Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR SEMI PADAT

CREAM

DISUSUN OLEH:

ANISA RACHMAWATI (1504005)

APRILIA WULANDARI (1504006)

AZZI NUR ROMANDHONI (1504007)

BAYU SETIO AJI (1504008)

CHRISMA DEVI P. (1504009)

LABORATORIUM DIII FARMASI


STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
2017
CREAM

I. TINJAUAN PUSTAKA
Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak
kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Stabilitas krim rusak
jika terganggu sistem campurannya terutama terutama disebabkan perubahan
suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara
berlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak
tercampurkan satu sama lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika
diketahui pengencer yang cocok yang harus dilakukan dengan teknik aseptic.
(Anonim, 1979).
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau
lebih bahan obat terlarut atau terdistribusi dalam dasar yang serasi. Istilah ini
secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang
mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi A/M atau
M/A.
(Anonim, 1995).
Krim merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang
dioleskan ke bagian kulit badan. Obat luar adalah obat yang pemakaiannya
tidak melalui mulut, kerongkongan dan kearah lambung. Menurut definisi
tersebut yang termasuk obat luar adalah obat luka, obat kulit, obat hidung,
obat mata, obat tetes telinga, obat wasir dan sebagainya.
(Anief, 1999).
Ada beberapa tipe krim seperti emulsi, air terdispersi dalam minyak
(A/M) dan emulsi minyak terdispersi dalam air (M/A) sebagai pengemulsi
dapat digunakan surfaktan anionik, kationik dan non anionik. Untuk krim tipe
A/M digunakan : sabun monovalen, tween, natrium laurysulfat, emulgidum
dam lain-lain. Krim tipe M/A mudah dicuci dengan air, ditujukan untuk
penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian
obat melalui vagina.
(Anief, 1994).
A. Tipe Krim
Penggolongan krim, yaitu :
a. Tipe A/M (air terdispersi dalam minyak)
Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk
maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai
krim pembersih, berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream
mengandung mineral oil dalam jumlah besar.
b. Tipe M/A (minyak terdispersi dalam air)
Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan
untuk maksud membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak.
Vanishing cream sebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan
lapisan berminyak/film pada kulit.

B. Fungsi Krim
Fungsi krim :
1. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit.
2. Sebagai bahan pelumas bagi kulit.
3. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak langsung
dengan zat-zat berbahaya.
(Anief, 1999)

C. Kelebihan Dan Kekurangan Krim


1. Kelebihan sediaan krim, yaitu :
a. Mudah menyebar rata
b. Praktis
c. Mudah dibersihkan atau dicuci
d. Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat
e. Tidak lengket terutama tipe m/a
f. Memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m
g. Digunakan sebagai kosmetik
h. Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak
cukup beracun.
2. Kekurangan sediaan krim, yaitu :
a. Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam
keadaan panas.
b. Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak
pas.
c. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m, karena
terganggu sistem campuran terutama disebabkan oleh perubahan
suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah
satu fase secara berlebihan.

D. Formula Dasar Krim


Bahan dasar penyusun krim yang digunakan harus memenuhi
kriteria-kriteria tertentu. Kualitas dasar krim yang diharapkan :
1. Stabil
Selama masih dipakai mengobati. Maka krim harus bebas dari
inkopatibilitas, stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada
dalam kamar.
2. Lunak
Semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi
lunak dan homogen.
3. Mudah dipakai
Umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai
dan dihilangkan dari kulit.
4. Terdistribusi merata
Obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau
cair pada penggunaan.
(Anief, 1994)
Bahan-bahan penyusun krim:
1. Zat berkhasiat
Zat berkhasiat adalah zat yang memiliki fungsi sebagai
pengobatan dalam krim.
2. Minyak
Fase minyak yaitu bahan obat yang larut dalam minyak,
bersifat asam. Contoh : asam stearat, adeps lanae, parafin liquidum,
parafin solidum, minyak lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil
alkohol, stearil alkohol.
3. Air
Fase air yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.
Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras), trietanolamin (TEA),
NaOH, KOH, Na2CO3, gliserin, polietilenglikol (PEG),
propilenglikol, surfaktan (Na lauril sulfat, Na setostearil alkohol,
polisorbatum/Tween, Span).
4. Bahan Pengawet
Bahan pengawet yang sering digunakan umumnya metil
paraben (nipagin) 0,12-0,18%; propil paraben (nipasol) 0,02-0,05%.
Pendapar untuk mempertahankan pH sediaan pelembab dan
antioksidan untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya
pada minyak tak jenuh.

5. Pengemulsi
Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim
disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat atau
dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat digunakan emulgide,
lemak bulu domba, setaseum, setil alkohol, stearil alkohol,
trietanolamin stearat, polisorbat dan PEG.

E. Metode Pembuatan Krim


Metode pembuatan krim yaitu pembuatan sediaan krim meliputi
proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya komponen yang tidak
bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersama-sama di
penangas air pada suhu 70-75°C, sementara itu semua larutan berair yang
tahan panas, komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang
sama dengan komponen lemak. Kemudian larutan berair secara perlahan-
lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak yang cair dan diaduk
secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk
mencegah kristalisasi dari lilin/lemak. Selanjutnya campuran perlahan-
lahan didinginkan dengan pengadukan yang terus-menerus sampai
campuran mengental. Bila larutan berair tidak sama temperaturnya
dengan leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga
terjadi pemisahan antara fase lemak dengan fase cair
(Munson, 1991)

F. Uji Kontrol Kualitas Krim


Uji kontrol kualitas cream atau evaluasi mutu sediaan krim adalah
agar sistem pengawasan mutu dapat berfungsi dengan efektif maka harus
dibuatkan kebijaksanaan dan peraturan yang mendasari dan ini harus
selalu ditaati. Pertama, tujuan pemeriksaan semata-mata adalah demi
mutu obat yang baik. Kedua, setiap pelaksanaan harus berpegang teguh
pada standar atau spesifikasi dan harus berupaya meningkatkan standar
dan spesifikasi yang telah ada. Uji kontrol kualitas sediaan cream, antara
lain :
1. Organoleptis
Uji organoleptis menggunakan panca indra; mulai dari bau,
warna dan tekstur sediaan. Konsistensi pelaksanaan menggunakan
subyek responden (dengan kriteria tertentu) dengan menetapkan
kriterianya pengujianya (macam dan item), menghitung prosentase
masing-masing kriteria yang diperoleh, pengambilan keputusan
dengan analisa statistik. Sesuai dengan standar sifat fisis cream harus
berwarna putih pucat, bau khas dan bentuk semi padat.
2. Homogenitas
Pengujian homogenitas yang dilakukan bertujuan untuk
mengetahui susunan sediaan yang homogen. Uji homogenitas
dilakukan dengan cara sediaan cream dioleskan tipis-tipis pada
sekeping kaca atau kertas saring dan diamati homogenitas
sediaannya. Karena jika sediaan cream homogen, maka setiap bagian
sediaan mengandung bahan obat yang jumlahnya sama.
3. Uji Daya Proteksi
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan
sediaan cream memproteksi kulit dan untuk mendeteksi apakah ada
noda merah pada kertas saring atau tidak. Jika tidak ada noda merah
berarti cream memenuhi standar dan dapat memberikan proteksi
terhadap larutan KOH 0,1 N.
(Charunia, 2009).
4. Uji Daya Sebar
Pengujian daya sebar dilakukan untuk mengetahui
kemampuan cream untuk menyebar pada permukaan kulit dengan
cara sejumlah zat tertentu diletakkan di atas kaca yang berskala.
Kemudian bagian atasnya diberi kaca yang sama dan ditingkatkan
bebannya dan diberi rentang waktu 1–2 menit. Kemudian panjang
diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan beban, saat
sediaan berhenti menyebar (dengan waktu tertentu secara teratur).
Persyaratan daya sebar untuk sediaan topical yaitu sekitar 5-7 cm.
Berdasarkan standar uji daya sebar sediaan cream yang baik bahwa
semakin panjang diameter, penyebaran krim semakin baik.
( Maulidaniar dkk, 2011).
5. Uji Daya Lengket
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
daya lengket yang dihasilkan oleh cream dan kualitas cream yang
baik dimana cream dapat bertahan lama menempel dikulit. Semakin
lama cream tersebut menempel dikulit, maka akan memberi efek
terapi yang diinginkan dengan maksimal. Berdasarkan standar uji
daya lengket telah memenuhi standar yaitu kurang dari 4 detik.
6. pH
Sediaan diukur pH nya dengan menggunakan pH meter, yaitu
disesuaikan dengan pH usus karena sediaan diabsorbsi di usus jadi
pH sediaan harus sama dengan pH usus.
7. Viskositas
a. Viskometer kapiler / ostwold
Dengan cara waktu air dari cairan yang diuji dibandingkan
dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang
viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat dua
tanda tersebut.
(Moectar, 1990)
b. Viskometer hoppler
Berdasarkan hukum Stokes pada kecepatan bola
maksimum, terjadi keseimbangan sehingga gaya gesek = gaya
berat – gaya archimides. Prinsip kerjanya adalah
menggelindingkan bola ( yang terbuat dari kaca ) melalui tabung
gelas yang hampir tikal berisi zat cair yang diselidiki. Kecepatan
jatuhnya bola merupakan fungsi dari harga resiprok sampel.
(Moechtar,1990)
c. Viskometer cup dan pob
Prinsip kerjanya sample digeser dalam ruangan antara
dinding luar dari bob dan dinding dalam dari cup dimana bob
masuk persis ditengah-tengah. Kelemahan viscometer ini adalah
terjadinya aliran sumbat yang disebabkan geseran yang tinggi
disepanjang keliling bagian tube sehingga menyebabkan
penueunan konsentrasi. Penurunan konsentrasi ini menyebabkan
bagian tengah zat yang ditekan keluar memadat. Hal ini disebut
aliran sumbat.
(Moechtar,1990)
d. Viskometer cone dan plate
Dengan cara sampel ditempatkan ditengah-tengah,
kemudian dinaikan hingga posisi dibawah kerucut. Kerucut
digerakkan oleh motor dengan bermacam kecepatan dan
sampelnya digeser pada ruangan yang sangat sempit antara
papan yang didalam kemudian kerucut yang berputar.

G. Monografi Bahan
A. Acidum Stearicum (FI III hal 157)
Pemerian : Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur,
putih atau kuning pucat, mirip lemak lilin.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol
(95%), dalam 2 bagian kloroform dan dalam 3 bagian
eter.
B. Cera Alba (FI III hal 140)
Pemerian : Zat padat, lapisan tipis bening, putih kekuningan, bau
khas lemah.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam
etanol (95%) dingin, larut dalam kloroform, dalam eter
hangat, dalam minyak lemak dan dalam minyak atsiri.
C. Vaselinum Album (FI III hal 633)
Pemerian : Massa lunak, lengket, bening, putih, sifat ini tetap setelah
zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk,
hampir tidak berasa.
Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air dan etanol (95%), larut dalam
kloroform, dalam eter dan dalam eter minyak tanah,
larutan kadang-kadang beropalesensi lemah.
D. Triethanolaminum (FI III hal 612)
Pemerian : Cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat, bau
lemah mirip amoniak, higroskopik.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam wadah etanol (95%),
larut dalam kloroform.
E. Propylenglycolum (FI III hal 534)
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa
agak manis, higroskopik.
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) dan
dengan kloroform, larut dalam 6 bagian eter, tidak dapat
campur dengan eter minyak tanah dan dengan minyak
lemak.
Khasiat : Sebagai pelarut.
F. Sulfadiazin
Pemerian : Serbuk putih kekuningan atau putih agak merah jambu,
hampir tidak berbau, tidak berasa.
Khasiat : Penggunaan antibakteri.
G. Paraffin liquidum
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berflourensi, tidak
berwarna, tidak berbau hampir tidak mempunyai rasa.
Khasiat : Laksativum.
H. Aqua Destillata (FI III hal 96)
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.

II. FORMULA STANDAR


Formula standar
Asam stearat 15,0
Cera alba 2
Vaselin album 8
Trietanolamin 1,5
Propilenglikol 8
Aquadest 65,5
s. vanishing cream base

(Anief, 2008)
III. FORMULA PENGEMBANGAN
Sulfadiazine 1%
Paraffin liquid 1%
Parfum 0,1 %
Asam stearat 15,0 %
Cera alba 2%
Vaselin album 8%
Trietanolamin 1,5 %
Propilenglikol 8%
Aquadest 65,5 %
s. vanisihing cream base

IV. ALAT DAN BAHAN


A. Alat :
1. Mortir 11. Millimeter blok
2. Stamfer 12. Penggaris
3. Cawan porselin 13. Anak timbang
4. Kaca arloji 14. Pipet tetes
5. Timbangan elektrik 15. Alat uji daya sebar
6. Pot cream 16. Alat uji daya lengket
7. Sudip 17. Gelas ukur
8. Kompor listrik 18. Batang pengaduk
9. Beker glass 19. Stopwatch
10. Kertas saring
B. Bahan :
1. Sulfadiazine 7. Aquades
2. Paraffin liquid 8. Vaselin album /vaselin putih
3. Asam stearate 9. Parfum
4. Cera alba 10. KOH 0,1 N
5. Trietanolamin 11. Indikator fenolftalein
6. Propilenglikol
V. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN
A. Formula pengembangan :
1
1. Sulfadiazine = x 50 gram = 0,5 gram
100
1
2. Paraffin liquid = x 50 gram = 0,5 gram
100
0,1
3. Parfum = x 50 gram = 0,05 gram
100
B. Pengambilan bahan
Pengambilan bahan = formula standar – formula pengembangan
= 50 gram – 1,05 gram
= 48,95 gram
C. Penimbangan Bahan
Untuk menghindari kekurangan bahan karena proses pembuatan maka
penimbangan dilebihkan 10%, jadi :
1
1. Sulfadiazine = x 50 gram + 10% = 0,55 gram
100
1
2. Paraffin liquid = x 50 gram + 10% = 0,55 gram
100
0,1
3. Parfum = x 50 gram + 10% = 0,055 gram
100
15
4. Asam stearate = x 48,95 gram + 10% = 8,074 gram
100
2
5. Cera alba = x 48,95 gram + 10% = 1,076 gram
100
8
6. Vaselin album = x 48,95 gram + 10% = 4,30 gram
100
1,5
7. Trietanolamin = x 48,95 gram + 10% = 0,80 gram
100
8
8. Propilenglikol = x 48,95 gram + 10% = 4,30 gram
100
65,5
9. Aquades = x 48,95 gram + 10% = 35,26 gram
100
VI. CARA KERJA

Timbang semua bahan

Lelehkan veselin album, asam stearat dan cera alba

Masukkan sulfadiazin dalam mortir, gerus ad halus

Tambahkan paraffin liquidum

Masukkan lelehan vaselin album, asam stearat dan cera alba

Gerus ad halus

Masukkan propilenglikol dan TEA yang selanjutnya sudah dilarutkan dalam air
hangat, aduk ad homogen

Tambahkan parfum dan aquadest, gerus ad homogen

Masukkan ke dalam pot yang sudah disetarakan

Timbang seberat 10 gram

Beri etiket

VII. ETIKET
Apotek STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
Jl. Ir. Soekarno Km.1 Buntalan klaten (0272) 334455
Apoteker : Drs. Sunyoto, Bsc., M. Sc., Apt
SP : KP. 01.03.1.3.5778

No : VI Tanggal : 28-11-2017
Nama : Ny. Nova

Oleskan, 2 kali sehari


Pagi dan Sore
“Obat Luar”
VIII. PROSEDUR KONTROL KUALITAS
1. Organoleptis

Amati krim yang sudah dibuat

Catat hasil pengamatan berupa warna, bau dan bentuk krim

2. Homogenitas
Oleskan Krim pada objek glass atau kertas saring

Amati ada partikel atau tidak

amati sediaan homogen atau tidak

3. Daya lengket:
Cara kerja :

Oleskan krim pada salah satu obyek glass dengan luas tertentu setipis
mungkin.

Letakkan obyek glass lain diatas olesan hingga tertutup semua dengan
posisi obyek glass terpasang di alat uji dan tekanlah dengan bahan 50gr
selama 5 menit.

Lepaskan beban pada alat uji sehingga kedua obyek glass tersebut
terpisah.

Catat waktu yang dibutuhkan sampai kedua obyek glass tersebut terpisah.

Ulangi percobaan minimal 3x


4. Daya sebar
Cara kerja :

Timbang krim seberat 0,5gr, letakkan ditengah alat.

Timbang kaca penutup, letakkan kaca tersebut diatas massa


krim dan biarkan selama 1 menit.

Ukurlah berapa diameter krim yang menyebar dengan


menghitung panjang rata-rata dari beberapa sisi.

Tambahkan beban 50gr diatas kaca penutup, diamkan


selama 1 menit dan catatlah diameter krim yang menyebar
seperti sebelumnya.

Teruskan penambahan beban sampai krim tidak menyebar.

Gambar grafik diameter krim yang menyebar vs beban.


5. Daya proteksi
Cara kerja :
Ambil sepotong kertas saring dengan ukuran 5cm x 5cm, basahi dengan
larutan fenolftalen untuk indikator, setelah itu kertas dikeringkan.

Olesi kertas tersebut dengan krim yang akan dicoba pada salah satu
muka seperti lazimnya orang menggunakan krim.

Pada kertas saring yang lain dengan ukuran yang sama dibuat
tengahnya luas area 3cm x 3cm, kemudian diluar area 3cm x 3cm
dibuat batas dengan arsiran parafin padat yang telah dilelehkan.

Tempelkan pada bagian ketas dengan lelehan parafin diatas kertas


yang diolesi krim.

Teteskan larutan KOH 0,1 N.

Lihatlah kertas yang dibasahi fenolftalein pada waktu 15, 30, 45, dan
60 detik, 3 menit, 5 menit. Adakah noda merah pada kertas.

Bila tidak ada noda merah berarti krim dapat memberikan proteksi
terhadap cairan KOH 0,1 N.

IX. HASIL
1. Organoneptis
Organoleptis Hasil Pengamatan
Warna Putih
Bau Harum Parfum
Bentuk Semi padat

2. Homogenitas
 Homogen
3. Daya Lengket
Replikasi Waktu
I 1,32 detik
II 0,43 detik
III 0,35 detik
Rata-rata 0,70 detik

4. Daya Sebar
Penambahan Diameter Rata-rata
Beban Replikasi Replikasi Replikasi
I II III
Tanpa beban 6 cm 6 cm 6 cm 6 cm
50 gram 6,475 cm 6,475 cm 6,475 cm 6,475 cm
100 gram 6,875 cm 6,875 cm 6,875 cm 6,875 cm
150 gram 7,125 cm 7,125 cm 7,125 cm 7,125 cm
200 gram 7,325 cm 7,325 cm 7,325 cm 7,325 cm
250 gram 7,575 cm 7,575 cm 7,575 cm 7,575 cm
300 gram 7,725 cm 7,725 cm 7,725 cm 7,725 cm
350 gram 8,125 cm 8,125 cm 8,125 cm 8,125 cm
400 gram 8,125 cm 8,125 cm 8,125 cm 8,125 cm

Kurva Daya Sebar


9
8
7
Diameter (cm)

6
5
4
3
2
1
0
0 100 200 300 400 500
Beban (gram)
5. Viskositas

Replikasi Hasil

Replikasi II 50 dpa’s

Replikasi II 50 dpa’s

Replikasi III 50 dpa’s

Viskositas Rata-Rata 50 dpa’s

6. Daya Proteksi
Waktu Daya Proteksi Kesimpulan
Replikasi Replikasi Replikasi
I II III
15 detik Tidak ada Tidak ada Tidak ada
30 detik Tidak ada Tidak ada Tidak ada
45 detik Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada noda
60 detik Tidak ada Tidak ada Tidak ada merah

3 menit Tidak ada Tidak ada Tidak ada


5 menit Tidak ada Tidak ada Tidak ada

7. pH
Replikasi pH
Replikasi I 5
Replikasi II 5
Replikasi III 5
pH Rata-Rata 5
X. PEMBAHASAN

Krim adalah sediaan semipadat mengandung satu atau lebih bahan obat
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Anonim, 1979). Krim
juga dapat berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60% dan
dimaksudkan untuk pemakaian luar (Anonim, 1978). Pada percobaan ini,
praktikan membuat sediaan krim beserta uji kontrol kualitasnya.
Sediaan krim dimaksudkan untuk pengobatan luar. Zat aktif yang
terkandung dalam krim ini adalah Sulfadiazin yang berkhasiat sebagai
antibakteri. Menurut Mitsul (1997) komponen krim secara umum mengandung
fase minyak, fase air, emulgator dan bahan-bahan lainnya. Dalam formula krim
ini, yang merupakan fase minyak adalah asam stearat yang merupakan fase
minyak golongan asam lemak yang berbentuk kristal, berwarna putih atau
sedikit kuning, mengkilat, praktis tidak larut dalam air, berfungsi sebagai
emulsifying agent (Rowe et al., 2009). Selain itu juga terdapat paraffin liquid
sebagai fase minyak hidrokarbon. Fase air dalam formula ini adalah (golongan
humektan) sebanyak 8% dari sediaan yang dibuat. Trietanolamin atau sering
disebut TEA banyak digunakan dalam formulasi sediaan topikal, terutama dalam
pembentukan emulsi (emulgator emulsi m/a). TEA terbentuk sebagai cairan
kental yang jernih, tidak berwarna hingga kuning pucat, dan berbau sedikit
amoniak (Rowe et al., 2009). Vaselin album dan cera alba sebagai basis krim.
Pembuatan krim ini menggunakan peraturan krim nomor 4, yaitu "krim-
krim yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya harus digerus sampai
dingin" bahan-bahan yang ikut dilebur, penimbangannya harus di lebihkan 10-
20% (untuk mencegah kekurangan bobotnya) (Syamsuni, 2013). Pembuatan
krim ini, basis krim dan asam stearat sebagai fase minyak dilebur diatas
waterbath dengan jumlah yang dilebihkan 10%. Kemudian zat aktif, basis dan
larutan TEA+Propilenglikol dicampur dan digerus ad dingin. TEA dan
propilenglikol dilarutkan dalam air hangat. Hal ini dikarenakan pembuatan krim
ini menggunakan cara pada umumnya, dimana fase minyak dilebur diatas WB
dan fase air dilarutkan dalam air hangat kemudian digerus bersama dalam
lumpang panas ad terbentuk basis krim.
Setelah terbentuk basis krim dan telah ditambahkan parfum secukupnya,
krim ditimbang sebanyak 50 gram kemudian dilakukan uji kontrol kualitas. Uji
kontrol kualitas krim yang dilakukan yaitu :
1. Uji organoleptis
Pengamatan sediaan krim dilakukan dengan mengamati dari segi warna,
bau dan tekstur krim (Sharon, et al., 2013). Sediaan krim yang dibuat
memiliki tekstur lembut semi padat. Beraroma wangi parfum dengan warna
putih.
2. Uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek glass. Sejumlah
krim dioleskan pada objek glass dan diamati adanya butiran kasar (Ditjen
POM, 1979). Setelah dilakukan uji homogenitas, dapat disimpulkan bahwa
krim yang dibuat tidak terdapat partikel kasar atau dengan kata lain krim
sudah homogen.
3. Uji daya lengket
Hasil uji daya lengket sediaan krim pada 3 replikasi berturut-turut yaitu
1,32 detik, 0,43 detik, dan 0,35 detik sehingga didapatkan daya lengket rata-
rata sebesar 0,70 detik. Krim dikatakan baik jika daya lekatnya itu tidak
terlalu lama, mengingat komposisi terbesar krim adalah air. Sehingga krim
ini termasuk tipe emulsi m/a, mudah dicuci dengan air.
4. Uji daya sebar
Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui kemampuan sediaan
menyebar pada kulit, dimana suatu basis krim memiliki daya sebar yang
baik untuk menjamin pemberian bahan obat yang memuaskan. Perbedaan
daya sebar sangat berpengaurh pada kecepatan difusi zat aktif dalam
melewati membran. Semakin luas membran tempat sediaan menyebar, maka
koefisien difusi makin besar yang mengakibatkan difusi obat pun semakin
meningkat. Sehingga semakin besar daya sebar suatu sediaan, maka hasil
semakin baik (Hasyim, et al., 2012). Hasil pengukuran daya sebar pada
percobaan ini diperoleh 8 diameter dari 8 kali penambahan beban yaitu 0
gram, 50 gram, 100 gram, 150 gram, 200 gram, 250 gram, 300 gram, 350
gram dan 400 gram secara berturut-turut adalah 6 cm, 6,475 cm, 6,875 cm,
7,125 cm, 7,325 cm, 7,575 cm 7,725 cm, 8,125 cm dan 8,125 cm. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa semakin bertambah beban, semakin luas pula
penyebaran krim, dan semakin bagus.
5. Uji viskositas
Pengukuran viskositas krim dilakukan dengan menggunakan viskometer
VT 04. Nilai viskositas krim yang telah dibuat adalah 50 dpa’s. Viskositas
dapat dipengaruhi oleh kombinasi antara asam stearat dan TEA. Semakin
besar konsentrasi asam stearat dan TEA yang digunakan, maka akan
semakin tinggi viskositas krim yang dihasilkan (Desti, 2014).
6. Uji daya proteksi
Hasil pengujian kemampuan proteksi menunjukkan tidak ada noda merah
pada krim yang dibuat. Basis krim yang baik dapat melindungi kulit dari
pengaruh luar seperti asam-basa, debu dan sinar matahari pada waktu
pengobatan, ditandai dengan tidak terbentuknya noda merah setelah
penambahan KOH. Dalam sediaan krim yang dibuat dari 3 kali replikasi
semuanya menunjukkan tidak adanya noda merah sehingga krim yang
dibuat dapat melindungi dari KOH.
7. Uji pH
Uji pH dilakukan dengan menggunakan pH stik. pH sediaan diharapkan
sesuai dengan ph kulit karena digunakan secara topikal. pH yang terlalu
asam akan menyebabkan iritasi dan tidak boleh terlalu basa karena
menyebabkan kulit bersisik (Dureja, 2010). pH sediaan diharapkan berkisar
antara 4,5-7 (Tranggono dan Latifah, 2007). pH sediaan yang dilakukan ini
adalah 5 dengan 3 kali replikasi. Rentang ini masih aman untuk digunakan
karena sesuai dengan rentang yang diharapkan.

XI. KESIMPULAN
A. Praktikan telah mampu membuat sediaan krim Sulfadiazin sebanyak 50
gram.
B. Hasil uji kontrol kualitas sediaan salep yang dibuat adalah :
1. Uji Organoleptis :
a. Warna : Putih
b. Bau : Harum parfum
c. Bentuk : Semi padat
2. Homogenitas : Homogen
3. Daya Lengket : 0,7 detik
4. Daya sebar : 6 cm – 8,125 cm
5. Viskositas : 50 dpa’s
6. Daya proteksi : Dapat melindungi dari KOH
7. pH :5
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1978. Formularium Nasional Edisi II. Depkes RI. Jakarta.


Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta.
Dureja, H., Kaushik, D., Gupta, M., Kumar, V., Lather, V. 2010. Cosmeceuticals :
An Emerging Concept. Indian J Pharmacol., (Online)
Hasyim, N., K. L. Pare, I. Junaid, A. Kurniati. 2012. Formulasi Dan Uji Efektivitas
Gel Luka Bakar Ekstrak Daun Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata L.)
Pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus). Majalah Farmasi Farmakologi.
16(2): 89-94.
Iswindari, Desti. 2014. Formulasi Dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim Rice Bran Oil.
UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Rowe, R. C., Sheskey, P. J., Quinn, M. E. 2009. Handbook Of Pharmaceutical
Exipients. 6th Edition. London : Pharmaceutical Press.
Sharon, N., Anam, S. Yuliet. 2013. Formulasi Krim Ekstrak Etanol Bawang Hutan
(Eleutherine palmifolia L. Merr). Online Jurnal Of Natural Science, Vol
2(3): 111-112.
Syamsuni. 2013. Ilmu Resep. EGC. Jakarta.
Tranggono, R.I., Latifah, F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. PT.
Gramedia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai