Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KIMIA ANALISIS

NITRIMETRI

Dosen : Muchammad Reza Ghozaly, M.Si., Apt

Disusun oleh :

Wahyu sri widiowati 17330712


Nita usikatul janah 17330713

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga makalah ini bisa selesai dengan
baik. Makalah Kimia Analisis “ Nitrimetri” dibuat sebagai salah satu persyaratan
dalam mata kuliah Kimia Analisis.

Makalah ini masih jauh untuk dikatakan sempurna baik dari segi materi
maupun dari teknik penulisan. Dalam penulisan makalah ini, kami merasa masih
banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih
luas kepada pembaca khususnya mengenai titrasi Nitrimetri. Atas perhatiannya kami
ucapkan terima kasih.

Jakarta, Mei 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................i


DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Tujuan ..............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................3
2.1 Nitrimetri .......................................................................................................... 3
2.2 Prinsip Titrasi Nitrimetri ...................................................................................3
2.3 Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Nitrimetri ......................................4
2.4 Pembakuan Nitrimetri.......................................................................................5
2.5 Cara Identifikasi Dan Penetapan Kadar ...........................................................8
BAB III PEMBAHASAN ...............................................................................................12
3.1 Contoh Jurnal Analisis Kuantitatif Bahan Baku Sulfanilamid Dengan
Metode Titrasi Nitrimetri..............................................................................12
3.2 Metode ...........................................................................................................12
3.3 Hasil ...............................................................................................................14
3.4 Pembahasan ....................................................................................................16
BAB IV PENUTUP .........................................................................................................17
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kimia Analisis adalah bagian dari ilmu kimia yang bertujuan untuk mengetahui
komponen atau komposisi suatu zat atau senyawa anorganik, organik, hasil
sintesis maupun biosintesis di dalam campurannya. Kimia analisis dibagi dalam 2
bidang yaitu Analisa Kualitatif dan Kuantitatif. Analisa kualitatif adalah suatu
kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui jenis/ identitas sedangkan Analisa
kuantitatif bertujuan untuk mengetahui jumlah dan komposisi zat. Berdasarkan
pengukuran, analisa kuantitatif dibagi atas 3 bagian yaitu analisa titrimetri,
analisa gravimetrik dan analisa instrumental. Analisa titrimetri melibatkan
pengukuran volume suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui yang
diperlukan untuk bereaksi dengan analit.

Nitrimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan


larutan baku natrium nitrit. Nitrimetri disebut juga dengan metode titrasi
diazotasi. Reaksi diazotasi telah digunakan secara umum untuk
penetapan gugusan amino aromatis dalam industri zat warna dan dapat dipakai
untuk  penetapan sulfanilamida dan semua senyawa-senyawa yang
mengandung gugus amino aromatis. Dalam nitrimetri berat ekuivalen sama
dengan berat molekulnya karena satu mol senyawa bereaksi dengan satu mol
asam nitrit dan menghasilkan satu mol garam diazonium. Dengan alasan ini pula
untuk nitrimetri konsentrasi larutan baku sering dinyatakan dengan molaritas (M)
karena molaritasnya sama dengan normalitasnya.

Senyawa-senyawa yang dapat ditentukan dengan metode nitrimetri antara lain


golongan sulfonamida seperti sulfamerazin, sulfadiazin dan sulfanilamid.
Senyawa-senyawa ini dalam dunia farmasi sangat bermanfaat seperti

1
sulfanilamid sangat berguna sebagai obat antimikroba. Selain senyawa-senyawa
tersebut, pemanis buatan seperti natrium siklamat bisa ditetapkan kadarnya
menggunakan metode nitrimetri. Melihat kegunaannya maka nitrimetri
merupakan salah satu metode analisis yang diperlukan untuk menganalisis
senyawa-senyawa tersebut.

1.2 Tujuan

1. Mengenal metode analisis kuantitatif secara nitrimetri


2. Mengetahui persyaratan titrasi secara nitrimetri
3. Mengetahui cara identifikasi dan penetapan kadar sulfanilamida, isoniazida,
dan sulfacetamida natrium

BAB II

2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nitrimetri

Nitrimetri adalah cara penetapan kadar suatu zat dengan larutan nitrit. Titrasi
nitrimetri merupakan titrasi yang dipergunakan dalam analisa senyawa-senyawa
organik, khususnya untuk persenyawaan amina primer. Penetapan kuantitas zat
didasari oleh reaksi antara fenil amina primer (aromatik) dengan natrium nitrit
dalam suasana asam yang membentuk garam diazonium dan dikenal sebagai
reaksi diazotasi. Untuk membuat suasana asam umumnya digunakan asam
klorida.

Dalam nitrimetri, berat ekivalen suatu senyawa sama dengan berat molekulnya
karena 1 mol senyawa bereaksi dengan 1 mol asam nitrit dan menghasilkan 1
mol garam diazonium. Dengan alasan ini pula, untuk titrasi nitrimetri
konsentrasi larutan baku sering dinyatakan dengan molaritas, karena
molaritasnya sama dengan normalitasnya. Titrasi nitrimetri umum digunakan
untuk penetapan sebagian besar obat sulfonamida dalam Farmakope dan
sediaannya, juga obat-obat lain jika titrasi nitrimetri ini sesuai untuk digunakan.

2.2 Prinsip Titrasi Nitrimetri


a.    Pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatic primer (amin
aromatik sekuder dan gugus nitro aromatik)
b.     Pembentukan senyawa nitrosamine dari amin alifatik sekunder
c.    Pembentukan senyawa azidari gugus hidrazida dan
d.    Pemasukan gugus nitro yang jarang terjadi karena sulitnya nitrasi
dengan menggunakan asam nitrit dalam suasana asam.

Contoh zat yang memiliki gugu amin aromatic primer misalnya benzokain, sulfa
yang mempunyai gugus amin alifatis  misalnya Na siklamat; yang memiliki

3
gugus hidrazida misalnya INH yang memiliki gugu amin aromatis sekunder
adalah parasetamol, fenasetin, dan yang memiliki  gugus nitroaromatik adalah
kloramfenikol.

Reaksi diazotasi tidak stabil dalam suhu kamar,karena garam diazonium yang
terbentuk mudah terdegradasi membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen.
Sehingga reaksi dilakukan pada suhu dibawah 15°C. Untuk mendapatkan suhu
dibawah 15°C dapat dilakukan dengan merendam erlenmeyer yang berisi sampel
dalam bejana berisi batu es.

Sampel
Asam (HCl)
Butiran es
Indikator dalam
Katalis (KBr)

Gambar 1. Proses pendinginan sampel sebelum titrasi

2.3 Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Nitrimetri


1. Suhu
Pada saat melakukan titrasi suhu antara 5-150C walaupun sebenarnya
pembentukan garam diazonium berlangsung pada suhu yang lebih rendah
yaitu 0-50C. pada temperature 5-150C digunakan KBr sebagai
stabilisator. Titrasi tidak dapat dilakukan dalam suhu tinggi karena :
 HNO2 yang terbentuk akan menguap pada suhu tinggi.
 Garam diazonium yang terbentuk akan terurai menjadi fenol.

2. Keasaman
Titrasi ini berlangsung pada pH + 2, hal ini dibutuhkan untuk:

4
 Mengubah NaNO2 menjadi HNO2-

3. Kecepatan reaksi
Reaksi diazotasi berlangsung lambat sekali sehingga agar reaksi berjalan
sempurna, titrasi harus dilakukan secara perlahan-lahan dan dengan
pengocokan yang kuat. Frekuensi tetesan pada awal titrasi kira-kira 1
ml/menit, lalu menjelang titik akhir titrasi menjadi 2 tetes/menit.

Untuk menentukan titik akhir titrasi nitrimetri dapat digunakan 2 macam


indikator, yaitu:

1. Indikator dalam
Indikasi dalam adalah indicator yang digunakan dengan cara memasukkan
indicator tersebut kedalam larutan yang akan dititrasi, contohnya : tropeolin
OO dan metilen blue.
2. Indikator luar
Indikasi luar adalah indicator yang dipakai tidak memasukkan kedalam
larutan yang akan dititrasi, tetapi hanya dengan menggoreskan larutan yang
akan diperiksa pada indicator ini pada saat tititk akhir hamper dicapai.
Contohnya : pasta kanji iodide.

2.3 Pembakuan Nitrimetri

Pembakuan NaNO2 dengan asam sulfanilat :


sebelum menetapkan kadar, karena NaNO2 yang digunakan sebagai titran
baku primer, perlu dilakukan pembakuan terhadap NaNO2 terlebih dahulu.
Sebagai baku primer untuk pembakuan NaNO2 diguanakn asam sulfanilat.
Asam sulfanilat ditimbang seksama sekitar 50 mg, lalu dilarutkan dalam
ammonia 25 % karena asam sulfanilat sukar larut dalam air. Ammonia disini
hanya digunakan sebagai pelarut sehingga jangan terlalu banyak karena akan
mempengaruhi pH .

5
Untuk mengakali masalah ini, pada saat memasukkan asam sulfanilat
kedalam Erlenmeyer usahakan terlokalisasi pada satu titik agar tidak
diperlukan banyak ammonia untuk melarutkan. Setelah seluruh asam
sulfanilat larut, larutan kemudian diasamkan dengan HCl 25% sampai pH 2
karena asam nitrit terbentuk pada suasan asam. Kemudian tambahkan KBr
yang pada titrasi nitrimetri diperlukan sebagai :

 katalisator, yaitu untuk mempercepat reaksi karena KBr dapat mengikat


NO2- dan membentuk nitrosobromid yang akan meniadakan reaksi
tautomerasi dari bentuk keto dan langsung membentuk enol.
 Stabilisator yaitu mengikat NO2- agar asam nitrit tidak terurai atau
menguap.

Cara Kerja Pembakuan Natrium nitrit :


a. Timbang seksama ± 50 mg asam sulfanilat, masukkan kedalam labu
erlenmeyer 100 ml
b. Tambahkan 1-2 tetes ammonia 25% kocok sampai larut
c. Tambahkan 20 ml air
d. Tambahkan 5 ml HCl P
e. Tambahkan ± 0,5 g serbuk KBr
f. Masukkan 5 tetes tropeolin OO 0,1% dan 3 tetes metilen blue 0,1%
g. Titrasi dengan NaNO2 0,1 M sambil diaduk kuat sampai terjadi perubahan
warna dari ungu kebiru (dengan indikator dalam) dan terjadi goresan
warna biru pada pasta kanji iodida yang terulang lagi setelah digunakan 1
menit kemudian (dengan indikator luar).

Reaksi yag terjadi pada pembakuan NaNO2 adalah

NaNO2 + HCl HNO2 + NaCl

6
H2O + HCl H2O+ + Cl-
HNO2 + H3O + Br- N=O + 2H2O
Br

Setelah KBr ditambahkan, tambahkan indikator dalam yang berupa campuran


tropeolin OO dan metilen blue dengan perbandingan 5 : 3. Digunakan
campuran indikator karena perubahan warna tropeolin OO dari warna merah
menjadi kuning dan warna kuning tidak jelas sehinga untuk memperjelas titik
akhir diperlukan metilen blue agar pada titik akhir terlihat warna biru. Jadi,
dengan mencampur kedua indikator ini akan terjadi perubahan warna violet
menjadi biru. Reaksi dari indikator ini .

Pada titrasi nitrimetri ini digunakan dua indikator, yaitu indikator dalam dan
indikator luar. Untuk indikator luar, digunakan pasta kanji iodida. Pada titik
akhir, terdapat ion NO2- berlebih sehingga NO2- akan bereaksi dengan iodida
dan mengoksidasi iodida menjadi iodium yang akan bereaksi dengan amilum
membentuk komplek warna biru.
2.5 Cara Identifikasi Dan Penetapan Kadar

a. Sulfanilamida

7
Sulfanilamida mengandung tidak kurang dari 99,0 % C6H8N2O2S, dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian hablur, serbuk hablur atau
butiran, putih, tidak berbau, rasa agak pahit kemudian manis. Larut dalam
200 bagian air, sangat mudah larut dalam air mendidih, agak sukar larut
dalam etanol (95%) p, sangat sukar larut dalam kloroform P, dalam eter P
dan dalam benzen P, mudah larut dalam aseton P, larut dalam gliserol P,
dalam asam klorida P dan dalam alkali hidroksida.

Gambar 2. Struktur kimia sulfanilamida

Identifikasi :
A. Memenuhi identifikasi A yang tertera pada Sulfadiazium.
B. Panaskan lebih kurang 10 mg dalam tabung kering, terjadi warna biru
violet intensif yang dengan pemanasan selanjutnya terjadi bau anilina dan
amonia.
C. Larutkan lebih kurang 200 mg dalam 5 ml asam asetat P dengan
pemanasan di atas tangas air, tambahkan 0,5 ml anhidrat asetat P dan 10
ml air panas. Dinginkan, kocok perlahan-lahan untuk membantu
pengleburan, saring, cuci hablur dengan air, keringkan pada suhu 1050,
suhu lebur hablur lebih kurang 2180.

Penetapan kadar

8
Lakukan penetapan menurut cara nitrimetri dengan menggunakan larutan
yang dibuat sebagai berikut timbang saksama 500 mg larutkan dalam
campuran 10 ml asam klorida P dan 75 ml air dan dinginkan

Kesetaraan : 1 ml NaNO2 0,1 N ~ 17,22 mg sulfanilamida

b. Isonoazida
Isoniazida mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari
101,0% C6H7N3O dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian
hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa agak
pahit, terurai perlahan-lahan oleh udara dan cahaya. Mudah larut dalam air,
agak sukar larut dalam etanol (95%) p, sukar larut dalam kloroform P dan
dalam eter P.

Gambar 3. Struktur Kimia Isoniazida

Identifikasi :
A. Panaskan 50 mg dengan 1 g natrium karbonat anhidrat P, terjadi bau
piridina.
B. Pada larutan 100 mg dalam 5 ml air, tambahkan larutan panas 100 mg
vanilin p dalam 10 ml air. Gores dengan batang kaca, biarkan selama 1
jam, terbentuk endapan kuning. Pisahkan endapan, hablurka kembali

9
dengan 5 ml etanol (70%) p panas, keringkan pada suhu 105 0 selama 1
jam, suhu lebur endapan 2280 sampai 2310.

Penetapan kadar :
Timbang seksama 100 mg, larutkan dalam 50 ml campuran 1 bagian kalium
bromida P dan 10 bagian asam klorida P 0,16 % v/v dalam gelas kimia 100
ml. kemudian lakukan penetapan kadar secara nitrimetri mulai dari
dinginkan hingga suhu kurang lebi 150

c. Sulfasetamida Na
Sulfatenamid Na mengandung tidak kurang dari 90 % dan tidak lebih dari
101,0% C8H9N2O3S, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian
hablur atau serbuk hablur renik, putih atau putih kekuningan, tidak berbau,
rasa pahit. Larut dalam 1,5 bagian air, agak sukar larut dalam etanol (95%) P
dan dalam aseton P.

Gambar 4. Struktur Kimia Sulfasetamida Na

Identifikasi :
A. Larutkan 1 g dalam 10 ml air, tambahkan 2 ml asam asetat P, terbentuk
endapan putih. Cuci endapan dengan air dingin, keringkan pada suhu 1050
selama 4 jam, suhu lebur sisa lebih kurang 1830, sisa menunjukkan reaksi
amina aromatik primer yang tertera pada reaksi identifikasi. Jika
dipanaskan dengan campuran etanol (95%) P dan asam sulfat P, terjadi
bau asetil asetat.

10
B. Pijarkan lebih kurang 500 mg, sisa menunjukkan reaksi natrium yang
tertera pada reaksi identifikasi.
C. Spektrum serapan inframerah menunjukkan maksimum hanya pada
panjang gelombnag yang sama dan mempunyai intensitas relatif sama
seperti pada sulfasetamida natrium PK.

Proses penetapan kadar sulfasetamida menggunakan titrasi nitrimetri adalah


sebagai berikut timbang saksama 500 mg larutkan dalam campuran 75 ml air
dan 10 ml asam klorida P dan dinginkan hingga suhu 15°

Kesetaraan : 1 ml NaNO2 0,1 N ~ 23,62 mg Sulfasetamida

11
BAB III

PEMBAHSAN

3.1 Contoh Jurnal “Analisis Kuantitatif Bahan Baku Sulfanilamid Dengan


Metode Titrasi Nitrimetri”

Sulfanilamid adalah turunan dari p-aminobenzen sulfanilamid, suatu senyawa


khas yang tersubstitusi pada N1 atau N4 yang digunakan secara luas untuk
pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif dan bakteri gram
negative. Sulfanilamid larut dalam 200 bagian air; sangat larut dalam air
mendidih; agak sukar larut dalam etanol 95% P; sangat sukar larut dalam
kloroform P dan dalam eter P.

Gambar 5. Struktur Kimia Sulfanilamid

Metode nitrimetri direkomendasikan untuk penentuan sulfanilamid dan senyawa


lain dalam Farmakope yang mengandung gugus amino aromatik primer atau zat
lain yang dapat dihidrolisis/direduksi menjadi amin aromatis primer.

3.2 Metode
a. Alat
Alat yang digunakan antara lain buret, corong, gelas kimia, labu erlenmeyer,
plat tetes, plastik wrap , batang pengaduk, dan termometer.

12
b. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah KI, amilum, aquades, NaNO 2, sampel
sulfanilamid dan sulfanilat baku.

c. Prosedur
1. Pembutan Larutan :
a. Pembuatan pasta kanji iodida terlebih dahulu dengan melarutkan KI di
dalam 95 mL air dan ditambahkan 5 mL larutan amilum.
b. Pembuatan larutan amilum dibuat dengan melarutkan 500 mg amilum
dengan 5 mL aquades hingga larut kemudian di ad hingga 100 mL dan
dipanaskan hingga bening.
c. Pembuatan larutan NaNO2 dengan melarutkan 0,75 gram NaNO2
dengan 100 mL aquades. Larutan NaNO2 kemudian dibakukan dengan
asam sulfanilat baku.

2. Pembakuan NaNO2
a. Timbang 357,14 mg asam sulfanilat
b. Tambahkan 14,3 ml HCl dalam labu ukur dan di ad hingga 50 ml
dengan aquades hingga larut.
c. Diambil 3 kali ke dalam labu erlenmeyer yang berbeda, kemudian
masukkan 142,8mg garam KBr.
d. Kemudian didinginkan hingga 150C lalu tambahkan indikator dalam
tropeolin OO 4 tetes dan metilen blue 2 tetes dan dititrasi.

3. Penetapan kadar sulfanilamid


a. Timbang 250mg sulfanilamide.
b. Kemudian ditambahkan 10mL HCl dan 25mL H2O dan diaduk hingga
larut.
c. Tambahkan garam KBr dan didinginkan hingga suhunya 150C.

13
d. Titrasi dengan NaNO2 hingga mencapai titik akhir titrasi dengan pasta
kanji iodida sebagai indikator luar.
e. Setelah indikator memberikan warna biru yang bertahan sekitar 5
menit, maka titrasi dianggap selesai.

3.3 Hasil
Table 1. Pembakuan NaNO2

No Perlakuan Hasil
.
1. 357,14 mg asam sulfanilat 354,14 mg asam sulfanilat
ditimbang
2. Ditambahkan 14,3 ml HCl dan Larutan analit
add aqaudest 50 ml
3. Diambil 10 ml analit dalam 3 Larutan analit dengan katalisator
erlenmeyer, ditambahkan 142,
8 mg KBr, dinginkan suhu
hingga 15°C
4. Ditambahkan indikator Penambahan indicator
tropeolin oo (4 tetes) dan
metilen blue (2 tetes)
5. Dilakukan titrasi dengan V1 = 17,3 ml V2 = 17,2 ml V3 =
NaNO2 17 ml V Na NO2 rata rata =
17,16 ml
6. Menghitung konsentrasi NaNO2 Konsentrasi NaNO2 sebesar 0,12 N

Tabel 2. Penentuan kadar sulfanilamid

14
No Perlakuan Hasil Gambar
1. 250 mg sulfanilamid 250 mg
ditimbang sulfanilamide
2. Ditambahkan 10 ml HCl 6M Larutan analit pH 1
dan 25 ml aquadest serta 125
mg KBr
3. Diambil 10 ml larutan analit V Na NO2
dan titrasi dengan NaNO2 sebanyak 0,1 ml
pada suhu 15°C hingga
diperkirakan medekati TAT
4. Mengoleskan larutan pada menghasilkan
pasta kanji iodida dan warna biru
mendiamkannya selama 5
menit
5. Menghitung kadar Kadar sulfanilamid
sulfanilamid = 3,376%

Perhitungan pembakuan NaNO2-

V NaNO2- = 17,3 ; 17,2 dan 17 ml


17,3+17,2+ 17 ml
V rata-rata = = 17,16
3
Ekuivalen 1 = Ekuivalen 2
mg
V1.N1 =
BE

354,14
17,16 ml . N1 =
173,19

N1 = 0,12 N

Mg sampel = 0,1167 ml x 0,12N X 172,21 = 2,4116 mg

15
35 ml
Dalam 35 ml maka: x 2,4116 = 8,44 mg
10 ml

8,44 mg
% kadar = x 100 % = 3,376 %
250 mg

3.4 Pembahasan

Penetapan kadar sulfanilamid dengan menggunakan metode nitrimetri yang


didasarkan pada pembentukan garam diazonium dari amin aromatis primer
dengan penambahan NaNO2. Pada penetapan kadar nitrimetri pasta kanji iodida
harus dibuat segar karena indikator luar ini mudah terdegradasi atau mudah rusak
akibat cahaya matahari, oksigen, bakteri, dll. Sehingga pasta kanji iodida ini
sebaiknya diletakkan di dalam botol kaca berwarna gelap, sedangkan indicator
dalam yang digunakan adalah tropeolin OO sebagai indikator pada pembakuan
NaNO2 dan metilen blue sebagai pengontras warna. Fungsi penambahan metilen
blue adalah sebagai pengontras warna karena dikhawatirkan warna dalam larutan
sampel tidak dapat terlihat dengan jelas.

Pada proses pembakuan digunakan Asam sulfanilat karena memiliki amina


aromatik primer yang dapat bereaksi membentuk garam diazonium dengan
NaNO2. Suhu yang digunakan pada saat titrasi sekitar 10-15 0C dengan tujuan
untuk menstabilkan garam diazonium. Sebelum dititrasi larutan asam sulfanilat
berwarna ungu kehitaman (campuran warna merah tropeolin OO dengan metilen
blue) dan setelah dititrasi berwarna hijau kebiruan. Pada penetapan kadar
diperoleh kadar sulfanilamid sebesar 3,376%.

16
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Nitrimetri merupakan cara penetapan kadar suatu zat dengan larutan nitrit
dengan prinsip pembentukan garam diazonium.
2. Titrasi nitrimetri harus dilakukan pada suhu dingin (15°), suasana asam dan
reaksinya berlangsung lambat sehingga bisa ditambahkan katalisator berupa
KBr
3. Titrasi nitrimetri menggunakan larutan NaNO2 sebagai larutan pentiter dengan
indikator dalam tropeolin OO dan metilen blue (5:3) dan indikator luar pasta
kanji iodida.
4. Penetapan kadar sulfanilamide diperoleh kadar sebesar 3,376%.

17
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III.


Jakarta.

Harmita. 2006. Analisis Kuantitatif Bahan Baku dan Sediaan Farmasi edisi I.
Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia. Depok.

Islami, Maura, Syafa. Analisis Kuantitatif Bahan Baku Sulfanilamid dengan Metode
Titrasi Nitrimetri. Universitas Padjadjaran. Bandung.

https://en.wikipedia.org/wiki/Sulfanilamide diakses pada 26 Mei 2018

https://en.wikipedia.org/wiki/Isoniazid diakses pada 26 Mei 2018

18

Anda mungkin juga menyukai