Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMISOLID

PEMBUATAN SEDIAAN GEL

OLEH :

NAMA : NUR QALBI SYAM

NIM : 201802050

KELAS : FARMASI 1 B

KELOMPOK : IV

ASISTEN : DESI RESKI FAJAR S, S.Farm., M.Farm., Apt

LABORATORIUM FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PELAMONIA

MAKASSAR

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu bentuk sediaan obat adalah melalui jalur topikal.

Topikal sendiri berarti penggunaan dilakukan dengan cara meletakkan

sejumlah obat di atas permukaan tubuh, baik di kulit, hidung, telinga,

mata, maupun vagina. Penggunaan sediaan topikal dapat digunakan

untuk tujuan lokal maupun sistemik. Sediaan topikal yang beredar

biasanya dalaam bentuk sediaan setengah padat. Sediaan setengah

padat banyak tersebar di pasaran dalam berbagai bentuk, baik krim,

gel, salep, dan pasta.

Gel merupakan salah satu bentuk sediaan topikal yang masih

banyak diminati konsumen maupun industri obat dan kosmetika. Gel

dengan sifat fisik yang optimum dapat meningkatkan efektifitas terapi

dan kenyamanan penggunaan. Sifat fisik gel yang optimum dapat

diperoleh melalui optimasi formula geel dengan mengkombinasikan

dua atau lebih basis yang berbeda.

Bentuk sediaan gel dipilih karena mempunyai beberapa

keunggulan dibanding jenis sediaan topikal lain, yaitu memiliki

kemampuan pelepasan obat yang baik, muda dibersihkan dengan air,

memberikan efek dingin akibat penguapan lambat dikulit, mempunyai

kemampuan pelepasan obat yang baik, mudah dibersihkan dengan

air, memberikan efek dingin akibat penguapan lambat di kulit,


mempunyai kemampuan penyebaran yang baik di kulit serta tidak

memiliki hambataan fungsi rambut secara fisiologis.

Asam salisilat sebagai zat aktif merupakan contoh senyawa

farmasetis yang memiliki banyak manfaat dalam berbagai jenis

pengobatan topikal yang masih banyak digunakan hingga saat ini.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dilakukan

percobaan pembuatan sediaan gel dengan zat aktif yang digunakan

adalah Asam salisilat.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara pembuatan sediaan gel?

2. Bagaimana evaluasi sediaan gel?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan sediaan gel

2. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi sediaan gel

D. Manfaat

1. Paktikan dapat memahami dan mengetahui bagaimana cara

pembuatan sediaan gel

2. Praktikan dapat memahami dan mengetahui bagaimana evaluasi

terhadap sediaan gel


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Gel

Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang

terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik

yang kecil atau molekul organik yang besar dan saling diresapi cairan

(Ansel, 2008). Berdasarkan jumlah fasenya gel dibedakan menjadi

fase tunggal dan fase ganda. Gel fase tunggal dapat dibuat dari bahan

pembentuk gel seperti tragakant, Na-Alginat, gelatin, metilselulosa, Na

CMC, karbopol, polifinil, alcohol, metilhidroksietil selulosa, hidroksietil

selulosa dan polioksietilen-polioksipropilen. Gel fase ganda dibuat dari

interaksi garam aluminium yang larut, seperti suatu klorida atau sulfat,

dengan larutan ammonia, Na-karbonat, atau bikarbonat (Sulaiman dan

Kuswahyuning, 2008).

Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat

dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,

terpenetrasi oleh suatu cairan. Definisi lain gel adalah suatu sistem

semipadat dimana pergerakan dari medium pendispersi terbatas oleh

jalinan tiga dimensi dari partikel atau molekul dari fase terdispersi

(Gennaro, 2001).

B. Pembuatan sediaan semi padat

Menurut Sulaiman dan Kuswahyuning (2008) metode pembuatan

sediaan semi padat dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Metode pencampuran/incorporation
Bahan obat yang larut dalam air, maka dilarutkan dalam air,

sedangkan bahan obat yang larut dalam minyak dilarutkan dalam

minyak. Larutan tersebut ditambahkan (incorporated) ke dalam

bahan pembawa (vehicle) bagian per bagian sambil diaduk sampai

homogen. Bahan obat yang tidak larut (kelarutanya sangat

rendah), maka partikel bahan obat harus di perkecil ukuran

partikelnya, dan kemudian disuspensikan ke dalam bahan

pembawa (vehicle). Tujuan pengecilan ukuran partikel adalah

untuk memudahkan dalam mendispersikan dan untuk menjamin

homogenitas dari produk yang dihasilkan. Penambahan bahan

yang berupa cairan harus memperhatikan sifatsifat sediaannya.

Contoh cairan yang bersifat hidrofilik akan sukar ditambahkan ke

dalam basis berlemak, kecuali dalam jumlah kecil atau dibantu

dengan menggunakan emulgator. Pembuatan sediaan gel harus

memperhatikan jumlah bagian yang berupa cairan, sehingga dapat

dihasilkan sediaan semipadat dengan konsistensi sesuai yang

diharapkan.

2. Metode peleburan/fusion

Metode peleburan dilakukan dengan meleburkan/memanaskan

semua atau beberapa komponen dari formula, kemudian basis

atau komponen lain yang berbentuk cair dicampurkan ke dalam

basis sambil didinginkan dan terus diaduk. Apabila terdapat

komponen yang mudah menguap, tidak tahan pemanasan dan

komponen yang volatil, maka komponen tersebut ditambahkan


pada saat campuran komponen yang dileburkan setelah mencapai

suhu yang cukup rendah atau suhu kamar. Metode peleburan

digunakan bila basis berupa material padat, yang untuk

pencampurannya harus dilebur terlebih dahulu. Semua bahan dan

obat yang tahan pemanasan dapat dilebur bersama, kemudian

ditambahkan komponen lain yang tidak dilebur dan diaduk sampai

homogen dan mencapai suhu kamar.

C. Kelebihan Sediaan Gel

Sediaan gel mempunyai kelebihan diantaranya adalah memiliki

viskositas dan daya lekat tinggi sehingga tidak mudah mengalir pada

permukaan kulit, memiliki sifat tiksotropi sehingga mudah merata bila

dioles, tidak meninggalkan bekas, hanya berupa lapisan tipis seperti

film saat pemakaian, mudah tercucikan dengan air, dan memberikan

sensasi dingin setelah digunakan, mampu berpenetrasi lebih jauh dari

krim, sangat baik dipakai untuk area berambut dan lebih disukai

secara kosmetika, gel segera mencair jika berkontak dengan kulit dan

membentuk satu lapisan dan absorpsinya pada kulit lebih baik

daripada krim (Sharma, 2008).

D. Sifat Sediaan Gel

Sediaan gel memiliki sifat sebagai berikut (Lachman dkk., 2008) :

1. Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik

ialah inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain.

2. Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk

padatan yang baik selama penyimpanan tapi dapat rusak segera


ketika sediaan diberikan kekuatan atau daya yang disebabkan oleh

pengocokan dalam botol, pemerasan tube, atau selama

penggunaan topikal.

3. Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan

sediaan yang diharapkan.

4. Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat

tinggi atau BM besar dapat menghasilkan gel yang sulit untuk

dikeluarkan atau digunakan.

5. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga

pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu.

Contoh polimer seperti MC, HPMC dapat terlarut hanya pada air

yang dingin yang akan membentuk larutan yang kental dan pada

peningkatan suhu larutan tersebut akan membentuk gel.

6. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang

disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation.

E. Evaluasi Sediaan Gel

Kontrol kualitas sediaan gel, meliputi :

1. Organoleptis

Pemeriksaan organoleptis bertujuan untuk mendeskripsikan

sediaan gel yang meliputi bentuk, warna, bau, dan kejernihan.

Pengamatan dilakukan secara makroskopis (Paye dkk., 2001).

2. Homogenitas

Pengujian homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah

sediaan gel yang dihasilkan sudah tercampurkan dengan homogen


dan merata. Pengujian homogenitas dapat dilakukan dengan cara

visual (Paye dkk., 2001).

3. Daya sebar

Pengujian daya sebar bertujuan untuk mengetahui

kemampuan penyebaran sediaan gel yang dihasilkan pada tempat

aplikasi. Daya sebar yang baik adalah jika gel mudah digunakan

dengan mengoleskan tanpa memerlukan penekanan berlebih.

Daya sebar berkaitan dengan kenyamanan pada pemakaian.

Kemampuan menyebar yang baik di kulit sangat diharapkan pada

sediaan topikal. Diameter daya sebar sediaan semipadat berkisar

antara 5-7 cm (Garg dkk., 2002).

4. Daya lekat

Pengujian daya lekat bertujuan untuk mengetahui waktu

retensi atau kemampuan melekat sediaan gel yang dihasilkan

pada saat penggunaan di tempat aplikasi. Daya lekat merupakan

kemampuan sediaan untuk menempel pada lapisan epidermis.

Tidak terdapat persyaratan khusus mengenai daya lekat sediaan

semipadat. Semakin besar kemampuan gel untuk melekat, maka

akan semakin baik penghantaran obatnya.

5. Viskositas

Viskositas menentukan sifat sediaan dalam hal campuran dan

sifat alirnya pada saat proses produksi, proses pengemasan, serta

sifat-sifat penting pada saat pemakaian, seperti daya sebar,

konsisitensi atau bentuk, dan kelembaban. Selain itu, viskositas


juga dapat mempengaruhi stabilitas fisik dan bioavailabilitasnya

(Paye dkk., 2001).

6. pH

Pemeriksaan pH bertujuan untuk mengetahui derajat

keasaman dari sediaan gel yang dihasilkan. Pengamatan nilai pH

dilakukan segera setelah sediaan selesai dibuat. Sebaiknya besar

nilai pH sama dengan nilai pH kulit atau tempat pemakaian untuk

menghindari terjadinya iritasi. pH normal kulit manusia berkisar

antara 4,5-6,5 (Draelos & Lauren, 2006).

F. Asam salisilat

1. Definisi Asam Salisilat

Asam salisilat dikenal juga dengan nama orthohydrobenzoic

acid atau 2 hydroxy-benzoic acid, memiliki struktur kimia C7H6O3.

Asam salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih

dari 101,0% C7H6O3 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Asam salisilat memiliki pKa 2,97. Bentuk makroskopik asam

salisilat berupa serbuk kristal putih, berbentuk jarum halus dengan

rasa agak manis, tidak berbau, dan stabil pada udara bebas.

Serbuk asam salisilat bersifat sukar larut dalam air dan dalam

benzena, mudah larut dalam etanol dan eter, larut dalam air

mendidih, agak sukar larut dalam kloroform, memiliki khasiat

sebagai antifungi dan keratolitikum (Anonim, 2014).

2. Penggunaan Asam Salisilat


Berbagai penelitian menyimpulkan terdapat tiga faktor yang

berperan penting pada mekanisme keratolitik asam salisilat, yaitu

menurunkan ikatan korneosit, melarutkan semen interselular,

melonggarkan serta mendisintegrasi korneosit. Asam salisilat

bekerja sebagai pelarut organik dan menghilangkan ikatan kovalen

lipid interselular yang berikatan dengan cornified envelope di

sekitar keratinosit (Leveque dkk., 2002).

Asam salisilat telah teruji dalam terapi berbagai penyakit kulit

dengan manifestasi hiperkeratosis. Selain itu, asam salisilat

merupakan terapi tambahan pada dermatomikosis superfisialis,

moluskum kontagiosum, jerawat dan kerusakan kulit akibat sinar

matahari (Effendi dkk., 2012).

3. Indikasi Bahan Obat

Asam salisilat menghambat biosintesis prestagladin dan

memiliki efek antiinflamasi pada sediaan topikal dengan

konsentrasi 0,5-5%.

4. Farmakokinetik

Asam salisilat merupakan asam organik sederhana dengan

pKa 3. Asam salisilat dengan cepat terabsorbsi dari lambung dan

usus halus yang menunjukkaan puncak plasma salisilat dalam 1 –

2 jam (Katzung, 2009).

5. Mekanisme

Asam salisilat memiliki mekanisme memecah struktur yang

menyebabkan disintegrasi ikatan antar sel korneosit. Asam salisilat


topikal dalam konsentrasi yang lebih besar (20-60%) menimbulkan

destruksi pada terapi perlukas dan kalus

6. Dosis

Dosis Asam salisilat untuk dewasa

- Dosis lazim sekali : 500 mg – 1 g

- Dosis lazim sehari : 1,5 g – 3 g

7. Efek Samping

Penggunaan asam salisilat yang luas dapat mencapai sirkulasi

sistemik dalam jumlah yang signifikan sehingga dapat memberikan

manifestasi gejala kelainan saraf pusat akibat toksisitas pada

permukaan secara topikal.

8. Kontraindikasi

Asam salisilat diekstrasi pada ASI dan berpotensi menimbulkan

abnormal terombosin dan pendarahan pada bayi.

9. Interaksi Obat

- Dengan karbonik anhidrat inhibitor, meningkatkan konsentrasi

serum asetazolamid; meningkatkan toksisitas salisilat

berbanding dengan berkurangnya pH darah.

- Dengan kortikosteroid, meningkatkan eliminasi dari salisilat;

memungkinkan efek toksik adtif pada mukosa gatric

- Dengan heparin, meningkatkan gejala pendarahan dengan

aspirin, namun tidak dengan salisilat lain.

(Katzung, 2009)

10. Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat, pada suhu kamar terkendali

(Depkes RI, 1979).

G. Uraian Bahan

1. Asam Salisilat (Ditjen POM, 1979 : 56)

Nama Resmi : ACIDUM SALICYLICUM

Nama Lain : Asam salisilat

RM/BM : C7H6O3/138,12

Pemerian : Hablur ringan tak berwarna atau serbuk berwarna

putih hampir tidak berbau, rasa agak manis dan

tajam

Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian

etanol 95% P, mudah larut dalam kloroform P dan

dalam eter P. Larut dalam larutan amonium asetat

P, dinatrium hidrogenfosfat P, kalium sitrat P dan

natrium sitrat P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Penggunaan : Keratolitikum, anti fungi

Kegunaan : Sebagai bahan dasar sintesa metil salisilat

2. Gliserin (Ditjen POM, 1979 : 271)

Nama Resmi : GLYSERIN

Nama Lain : Glycerie, glycerolum

RM/BM : C3H8O3/92,10

Pemerian : Cairan seperti sirup, jernih tidak berwarna, tidak

berbau, manis diikuti rasa hangat higroskopis


Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol

(95%) praktis tidak larut dalam kloroform P dan

dalam minyak lemak

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

3. Na-CMC (Dirjen POM, 1979 : 401)

Nama Resmi : NATRII CARBOXYMETHIL CELLULOSUM

Nama Lain : Natrium karboksimetil selulosa

Pemerian : Serbuk atau butiran putih atau kuning gading,

tidak berbau, dan bersifat higroskopik

Kelarutan : Mudah terdipersi dalam air membentuk suspensi

koloida, tidak larut dalam etanol

Kegunaan : Sebagai kontrol

4. TEA (HOPE 6th : 663)

Nama Resmi : TRIETANOLAMIN

Nama Lain : TEA

Pemerian : Berwarna sampai kuning pucat, cairan kental.

Kelarutan : bercampur dengan aseton, dalam benzene 1 : 24,

larut dalam kloroform, bercampur dengan etanol.

Konsentrasi :2–4%

Kegunaan : Zat pengemulsi

Stabilitas : TEA dapat berubah menjadi warna coklat dengan

paparan udara dan cahaya.

5. Asam Oleat (Dirjem POM, 1979)

Nama Resmi : ASAM OLEAT


RM : C18H34O2

Pemerian : Cairan kental; kekuningan sampai coklat muda,

bau dan rasa

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam

etanol, kloroform, eter, eter minyak tanah

6. EDTA (FI ed IV)

Nama Resmi : ETILEN DIAMINA TETRA ASETAT

Nama Lain : EDTA

RM/BM : C2H8N2/98,96

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna atau agak kuning,

bau seperti amoniak, bereaksi alkali kuat.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air maupun etanol

Kegunaan : Sebagai titran

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup

7. Metil Paraben (Rowe 2009; FI ed IV : 551)

Nama Resmi : METHYL HYDROXYBENZOATE

Nama Lain : Metil Paraben, nipagin, Methyl – 4 –

hydroxybenzoate

RM/BM : C8H8O3/152,15

Pemerian : Serbuk hablur putih, hampir tidak berbau, tidak

mempunyai rasa, kemudian agak membakar

diikuti rasa tebal

Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, 20 bagian air


mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dan

dalam 3 bagian aseton P, mudah larut dalam eter

P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pengawet

8. Propil Paraben (FI ed IV : 713)

Nama Resmi : PROPYLIS PARABENUM

Nama Lain : Propil paraben, Nipasol

RM/BM : C10H12O3/180,20

Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5

bagian etanol (95%) P, dalam 3 bagaian aseton P,

dalam 140 bagaian gliserol P dan dalam 40

bagian minyak lemak, mudah larut dalam alkil

hidroksida.

Kegunaan : Sebagai pengawet

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Zat tambahan

9. Aquadest (FI III, 1979 : 96)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

RM/BM : H2 O/18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa

Kelarutan : Larut dalam etahol gliser


Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna; tidak berbau; tidak

mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pelarut

10. Etanol (FI ed. III, hal 65)

Nama resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Etanol, alkohol

Pemerian : cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan

mudah bergerak; bau khas, rasa panas. Mudah

terbakar dengan memberikan nyala biru yang

tidak berasap.

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform

P, dalam eter P

Khasiat : zat tambahan


BAB III

METODE KERJA

A. Jenis Praktikum

Adapun jenis praktikum yang dilakukan adalah pembuatan

sediaan gel dengan zat aktif Asam salisilat.

B. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini bertempat di laboratorium Farmasi Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Pelamonia Kesdam VII/WRB Makassar pada tanggal

04 Juli tahun 2019.

C. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah

kompor listrik, timbangan analitik, botol semprot, batang pengaduk,

pipet tetes, gelas kimia, gelas ukur, sendok tanduk, sendok besi,

cawan porselin, tube gel.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah kertas

perkamen, pH universal, aquadest, etanol, asam salisilat, gliserin,

Na-CMC, TEA, asam oleat, EDTA, metil paraben, propil paraben.

D. Formula

No. Nama Bahan F4

1. Asam salisilat 5%

2. Gliserin 10%
3. Na-CMC 3%

4. TEA 1%

5. Asam oleat 10%

6. EDTA 0.1%

7. Metil paraben 0.18%

8. Propil paraben 0.02%

9. Etanol qs

10. Aquadest qs

E. Perhitungan Bahan
5
1. Asam salisilat = 100 x 50 gr = 2,5 gr

10
2. Gliserin = 100 x 50 gr = 5 ml

3
3. Na-CMC = 100 x 50 gr = 1,5 gr

1
4. TEA = 100 x 50 gr = 0,5 gr

10
5. Asam oleat = 100 x 50 gr = 5 gr

0,1
6. EDTA = 100 x 50 gr = 0,05 gr

0,18
7. Metil paraben = x 50 gr = 0,09 gr
100

0,02
8. Propil paraben = x 50 gr = 0,01 gr
100

9. Etanol = qs

10. Aquadest = qs

F. Prosedur Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan


2. Ditimbang semua bahan

3. Larutkan Na-CMC dengan aquadest secukupnya (tidak lebih dari

50 gr) sampai terbentuk mucilago

4. Larutkan asam salisilat dengan etanol kemudian tambahkan

EDTA, TEA, gliserin dan asam oleat ad homogen

5. Masukkan metil dan propil paraben yang telah dilarutkan dengan

aquadest panas ad homogen

6. Masukkan ke dalam Na-CMC yang telah terbentuk mucilago

7. Aduk sampai terbentuk gel

8. Masukkan kedalam wadah


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum

1. Master Formula

Nama Produk : Salicylad Genoles

Jumlah Produk : 3 tube

No. Registrasi : DBL1945000228A1

No. Batch : 9040715

Produksi :
Disetujui Oleh : Desi Reskii
Tgl Tgl Produksi : Dibuat Oleh :
Fajar S, S.Farm., M.Farm.,
Formulasi : 04 Juli 2019 Kelompok IV
Apt
Kode Jumlah/ Jumlah/
Nama Bahan Fungsi
Bahan Dosis Batch

01 Asam salisilat Zat aktif 2,5 gr 2,5 gr

02 Gliserin Humektan 5 ml 5 ml

03 Na-CMC Basis 1,5 gr 1,5 gr

04 TEA Pengemulsi 0,5 gr 0,5 gr

05 Asam oleat Enhancer 5 gr 5 gr

06 EDTA Pengental 0,05 gr 0,05 gr

07 Metil paraben Pengawet 0,09 gr 0,09 gr

08 Propil paraben Pengawet 0,01 gr 0,01 gr

09 Etanol Pelarut qs Qs

10 Aquadest Pelarut qs Qs
2. Evaluasi

a. Evaluasi organoleptis

1) Warna : Putih bening

2) Bau : Khas

3) Bentuk : Gel

b. Evaluasi pH sediaan : pH larutan menunjukkan pH 3

c. Evaluasi konsistensi : agak kental

B. Pembahasan

Praktikum ini bertempat di laboratorium Farmasi Program Studi D

III Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pelamonia Makassar pada

tanggal 04 Juli tahun 2019. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk

mengetahui cara pembuatan sediaan salep dan cara mengevaluasi

sediaan gel.

Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang

terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik

yang kecil atau molekul organik yang besar dan saling diresapi cairan.

Pada peracikan formula salep dengan zat aktif asam salisilat yang

berkhasiat sebagai anti fungi (anti jamur) diberi nama Salicylad

Genoles, alasannya karena nama resmi dari asam salisilat itu sendiri

adalah Acidum Salicylicum dimana Salicylicum dikreasikan menjadi

menjadi Salicylad. Sediaan gel mengandung bahan bahan obat yaitu

Gliserin sebagai humektan, Na-CMC sebagai basis, TEA sebagai

pengemulsi, asam oleat sebagai enhancer, EDTA sebagai pengental,


Metil paraben dan Propil paraben sebagai pengawet, serta etanol dan

aquadest sebagai pelarut.

Dalam pembuatan sediaan ini wadah (tube) yang digunakan

adalah 15 gr. Untuk cara kerjanya adalah, pertama-tama disiapkan

alat dan bahan yang dibutuhkan, kemudian ditimbang semua bahan

yang dibutuhkan

Pertama, Larutkan Na-CMC dengan aquades panas sampai

terbentuk mucilago. Larutkan asam salisilat menggunakan etanol

sampai larut, kemudian ditambahkan Gliserin Larutkan metyl paraben

dan propyl paraben menggunakan air panas. Asam oleat, TEA, EDTA,

masukkan ke dalam gelas kimia tambahkan asam salisilat dan gliserin

yang sudah dilarutkan. Larutan asam salisilat yang sudah larut

ditambahkan gliserin, masukkan ke dalam gelas kimia yang berisi

asam oleat, TEA, EDTA, dan tambahkan Metyl paraben dan Propil

Paraben yang sudah larut. Aduk sampai terbentuk gel, ukur sampai 50

gram/ mL.

Dari praktikum pembuatan gel yang kami lakukan, dilakukan

evaluasi terhadap sediaan gel tersebut. Pengujian organoleptik

menunjukkan bahwa warna gel adalah putih bening, berbau khas,

sediaan berbentuk gel. Kemudian dilakukan uji pH sediaan

menunjukkan pH yang menandakan bahwa suspensi bersifat asam

yaitu pH 3.

Adapun faktor kesalahan yaitu tidak sesuainya pH kulit dengan

pH hasil praktikum sediaan salep. Adapun pH normal kulit manusia


menurut Draelos & Lauren (2006) berkisar antara 4,5-6,5. Adapun

cairan untuk menaikkan pH agar stabil yaitu pH adjuser, berfungsi

untuk menaikkan pH gel yang kurang sesuai dengan pH kulit.

Terakhir dimasukkan kedalam wadah tube 15 mg dan diberi

etiket.

No. Registrasi : DBL1945000228A1

Alasan : D (nama dagang), B (golongan obat bebas), L (obat

jadi produksi dalam negeri/lokal), 19 (disetujui

pendaftarannya pada periode 2019), 450 (nomor urut

pabrik), 002 (nomor urut obat jadi; dimana diambil

dari kode bahan obat), 28 (gel), A (menunjukkan

kekuatan obat pertama disetujui), 1 (menunjukkan

kemasan yang pertama).

No. Batch : 9040715

Alasan : 9 (angka terakhir tahun pembuatan obat), 2 (tanggal

pembuatan obat), 07 (bulan pembuatan obat), 1 (dua

angka terakhir tahun pembuatan obat), 5 (nomor urut

pembuatan obat).
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu sebagai berikut :

1. Evaluasi organoleptis dari sediaan gel antara lain Warna yaitu

putih bening, berbau khas, berbentuk gel, pH sediaan gel

menunjukkan pH 3 (tidak sesuai dengan pH kulit). Evaluasi

kekentalan yaitu agak kental.

2. Adapun faktor kesalahan yaitu kurang telitinya praktikan saat

menimbang bahan serta kurang bersinya alat yang digunakan.

B. Saran

Adapun saran dari kami antara lain, yaitu:

a. Untuk asisten, agar lebih membimbing para praktikan dalam

melaksanakan praktikum, agar praktikum dapat berlangsung

dengan lebih efektif.

b. Kami menyarankan sebaiknya bahan-bahan yang akan digunakan

dalam praktikum disiapkan sebelum praktikum dilaksanakan agar

praktikum dapat berjalan lancar dan jumlah sediaan yang dibuat

dapat sesuai dengan jumlah anggota dalam masing-masing

kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, ed IV. Alih bahasa
Ibrahim, F. Jakarta : UI Press

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia, ed III. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta.

Draelos, Z.D., Lauren A. Thaman. 2006. Cosmetic Formulation of Skin


Care Product, Taylor and Francis Group. New York

Garg A., Aggarwal, D., Garg, S., dan Sigla A.K. 2002. Spreading of
Semisolid Formulation : Pharmaceutical Technology, September 2002

Gennaro, A.R. 2001. Remington : The Science and Practica of Pharmacy,


20th ed. Mack Publishing Company, Easton Pensylvania

Lachman, L., Herbert, A.L & Jooseph L.K. 2008. Teori dan Praktek Industri
Farmasi Edisi III. Jakarta : Universitas Indonesia.

Leveque, J.L., Saint, L.D., Leyden, J.J & Rawlings, A.V. 2002. Salicylic
Acid and Derivatives, Skin moisturization, Marcell Dekker Inc., New
York

Paye, M., Barel, A.O., Maibach, H.I. 2001. Handbook of Cosmetic Science
and Technology. New York : Marcel Dekker

Rowe, R.C. et Al. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6 th Ed,


The Pharmaceutical Press. London

Sharma, S. 2008. Topical Drug Delivery System : a Review, Pharmaceut.


Rev.6(1-9)

Sulaiman, T.N. dan Kuswayuning, R. 2008. Teknologi dan Formulasi


Sediaan Semipadat, Pustaka Laboratorium Teknologi Farmasi,
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai