Anda di halaman 1dari 5

Secara garis besar, pedoman panen sebagai berikut :

1. Tanaman yang pada saat panen diambil bijinya yang telah tua seperti kedawung
(Parkia rosbbrgii), pengambilan biji ditandai dengan telah mengeringnya buah. Sering
pula pemetikan dilakukan sebelum kering benar, yaitu sebelum buah pecah secara
alami dan biji terlempar jauh, misal jarak (Ricinus cornrnunis).
2. Tanaman yang pada saat panen diambil buahnya, waktu pengambilan sering
dihubungkan dengan tingkat kemasakan, yang ditandai dengan terjadinya perubahan
pada buah seperti perubahan tingkat kekerasan misal labu merah (Cucurbita
n~oscllata). Perubahan warna, misalnya asam (Tarnarindus indica), kadar air buah,
misalnya belimbing wuluh (Averrhoa belimbi), jeruk nipis (Citrui aurantifolia)
perubahan bentuk buah, misalnya mentimun (Cucurnis sativus), pare (Mornordica
charantia).
3. Tanaman yang pada saat panen diambil daun pucuknya pengambilan dilakukan pada
saat tanaman mengalami perubahan pertumbuhan dari vegetatif ke generatif. Pada
saat itu penumpukan senyawa aktif dalam kondisi tinggi, sehingga mempunyai mutu
yang terbaik. Contoh tanaman yang diambil daun pucuk ialah kumis kucing
(Orthosiphon starnineus).
4. Tanaman yang pada saat panen diambil daun yang telah tua, daun yang diambil
dipilih yang telah membuka sempurna dan terletak di bagian cabang atau batang yang
menerima sinar matahari sempurna. Pada daun tersebut terjadi kegiatan asimilasi yang
sempurna. Contoh panenan ini misal sembung (Blumea balsamifera).
5. Tanaman yang pada saat panen diambil kulit batang, pengambilan dilakukan pada saat
tanaman telah cukup umur. Agar pada saat pengambilan tidak mengganggu
pertumbuhan, sebaiknya dilakukan pada musim yang menguntungkan pertumbuhan
antara lain menjelang musim kemarau.
6. Tanaman yang pada saat panen diambil umbi lapis, pengambilan dilakukan pada
saat umbi mencapai besar maksimum dan pertumbuhan pada bagian di atas tanah
berhenti misalnya bawang merah (Allium cepa).
7. Tanaman yang pada saat panen diambil rimpangnya, pengambilan dilakukan pada
musim kering dengan tanda-tanda mengeringnya bagian atas tanaman. Dalam keadaan ini
rimpang dalam keadaan besar maksimum. Panen dapat dilakukan dengan tangan,
menggunakan alat atau menggunakan mesin. Dalam ha1 ini keterampilan pemetik
diperlukan, agar diperoleh simplisia yang benar, tidak tercampur dengan bagian lain
dan tidak merusak tanaman induk. Alat atau mesin yang digunakan untuk memetik
perlu dipilih yang sesuai. Alat yang terbuat dari logam sebaiknya tidak digunakan bila
diperkirakan akan merusak senyawa aktif siniplisia seperti fenol, glikosida dan
sebagainya. Cara pengambilan bagian tanaman untuk penibuatan simplisia dapat dilihat

Usia tanaman

Tanaman obat dipanen pada saat tanaman memiliki kandungan senyawa aktif pada kadar optimal
yang diperoleh pada umur, bagian tanaman dan waktu tertentu, misalnya:

1. Tanaman yang mengandung minyak atsiri dipanen pada pagi hari karena molekul minyak
atsri masih stabil sebelum proses fotosintesis berlangsung.
2. Daun salam yang masih muda memiliki kandungan senyawa aktif hipoglikemik lebih
tinggi dibandingkan daun tua.
3. Rimpang dipanen pada akhir masa vegetatif atau saat daun mulai menguning (musim
kemarau)
4. Akar dipanen pada tanaman yang sudah tua pada akhir masa vegetative

Panen

1. Kulit batang dipanen saat aktivitas kambium maksimal, sel-sel parenkim belum
mengalami diferensiasi, umumnya pada musim penghujan.
2. Daun dan Herba pada umumnya dipanen saat tanaman menjelang berbunga
3. Bunga dipanen saat mahkota bunga mekar sempurna, kecuali cengkeh dipanen sebelum
tunas membuka
4. Biji dipanen saat buah masak sempurna sebelum pecah secara alami
5. Tanaman obat yang mengandung alkaloid dipanen pada musim kemarau dimana
kandungannya berada pada kondisi optimal
Teknik panen bahan simplisia nabati tergantung dari bagian tanaman yang dipanen,
dirinci sebagai berikut:

1. Kulit batang (Cortex): Dari batang utama atau cabang, dikupas dengan ukuran panjang
dan lebar tertentu. Untuk bahan yang mengandung minyak atsiri atau senyawa fenol
sebaiknya digunakan alat pengelupas bukan logam.
2. Batang (Caulis): Dari cabang tanaman dipotong sepanjang kurang lebih 50cm.
3. Kayu (Lignum): Dari batang atau cabang, dikelupas kulitnya dan di potong sepanjang
kurang lebih 50 cm

1. Daun (Folium): Dipilih daun tua sebelum menguning, dipetik secara manual (Dipetik satu per
satu dengan tangan)

2. Bunga (Flos): Dari kuncup bunga atau bunga yang telah mekar atau mahkkya bunga dipetik
secara manual

3. Pucuk (Shoot): Pucuk daun yang masih muda beserta bunganya ( Tanaman yang berbunga di
ujung) Dipetik dengan tangan

4. Akar (Radix): Diambil dari bagian batang di bawah tanah, dopotong dengan ukuran 5-10 cm
dari pangkal batang agar tanaman tidak mati

Pengeringan

a. Daun atau Herba


Daun-daun segar mudah mengalami kerusakan selama pengolahan. Bila penanganannya
salah akan mengakibatkan perubahan warna atau bahkan tercemar mikroba. Penanganan
yang benar tersebut harus sudah dimulai sejak masa pemanenan. Untuk memperkecil
kehilangan senyawa-senyawa yang mudah menguap sebaiknya pemanenan daun
dilakukan pada pagi atau sore hari. Selanjutnya daun dilayukan dibawah naungan dan
tidak dijemur langsung dibawah sinar matahari. Untuk mencegah terjadinya fermentasi
atau berjamur maka sebaiknya daun disimpan dalam keadaan kering pada kondisi dingin.
Untuk mempertahankan supaya daun tetap segar sebelu dikeringkan maka penyimpanan
harus dilakukan pada suhu rendah atau dibawah 100 Celcius.
b. Kulit (cortex) dan Akar (radix)
Kulit kayu dan akar dapat langsung di jemur dibawah sinar matahari setelah dibersihkan
dari kotoran yang melekat. Bila menggunakan alat pengering buatan maka suhu perlu
dijaga anatara 50 - 600 Celcius. (
c. Buah (fructus) atau Biji (semen)
Bahan yang berupa biji-bijian biasanya setelah panen dapat langsung dijemur tanpa
dikupas terlebih dahulu, seperti adas, ketumbar dan kapulaga
d. Rimpang (rhizoma)
Bahan yang berasal dari rimpang seperti jahe, kencur, bengle, temulawak dan kunyit
harus diiris. Pengirisan rimpang dilakukan tanpa dikuliti terlebih dahulu untuk
memperkecil penguapan minyak atsiri yang terkandung di dalamnya. Arah irisan dapat
melintang atau membujur setelah dicuci bersih. Ketebalan yang dianjurkan adalah 7 - 8
mm dan setelah dijemur atau kering ketebalannya menjadi 5 - 6 mm. Pengirisan
sebaiknya menggunakan pisau tahan karat. Pada waktu penjemuran bahan jangan
ditumpuk terlalu tinggi. Ketebalan penumpukkan bahan waktu penjemuran maksimum
antara 3 - 4 cm. Lantai tempat penjemuran sebaiknya dialasi dengantikar atau anyaman
dari bambu. Pada waktu penjemuran, bahan harus sering dibolak-balik untuk
menghindari fermentasi yang menyebabkan bahan menjadi busuk. Bila cuaca tidak
menentu sebaiknya digunakan alat pengering buatan yang dirancang dengan bantuan
panas matahari atau panas buatan. Alat pengering hasil rekayasa Balittro yang
menggunakan tenaga surya menghasilkan kisaran suhu antara 36,3-45,60 celcius dan
kelembaban nisbi 30-40 %.
e. Bunga (Flos)
Pemanenan terhadap bunga sebaiknya dilakukan pagi hari atau sore hari untuk
menghindari kehilangan senyawa-senyawa yang mudah menguap. Setelah dipanen,
bunga biasanya mudah menjadi kering. Untuk itu, diusahakan bunga tidak dijemur
langsung di bawah sinar matahari, tetapi dilayukan dibawah naungan. Apabila ruangan
yang digunakan aerasi udarnya cukup baik maka dalam waktu dua hari bunga sudah
cukup kering. Untuk menghindari berubahnya warna bunga menjadi coklat maka selama
pelayuan sebaiknya bahan sering dibalik.
f. Batang (tuber)
Batang dibersihkan, dipotong-potong kemudian dijemur
g. Bahan umbi (bulbus)
Sama seperti rimpang atau digunakan dalam bentuk segar (sepert bawang merah dan
bawang putih).

Anda mungkin juga menyukai