PERCOBAAN II
PEMBUATAN SUSPENSI
DUSUSUN OLEH:
NAMA : MIFTHA HUSNUH AULIA
NIM : 201802039
KELAS : FARMASI IB
KELOMPOK : III (TIGA)
PENANGGUNG JAWAB : JUMASNI ADNAN, S.Farm., M.Si., Apt
ASISTEN : FARDIN, S.Farm., M.Kes., Apt
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menyebabkan obat tidak lagi dikonsumsi dalam bentuk zat murninya. Ada
banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan membuat zat aktif dalam
penggunaan, aksebilitas (dapat diterima) oleh pasien, dan zat aktif dilepas
yaitu karena obat-obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam
s u s p e n s i o r a l m e n j a m i n s t a b i l i t a s k i m i a d a n memungkinkan
pemberian lebih mudah serta lebih mudah untuk memberikan dosis yang
diatur penyesuaian dosisnya untuk anak. Sediaan dalam bentuk suspense diterima
baik oleh para konsumen dikarenakan penampilan baik itu dari segi warna ataupun
bentuk wadahnya.
sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk sangat halus, dengan
Bahan dasar dari sediaan suspense terdiri dari zat aktif. yaitu suatu
hanya berfungsi untuk mengobati infeksi bakteri dan tidak bisa mengatasi
infeksi yang disebabkan oleh virus, misalnya flu. Obat ini membunuh
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Praktikum
D. Manfaat Praktikum
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Suspensi
1. Pengertian Suspensi
padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan
padat dalam bentuk halus dan tidak larut , terdispersi dalam cairan
padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair (Ditjen POM,
1995).
atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus,
1978).
fase, yakni fase kontinu (fase luar) berupa cairan atau semipadat
tidak larut dalam bentuk halus yang terdispersi ke dalam fase cair
(syamsuni, 2007).
2. Macam-macam Suspensi
kategori ini.
b. Supensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung
suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak boleh
3. Syarat-syarat Suspensi
suspensi
intratekal
Keuntungan :
Kerugian :
homogenitasnya turun
tuang
larutan
2. Bahan tambahan
a. Akasia (PGA)
5-9.
ditambahkan pengawet.
b. Tragakan
c. Mucilago amily
e. Mucilago saleb
f. Solution gummosa
B. Stabilitas Suspensi
1. Ukuran partikel.
partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu.
2. Kekentalan (viscositas)
singkat.
4. Sifat/muatan partikel
jumlah obat yang tertulis dalam resep dan sifat partikel merupakan
C. Uraian Bahan
mempunyai rasa.
dalam kloroform.
benzoat acid
6. Tragakan
gelatin
METODE KERJA
A. Jenis praktikum
Sulawesi Selatan
1. Alat
analitik.
2. Bahan
Tgl
2019
Jumlah/ Jumlah/
Kode Bahan Nama Bahan Fungsi
dosis Batch
Sirupus
002 Pemanis 36 gram 36 gram
simpleks
E. Formula
Tragacant 3% Pensuspensi
Asam nitrat 1% Zat tambahan
F. Perhitungan Bahan
Dalam 60 ml mengandung:
Zat aktif :
12,5 𝑚𝑔
Amoxicillin = 𝑥 60 𝑚𝑙 = 1,5 𝑔
5𝑚𝑙
Zat tambahan :
60
Syrupus simpleks = 𝑥 60 𝑚𝑙 = 36 𝑔
100
3
Tragacant = 100 𝑥 60 𝑚𝑙 = 1,8 𝑔
1
Asam nitrat = 100 𝑥 60 𝑚𝑙 = 0,6 𝑔
0,5
Na. benzoate = 100 𝑥 60 𝑚𝑙 = 0,3 𝑔
= 59,8 ml
G. Prosedur kerja
3. Buat suspenssi
campuran bahan
A. Hasil Pengamatan
1. Master Formula
Jumlah/ Jumlah/
Kode Bahan Nama Bahan Fungsi
dosis Batch
001 Amoxicilin Zat Aktif 1,5 gram 1,5 gram
a) Evaluasi organoleptis
Pemeriksaan Organoleptis
Formula Ket
Bau Warna Rasa
b) Evaluasi pH sediaan
Formula pH Ket
Pustaka
F2 7 sesuai Farmakope
Indonesia Edisi
F3 5 Sesuai
V pH suspense
F4 5 Sesuai
Amoxicillin
1. 24 jam -
2. 48 jam 4 cm
Gambar 1.1
Dari evaluasi uji organoleptis bertujuan untuk melihat bau serta warna
dari sediaan yang dibuat. Hasil dari uji organoleptis sediaan suspensi
amoxicillin berwarna putih keruh, bau yang khas, serta rasa yang pahit.
Bentuk, rasa, dan bau sama seperti awal sediaan dibuat. Hal ini mungkin
sehingga tidak merubah bentuk, rasa, dan bau dari sediaan ini.
suspensi yang dibuat. Hasil dari uji kekentalan sediaan suspensi Amoxicilin
A. Kesimpulan
memiliki bau yang khas, berwarna putih keruh dan rasa yang manis,
B. Saran
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia, edisi III. Departemen Kesehatan RI:
Jakarta
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV. Departemen Kesehatan RI:
Jakarta
Jakarta
RI: Jakarta
Lachman, L., Lieberman H. A., Kanig, J. L., 1994., Teori dan Praktek Farmasi
Indonesia, Jakarta.