa-senyawa organik, khususnya untuk persenyawaan amina primer.
Penetapan kuantitas zat didasari oleh reaksi antara fenil amina primer (aromatik)
dengan natrium nitrit dalam suasana asam yang membentuk garam diazonium dan
dikenal sebagai reaksi diazotasi. Untuk membuat suasana asam umumnya
digunakan asam klorida. Titrasi diazotasi ini sangat sederhana dan sangat berguna
untuk menetapkan kadar-kadar senyawa antibiotik sulfonamide dan juga senyawa-
senyawa anastetika lokal golongan asam amina benzoate. Metode titrasi diazotasi
disebut juga nitrimetri, yaitu metode penetapan kadar secara kuatitatif dengan
menggunakan larutan baku NaNO2-. Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi
yakni reaksi antara amina aromatik primer dengan asam nitrit dalam suasana asam
membentuk garam. Titik akhir titrasi diazotasi tercapai apabila pada penggoresan
larutan yang dititrasi pada pasta kanji iodide atau kertas kanji iodide akan
terbentuk warna hijau tosca atau biru (Wunas, 1968).

Metode nitrimetri adalah metode penetapan kadar secara kuantitatif dengan


menggunakan larutan baku natrium nitrit. Metode ini didasarkan pada reaksi
diazotasi yakni reaksi antara amina aromatik primer dengan asam nitrit dalam
suasana asam membentuk garam diazonium. Karena asam nitrit tidak stabil, maka
diganti dengan natrium nitrit yang merupakan garam dari asam nitrit , sedangkan
untuk membuat suasana asam digunakan asam klorida.

NaNO2 + HC → HNO2 + NaCL

Dengan persyaratan tertentu, reaksi diatas bersifat kuantitatif sehingga dapat


digunakan sebagai dasar penetapan kadar senyawa-senyawa yang mempunyai

4
5

gugus amina aromatis primer bebas atau senyawa-senyawa yang dapat


menghasilkan gugus tersebut. Persyaratan tersebut antara lain: suhu yang
digunakan harus rendah (dibawah 15º C), sebab pada suhu yang lebih tinggi
garam diazonium yang terbentuk tidak stabil dan akan terhidrolisis menjadi fenol
dan gas nitrogen, disamping itu dikhawatirkan pada suhu yang lebih tinggi asam
nitrit akan lebih cepat terurai sehingga reaksinya tidak stokiometri. Meskipun
demikian, titrasi dapat dilakukan pada suhu kamar (sekitar 25º C) dan hasilnya
tidak berbeda jika dibandingkan pada suhu yang lebih rendah (15º C) asalkan
titrasi dilakukan secara perlahan-lahan. Hal ini mungkin disebabkan
terhidrolisanya garam diazonium yang terjadi pada suhu yang lebih tinggi (suhu
kamar) justru mengakibatkan reaksi diazotasi berlangsung lebih cepat.

Reaksi diazotasi merupakan reaksi bimolekuler, dimana reaksi ini pada umumnya
berjalan lambat dibanding reaksi ionik. Oleh sebab itu, titrasi harus dilakukan
secara pelan-pelan (sekitar 4 sampai 8 ml tiap menit) terutama menjelang titik
akhir titrasi. Titrasi diazotasi dapat digunakan untuk :

a. Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mempunyai gugus amin aromatis


primer bebas seperti sulfanilamid.
b. Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mana gugus amin aromatic terikat
dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol, ftalil sulfatiazol dan
parasetamol. Pada penetapan kadar senyawa yang mempunyai gugus aromatic
yang terikat dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol harus dihidrolisis
lebih dahulu sehingga diperoleh gugus amin aromatis bebas untuk selanjutnya
bereaksi dengan natrium nitrit dalam suasana asam membentuk garam
diazonium. Reaksi yang terjadi pada analisis suksinil sulfatiazol.
c. Senyawa-senyawa yang mempunyai gugus nitro aromatis seperti
kloramfenikol. Senyawa-senyawa nitro aromatis dapat ditetapkan kadarnya
secara nitrimetri setelah direduksi terlebih dahulu untuk menghasilkan
senyawa amin aromatis primer. Kloramfenikol yang mempunyai gugus nitro
aromatis direduksi terlebih dahulu dengan Zn atau HCI untuk menghasilkan
6

senyawa amin aromatis primer yang bebas yang selanjutnya bereaksi dengan
asam nitrit untuk membentuk garam diazonium.

Reaksi ini dikenal dengan reaksi diazotasi, dengan persamaan yang berlangsung
dalam dua tahap seperti dibawah ini :

NaNO2 + HCl → NaCl + HONO

Ar- NH2+ HONO + HCl → Ar-N2Cl + H2O

Reaksi diazotasi dapat dipercepat dengan menambahkan kalium bromida. Titik


ekivalensi atau titik akhir titrasi ditunjukan oleh perubahan warna dari pasta kanji
iodide atau kertas iodida sebagai indikator luar. Kelebihan asam nitrit terjadi
karena senyawa fenil sudah bereaksi seluruhnya, kelebihan ini dapat berekasi
dengan yodida yang ada dalam pasta kanji atas kertas, reaksi ini akan mengubah
yodida menjadi iodine diikuti dengan perubahan warna menjjadi biru. Kejadian
ini dapat ditunjukkan setelah larutan didiamkan selama beberapamenit. Reaksi
perubahan warna yang dijadikan indikator dalam titrasi ini adalah :

KI +HCl → KCl + HI

2 HI + 2 HONO → I2 + 2 NO + H2O

I2 + Kanji yod (biru)

Menurut FI IV, senyawa-senyawa yang dapat ditentukan kadarnya dengan metode


nitrimetri diantaranya adalah benzokain, primakuin fosfat dan sediaan tabletnya,
prokain HCl, sulfasetamid, sulsfasetamid natrium, sulfametazin, sulfadoksin,
sulfametaksol, tetrakin, tetrakin HCl. Penetapan kadar senyawa ini dilakukan
untuk mengetahui kemurnian zat tersebut dalam suatu sample.

2.1.1 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Titrasi Nitrimetri

a. Suhu
Pada saat melakukan titrasi, suhu harus berada antara 5-15° C,
walaupun sebenarnya pembentukan garam diazonium berlangsung pada
suhu yang lebih rendah yaitu 0-5° C. Pada temperatur 5-15° C
7

digunakan KBr sebagai stabilisator. Titrasi tidak dapat dilakukan pada


suhu tinggi karena :
 HNO2 yang terbentuk akan menguap pada suhu tinggi
 Garam diazonium yang terbentuk akan terurai menjadi fenol
b. Keasaman

Titrasi ini berlangsung pada pH ± 2 hal ini dibutuhkan untuk :

 Mengubah NaNO2 menjadi HNO2


 Pembentukan garam diazonium
c. Kecepatan Reaksi
Reaksi diazotasi berlangsung lambat sekali, sehingga agar reaksi
sempurna maka titrasi harus dilakukan perlahan-lahan dan dengan
pengocokan yang kuat. Frekuensi tetesan pada awal titrasi kira-kira 1
ml/menit, lalu menjelang titik akhir menjadi 2 ml/meni. Karena asam
nitrit terbentuk pada suasana asam, penambahan KBr pada titrasi
nitrimetri diperlukan sebagai :
1. Katalisator, yaitu untuk mempercepat reaksi, karena KBr dapat
mengikat NO2 membentuk nitrosobromid, yang akan meniadakan
reaksi tautomerasi dari bentuk keto dan langsung membentuk enol.
2. Stabilisator, yaitu untuk mengikat NO2 agar asam nitrit tidak
terurai atau menguap.

2.2 Prinsip Reaksi Nitrimetri

1. Pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatik primer (amin


aromatik sekunder dan gugus nitro aromatik). Contoh zat yang memiliki
gugus amin aromatik primer adalah benzokain. Contoh zat yang memiliki
gugus amin aromatis sekunder adalah parasetamol dan fenasetin. Contoh
zat yang memiliki gugus nitroaromatik adalah kloramfenikol.
2. Pembentukan senyawa nitrosamine dari amin alifatik sekunder. Contoh zat
yang mempunyai gugus amin alifatis adalah Na siklamat.
8

3. Pembentukan senyawa azo dari gugus hidrazida. Contoh zat yang memiliki
gugus hidrazida adalah INH.
4. Pemasukkan gugus nitro yang jarang terjadi karena sulitnya titrasi dengan
menggunakan asam nitrit dalam suasana asam.

Reaksi diazotasi tidak stabil dalam suhu kamar,karena garam diazonium yang
terbentuk mudah terdegradasi membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen.
Sehingga reaksi dilakukan pada suhu dibawah 15°C. Untuk mendapatkan suhu
dibawah 15°C dapat dilakukan dengan merendam erlenmeyer yang berisi sampel
dalam bejana berisi batu es.

2.3 Indikator Nitrimetri

Pada titrasi diazotasi, penentuan titik akhir titrasi dapat menggunakan


indikator luar, indikator dalam, dan secara potensiometri (Gandjar dan Rohman,
2007).

 Indikator Luar

Indikator luar yang digunakan adalah pasta kanji-iodida atau dapat pula
menggunakan kertas kanji-iodida. Ketika larutan digoreskan pada pasta atau
kertas, adanya kelebihan asam nitrit akan mengoksidasi iodide menjadi iodium
dan dengan adanya kanji atau amilum akan menghasilkan warna biru segera.
Indikator kanji-iodida ini peka terhadap kelebihan 0,05 – 0,10 ml natrium nitrit
dalam 200 ml larutan. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut:

NaNO2 + HCl à HNO2 + NaCl

KI + HCl à KCl +HI

2 HI + 2 HONO à I2 + 2 NO + 2 H2O

I2 + kanji à kanji iod (biru)

Titik akhir titrasi tercapai apabila pada penggoresan lautan yang dititrasi pada
pasta kanji-iodida atau kertas kanji-iodida akan terbentuk warna biru juga
9

terbentuk beberapa saat setelah dibiarkan di udara. Hal ini disebabkan karena
oksidasi iodida oleh udara (O2) menurut reaksi (Gandjar dan Rohman, 2007):

4 KI + 4 HCl + O2 à 2H2O + 2 I2 + 4 KCl

I2 + kanji à kanji iod (biru)

Untuk meyakinkan apakah benar-benar sudah terjadi titik akhir titrasi, maka
pengujian seperti di atas dilakukan lagi setelah dua menit (Gandjar dan Rohman,
2007). Dengan indikator luar, dengan pasta kanji-KI mempunyai kelebihan dan
kekurangan yaitu sebagai berikut :

Kelebihan :

a. Untuk beberapa zat lebih tepat dipakai karena perubahan warna lebih jelas.

Kekurangan :

a. Cara kerja tidak praktis


b. Terlalu sering menguap menyebabkan adanya kemungkinan zat terbuang.
c. Titrasi harus dilakukan pada suhu dibawah 150 C
d. Harus diketahui jumlah volume titran yang dibutuhkan. Bila tidak, titrasi akan
berlangsung sangat lama yang berarti makin banyak larutan yang dititrasi
hilang (karena digoreskan pada pasta kanji iodida untuk mengetahui titik
akhir titrasi).
 Indikator Dalam

Indikator dalam terdiri atas campuran tropeolin OO dan metilen biru. Tropoelin
OO merupakan indikator asam-basa yang berwarna merah dalam suasana asam
dan berwarna kuning bila dioksidasi oleh adanya kelebihan asam nitrit, sedangkan
metilen biru sebagai pengkontras warna sehingga pada titik akhir titrasi akan
terjadi perubahan dari ungu menjadi biru sampai hijau tergantung senyawa yang
dititrasi (Gandjar dan Rohman, 2007).

Pada pemakaian Indikator dalam ini ternyata mempunyai kelebihan yaitu sebagai
berikut :
10

a. Cara kerja cepat dan praktis.


b. Dapat dilakukan pada suhu kamar.

Pemakaian kedua indikator ini ternyata memiliki kekurangan. Pada indikator luar
harus diketahui dulu perkiraan jumlah titran yang diperlukan, sebab kalau tidak
tahu perkiraan jumlah titran yang dibutuhkan, maka akan sering melakukan
pengujian apakah sudah tercapai titik akhir titrasi atau belum. Di samping itu,
kalau sering melakukan pengujian, dikhawatirkan akan banyak larutan yang
dititrasi (sampel) yang hilang pada saat pengujian titik akhir. Sementara itu pada
pemakaian indikator dalam walaupun perlakuannya mudah tetapi sering kali untuk
senyawa yang berbeda akan memberikan warna yang berbeda. Untuk mengatasi
hal ini, maka akan digunakan metode pengamatan titik akhir secara potensiometri
(Gandjar dan Rohman, 2007).

 Secara Potensiometri

Metode yang baik untuk penetapan titik akhir nitrimetri adalah metode
potensiometri dengan menggunakan electrode kolomelplatina yang dicelupkan ke
dalam nitrat. Pada saat titik akhir titrasi (adanya kelebihan asam nitrit), akan
terjadi perubahan arus yang sangat tajam sekitar +0,80 Volt sampai +0,90 Volt.
Metode ini sangat cocok untuk sampel dalam bentuk sediaan sirup berwarna
(Gandjar dan Rohman, 2007).

2.4 Aplikasi Analisis Nitrimetri / Diazotasi Dalam Analisis Obat dan Bahan
Obat Beserta Beberapa Contohnya

Dalam farmakope Indonesia Titrasi diazotasi digunakan untuk menetapkan


kadar: benzokain primakuin fosfat dan sediaan tabletnya, prokain HCl,
sulfasetamid, natrium sulfasetamid, sulfametazin, sulfadoksin, sulfametoksazol,
tetrakain, dan tetrakain HCl (Gandjar, 2007).

Tirtasi diazotasi dapat digunakan untuk :

1. Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mempunyai gugus amin aromatis


primer bebas seperti selfamilamid.
11

2. Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mana gugus amin aromatic terikat


dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol, ftalil sulfatiazol dan
parasetamol. Pada penetapan kadar senyawa yang mempunyai gugus aromatic
yang terikat dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol harus dihidrolisis
lebih dahulu sehingga diperoleh gugus amin aromatis bebas untuk selanjutnya
bereaksi dengan natrium nitrit dalam suasana asam membentuk garam
diazonium. Reaksi yang terjadi pada analisis suksinil sulfatiazol.
3. Senyawa-senyawa yang mempunyai gugus nitro aromatis seperti
kloramfenikol. Senyawa-senyawa nitro aromatis dapat ditetapkan kadarnya
secara nitrimetri setelah direduksi terlebih dahulu untuk menghasilkan
senyawa amin aromatis primer. Kloramfenikol yang mepunyai gugus nitro
aromatis direduksi terlebih dahulu dengan Zn/HCI untuk menghasilkan
senyawa amin aromatis primer yang bebas yang selanjutnya bereaksi dengan
asam nitrit untuk membentuk garam diazonium.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Nitrimetri merupakan cara analisa volumetri yang berdasarkan pada reaksi


pembentukan garam diazonium. Garam diazonium itu terbentuk dari hasil reaksi
antara senyawa yang mengandung gugus amin aromatis bebas, pada suhu di
bawah 15°C dalam senyawa asam. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
nitrimetri antara lain suhu, keasaman, dan kecepatan reaksi, Penentuan titik akhir
titrasi diazotasi dapat menggunakan indikator luar, indikator dalam, dan secara
potensiometri.

3.2 Saran

Sebaiknya perlu dilakukan pendalaman pengetahuan mengenai titrasi


nitrimetri atau diazotasi dan contoh – contohnya karena pengetahuan ini dapat
sangat berguna terutama bagi mahasiswa farmasi dalam bidang analisis bahan
obat dan sedian obat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Wunas, J. Said. 1986. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif. Makassar : UNHAS

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Gholib Ganjar, Ibnu dan Rohman, Abdul. 2009. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka pelajar

http//pharmaceutical world.blogspot.com

http://abdulazisblo.blogspot.com/2013/01/nitrimetri.html

http://ipanksihidi.blogspot.com/2012/11/makala-analisis-farmasi.html

http://nailasylvi.blogspot.com/2016/01/makalah-nitrimetri.html?m=1

http://arumfanila.blogspot.com/2015/11/makalah-kimia-analisis-nitrimetri.html?m=1

13

Anda mungkin juga menyukai