NITRIMETRI
Disusun oleh :
Makalah ini masih jauh untuk dikatakan sempurna baik dari segi materi
maupun dari teknik penulisan. Dalam penulisan makalah ini, kami merasa masih
banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih
luas kepada pembaca khususnya mengenai titrasi Nitrimetri. Atas perhatiannya kami
ucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kimia Analisis adalah bagian dari ilmu kimia yang bertujuan untuk mengetahui
komponen atau komposisi suatu zat atau senyawa anorganik, organik, hasil
sintesis maupun biosintesis di dalam campurannya. Kimia analisis dibagi dalam 2
bidang yaitu Analisa Kualitatif dan Kuantitatif. Analisa kualitatif adalah suatu
kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui jenis/ identitas sedangkan Analisa
kuantitatif bertujuan untuk mengetahui jumlah dan komposisi zat. Berdasarkan
pengukuran, analisa kuantitatif dibagi atas 3 bagian yaitu analisa titrimetri,
analisa gravimetrik dan analisa instrumental. Analisa titrimetri melibatkan
pengukuran volume suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui yang
diperlukan untuk bereaksi dengan analit.
1
sulfanilamid sangat berguna sebagai obat antimikroba. Selain senyawa-senyawa
tersebut, pemanis buatan seperti natrium siklamat bisa ditetapkan kadarnya
menggunakan metode nitrimetri. Melihat kegunaannya maka nitrimetri
merupakan salah satu metode analisis yang diperlukan untuk menganalisis
senyawa-senyawa tersebut.
1.2 Tujuan
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nitrimetri
Nitrimetri adalah cara penetapan kadar suatu zat dengan larutan nitrit. Titrasi
nitrimetri merupakan titrasi yang dipergunakan dalam analisa senyawa-senyawa
organik, khususnya untuk persenyawaan amina primer. Penetapan kuantitas zat
didasari oleh reaksi antara fenil amina primer (aromatik) dengan natrium nitrit
dalam suasana asam yang membentuk garam diazonium dan dikenal sebagai
reaksi diazotasi. Untuk membuat suasana asam umumnya digunakan asam
klorida.
Dalam nitrimetri, berat ekivalen suatu senyawa sama dengan berat molekulnya
karena 1 mol senyawa bereaksi dengan 1 mol asam nitrit dan menghasilkan 1
mol garam diazonium. Dengan alasan ini pula, untuk titrasi nitrimetri
konsentrasi larutan baku sering dinyatakan dengan molaritas, karena
molaritasnya sama dengan normalitasnya. Titrasi nitrimetri umum digunakan
untuk penetapan sebagian besar obat sulfonamida dalam Farmakope dan
sediaannya, juga obat-obat lain jika titrasi nitrimetri ini sesuai untuk digunakan.
Contoh zat yang memiliki gugu amin aromatic primer misalnya benzokain, sulfa
yang mempunyai gugus amin alifatis misalnya Na siklamat; yang memiliki
3
gugus hidrazida misalnya INH yang memiliki gugu amin aromatis sekunder
adalah parasetamol, fenasetin, dan yang memiliki gugus nitroaromatik adalah
kloramfenikol.
Reaksi diazotasi tidak stabil dalam suhu kamar,karena garam diazonium yang
terbentuk mudah terdegradasi membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen.
Sehingga reaksi dilakukan pada suhu dibawah 15°C. Untuk mendapatkan suhu
dibawah 15°C dapat dilakukan dengan merendam erlenmeyer yang berisi sampel
dalam bejana berisi batu es.
Sampel
Asam (HCl)
Butiran es
Indikator dalam
Katalis (KBr)
2. Keasaman
Titrasi ini berlangsung pada pH + 2, hal ini dibutuhkan untuk:
4
Mengubah NaNO2 menjadi HNO2-
3. Kecepatan reaksi
Reaksi diazotasi berlangsung lambat sekali sehingga agar reaksi berjalan
sempurna, titrasi harus dilakukan secara perlahan-lahan dan dengan
pengocokan yang kuat. Frekuensi tetesan pada awal titrasi kira-kira 1
ml/menit, lalu menjelang titik akhir titrasi menjadi 2 tetes/menit.
1. Indikator dalam
Indikasi dalam adalah indicator yang digunakan dengan cara memasukkan
indicator tersebut kedalam larutan yang akan dititrasi, contohnya : tropeolin
OO dan metilen blue.
2. Indikator luar
Indikasi luar adalah indicator yang dipakai tidak memasukkan kedalam
larutan yang akan dititrasi, tetapi hanya dengan menggoreskan larutan yang
akan diperiksa pada indicator ini pada saat tititk akhir hamper dicapai.
Contohnya : pasta kanji iodide.
5
Untuk mengakali masalah ini, pada saat memasukkan asam sulfanilat
kedalam Erlenmeyer usahakan terlokalisasi pada satu titik agar tidak
diperlukan banyak ammonia untuk melarutkan. Setelah seluruh asam
sulfanilat larut, larutan kemudian diasamkan dengan HCl 25% sampai pH 2
karena asam nitrit terbentuk pada suasan asam. Kemudian tambahkan KBr
yang pada titrasi nitrimetri diperlukan sebagai :
6
H2O + HCl H2O+ + Cl-
HNO2 + H3O + Br- N=O + 2H2O
Br
Pada titrasi nitrimetri ini digunakan dua indikator, yaitu indikator dalam dan
indikator luar. Untuk indikator luar, digunakan pasta kanji iodida. Pada titik
akhir, terdapat ion NO2- berlebih sehingga NO2- akan bereaksi dengan iodida
dan mengoksidasi iodida menjadi iodium yang akan bereaksi dengan amilum
membentuk komplek warna biru.
2.5 Cara Identifikasi Dan Penetapan Kadar
a. Sulfanilamida
7
Sulfanilamida mengandung tidak kurang dari 99,0 % C6H8N2O2S, dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian hablur, serbuk hablur atau
butiran, putih, tidak berbau, rasa agak pahit kemudian manis. Larut dalam
200 bagian air, sangat mudah larut dalam air mendidih, agak sukar larut
dalam etanol (95%) p, sangat sukar larut dalam kloroform P, dalam eter P
dan dalam benzen P, mudah larut dalam aseton P, larut dalam gliserol P,
dalam asam klorida P dan dalam alkali hidroksida.
Identifikasi :
A. Memenuhi identifikasi A yang tertera pada Sulfadiazium.
B. Panaskan lebih kurang 10 mg dalam tabung kering, terjadi warna biru
violet intensif yang dengan pemanasan selanjutnya terjadi bau anilina dan
amonia.
C. Larutkan lebih kurang 200 mg dalam 5 ml asam asetat P dengan
pemanasan di atas tangas air, tambahkan 0,5 ml anhidrat asetat P dan 10
ml air panas. Dinginkan, kocok perlahan-lahan untuk membantu
pengleburan, saring, cuci hablur dengan air, keringkan pada suhu 1050,
suhu lebur hablur lebih kurang 2180.
Penetapan kadar
8
Lakukan penetapan menurut cara nitrimetri dengan menggunakan larutan
yang dibuat sebagai berikut timbang saksama 500 mg larutkan dalam
campuran 10 ml asam klorida P dan 75 ml air dan dinginkan
b. Isonoazida
Isoniazida mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari
101,0% C6H7N3O dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian
hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa agak
pahit, terurai perlahan-lahan oleh udara dan cahaya. Mudah larut dalam air,
agak sukar larut dalam etanol (95%) p, sukar larut dalam kloroform P dan
dalam eter P.
Identifikasi :
A. Panaskan 50 mg dengan 1 g natrium karbonat anhidrat P, terjadi bau
piridina.
B. Pada larutan 100 mg dalam 5 ml air, tambahkan larutan panas 100 mg
vanilin p dalam 10 ml air. Gores dengan batang kaca, biarkan selama 1
jam, terbentuk endapan kuning. Pisahkan endapan, hablurka kembali
9
dengan 5 ml etanol (70%) p panas, keringkan pada suhu 105 0 selama 1
jam, suhu lebur endapan 2280 sampai 2310.
Penetapan kadar :
Timbang seksama 100 mg, larutkan dalam 50 ml campuran 1 bagian kalium
bromida P dan 10 bagian asam klorida P 0,16 % v/v dalam gelas kimia 100
ml. kemudian lakukan penetapan kadar secara nitrimetri mulai dari
dinginkan hingga suhu kurang lebi 150
c. Sulfasetamida Na
Sulfatenamid Na mengandung tidak kurang dari 90 % dan tidak lebih dari
101,0% C8H9N2O3S, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian
hablur atau serbuk hablur renik, putih atau putih kekuningan, tidak berbau,
rasa pahit. Larut dalam 1,5 bagian air, agak sukar larut dalam etanol (95%) P
dan dalam aseton P.
Identifikasi :
A. Larutkan 1 g dalam 10 ml air, tambahkan 2 ml asam asetat P, terbentuk
endapan putih. Cuci endapan dengan air dingin, keringkan pada suhu 1050
selama 4 jam, suhu lebur sisa lebih kurang 1830, sisa menunjukkan reaksi
amina aromatik primer yang tertera pada reaksi identifikasi. Jika
dipanaskan dengan campuran etanol (95%) P dan asam sulfat P, terjadi
bau asetil asetat.
10
B. Pijarkan lebih kurang 500 mg, sisa menunjukkan reaksi natrium yang
tertera pada reaksi identifikasi.
C. Spektrum serapan inframerah menunjukkan maksimum hanya pada
panjang gelombnag yang sama dan mempunyai intensitas relatif sama
seperti pada sulfasetamida natrium PK.
11
BAB III
PEMBAHSAN
3.2 Metode
a. Alat
Alat yang digunakan antara lain buret, corong, gelas kimia, labu erlenmeyer,
plat tetes, plastik wrap , batang pengaduk, dan termometer.
12
b. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah KI, amilum, aquades, NaNO 2, sampel
sulfanilamid dan sulfanilat baku.
c. Prosedur
1. Pembutan Larutan :
a. Pembuatan pasta kanji iodida terlebih dahulu dengan melarutkan KI di
dalam 95 mL air dan ditambahkan 5 mL larutan amilum.
b. Pembuatan larutan amilum dibuat dengan melarutkan 500 mg amilum
dengan 5 mL aquades hingga larut kemudian di ad hingga 100 mL dan
dipanaskan hingga bening.
c. Pembuatan larutan NaNO2 dengan melarutkan 0,75 gram NaNO2
dengan 100 mL aquades. Larutan NaNO2 kemudian dibakukan dengan
asam sulfanilat baku.
2. Pembakuan NaNO2
a. Timbang 357,14 mg asam sulfanilat
b. Tambahkan 14,3 ml HCl dalam labu ukur dan di ad hingga 50 ml
dengan aquades hingga larut.
c. Diambil 3 kali ke dalam labu erlenmeyer yang berbeda, kemudian
masukkan 142,8mg garam KBr.
d. Kemudian didinginkan hingga 150C lalu tambahkan indikator dalam
tropeolin OO 4 tetes dan metilen blue 2 tetes dan dititrasi.
13
d. Titrasi dengan NaNO2 hingga mencapai titik akhir titrasi dengan pasta
kanji iodida sebagai indikator luar.
e. Setelah indikator memberikan warna biru yang bertahan sekitar 5
menit, maka titrasi dianggap selesai.
3.3 Hasil
Table 1. Pembakuan NaNO2
No Perlakuan Hasil
.
1. 357,14 mg asam sulfanilat 354,14 mg asam sulfanilat
ditimbang
2. Ditambahkan 14,3 ml HCl dan Larutan analit
add aqaudest 50 ml
3. Diambil 10 ml analit dalam 3 Larutan analit dengan katalisator
erlenmeyer, ditambahkan 142,
8 mg KBr, dinginkan suhu
hingga 15°C
4. Ditambahkan indikator Penambahan indicator
tropeolin oo (4 tetes) dan
metilen blue (2 tetes)
5. Dilakukan titrasi dengan V1 = 17,3 ml V2 = 17,2 ml V3 =
NaNO2 17 ml V Na NO2 rata rata =
17,16 ml
6. Menghitung konsentrasi NaNO2 Konsentrasi NaNO2 sebesar 0,12 N
14
No Perlakuan Hasil Gambar
1. 250 mg sulfanilamid 250 mg
ditimbang sulfanilamide
2. Ditambahkan 10 ml HCl 6M Larutan analit pH 1
dan 25 ml aquadest serta 125
mg KBr
3. Diambil 10 ml larutan analit V Na NO2
dan titrasi dengan NaNO2 sebanyak 0,1 ml
pada suhu 15°C hingga
diperkirakan medekati TAT
4. Mengoleskan larutan pada menghasilkan
pasta kanji iodida dan warna biru
mendiamkannya selama 5
menit
5. Menghitung kadar Kadar sulfanilamid
sulfanilamid = 3,376%
354,14
17,16 ml . N1 =
173,19
N1 = 0,12 N
15
35 ml
Dalam 35 ml maka: x 2,4116 = 8,44 mg
10 ml
8,44 mg
% kadar = x 100 % = 3,376 %
250 mg
3.4 Pembahasan
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Nitrimetri merupakan cara penetapan kadar suatu zat dengan larutan nitrit
dengan prinsip pembentukan garam diazonium.
2. Titrasi nitrimetri harus dilakukan pada suhu dingin (15°), suasana asam dan
reaksinya berlangsung lambat sehingga bisa ditambahkan katalisator berupa
KBr
3. Titrasi nitrimetri menggunakan larutan NaNO2 sebagai larutan pentiter dengan
indikator dalam tropeolin OO dan metilen blue (5:3) dan indikator luar pasta
kanji iodida.
4. Penetapan kadar sulfanilamide diperoleh kadar sebesar 3,376%.
17
DAFTAR PUSTAKA
Harmita. 2006. Analisis Kuantitatif Bahan Baku dan Sediaan Farmasi edisi I.
Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia. Depok.
Islami, Maura, Syafa. Analisis Kuantitatif Bahan Baku Sulfanilamid dengan Metode
Titrasi Nitrimetri. Universitas Padjadjaran. Bandung.
18