Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID

“PEMBUATAN SEDIAAN SALEP”

DISUSUN OLEH :

NAMA :SUPIAH

NIM :201802068

KELAS :FARMASI 1B

KELOMPOK :II (DUA)

PENANGGUNG JAWAB : JUMASNI ADNAN, S.Farm,.M.Si.,Apt

ASISTEN :RIRIN MULIANA, Amd., Farm

LABORATORIUM TEKNOLOGI LIQUID DAN SEMI SOLID

PROGRAM STUDI D III FARMASI

STIKES PELAMONIA KESDAM VII/WRB

MAKASSAR

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian

topikal pada kulit atau selaput lendir (FI ed IV). Bahan obatnya larut

atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok (FI ed III).

Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan

obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotik adalah

10 %. Sedian setengan padat ini tidak menggunakan tenaga.

Akan tetapi salep harus memiliki kualitas yang baik yaitu stabil,

tidak terpengaruh oleh suhu dan kelembaban kamar, dan semua zat

yang dalam salep harus halus. Oleh karena itu pada saat pembuatan

salep terkadang mangalami banyak masalah salep yang harus digerus

dengan homogen, agar semua zat aktifnya dapat masuk ke pori-pori

kulit dan diserap oleh kulit.

Obat bentuk sediaan setengah padat pada umumnya hanya

digunakan sebagai obat luar, dioleskan pada kulit untuk keperluan

terapi atau berfungsi sebagai pelindung kulit. Sediaan setengah padat

terdiri dari salep, pasta, dan krim. Salah satu obat dalam bentuk krim

yang digunakan untuk pemakaian luar adalah Kloramfenikol.

Antibiotikum broadspektrum ini berkhasiat terhadap hampir semua

kuman Gram- positif dan sejumlah Gram-negatif, juga terhadap

spirokhaeta, chlamydia trachomatis danMycoplasma. Tidak aktif


terhadap suku Psedeomonas, Proteus dan Enterobacter Khsiatnya

bersifat bakteriostatis terhadap Enterobacter dan staph. Aureus

berdasarkan pertintangan sintesa polipeptida kuman. Kloramfenikol

bekerja bakterisid terhadap Str. pneumoniae, Neiss. meningitides

dan H. influenzae.

Pembuatan sediaan setengah padat atau salep sangat penting

diketahui untuk dapat diterapkan pada pelayanan kefarmasian

khususnya di apotik, puskesmas maupun rumah sakit.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaiamana cara pembuatan sediaan salep?

2. Bagaimana evaluasi sediaan salep?

C. Tujuan Praktikum

1. Untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan sediaan salep.

2. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi sediaan salep.

D. Manfaat Praktikum

1. Praktikan dapat memahami dan mengetahui bagaimana cara

pembuatan sediaan salep.

2. Praktikan dapat memahami dan mengetahui bagaimana evaluasi

terhadap sediaan salep.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Salep

1. Defenisi salep

Salep (unguents) adalah preparat setengah padat untuk

pemakaian luar. Preparat farmasi setengah padat seperti salep,

sering memerlukan penambahan pengawet kimia sebagai

antimikroba, pada formulasi untuk mencegah pertumbuhan

mikroorganisme yang terkontaminasi. Pengawet-pengawet ini

termasuk hidroksibenzoat, fenol-fenol, asam benzoat, asam sorbat,

garam amonium kuartener, dan campuran-campuran lain. Preparat

setengah padat menggunakan dasar salep yang mengandung atau

menahan air, yang membantu pertumbuhan mikroba supaya lebih

luas daripada yang mengandung sedikit uap air, dan oleh karena itu

merupakan masalah yang lebih besar dari

pengawetan (Chaerunnisa, 2009).

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan

dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau

terdispend homogen dalam dasar salep yang cocok. Pemerian

Tidak boleh berbau tengik. Kadar kecuali dinyatakan lain dan untuk

salap yang mengandung obat keras atau obat narkotik , kadar

bahan obat adalah 10 %. Kecuali dinyatakan sebagai bahan dasar

digunakan Vaselin putih . Tergantung dari sifat bahan obat dan


tujuan pemakaian, dapat dipilih salah satu bahan dasar berikut:

dasar salep senyawa hidrokarbon Vasellin putih, vaselin kuning atau

campurannya dengan malam putih, dengan Malam kuning atau

senyawa hidrokarbon lain yang cocok; dasar salep serap lemak bulu

domba dengan campuran 8 bagian kolesterol 3 bagian stearik

alcohol 8 bagian malam putih dan 8 bagian vaselin putih, campuran

30 bagian Malam kuning dan 70 bagian Minyak Wijen; dasar salap

yang dapat dicuci dengan air. Emulsi minyak dan air; dasar salap

yang dapat larut dalam air Polietilenglikola atau

campurannya. Homogenitas jika dioleskan pada sekeping kaca atau

bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan

yang homogen (Anif, 2000).

2. Syarat sediaan Salep

a. Peraturan Salep Pertama

Zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak dilarutkan

kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan.

b. Peraturan Salep Kedua

Bahan-bahan yang dapat larut dalam air, jika tidak ada

peraturan-peraturan lain dilarutkan lebih dahulu dalam air,

asalkan air yang digunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis

salep. Jumlah air yang dipakai dikurangi dari basis.


c. Peraturan Salep Ketiga.

Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam

lemak dan air, harus diserbuk lebih dahulu kemudian diayak

dengan pengayak B40.

d. Peraturan Salep Keempat

Salep-salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya

harus digerus sampai dingin.

3. Penggolongan Salep

a. Menurut konsistensinya salep dibagi menjadi :

1) Unguenta

Adalah salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega,

tidak mencair pada suhu biasa tetapi mudah dioleskan tanpa

memakai tenaga.

2) Cream

Adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap

kulit. Suatu tipe yang dapat dicuci dengan air.

3) Pasta

Adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat

padat (serbuk). Suatu salep tebal karena merupakan

penutup atau pelindung bagian kulit yang diberi.

4) Cerata

Adalah suatu salep berlemak yang mengandung persentase

tinggi lilin (waxes), sehingga konsistensinya lebih keras.


5) Gelones Spumae (Jelly)

Adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya cair dan

mengandung sedikit atau tanpa lilin digunakan terutama

pada membran mukosa sebagai pelicin atau basis. Biasanya

terdiri dari campuran sederhana minyak dan lemak dengan

titik lebur yang rendah.

b. Menurut Efek Terapinya, salep dibagi atas :

1) Salep Epidermic (Salep Penutup)

Digunakan pada permukaan kulit yang berfungsi hanya

untuk melindungi kulit dan menghasilkan efek lokal, karena

bahan obat tidak diabsorbsi. Kadang-kadang ditambahkan

antiseptik, astringen untuk meredakan rangsangan. Dasar

salep yang terbaik adalah senyawa hidrokarbon (vaselin).

2) Salep Endodermic

Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam tetapi

tidak melalui kulit dan terabsorbsi sebagian. Untuk

melunakkan kulit atau selaput lendir diberi lokal iritan. Dasar

salep yang baik adalah minyak.

3) Salep Diadermic (Salep Serap).

Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam melalui

kulit dan mencapai efek yang diinginkan karena diabsorbsi

seluruhnya, misalnya pada salep yang mengandung


senyawa Mercuri, Iodida, Belladonnae. Dasar salep yang

baik adalah adeps lanae dan oleum cacao.

c. Menurut Dasar Salepnya, salep dibagi atas :

1) Salep hydrophobic

Yaitu salep-salep dengan bahan dasar berlemak, misalnya:

campuran dari lemak-lemak, minyak lemak, malam yang tak

tercuci dengan air.

2) Salep hydrophillic

Yaitu salep yang kuat menarik air, biasanya dasar salep tipe

o/w atau seperti dasar hydrophobic tetapi konsistensinya

lebih lembek, kemungkinan juga tipe w/o antara lain

campuran sterol dan petrolatum.

4. Kualitas Dasar Salep

Menurut FI. IV, dasar salep yang digunakan sebagai pembawa

dibagi dalam 4 kelompok, yaitu dasar salep senyawa hidrokarbon,

dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar

salep larut dalam air. Setiap salep obat menggunakan salah satu

dasar salep tersebut.

a. Dasar Salep Hidrokarbon

Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak, antara lain

vaselin putih dan salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen

berair yang dapat dicampurkan kedalamnya. Salep ini

dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan


kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar salep

hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, sukar dicuci,

tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama.

b. Dasar Salep Serap

Dasar salep serap ini dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok

pertama terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur dengan

air membentuk emulsi air dalam minyak (parafin hidrofilik dan

lanolin anhidrat), dan kelompok kedua terdiri atas emulsi air

dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan

air tambahan (lanolin). Dasar salep ini juga berfungsi sebagai

emolien.

c. Dasar Salep yang dapat dicuci dengan air.

Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air, antara lain salep

hidrofilik (krim). Dasar salep ini dinyatakan juga sebagai dapat

dicuci dengan air, karena mudah dicuci dari kulit atau dilap

basah sehingga lebih dapat diterima untuk dasar kosmetika.

Beberapa bahan obat dapat menjadi lebih efektif menggunakan

dasar salep ini dari pada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan

lain dari dasar salep ini adalah dapat diencerkan dengan air dan

mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan

dermatologik.
d. Dasar Salep Larut Dalam Air

Kelompok ini disebut juga dasar salep tak berlemak dan terdiri

dari konstituen larut air.Dasar salep jenis ini memberikan banyak

keuntungannya seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air

dan tidak mengandung bahan tak larut dalam air, seperti paraffin,

lanolin anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut

gel.

Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor yaitu

khasiat yang diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan,

ketersediaan hayati, stabilitas dan ketahanan sediaan jadi.

Dalam beberapa hal perlu menggunakan dasar salep yang

kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan.

Misalnya obat-obat yang cepat terhidrolisis, lebih stabil dalam

dasar salep hidrokarbon daripada dasar salep yang mengandung

air, meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dalam dasar

salep yang mangandung air.

5. Alasan pembuatan sediaan salep

Adapun alasan dibuatnya sediaan salep, yaitu digunakan

untuk pemakaian luar, untuk mempermudah pasien yang sulit

menelan atau yang tidak suka bau obat. Kalau salep cukup

dioleskan saja.
6. Alasan Penggunaan Zat Aktif (Asam Salisilat) Indikasi,

Kontraindikasi, Dosis, Dan Efek Samping Obat

a. Alasan penggunaan zat aktif ( asam salisilat), yaitu karena asam

salisilat dapat digunakan untuk mengatasi berbagai macam

masalah kulit, khususnya kondisi-kondisi yang disebabkan oleh

penebalan dan pengerasan lapisan kulit. Misalnya kutil, kulit

bersisik, infeksi kuku, dan kapalan ( ISO, Vol. 5, 2017-1918)

b. Indikasi (asam salisilat)

Mengatasi hiperkeratosis, kulit bersisik, jerawat, kutil, dan

kapalan( ISO, Vol. 5, 2017-1918)

c. Kontraindikasi (asam salisilat)

Asam salisilat dikontraindikasikan pada pasien yang memiliki

riwayat hipersensitivitas terhadap salisilat atau komponen obat

obat( ISO, Vol. 5, 2017-1918)

d. Dosis ( asam salisilat)

1) Hiperkeratosis dan kulit bersisik, yaitu 1,8-3%. Digunakan 1-

4 kali setiap hari.

2) Jerawat, yaitu 0,5-2%. Digunakan 1-3 kali setiap hari.

3) Kulit, kapalan 5-17 %. Digunakan secukupnya hingga

mengering, ulangi 1-2 kali hingga kutil atau kapalan bisa

terlepas. ( ISO, Vol. 5, 2017-1918)


e. Efek samping obat

1) Iritasi, kering, atau nyeri pada kulit.

2) Keluar nanah atau darah yang menandakan terjadinya

infeksi.

3) Kulit terasa panas, memerah, dan mengelupas.

4) Gata-gatal. ( ISO, Vol. 5, 2017-1918)


7. UraianBahan

1. Asam Salisilat (FI. Edisi III, hal. 56. 1979)

Nama Resmi : ACIDUM SALICYLUM

Nama Lain : Asam salisilat

Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk

berwarna atau serbuk berwarna putih.

Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4

bagian etanol (95%) p. Mudah larut dalam

kloroform p dan dalam eter p.

Khasiat : Keratolitum, antar fungi

Inkompabilitas : Asam salisilat dengan asam borat

menghasilkan asam borat salisilat yang

mudah larut dan rasanya agak pahit.

2. Setil alkohol (Excipient 6th, 2009:156)

Nama Resmi : CETYL ALKOHOL

Nama Lain : Alkohol cetylicus, Ethal, Ethol

Pemerian : Serpihan putih atau granul seperti lilin,

berminyak memiliki bau dan rasa yang khas

Kelarutan : Mudah larut dalam etanol (957) p dan eter,

kelarutannya meningkat dengan

peningkatan temperatur, serta tidak larut

dalam air.

Khasiat : Sebagai emolien dan pengemulsi


Inkompabilitas : tidak kompatibel dengan oksidator kuat, setil

alkohol bekerja untuk menurunkan titik leleh

ibuprofin, yang hasil dalam kecenderungan-

nya selama proses lapisan flim ibuprofen

kristal.

3. EDTA (FI Edisi III, 669. 1979)

Nama resmi : ETILEN DIANINA TETRA ASETAT

Nama lain : EDTA

RM/BM : C2H3N2/98,96

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna atau agak

kuning, bau seperti amoniak.

Kelarutan : Dalam wadah tertutup baik.

Khasiat : Zat pengental.

Inkompabilitas : Tidak kompatibel dengan oksidator kuat, basa

Kuat, logam, dan panduan logam.

4. Metil Paraben (FI Edisi III, hal. 378. 1979)

Nama resmi : METHYLIS PARABENUM

Nama lain : Metil paraben, Nipagin M

Pemerian : serbuk hablur halus; putih; hampir tidak

berbau; tidak mempunyai rasa kemudian

agak membakar diikuti rasa tebal.

Kelarutan : larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian

air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%)


p, dalam 3 bagian aseton p; mudah larut

dalam eter p, dan dalam 40 bagian air

minyak lemak nabati panas. Jika didinginkan

larutan tetap jernih.

Khasiat : zat tambahan; zat pengawet.

Inkompabilitas : Dengan senyawa bentonite, magnesium tri-

Siklat, talk, tragakan, sorbitol, atropin.

5. Propil paraben (FI Edisi III, hal. 535. 1979)

Nama resmi : PROYILS PARABEN

Nama lain : propil paraben

Pemerian : serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak

berasa.

Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3

bagian aseton p, dalam 140 bagian gliserol p

Khasiat : Zat pengawet.

Inkompabilitas : Dengan senyawa magnesium trisiklat,

magnesium silikat.

6. Vaselin album (FI Edisi III, Hal.822, 1995)

Nama resmi : VASELINUM ALBUM

Nama lain : Vaselin putih

Pemerian : Massa lunak, lengket, bening, sifat ini tetap

setelah zat
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam

etanol (95%) p larut dalam kloform p, dalam

eter p, dalam minyak tanah p, larut kadang-

kadang beropalosensi lemah.

Khasiat : Zat tambahan.

Inkompabilitas : merupakan material inert terhadap beberapa

inkompabilitas.
BAB III

METODE KERJA

A. Jenis Praktikum

Adapun jenis praktikum yang dilakukan adalah pembuatan sediaan

salep.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah batang

pengaduk, cawan porselin, gelas kimia, gelas ukur, pipet tetes,

sendok tanduk, timbangan analitik, dan sendok besi.

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Asam

salisilat, Setil alkohol , Propilen glikol, Metil paraben, Propil paraben

Alfa tokoferol, dan Vaselin Album.

C. Prosedur Kerja

1. Timbang semua bahan, setil alkohol, propilenglikol, metil paraben,

propil paraben, EDTA/Alfa tokoferol, vaselin album, dan larutkan

pada beaker glass.

2. Setil alkohol, dipanaskan hingga melebur.

3. Dimasukkan metyl paraben dan propyl paraben kedalam leburan

setil alkohol. Sambil terus dipanaskan hingga semua bahan larut

dan homogen.
4. Sambil terus dipanaskan di atas kompor listrik, dimasukkan vaselin

album, diaduk hingga larut.

5. Dilarutkan asam salisilat menggunakan propilen glikol, hingga

larut.

6. Masukkan kedalam wadah yang telah disiapkan.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum

1. Master Formula

NamaProduk : Hesalit Salep

JumlahProduk : 1 pot

No. Registrasi : DBL1904070238A1

No. Batch : 928004A

Produksi : PT. HESFARM

Tgl. Tgl. Dibuat Disetujui Oleh :

Formulasi : Produksi : Oleh : RIRIN MULIANA, Amd.,

04 Juni 05 Juni Kelompok Farm

2019 2019 II (Dua)

Kode Nama Fungsi Jumlah/ Jumlah/

Bahan Bahan Dosis Batch

Asam
01-AS Zat aktif 2,5 gr 2,5 gr
salisilat

02-SA Setil alkohol Pelarut 1 gr 1 gr

Propilen
03-PG Zat pelarut 3 gr 3 gr
glikol

Metil Zat
04-MP 0,09 gr 0,09 gr
Paraben pengawet
Propil
05-PP Pengawet 0,01 gr 0,01 gr
paraben

Alfa
Zat
06-AT tokoferol/ 0,05 gr 0,05 gr
pengental
EDTA

Vaselin
07-VA Pelarut Ad 100% Ad 100%
Album

2. Perhitungan Bahan
5
1. Asam salisilat = 100 x 20 = 2,5 gr

2
2. Setil alkohol = 100 x 20 gr = 0,4 gr

15
3. Propilen glikol = 100 x 20 gr = 3 gr

0,18
4. Metil paraben = x 20 gr = 0,036 g → 4 gr
100

0,02
5. Propil paraben = x 20 gr = 0,004 gr → 0,2 gram
100

0,1
6. Alfa tokoferol = 100 x 20 gr = 0,02 gr

7. Vaselin Album Ad 100%

Dalam 20 gr Hesalit salep mengandung :

1. Asam salisilat 2,5 gr

2. Setil alkohol 0,4 gr

3. Propilen glikol 3 gr

4. Metil paraben 0,036 gr → 4 gr


5. Propil paraben 0,004 gr → 0,1 gr

6. Alfa tokoferol 0,02 gr

7. Vaselin Album Ad 100%

3. Evaluasi

a. Evaluasi organoleptis, yaitu

1) Warna : Putih

2) Bau : Bau khas

3) Bentuk : Gel

b. Evaluasi pH sediaan

pH sediaan salep menunjukkan pH 4.

B. Pembahasan

Percobaan ini dilakukan di laboratorium Teknologi Farmasi

Pelamonia. Program Studi DIII Farmasi Pelamonia Kesdam

VII/Wirabuana, Makassar pada tanggal 04 Juli 2019. Judul praktikum

adalah pembuatan sediaan salep. Tujuan praktikum adalah agar

mahasiswa dapat memahami dan mengetahui cara pembuatan

sediaan salep. Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini

adalah batang pengaduk, cawan porselin, gelas kimia, gelas ukur,

pipet tetes, sendok tanduk, timbangan analitik. Dan sendok besi

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Asam

salisilat, Setil alkohol , etanol, Metil paraben, propyl paraben Alfa

tokoferol, dan Vaselin Album.


Pertama, ditimbang semua bahan, setil alkohol, propilenglikol, metil

paraben, propil paraben, EDTA/Alfa tokoferol, vaselin album, dan

dilarutkan pada beaker glass. Kemudian, Setil alkohol, dipanaskan

hingga melebur. Dan dimasukkan metyl paraben dan propyl paraben

kedalam leburan setil alkohol. Sambil terus dipanaskan hingga semua

bahan larut dan homogen. Sambil terus dipanaskan di atas kompor

listrik, dimasukkan vaselin album, diaduk hingga larut. Dilarutkan

asam salisilat menggunakan etanol, hingga larut.

Berdasarkan hasil evaluasi sediaan salep di dapatkan, yaitu pada

evaluasi organoleptis yang diperoleh warna putih, berbau khas, dan

berbentuk seperti gel. Serta evaluasi pH sediaan salep yaitu pH 4.

Berdasarkan pH yang diperoleh dapat dikatakan bahwa salep tersebut

aman digunakan untuk kulit dan memenuhi persyaratan pH yang

dapat digunakan pada kulit yaitu pH 4-6. Artinya salep aman

digunakan untuk kulit.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa formula yang digunakan adalah

formula yang cukup bagus, formula yang stabil untuk membuat

sediaan salep kulit. Serta dapat dikatakan bahwa sediaan salep yang

dibuat tersebut merupakan sediaan setengah padat yang cukup

lembut, seperti definisi salep pada umumnya.

B. Saran

Adapun saran dari kami, yaitu pada praktikum ini dibutuhkan

kekompakan serta kerja sama antar sesama tim, agar formula dapat

sesuai dengan teori pada umumnya. Serta dibutuhkan pula kerja

sama dan bimbingan dari asisten demi tercapainya formula yang lebih

efektif pada umunya.


Daftar Pustaka

Anief, M, 2000, Farmasetika, 2000, Gadjah Mada University Press,


Yogyakarta

Chaerunnisa, Anis, dkk. (2009). FARMASETIKA DASAR: Konsep Teoritis

dan Aplikasi Pembuatan Obat. Bandung: Widya Padjajaran

Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta

Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen


Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Rowe, R.C. et Al. (2009). Handbook of pharmaceutical Excipients, 6th Ed,


The Pharmaceutical Press, London
SKEMA KERJA

Setil alkohol, Dimasukkan


(Botol coklat steril
dipanaskan hingga metyl paraben
lilin, sendok tanduk)
melebur. dan propyl
paraben kedalam
leburan setil
alkohol

dimasukkan Sambil terus Sambil terus


vaselin album, dipanaskan di atas dipanaskan hingga
diaduk hingga kompor listrik semua bahan larut
larut. dan homogen.

Dilarutkan asam
salisilat Masukkan kedalam
menggunakan wadah yang telah
propilen glikol, disiapkan.
hingga larut.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai