Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Melihat pengaruh bahan pengental dan alat pengaduk dengan
konsentrasi bahan pensuspensi serta konsentrasi bahan pembasah yang
paling baik hasil pengamatan praktikum praktikum suspensi II.

1.2 Dasar Teori

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut


dalam bentuk halus yang terdispersi ke dalam fase cair. Suspensi oral adalah
sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang
terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma yang sesuai yang
ditujukan untuk penggunaan oral.(Syamsuni, 2006)
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak
larut yang terdispersi dalam fase cair. (Farmakope Indonesia IV Th. 1995,
hlm 18)
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam
bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. (Farmakope
Indonesia III, Th. 1979, hal 32)
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat dalam bentuk
halus yang tidak larut tetapi terdispersi dalam cairan. Zat yang terdispersi
harus halus dan tidak boleh cepat mengendap, jika dikocok perlahan-lahan
endapan haris segera terdispersi kembali. Suspensi umumnya mengandung
zat tambahan untuk menjamin stabilitasnya, sebagai stabilisator dapat
dipergunakan bahan-bahan disebut sebagai emulgator (Joenoes, 1990).
Rute pemberi obat melalui oral merupakan cara pemberian yang
umum dilakukan, dimana selama satu dekade formulasi liquid sangat
disarankan untuk penggunaan pada pasien pediatric dan geriatric karena
flexibilitasnya yang meliputi dosis yang besar, keamanan, dan
kenyamanyan pemberian.

1
Suspensi memiliki kelebihan dalam hal disintegrasi dan kelarutan
yang lebih baik dibandingkan sediaan tablet. Umumnya suspensi yang
tersedia di pasaran antara lain: antibiotik, antasida dan analgesik. Sebagian
besar obat yang diformulasi dalam bentuk suspensi oral telah diperkenalkan
di pasaran, untuk menanggulangi masalah pengenceran yang kurang tepat,
terkait dengan kekeliruan ketika pelabelan. (Ahmed,2010)

Ada sifat lain yang lebih spesifik untuk suspensi farmasi:

1. Suatu suspensi farmasi yang dibuat dengan tepat mengendap


secaralambat dan harus rata kembali bila dikocok.
2. Zat yang tersuspensi (disuspensikan) tidak boleh cepat mengendap.
3. Partikel-partikel tersebut walaupun mengendap pada dasar
wadahtidak boleh membentuk suatu gumpalan
padattapi harus dengancepat terdispersi kembali menjadi suatu
campuran homogen bilawadahnya dikocok.
4. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga
ukuranpartikel dari suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama
padapenyimpanan.
5. Suspensi harus bisa dituang dari wadah dengan cepat dan homogen.
(Ansel, 2005)

Sistem Pembentukan Suspensi

1. Sistem Flokulasi
Dalam sistem flokulasi, partikel flokulasi terikat lemah,
cepat mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan
mudah tersuspensi kembali.

2. Sistem Deflokulasi
Partikel deflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya
membentuk sedimen, akan terjadi agregasi, dan akhirnya terbentuk
cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.

2
3. Formulasi Suspensi
Untuk membuat suspensi stabil secara fisik ada dua cara, yaitu:
a. Penggunaan “structured vehicle” untuk menjaga partikel deflokulasi
dalam suspensi. Structured vehicle adalah larutan hidrokoloid seperti
tilose, gom, bentonit, dan lain-lain.
b. Penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun
cepat terjadi pengendapan, tetapi dengan pengocokan ringan mudah
disuspensikan kembali.
(Syamsuni, 2006)

Evaluasi Stabilitas Fisik


1. Organoleptis
Pemeriksaan organoleptik yang dilakukan meliputi bau, warna, dan rasa.
2. Massa jenis
Piknometer kosong yang bersih ditimbang (a). kemudian aquadest
dimasukkan ke dalam piknometer dan ditimbang beratnya (b). Piknometer
dibersihkan dan dikeringkan. Suspensi dimasukkan ke dalam piknometer,
kemudian ditimbang beratnya (c). Massa jenis suspensi ditentukan
menggunakan persamaan.
𝑐−𝑎
ρ = 𝑏−𝑎 x ρ

3. Distribusi ukuran partikel


4. Viskositas
5. Volume sedimentasi
Volume sedimentasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan.
𝑉𝑢
F = 𝑉𝑜

6. Redispersi
Uji redispersi dilakukan setelah evaluasi volume sedimentasi selesai
dilakukan. Tabung reaksi berisi suspensi yang telah dievaluasi volume
sedimentasinya diputar 180 derajat dan dibalikan ke posisi semula.
Kemampuan redispersi baik bila suspensi telah terdispersi sempurna dan

3
diberi nilai 100%. Setiap pengulangan uji redispersi pada sampel yang sama,
maka akan menurunkan nilai redispersi sebesar 5%.
7. Pengukuran pH
(Emilia dkk, 2013)

4
BAB II
DATA PREFORMULASI

Senyawa : Calcii Carbonas


Kelompok : 8

Warna : Putih
Rasa : Tidak berasa.
Bau : Tidak berbau
Organoleptik : Serbuk hablur
Mikroskopik :-
Polimorfis :-
Ukuran partikel :-
Kelarutan
Air : Praktis tidak larut
Etanol : Tidak larut
0,1 NHCL : Sangat sukar larut
Dapar pH 7,4 : Mudah Larut
Lain

Lain : Air dengan As. Asetat 1N => Larut Air dengan As.
Klorida 3N => Larut Air dengan As. Nitrat 2N => Larut
Titik Lebur :-
Bobot jenis
Sebenarnya :
Bulk : 11
pH ( %dalam air ) :
pKa koefisien partisi : -
Kecepatan disolusi :-
Data stailitas dalam sediaan : -

5
Sirupus simplex
(Farmakope Indonesia III hal 567)

Warna : tidak berwarna


Rasa : manis
Bau : tidak berbau
Pemeriaan : cairan jernih, tidak berwarna
Polimorfisme :-
Ukuran partikel :-
Kelarutan : larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih,
Sukar larut dalam eter
Titik lebur : 1800
Pka / pkb :-
Bobot jenis : 1,587 gram/mol
Ph larutan :-
Stabilitas : ditempat sejuk
Inkompatibilitas :-
Kegunaan : sebagai pemanis

Propilenglikol
( Farmakope Indonesia IV hal. 712, Excipient edisi 6 hal. 592 )
Pemerian : cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau; rasa agak
manis higroskopik
Berat Molekul : 76, 09
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dengan etanol (95%)
P dan dengan kloroform P; larut dalam 6 bagian eter P; tidak
dapat dicampur dengan eter minyak tanah P dan beberapa minyak
essensial tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.
Berat Jenis : 1,038 g/cm
OTT : Dengan zat pengoksidasi seperti Pottasium Permanganat

6
Konsentrasi : 10-25%
Stabilitas : Higroskopis dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat,
lindungi dari cahaya, ditempat dingin dan kering. Pada suhu yang
tinggi akan teroksidasi menjadi propionaldehid asam laktat, asam
piruvat& asam asetat. Stabil jika dicampur dengan etanol, gliserin,
atau air.
Khasiat : Bersifat antimikroba, desinfektan, pelembab, plastisazer,
pelarut,stabilitas untuk vitamin.
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya,
sejuk dan kering.

Carboxy Metyl Cellulosium Natrium (CMC-Na)


( Handbook Of Pharmaceutical Exipent hal.97 – 99)

Pemerian : warna: putih sampai krem


Rasa : hampir tidak berasa Bau: hampir tidak berbau
Bentuk : serbuk atau granul Kelarutan: Mudah terdispersi dalam air
membentuk larutan koloid Tidak larut dalam etanol, dalam eter
dan dalam pelarut organik lain.
Titik leleh : 227-252
CpKa : 4,3
Bobot jenis : 0,52 gram/cm3
Stabilitas : Higroskopik dan dapat menyerap air pada kelembapan tinggi
Stabil pada pH 2-10, pengendapan terjadi pada pH 2, viskositas
berkurang pada pH lebih dari pH 10 Sterilisasi cara kering pada
suhu 1600 C selama 1 jam, akan mengurangi viskositas dalam
larutan Perlu penambahan antimikroba dalam larutan

Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan larutan asam kuat dan dengan larutan garam

7
dari beberapa logam Pengendapan terjadi pada pH 2 dan pada saat
pencampuran dengan etanol 95%. Membentuk kompleks dengan
gliserin dan pektin.

Sorbitol
(Handbook of Pharmaceutical Exipient 6th Ed. Hal. 679, Farmakope Indonesia
IV hal.756)
Pemerian : Serbuk, butiran atau kepingan putih, rasa manis, higroskopis,
berbau lemah.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol
95%, dalam methanol dan dalam asam asetat.
Kegunaan : Wetting agent
Konsentrasi : 3 – 15 %
OTT : Ion logam trivalent dalam asam kuat dan dalam
suasana alkali
Stabilitas : Stabil terhadap bahan pengkatalis, larutan asam dan alkali.

8
BAB III
METODE KERJA

2.1 Alat dan Bahan

Alat

- Beaker Gelas - Penangas Air


- Cawan uap - Pipet tetes
- Gelang ukur - Spatel
- Kaca Arlogi - Sudip
- Kertas Perkamen - Timbangan
- Lumpang dan Alu

Bahan

- Aquadest - Propilenglikol
- CaCO3 - Sirupus Simplex
- CMC Na - Sorbitol

2.2 Cara Kerja

1. Disiapkan Alat dan bahan


2. Dikalibrasi botol ad 200ml
3. Disetarakan timbangan
4. Ditimbang bahan yang diperlukan dalam pembuatan suspensi
5. Ditaburkan CMC Na pada air panas dalam lmpang, dibiarkan mengembang
(M1)
6. Digerus halus CaCO3 ditambahkan M1 gerus hingga mucilago,
ditambahkan propilenglikol gerus hingga corpus
7. Ditambahkan sirupus simplek sedikit demi sedikit gerus hingga corpus
8. Ditambahkan sorbitol sedikit demi sedikit gerus hingga corpus
9. Dimasukkan kedalam botol 200ml

9
10. Dittambahkan aquadest ad 200ml
11. Diamati pengendapan dan rasa

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan


4.1.1 Uji Organoleptik

a. Formula 1

Hari ke
Pengujian
1 2 3 4 5 6
Warna Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau
Rasa +++ +++ +++ +++ +++ ++
Bau +++ +++ +++ +++ +++ ++
Tinggi
0,5 cm 1 cm 1,3 cm 1,5 cm 1,6 cm 1,8 cm
Endapan
Tinggi
7 cm 6,2 cm 6,2 cm 6,4 cm 6,4 cm 6,4 cm
Suspensi
Waktu
7” 5” 11” 15” 20” 20”
Dispersi
Waktu
2’ 2’10” 2’15” 2’20” 3’10” 4’20”
Teredispersi
Tinggi Busa 0,4 0,4 - - - -

b. Formula 2

Hari ke
Pengujian
1 2 3 4 5 6
Warna Pink Pink Pink Pink Pink Pink
Rasa +++ +++ +++ +++ +++ ++
Bau +++ +++ +++ +++ +++ ++
Tinggi
0,3 cm 1,2 cm 1,2 cm 1,5 cm 1,6 cm 1,7 cm
Endapan
Tinggi
7 cm 6,2 cm 6,2 cm 6,4 cm 6,4 cm 6,5 cm
Suspensi
Waktu
6” 9” 11” 15” 18” 18”
Dispersi
Waktu
3’ 3’15” 3’15” 3’20” 3’25” 3’25”
Teredispersi
Tinggi Busa 0,4 0,4 - - - -

11
c. Formula 3

Hari ke
Pengujian
1 2 3 4 5 6
Warna Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau
Rasa +++ +++ +++ +++ +++ ++
Bau +++ +++ +++ +++ +++ ++
Tinggi
0,2 cm 0,5 cm 0,6 cm 0,6 cm 1 cm 1 cm
Endapan
Tinggi
7 cm 6,8 cm 6,8 cm 6,7 cm 6,6 cm 6,6 cm
Suspensi
Waktu
4” 7” 11” 13” 14” 14”
Dispersi
Waktu
5’ 5’05” 5’15” 5’15” 5’25” 3’25”
Teredispersi
Tinggi Busa - - - - - -

4.1.2 Uji Viskositas

Kecepatan Viskositas
( Rpm ) (Cp) dr ROS SS Faktor Kesalahan
5 0 0 0 0 200
10 0 0 0 0 100
20 32 0,64 4,599 0,144 50
50 40 2 14,374 0,359 20
100 55 5,5 39,528 0,718 10
100 55 5,5 39,528 0,718 10
50 40 2 14,374 0,359 20
20 25 0,5 3,593 0,144 50
10 20 0 0 0 100
5 0 0 0 0 200

Perhitungan:

𝜂 𝜂
Rpm 5 dr = Rpm 5 dr =
𝑓𝑘 𝑓𝑘

0 0
= =
200 200

=0 =0

12
𝜂 𝜂
Rpm 10 dr = Rpm 10 dr =
𝑓𝑘 𝑓𝑘

0 0
= =
100 100

=0 =0
𝜂 𝜂
Rpm 20 dr = Rpm 20 dr =
𝑓𝑘 𝑓𝑘

32 25
= =
50 50

= 0,64 = 0,5
𝜂 𝜂
Rpm 50 dr = Rpm 50 dr =
𝑓𝑘 𝑓𝑘

40 40
= =
20 20

=2 =2

𝜂 𝜂
Rpm 100 dr = Rpm 100 dr =
𝑓𝑘 𝑓𝑘

55 55
= =
10 10

= 5,5 = 5,5

Rate of Shear

RPM 5 RPM 5

ROS = dr X 7,187 ROS = dr X 7,187

= 0 X 7,187 = 0 X 7,187

=0 =0

13
RPM 10 RPM 10

ROS = dr X 7,187 ROS = dr X 7,187

= 0 X 7,187 = 0 X 7,187

=0 =0

RPM 20 RPM 20

ROS = dr X 7,187 ROS = dr X 7,187

= 0,64 X 7,187 = 0,5 X 7,187

= 4,599 = 3,593

RPM 50 RPM 50

ROS = dr X 7,187 ROS = dr X 7,187

= 2 X 7,187 = 2 X 7,187

= 14,374 = 14,374

RPM 100 RPM 100

ROS = dr X 7,187 ROS = dr X 7,187

= 5,5 X 7,187 = 5,5 X 7,187

= 39,528 = 39,528

14
Shearing Stress
RPM 5 RPM 5

1 1
SS = ROS X SS = ROS X
 

1 1
=0x =0x
0,0 0,0

=0 =0

RPM 10 RPM 10

1 1
SS = ROS X SS = ROS X
 

1 1
=0x =0x
0,0 0,0

=0 =0

RPM 20 RPM 20

1 1
SS = ROS X SS = ROS X
 

1 1
= 4,599 x = 3,593 x
32 25

= 0,144 = 0,144

RPM 50 RPM 50

1 1
SS = ROS X SS = ROS X
 

1 1
= 14,374 x = 14,374 x
40 40

= 0,359 = 0,359

15
RPM 100 RPM 100

1 1
SS = ROS X SS = ROS X
 

1 1
= 39,538 x = 39,538 x
55 55

= 0,718 = 0,718

Tipe Aliran Sirup


0.9
0.8 y = 0.0179x + 0.0362
0.7 R² = 0.9759
0.6
Rate of share

0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
-10 -0.1 0 10 20 30 40 50
sharing stress

4.3 Pembahasan

Pada percobaan praktikum kali ini dilakukan formulasi Suspensi III


yang bertujuan untuk melihat pengaruh bahan pengental dan alat pengaduk
dengan konsentrasi bahan pensuspensi serta konsentrasi bahan pembasah
yang paling baik hasil pengamatan praktikum suspensi 2.

16
Suspensi adalah sistem yang secara termodinamik tidak stabil, bila
dikocok dalam waktu yang lama partikel-partikel mengalami agregasi dan
pengendapan yang kadang-kadang bisa menimbulkan caking. Caking
merupakan salah satu masalah yang sangat sulit yang harus diatasi pada saat
formulasi sediaan suspensi. Caking tidak dapat diatasi hanya dengan
pengecilan ukuran partikel dan peningkatan viskositas medium, caking dapat
diatasi dengan flokulasi yaitu apabila partikel bergabung dengan ikatan yang
lemah. Dalam pembuatan suspensi harus diperhatikan beberapa faktor antara
lain sifat partikel terdispersi (derajat pembasahan partikel), zat pembasah,
medium pendispersi serta komponen - komponen formulasi seperti pewarna,
pemberi rasa dan pengawet yang digunakan.

Suspensi harus dikemas dalam wadah yang memadai di atas cairan


sehingga dapat dikocok dan mudah dituang. Kestabilan suatu suspensi dapat
ditingkatkan dengan meningkatkan viskositas medium dispersi, mengecilkan
ukuran partikel terdispersi, dan mengurangi perbedaan berat jenis partikel dan
medium dispersi dapat dilakukan dengan meningkatkan densitas cairan
dengan menambahkan poliol (gliserin).

Pada pembuatan suspensi III ini, menggunakan bahan yaitu CaCo3


(kalsium karbonat) sebagai zat aktif, CMC (Natrium Carboxyl Metil
Cellulosa) sebagai suspending agent, fungsi dari suspending agent yaitu
untuk mencegah agregasi. Kemudian syrup simplex sebagai pemanis, sorbitol
sebagai humektan berguna sebagai pemanis tambahan selain sirup simplex,
dan juga sebagai stabilisator suspensi, karena bentuk sorbitol yang kental
memperlambat partikel serbuk obat untuk mengendap dan yang terakhir
aquadest sebagai pelarut. Suspensi ini dibuat dalam 3 formula dengan kadar
sorbitol yang berbeda sebagai perbandingan.

Pada formula 1 menggunakan kalsium karbonat (CaCO3) sebanyak


10 gr, PG 3 gr, CMC 1 gr, syrup simplex 20 gr, sorbitol 20 gr dan ad aquadest
200 ml. Pada formula 2 menggunakan kalsium karbonat (CaCO3) sebanyak
10 gr, PG3 gr, CMC 1 gr, syrup simplex 20 gr, sorbitol 40 gr dan ad aquadest

17
200 ml. Pada formula 3 menggunakan kalsium karbonat (CaCO3) sebanyak
10 gr, PG 3 gr, CMC 1 gr, syrup simplex 20 gr, sorbitol 60 gr, dan ad aquadest
200 ml.

Dilakukan pengamatan uji organoleptik dan uji viskositas suspensi


pada masing masing formula selama 6 hari. Uji viskositas ini dilakukan untuk
mengetahui kecepatan sedimentasi suspensi serta mengetahui apakah larutan
suspensi mudah dituang atau tidak. Semakin tinggi kekentalan maka
kecepatan sedimentasi semakin lama, namun suspensi yang terlalu kental juga
kurang baik karena akan sulit untuk dituang. Penambahan viskositas dapat
dilakukan dengan menambahkan suspending agent pada sediaan. Pada
sediaan ini, viskositas yang didapat kurang bagus karena selama masa
evaluasi, viskositas sediaan ini menurun dikarenakan suspending agent yang
digunakan terlalu sedikit.

Dari hasi pengamatan, semua suspensi dapat dikatakan lebih stabil


karena formula yang dibuat diambil dari suspensi 1 dan 2 dengan formula
yang terbaik, namun suspensi yang lebih stabil diantara ketiga formula yang
dibuat setelah dilihat dari uji organoleptik dan uji viskositas adalah suspensi
formula 3. Hal ini dikarenakan pada suspensi formula 3 lebih lama
menimbulkan perubahan organoleptik dan lebih stabil dalam penyimpanan
yang lama dilihat dari endapan yang terbentuk, tinggi suspensi, waktu
terdispersi, dan waktu teredispersinya.

Kesalahan yang terjadi saat pembuatan suspensi untuk menghasilkan


sediaan suspensi yang ideal dan stabil yaitu dikarenakan beberapa faktor,
diantaranya kurangnya homogenitas saat penggerusan sediaan suspensi dan
ketidaksesuaian saat penimbangan bahan saat membuat suspensi.

18
BAB V
Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Formula yang terbaik pada suspensi III adalah Formula 3
2. Bahan aktif yang digunakan adalah CaCO3
3. Uji viskositas dilakukan untuk mengetahui kecepatan sedimentasi
suspensi serta mengetahui apakah larutan suspensi mudah dituang atau
tidak.
4. Sumber kontaminasi mikroorganisme di dalam sediaan suspensi
disebabkan adanya bahan pembantu yang dapat menjadi sumber nutris
bagi mikroorganisme.

19
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, Aejaz dan Asgar Ali. 2012. Formulation and In vitro Evaluation
of Readyuse Suspension of Ampicilin Trihydrate. International
Journal of Applied Pharmaceutics Vol 2, Issue 3, 2010
Ansel, Howard. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV. UI
Press. Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1979 . Farmakope Indonesia
Edisi III . Jakarta : Dekpes RI
Emilia, W. Taurina, dan A. Fahrurroji. 2013. Formulasi dan Evaluasi
Stabilitas Fisik Suspensi Ibuprofen dengan Menggunakan Natrosol
HBR sebagai Bahan Pensuspensi. Jurnal UNTAN. 1-12
Joenes., Pharmaceutics : The Science of Dosage Form Design, Philadelphia,
1991
Syamsuni, H. A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta.EGC

20
LAMPIRAN

Perhitungan

Formula 1

CaCO3 5 gram x 200 ml = 10 gram

100 ml

PG 1,5 gram x 20 ml = 3 gram

100ml

CMC Na 0,5 gram x 200 ml = 1 gram

100 ml

Sirupus Simplex 10 gram x 200 ml = 20 gram

100

Sorbitol 10 gram x 200 ml = 20 gram

100 ml
Colorinng qs

Essence qs

Aquadest ad 200 ml

Formula 2

CaCO3 5 gram x 200 ml = 10 gram


100 ml

PG 1,5 gram x 20 ml = 3 gram

100ml

21
CMC Na 0,5 gram x 200 ml = 1 gram

100 ml

Sirupus Simplex 10 gram x 200 ml = 20 gram

100 ml

Sorbitol 20 gram x 200 ml = 40 gram


100 ml

Colorinng qs

Essence qs

Aquadest ad 200 ml

Formula 3

CaCO3 5 gram x 200 ml = 10 gram


100 ml

PG 1,5 gram x 20 ml = 3 gram

100ml

CMC Na 0,5 gram x 200 ml = 1 gram

100 ml

Sirupus Simplex 10 gram x 200 ml = 20 gram

101
Sorbitol 30 gram x 200 ml = 60 gram
100 ml

22
Colorinng qs

Essence qs

Aquadest ad 200 ml

23

Anda mungkin juga menyukai