PENDAHULUAN
Bentuk sediaan obat antara lain sediaan cair, sediaan setengah padat dan sediaan
padat. Sediaan cair sendiri ada dalam bentuk sirup, suspense, elixir dan lain
sebagainya. Sediaan setengah padat terdiri dari krim, salep, gel, pasta. Sedangkan
untuk sediaan padat, dikenal dalam bentuk serbuk, granul, pil, tablet. Salah satu
bentuk sediaan setengah padat yang sering diproduksi adalah krim. Sediaan krim
merupakan sediaan topical, krim merupakan bentuk sediaan setengah padat
mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar
yang sesuai. Ada berbagai macam zat aktif yang dapat dibuat ke dalam bentuk
sediaan krim, namun tidak semua bahan aktif dapat stabil dalam air atau mudah
terurai jika disimpan dalam waktu yang lebih lama dan salah satunya adalah
antibiotic klindamisin. Salah satu pilihan sediaan untuk zat seperti ini adalah
dengan membuat bentuk sediaan krim. Berdasarkan uraian di atas kami ingin
membuat formulasi krim klindamisin untuk jerawat.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui proses pembuatan sediaan krim klindamisin
2. Mahasiswa dapat mengetahui parameter uji untuk evaluasi sediaan yang
dibuat
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut FI IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu
atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung air tidak
kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (Formularium
Nasional)
2
Untuk krim tipe A/M digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae, kolserol dan
cera alba. Sedangkan untuk tipe krim M/A digunakan sabun monovalen seperti
trietanolamin, natrium stearat, kalium stearat dan ammonium stearat. Selain itu
jjuga dipakai tween, natrium lauryl sulfat, CMC.
3
a. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe A/M, karena terganggu
system campuran terutama disebabkan karena perubahan suhu dan perubahan
komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau
pencampuran 2 tipe krim jika zat pengemulsinya tidak homogan
b. Mudah lengket, terutama tipe A/M
c. Mudah pecah, disebabkan dalam formulasinya yang tidak pas
d. Pembuatannya harus secara aseptic
2.4 Formulasi
1. Fase minyak yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam, contoh
: asam stearat, adepslanae, paraffin liquid, paraffin solidum, minyak lemak,
cera, cetaceum, vaselin, setil alcohol, stearil alcohol, dan sebagainya.
2. Fase air yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa. Contohnya : NA
tetraborat (borak, Na biboras), trietanolamin atu TEA, NaOH, KOH,
Na2CO3, gliserin, pilietilenglikol atau PEG, propilenglikol, surfaktan (Na
laurilsulfat, Na setostearil alcohol, polisorbatum /tween,span dan sebgainnya)
3. Bahan-bahan penyusun krim antara lain zat berkhasiat, minyak, air,
pengemulsi,dan bahan pengemulsi. Bahan pengemulsi yang digunakan dalam
sediaan krim disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yng akn di buat.
Sebagai bahan pengemulsi dapat digunakan PEG, polisorbat, trietanolamin,
setaseum, lemak bulu domba, stearil alcohol. Sedangkan bahan-bahan
tambahan dalam sediaan krim antara lain zat pengawet untuk mengingkatkan
stabilitas sediaan. Bahan pengawet yang sering digunakan umumnya
metilparaben (0,12-0,18%), propilparaben (0,02-0,05%). Pendapar, untuk
mempertahankan pH sediaan. Antioksidan untuk mencegah ketengikan akibat
oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh.
4
2.5 Evaluasi Dan Stabilitas
a. Uji Organoleptis
b. Evaluasi pH
Dengan cara sejumlah zat tertentu diletakkan di atas kaca yang berskala
kemudian bagian atasnya diberi kaca yang sama dan ditingkatkkan bebannya
dan diberi rentang waktu 1-2menit, kemudian diameter penyebaran diukur
pada setiap penambahan beban, saat sediaan berhenti menyebar (dengan
waktu tertentu secara teratur)