Anda di halaman 1dari 28

LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


STIKES PELAMONIA KESDAM VII/WRB

PERCOBAAN II
PEMBUATAN SUSPENSI

DUSUSUN OLEH:
NAMA : MIFTHA HUSNUH AULIA
NIM : 201802039
KELAS : FARMASI IB
KELOMPOK : III (TIGA)
PENANGGUNG JAWAB : JUMASNI ADNAN, S.Farm., M.Si., Apt
ASISTEN : FARDIN, S.Farm., M.Kes., Apt

PROGRAM STUDI D III FARMASI


STIKES PELAMONIA KESDAM VII/WRB
MAKASSAR
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teknologi sediaan adalah cara memformulasi atau merancang

suatu obat menjadi bentuk sediaan dengan menggunakan teknologi.

Sediaan Obat adalah adalah bentuk sediaan yang mengandung

zat aktif yang siap digunakan (dikonsumsi). Perkembangan teknologi

menyebabkan obat tidak lagi dikonsumsi dalam bentuk zat murninya. Ada

banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan membuat zat aktif dalam

bentuk sediaan, diantaranya adalah penerimaan oleh pasien lebih baik,

sehingga orang tidak akan segan lagi meminum obat.

Beberapa alasan mengapa obat dibuat sediaan yaitu, untuk

keamanan penggunaan zat aktif yang merangsang lambung,

menghilangkan atau mengurangi bau, rasa yang tidak enak, memudahkan

penggunaan, aksebilitas (dapat diterima) oleh pasien, dan zat aktif dilepas

berlahan-lahan (Drug delivery system )

Ada beberapa alasan dibuatnya sediaan suspensi antara lain

yaitu karena obat-obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam

larutan tapi stabil dalam suspensi. Dalam hal ini seperti

s u s p e n s i o r a l m e n j a m i n s t a b i l i t a s k i m i a d a n memungkinkan

terapi dengan cairan. Untuk banyak pasien, bentuk cair lebihdisukai


ketimabang bentuk padat (tablet atau kapsul dari obat yang sama), karena

mudahnya menelan cairan dan keluwesan dalam pemberian dosis,

pemberian lebih mudah serta lebih mudah untuk memberikan dosis yang

relatifsangat besar,aman, mudah diberikan untuk anak-anak, juga mudah

diatur penyesuaian dosisnya untuk anak. Sediaan dalam bentuk suspense diterima

baik oleh para konsumen dikarenakan penampilan baik itu dari segi warna ataupun

bentuk wadahnya.

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat,

tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa atau

sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk sangat halus, dengan

atautanpa zat tambahan, yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan

pembawa yang di tetapkan

Bahan dasar dari sediaan suspense terdiri dari zat aktif. yaitu suatu

senyawa kimiawi yang terdapat di dalam suatu sumber alami, bahan

tambahan seperti pewarna, perasa, dan pengawet. Serta suspending

Agent berupa tragakan dan akasia.

Amoxicillin adalah salah satu jenis antibiotik golongan penisilin

yang digunakan untuk mengatasi infeksi berbagai jenis bakteri, seperti

infeksi pada saluran pernapasan, saluran kemih, dan telinga. Amoxicillin

hanya berfungsi untuk mengobati infeksi bakteri dan tidak bisa mengatasi
infeksi yang disebabkan oleh virus, misalnya flu. Obat ini membunuh

bakteri dengan cara menghambat pembentukan dinding sel bakteri.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara pembuatan suspense dengan zat aktif Amoxicilin

dengan variasi konsentrasi tragakan sebagai pensuspensi?

2. Bagaiman evaluasi sediaan suspens dengan zat aktif Amoxicilin

dengan variasi konsentrasi tragakan sebagai pensuspensi?

C. Tujuan Praktikum

1. Untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan sediaan larutan

2. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi sediaan suspense

D. Manfaat Praktikum

1. Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui bagaimana cara

pembuatan sediaan suspensi

2. Praktikan dapat memahami dan mengetahui bagaimana evaluasi

terhadap sediaan suspensi


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Suspensi

1. Pengertian Suspensi

Suspensi adalah sediaaan yang mengandung bahan obat

padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan

pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat

mengendap, dan bila dikocok perlahan endapan harus segera

terdispersi kembali. Dapat ditambahkan zat tambahan untuk

menjamin stabilitas tetapi kekentalan suspensi harus menjamin

sediaan mudah dikocok dan dituang.

Suspensi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat

padat dalam bentuk halus dan tidak larut , terdispersi dalam cairan

pembawa (Ditjen POM, 1979).

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel

padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair (Ditjen POM,

1995).

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat,

tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa

atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus,

dengan atau tanpa zat tambahan yang akan terdispersikan


sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkann (Ditjen POM,

1978).

Suspensi merupakan sistem heterogen yang terdiri dari dua

fase, yakni fase kontinu (fase luar) berupa cairan atau semipadat

dan fase terdispers (fase dalam) berupa partikel tidak larut

(Lachman, dkk, 1994)

Suspensi adalah dispersi cair dari partikel padat dalam suatu

cairan (Voigt, 1984).

Suspensi merupakan sedian cair yang mengandung partikel

tidak larut dalam bentuk halus yang terdispersi ke dalam fase cair

(syamsuni, 2007).

2. Macam-macam Suspensi

Menurut Syamsuni dalam Buku nya “Ilmu Resep”, Suspensi

dibagi kedalam beberapa jenis :

a. Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung

partikel padat dalam bentuk halus yang terdispersi dalam

pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit .

losion eksternal harus mudah menyebar didaerah pemakaian,

dan cepat kering membentuk lapisan film pelindung. Beberapa

suspensi yang diberi etiket sebagai “Lotio” termasuk dalam

kategori ini.
b. Supensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung

partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada

telinga bagian luar.

c. Suspensi oftalmik adalah sediaan cair steril yang

mengandung partikel- partikel sangat halus yang terdispersi

dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Obat dalam

suspensi harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak

menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea, suspensi obat

mata tidak boleh digunakan jika terdapat masa yang mengeras

atau terjadi pengumpalan.

d. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan cair steril berupa

suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak boleh

menyumbat jarum suntiknya (syringe ability) serta tidaka

disuntikkan secara intra vena atau kedalam larutan spiral.

e. Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat

kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk

larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril

setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.

3. Syarat-syarat Suspensi

Menurut FI edisi III adalah :

a. Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap

b. Jika dikocok harus segera terdispersi kembali


c. Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas

suspensi

d. Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah

dikocok atau sedia dituang

e. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga

ukuran partikel dari suspensi tetap agak konstan untuk

jangka penyimpanan yang lama

Menurut FI edisi IV adalah :

a. Suspensi tidak boleh di injeksikan secara intravena dan

intratekal

b. Suspense yang dinyatakan untuk digunakan untuk cara

tertentu harus mengandung anti mikroba

c. Suspense harus dikocok sebalum digunakan.

4. Keuntungan dan Kerugian Suspensi

Keuntungan :

a. Suspensi merupakan sediaan yang menjamin stabilitas kimia

dan memungkinkan terapi dengan cairan.

b. Untuk pasien dengan kondisi khusus, bentuk cair lebih

disukai dari pada bentuk padat


c. Suspensi pemberiannya lebih mudah serta lebih mudah

memberikan dosis yang relatif lebih besar.

d. Suspensi merupakan sediaan yang aman, mudah di berikan

untuk anak-anak, juga mudah diatur penyesuain dosisnya

untuk anak-anak dan dapat menutupi rasa pahit.

Kerugian :

a. Suspensi memiliki kestabilan yang rendah

b. Jika terbentuk caking akan sulit terdispersi kembali sehingga

homogenitasnya turun

c. Aliran yang terlalu kental menyebabkan sediaan sukar di

tuang

d. Ketepatan dosis lebih rendah dari pada bentuk sediaan

larutan

e. Pada saat penyimpanan kemungkinan terjadi perubahan

sistem dispersi (caking, flokulasi-deflokulasi) terutama jika

terjadi fluktuasi/perubahan suhu

f. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk

memperoleh dosis yang diinginkan.


5. Komposisi Dasar Suspensi

1. Bahan aktif. : suatu senyawa kimiawi yang terdapat di dalam

suatu sumber alami

2. Bahan tambahan

a. Pewarna : metilen blue, metamil yellow

b. Pengawet : nipagin 2-5%, nipasol 0,05-0,025%

3. Suspending Agent (Syamsuni, 2006)

a. Akasia (PGA)

Bahan ini diperoleh dari eksudat tanaman akasia sp.

Dapat larut dalam air, tidak larut dalam alcohol, dan

bersifat asam, viskositas optimum mucilagonya adalah PH

5-9.

Mucilage gom arap dengan kadar 35 % memeiliki

kekentalan kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah

dirusak oleh bakteri sehingga dalam suspense harus

ditambahkan pengawet.

b. Tragakan

Mengandung tragakhan 2% dan dibuat dengan jalan

menggerus dahulu serbuk tragakan dengan air 20x

banyaknya sampai diperoleh suatu masa yang homogen.


Kemudian diencerkan dengan sisa dari tragakan lambat

mengalami hidrasi. Sehinggan untuk mempercepat hidrasi

biasanya dilakukan pemanasan mucilago tragakan juga

lebih kental dari pada mucilago dari Gom arab.

c. Mucilago amily

Dibuat dengan amilum tritici 2% .

d. Solution gum arabicum

Mengandung gum arabikum 10% dan dibuat dengan jalan

membuat dahulu mucilage gom arab dari gom yang

tersedia kemudian mengencerkannya.

e. Mucilago saleb

Dibuat dengan serbuk saleb 1 % seharusnya dengan

serbuk yang telah dihilangkan patinya dengan

pengayakan, dimana diperoleh suatu mucilage

f. Solution gummosa

Mengandung pulvis gummosus 2% dan dibuat dengan

jalan menggerus dahulu pulvis gummosus dengan air 7x

banyaknya sampai diperoleh suatu masa yang homogen

dan mengencerkannya sedikit demi sedikit

B. Stabilitas Suspensi

Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan

suspensi adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta


menjaga homogenitas dari partikel. Cara tersebut merupakan salah

satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi. Beberapa faktor

yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :

1. Ukuran partikel.

Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang

partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu.

Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik

dengan luas penampangnya. Sedangkan antara luas penampang

dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya

semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya.

(dalam volume yang sama) .Sedangkan semakin besar luas

penampang partikel daya tekan keatas cairan akan semakin

memperlambat gerakan partikel untuk mengendap, sehingga untuk

memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan

memperkecil ukuran partikel.

2. Kekentalan (viscositas)

Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan

aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan

alirannya makin turun (kecil). Kecepatan aliran dari cairan tersebut

akan mempengaruhi pula gerakan turunnya partikel yang terdapat

didalamnya. Dengan demikian dengan menambah viskositas

cairan, gerakan turun dari partikel yang dikandungnya akan


diperlambat. Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak

boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.

3. Jumlah partikel (konsentrasi)

Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar

, maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas

karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut. Benturan itu

akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh

karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar

kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang

singkat.

4. Sifat/muatan partikel

Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari

beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama.

Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan

tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan

tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alam,

maka kita tidak dapat mempe-ngaruhinya. Stabilitas fisik suspensi

farmasi didefinisikan sebagai kondisi suspensi dimana partikel tidak

mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata. Bila partikel

mengendap mereka akan mudah tersuspensi kembali dengan

pengocokan yang ringan. Partikel yang mengendap ada

kemungkinan dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk


membentuk agregat dan selanjutnya membentuk compacted cake

dan peristiwa ini disebut caking .

Kalau dilihat dari faktor-faktor tersebut diatas, faktor

konsentrasi dan sifat dari partikel merupakan faktor yang tetap,

artinya tidak dapat diubah lagi karena konsentrasi merupakan

jumlah obat yang tertulis dalam resep dan sifat partikel merupakan

sifat alam. Yang dapat diubah atau disesuaikan adalah ukuran

partikel dan viskositas. Ukuran partikel dapat diperkecil dengan

menggunakan pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan

mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan

penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan

tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut

sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya bersifat

mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).

C. Uraian Bahan

1. Aquadest (FI V, 2005)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air Suling

RM/BM : H2O/ 18,02

Kelarutan : Larut dalam etanol glisier


Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa.

Penyimpana : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pelarut

2. Amoxicillin (FI V, 2005)

Nama resmi : AMOXICILLIN

RM/BM : C16H19N3O5S/365,4 g/mol

pH :Antara 5,0 dan 7,5; dalam suspensi yang

disiapkan seperti pada etiket

Kelarutan : Sukar larut dalam air dan methanol, tidak larut

dalam benzena, dalam karbon tetraklorida, dan

dalam kloroform.

Pemerian : Serbuk hablur putih; praktis tidak berbau

Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh kuman-kuman gram

negatif maupun gram positif, khususnya untuk

infeksi pada saluran cerna, saluran pernapasan,

dan saluran kemih.

Penyimpana : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya

Kegunaan : Sebagai zat aktif

3. Asam Sitrat (FI V , 2005)

Nama Resmi : ACIDUM CITRICUM

Nama Lain : Asam Sitrat


Rumus Molekul : C6H8O. 7H2O

Berat Molekul : 210,14

Pemerian : Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk

hablur granul sampai halus; putih; tidak berbau

atau praktis tidak berbau; rasa sangat asam.

Bentuk hidrat mekar dalam udara kering.

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, mudah larut

dalam etanol; agak sukar larut dalam eter.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

4. Na. Benzoat (FI V, 2005)

Nama Resmi : NATRII BENZOAT

Nama Lain : sodium benzoat, benzoat fo soda, sodium

benzoat acid

Rumus Molekul : C7H5NO2

Berat Massa : 144,11

Pemerian : granul atau serbuk hablur, putih; tidak berbau

atau praktis tidak berbau; stabil diudara.

Stabilitas : Larutan berairnya mungkin harus disterilisasi

dengan autoclaf atau filtrasi

Kelarutan : mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam

etanol dan lebih mudah larut dalam etanol 90%


5. Syrup Simpleks (FI V, 2005)

Nama resmi : Sirupus Simpleks

Nama lain : Sirup gula

Bobot Molekul : 1,587

Kelarutan : Larut dalam air dan air panas

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna

Khasiat : Sebagai pemanis

Penyimpanan : Wadah tertutup rapat

6. Tragakan

Pemerian : tidak berbau, mempunyai rasa tawar

Kelarutan : agak sukar larut dalam air, tetapi mengembang

menjadi masa homogen, lengket dan seperti

gelatin

Viskositas : viskositas meningkat jika suhu dan konsentrasi

meningkat, dan menurun jika pH meningkat.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik


BAB III

METODE KERJA

A. Jenis praktikum

Adapun jenis praktikum yang dilakukan adalah pembuatan

suspensi dengan zat aktif Amoxicillin

B. Waktu dan tempat praktikum

Praktikum dilakukaan pada hari kamis, tanggal 22 Juni, 2019.

Dilaboratorium Farmasi stikes pelamonia kesdam VII/WRB Makassar,

Sulawesi Selatan

C. Alat dan bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu botol

cokelat 60 ml , gelas kimia, gelas ukur, kertas perkamen,

lumpang dan alu, penangas air, sendok tanduk, timbangan

analitik.

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu

Amoxicilin 1,5 gram, aquadest 60 ml, sukrosa 42 gram, asam

nitrat 0,6 gram, Na benzoat 0,8 gram,traganact 1,8 gram.


D. Master Formula

Produksi : PT. TRIFAR

Tgl

Formulasi : Tgl Produksi : Dibuat Oleh : Disetujui Oleh :

10 Juni 20 Juni 2019 Kelompok III Fardin,S.Farm.,M.Kes.,Apt

2019

Jumlah/ Jumlah/
Kode Bahan Nama Bahan Fungsi
dosis Batch

001 Amoxicilin Zat Aktif 1,5 gram 1,5 gram

Sirupus
002 Pemanis 36 gram 36 gram
simpleks

003 Tragacant Pensuspensi 1,8 gram 1,8 gram

004 Asam nitrat Buffer 0,6 gram 0,6 gram

005 Na. benzoat Pengawet 0,3 gran 0,3 gram

006 Aquadest Pelarut Ad 100% Ad 100%

E. Formula

Nama Bahan Konsentrasi Fungsi

Amoxicilin 125mg/5ml Zat aktif

Sirupus simpleks 60% Pemanis

Tragacant 3% Pensuspensi
Asam nitrat 1% Zat tambahan

Na. benzoat 0,5% Pengawet

Aquadest Ad 100% Pelarut

F. Perhitungan Bahan

Dalam 60 ml mengandung:

Zat aktif :
12,5 𝑚𝑔
Amoxicillin = 𝑥 60 𝑚𝑙 = 1,5 𝑔
5𝑚𝑙

Zat tambahan :
60
Syrupus simpleks = 𝑥 60 𝑚𝑙 = 36 𝑔
100

3
Tragacant = 100 𝑥 60 𝑚𝑙 = 1,8 𝑔

1
Asam nitrat = 100 𝑥 60 𝑚𝑙 = 0,6 𝑔

0,5
Na. benzoate = 100 𝑥 60 𝑚𝑙 = 0,3 𝑔

Aquadest = ad 100 ml – (1,5 + 36 + 1,8 + 0,6 + 0,3)

= 59,8 ml
G. Prosedur kerja

1. Siapakan alat dan bahan

2. Timbang semua bahan yang telah di hitung

3. Buat suspenssi

a. Siapkan gelas kimia

b. Tambahkan traganact dalam gelas kimia

c. Dipanaskan sambil ditambahkan aquadest sedikit demi

sedikit (sambil di gerus)

4. Tambhakan zat aktif dalam lumpang, kemudian gerus

5. Tambahkan zat tambahan lainnya dalam lumpang yang berisi zat

cair kemudian di gerus tambahkan traganact lalu gerus

campuran bahan

6. Masukkan dalam botol cokelat 60 ml yang telah di kalibrasi.

H. Evaluasi Sediaan Suspensi

1. Organoleptis :. Suatu sediaan diidentifikasi rasa, bau dan

bentuknya, dengan indra perasa, peraba dan penglihatan.

2. pH : Evaluasi pH dilakukan dengan menggunakan

indicator universal(indicator pH) dan hasil pengamatan

dibandingkan dengan skala pH.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Master Formula

Nama Produk : Hesfar 04

Jumlah Produk : 1 Botol

No. Registrasi : DBL1900311933A1

No. Batch : 9200691

Produksi : PT. TRIFAR

Tgl Tgl Produksi : Dibuat Oleh : Disetujui Oleh :


Formulasi :
10 Juni 20 Juni 2019 Kelompok III Fardin,S.Farm.,M.Kes.,Apt
2019

Jumlah/ Jumlah/
Kode Bahan Nama Bahan Fungsi
dosis Batch
001 Amoxicilin Zat Aktif 1,5 gram 1,5 gram

002 Sirupus Pemanis 36 gram 36 gram


simpleks
003 Tragacant Pensuspensi 1,8 gram 1,8 gram

004 Asam nitrat Buffer 0,6 gram 0,6 gram

005 Na. benzoat Pengawet 0,3 gran 0,3 gram

006 Aquadest Pelarut Ad 100% Ad 100%


2. Evaluasi sediaan suspensi:

a) Evaluasi organoleptis

Pemeriksaan Organoleptis
Formula Ket
Bau Warna Rasa

F1 Tidak berbau Putih Manis Sesuai

F2 Tidak berbau putih Manis Sesuai

F3 Khas Putih keruh Manis Sesuai

F4 Khas Putih Manis Sesuai

F5 Tidak berbau Putih Manis Sesuai

b) Evaluasi pH sediaan

Formula pH Ket
Pustaka

F1 8 Tidak sesuai Berdasarkan

F2 7 sesuai Farmakope

Indonesia Edisi
F3 5 Sesuai
V pH suspense
F4 5 Sesuai
Amoxicillin

F5 5 Sesuai yaitu 5,0 – 7,5.


c) Evaluasi kekentalan :

Formula Kekentalan Ket


Pustaka
F1 Sangat kental Tidak sesuai Menurut
farmakope
F2 Kental Sesuai Indonesia
Edisi III
F3 Cukup Kental Sesuai kekentalan
suspensi tidak
F4 Kental Sesuai boleh terlalu
tinggi agar
mudah
F5 Kental Sesuia dikocok dan
dituang

d) Evaluasi tinggi sedimentasi

No. Waktu (t) Tinggi Endapan

1. 24 jam -

2. 48 jam 4 cm

Gambar 1.1

Hasil pembuatan sediaan suspense


B. Pembahasan

Sediaan yang dibuat diamati selama 2 hari dengan pengamatan

meliputi evaluasi organoleptis, evaluasi pH sediaan, evaluasi kekentalan,

dan evaluasi tinggi sedimentasi.

Dari evaluasi uji organoleptis bertujuan untuk melihat bau serta warna

dari sediaan yang dibuat. Hasil dari uji organoleptis sediaan suspensi

amoxicillin berwarna putih keruh, bau yang khas, serta rasa yang pahit.

Bentuk, rasa, dan bau sama seperti awal sediaan dibuat. Hal ini mungkin

dipengaruhi karena tidak adanya aktivitas mikroorganisme pada sediaan

sehingga tidak merubah bentuk, rasa, dan bau dari sediaan ini.

Uji pH bertujuan untuk mengetahui pH sediaan yang dibuat harus

berada dalam rentang kestabilan. Hasil dari uji pH sediaan suspensi

Amoxicilin memiliki pH 5. Menurut farmakope Indonesia edisi V, pH untuk

suspensi Amoxicillin ialah antara 5,0 dan 7,5.

Uji Kekentalan bertujuan untuk mengetahui kekentalan sediaan

suspensi yang dibuat. Hasil dari uji kekentalan sediaan suspensi Amoxicilin

yang dibuat kental namun mudah dituang.

Uji tinggi sedimentasi, pada pengamatan hari pertama tidak ditemukan

endapan didalam sediaan suspensi. Kemudian pada pengamatan hari

kedua, ditemukan endapan setinggi 4cm.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan tentang pembuatan

suspensi dengan zat aktif Amoxicillin dan variasi konsentrasi tragakan

sebagai pensuspensi disimpulkan bahwa:

1. Suspensi dengan zat aktif Amoxicillin dan variasi konsentrasi tragakan

dapat dibuat atau diformulasi sediaan suspensi.

2. Suspensi dengan konsentrasi tragakan 3% secara organoleptis

memiliki bau yang khas, berwarna putih keruh dan rasa yang manis,

memiliki pH 5, dengan kekentalan yang cukup kental dan tinggi

sedimentasi setinggi 4cm. dari hasil evaluasi tersebut diperoleh hasil

suspensi yang stabil.

B. Saran

untuk praktikum selanjutnya diharapkan dapat menggunakan

pensuspensi lain dan konsentrasi yang lebih bervariasi.


Daftar Pustaka

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia, edisi III. Departemen Kesehatan RI:

Jakarta

Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV. Departemen Kesehatan RI:

Jakarta

Ditjen POM.2005. Farmakope Indonesia, edisi V. Departemen Kesehatan RI:

Jakarta

Ditjen POM. 1978. Formularium Nasional, edisi kedua. Departemen Kesehatan

RI: Jakarta

Lachman, L., Lieberman H. A., Kanig, J. L., 1994., Teori dan Praktek Farmasi

Industri, diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, edisi III, Universitas

Indonesia, Jakarta.

Syamsuni, 2006. Ilmu Resep. Jakarta : EGC

Voigt, R.,1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh

Soewandhi, S.N., UGM Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai