Anda di halaman 1dari 23

IMUNOLOGI

TRANSPLANTASI

DISUSUN OLEH :

1. M. Ridwan Rizky Saputra (16330769)


2. Wahyu Sri Widiowati (17330712)
3. Yurika Rosyda (17330715)
4. Lia Amura (17330722)
IMUNOLOGI TRANSPLANTASI

Transplantasi berasal dari bahasa Inggris to transplant, yang berarti to move from
one place to another, bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Adapun pengertian
menurut ahli ilmu kedokteran, transplantasi ialah pemindahan jaringan atau
organ dari tempat yang satu ke tempat lainnya.
Klasifikasi Pemindahan Jaringan
 Autograft : Memakai jaringan sendiri
 Isograft : Transfer jaringan individu yang
genetik identic
 Homograft : Donor dan resipien dari spesies
yang sama tetapi genetik tidak identik.
 Heterograft : Donor dan resipien dari spesies
yang berbeda.
 Hukum Transplantasi adalah bahwa tandur
akan diterima bila resepien dan donor memiliki
gen histokompatibilitas tertentu yang sama.
(Baratawidjaja. 2016)
1. Histokompatibel dan
Histoinkompatibel

2. Antigen Histokompatibel
Yang berperan dalam Mayor

Proses Transplantasi 3. Antigen Histokompatibel


Minor

4. Antigen Histokompatibel
Non-MHC
Macam-macam Penolakan Transplantasi
PENOLAKAN HIPERAKUT
 Penolakan ini terjadi setelah beberapa menit sampai beberapa jam setelah
transplantasi. Penolakan terjadi karena perusakan oleh antibodi yang sudah ada
pada transplan.
 Antibodimengaktifkan komplemen yang menimbulkan edema dan pendarahan
interstisal dalam jaringan transplan sehingga meengurangi aliran darah
keseluruh jaringan.
 Gejala umum yang terlihat : trombosis dengan kerusakan endotil dan nekrosis.
 Gejala lain : badan menjadi panas, leukositosis dan produksi urin sedikit.
PENOLAKAN AKUT
 Merupakan penolakan yang terlihat pada resipien yang sebelumnya tidak
tersensitasi terhadap transplan.
 Merupakan penolakan umum yang terjadi pada resipien yang menerima transplan
yang mismatch (tidak cocok) atau yang menerima allograftdanpengobatan
imunosupresif yang tidak efisien dalam usaha mencegah penolakan.
 Terjadi beberapa hari setelah transplantasi.
 Akibatnya ginjal tidak berfungsi, pembesaran ginjal disertai rasa sakit, penurunan
fungsidan aliran darah dan adanya seldarah dan protein dalam urin
 Penolakan akut dapat dihambat dengan cara imunosupresioleh serumantilimfosit,
steroid, dan lainnya
PENOLAKAN TERSEMBUNYI DAN LAMBAT

 Ditimbulkan oleh kompleks imun atau pembentukan kompleks


dengan antigen larut asal organ yang dicangkokan
 Efek dan interaksi antara faktor selular dan humoral pada
penolakan tandur adalah cukup kompleks.
PENOLAKAN KRONIK
 Penolakan yang terjadi pada transplantasi allograft beberapa bulan setelah organ
berfungsi normal
 Disebabkan oleh sensitivitas yang timbul terhadap aantigen transplan.
 Jika terjadi infeksi makaakan mempermudah timbulnya penolakan kronik.
 Pengobatan dengan imunosupresi tidak banyak berguna karena penolakan sudah
terjadi.
PENCEGAHAN PENOLAKAN
Golongan darah dan molekul MHC di antara berbagai individu
berbeda. Reaksi penolakan dapat dikurangi dengan
menggunakan anggota keluarga sebagai donor, tissue typing dan
obat immunosupresi.
SELEKSI PENDERITA

Kriteria seleksi penderita untuk transplantasi bervariasi di antara

berbagai senter. Usia lanjut, sepsis berat, osteoporosis,

kecenderungan perdarahan atau kontraindikasi lainnya terhadap

dosis tinggi steroid menjadikan penderita sulit diterima sebagai

resipien potensial
KESIMPULAN
 Transplantasi merupakan proses pemindahan atau pencangkokan
jaringan atau organ tubuh dari suatu atau seorang individu ke tempat
yang lain pada individu itu atau ke tubuh individu lain.
 Dalam dunia kedokteran jaringan atau organ tubuh yang dipindah
disebut graft atau transplant; pemberi transplant disebut donor; penerima
transplant disebut kost atau resipien.
 Transplantasi dapat di bagi menjadi : Autograft, Isograft, Homograft,
Heterograft. Autograft dan isograft biasanya memberikan hasil yang
baik, sedang allograft sering di tolak.
PERBEDAAN JUMLAH LEUKOSIT SETELAH TRANSPLANTASI KULIT
SECARA AUTOGRAFT DAN ISOGRAFT PADA ANJING LOKAL
(Canis lupus familiaris)

Pendahuluan
 Salah satu upaya untuk menangani luka yang besar adalah dengan transplantasi.
Transplantasi adalah pemindahan jaringan atau dari suatu tempat yang satu ke
tempat lainnya. Hal ini bisa terjadi dalam satu individu atau dua individu.
 Transplantasi terbagi menjadi empat bentuk atau teknik, yaitu autograft, isograft,
allograft, xenograft. Transplantasi yang sering digunakan adalah teknik autograft
dan isograft. Autograft adalah transplantasi yang memindahkan jaringan atau
organ dari salah satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lainnya dalam individu
yang sama, sedangkan isograft adalah transplantasi yang memindahkan jaringan
atau organ di antara individu yang genetisnya sama, seperti antara anak kembar
yang berasal dari satu zigot atau kelompokkelompok binatang yang berbeda yang
masih satu jenis keturunan
 Kesembuhan luka adalah suatu fase yang kompleks yang melibatkan berbagai fase
inflamasi akut menyusul, akibat kerusakan jaringan, regenerasi sel parenkim,
migrasi dan proliferasi sel parenkim, akuisisi kekuatan luka, fibrin, kolagen sitokin
dan darah.
 Trombosit berperan dalam tahap awal kesembuhan luka yaitu pada fase pembekuan
darah. Leukosit dibagi dalam dua kelompok yaitu granulosit yang memiliki butir
spesifik dan agranulosit yang tidak memiliki butir spesifik dalam sitoplasma.
 Jumlah leukosit darah anjing normal berkisar antara 6-18x103 /mm3 dan jumlah
pada anjing umur 2 sampal 8 bulan rata rata jumlah leukosit adalah 12168 per mm .
Leukosit berfungsi sebagai sel pertahanan tubuh. Leukosit akan memfagositosis
seluruh benda asing pada tubuh dalam proses kesembuhan luka. Berdasarkan uraian
di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui gambaran jumlah
leukosit pada fase penyembuhan luka tranplantasi secara autograft dan isograft pada
anjing lokal
BAHAN DAN METODE
 Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah anjing lokal yang berumur
3-6 bulan, dan bobot badan 3-7 kg. Empat ekor anjing lokal diadaptasikan dalam
kandang percobaan selama satu minggu. Secara acak anjing dibagi menjadi dua
kelompok perlakuan yaitu terdiri atas dua ekor pada masing-masing kelompok.
Semua anjing diberi makan tiga kali sehari dan air minum ad libitum. Kelompok I
diberi perlakuan transplantasi autograft, sedangkan kelompok II diberi perlakuan
transplantasi isograft.
 Hewan percobaan dipuasakan selama enam jam sebelum operasi, selanjutnya atropin
sulfat dengan dosis 0,04 mg/kg bobot badan diinjeksikan secara subkutan sebagai
premedikasi, kemudian hewan coba dianestesi menggunakan kombinasi ketamin
dosis 10 mg/kg bobot badan dan xilazin dengan dosis 1 mg/kg bobot badan secara
intramuskular.
 Kelompok I, diinsisi kulit dengan luas 3x3 cm pada bagian dada sebelah kanan
dan paha sebelah kanan
 kemudian baru dilakukan transplantasi autograft, sedangkan pada kelompok II
masing-masing anjing diinsisi kulit seluas 3x3 cm pada dada sebelah kanan
kemudian kulit dari anjing ke-3 ditransplantasikan pada anjing ke-4 dan
sebaliknya kulit yang dari anjing ke-4 di transplantasikan pada anjing ke- 3.
 Jaringan kulit yang diambil pada masing-masing kelompok dimasukkan ke
dalam natrium klorida (NaCl) fisiologis agar tetap basah dan ditempatkan
langsung pada luka di punggung anjing dan dijahit menggunakan jahitan
simple interupted dengan jarak 3- 4 mm. Luka transplantasi dioleskan iodium
tincture lalu diperban dengan kasa steril selama 12 hari. Perban diganti setiap
tiga hari sekali, yakni pada hari 3, 6, 9, dan12. Benang dilepas pada hari ke-15
setelah dilakukan transplantasi.
Pengambilan Darah
 Pengambilan darah dilakukan melalui daerah vena chepalica (terlebih
dulu daerah sekitar vena chepalica dibersihkan dengan alkohol 70%)
sebanyak 2 ml pada hari ke-0, 3, 6, 9, dan hari ke-12 setelah
perlakuan. Darah dikoleksi ke dalam vacutainer yang berisi ethylene
diamine tetraacetic acid (EDTA). Pemeriksaan jumlah leukosit
dilakukan dengan hemocytometer dan menggunakan metode
Neubeur. Pembacaan hasil dilakukan dengan menghitung jumlah
leukosit pada masing-masing kelompok perlakuan dan periode waktu
pengama
Analisis Data
 Data jumlah leukosit dianalisis dengan analisis varian (Anava) pola
split-plot dan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

 Perubahan pada jumlah leukosit mengindikasikan adanya perubahan


fungsi sistem tubuh. Perubahan jumlah leukosit ini dapat terjadi karena
faktor eksogen (patologis) dan endogen (fisiologis). Hasil pengamatan
jumlah leukosit setelah transplantasi kulit secara autograft dan isograft
pada anjing lokal (Canis Lupus Familiaris) menunjukkan bahwa kedua
jenis perlakuan berpengaruh nyata terhadap peningkatan jumlah leukosit
dan waktu pengamatan berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan
jumlah leukosit pada kedua jenis transplantasi
Berdasarkan Tabel 1 antara kedua perlakuan (autograft dan isograft) terdapat perbedaan jumlah leukosit yang
nyata pada waktu pengamatan hari ke-3 dan hari ke-6, sedangkan pada waktu pengamatan hari ke-0, ke-9 dan ke-
12 tidak terdapat perbedaan jumlah leukosit.
 Perbedaan peningkatan jumlah leukosit antara perlakuan I (autograft) terhadap
perlakuan II (isograft) hanya terlihat pada waktu pemeriksaan hari ke-3 dan
hari ke-6. Hal ini karena sistem kekebalan anjing tersebut telah siap dalam
menghadapi infestasi luka tersebut. Leukosit mempunyai peranan dalam
pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat asing. Leukosit
dapat melakukan gerakan amuboid melalui proses diapedesis leukosit dapat
meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel dan menembus
ke dalam jaringan penyambung
 Peningkatan jumlah leukosit perlakuan II (isograft) lebih tinggi dibandingkan
perlakuan I (autograft) baru terlihat pada waktu pengamatan hari ke-9 dan hari
ke-12 walaupun perbedaan peningkatannya tidak nyata.
KESIMPULAN
 Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jumlah leukosit
lebih tinggi pada perlakuan isograft dibandingkan dengan transplantasi
autograf
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai