OLEH :
Baiq Ummi Murtafia (121524166)
Siti Amalia Wahyu Pratiwi (121524167)
Almunadia (121524168)
Mayang Sari (121524169)
Ratna (121524170)
Desi Andriani (121524171)
Akmal Farmasi (121524172)
1.3. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami cara pembuatan suppositoria
2. Mengetahui cara mengevaluasi suppositoria
3. Mengetahui persyaratan suppositoria
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang
diberikan melalui rektal, vagina atau uretra.Umumnya meleleh, melunak atau
melarut pada suhu tubuh.Dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat dan
sebagai pembawa zat terapeutik yang bersifat lokal atau sistemik (Depkes
RI,1995).
Supositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, berbentuk
torpedo, dapat melunak, melarut atau meleleh pada suhu tubuh (Anif, 1997).
2.2. Penggolongan Suppositoria
Berdasarkan tempat penggunaannya suppositoria dapat digolongkan sebagai
berikut :
1. Suppositoria rektal, sering disebut sebagai supositoria saja, berbentuk peluru,
digunakan lewat rektum atau anus. Suppositoria rektal berbentuk torpedo
mempunyai keunggulan, yaitu jika bagian yang besar masuk melalui jaringan
otot penutup dubur, suppositoria akan tertarik masuk dengan sendirinya.
Menurut FI III bobotnya antara 2 – 3gram, yaitu untuk dewasa 3gram dana
anak 2gram, sedangkan menurut FI IV kurang lebih 2gram.
2. Suppositoria vaginal (ovula), berbentuk bola lonjong seperti kerucut,
digunakan lewat vagina. Menurut FI III beratnya antara 3 – 6gram, umumnya
5gram.
3. Suppositoria uretra (bacilla, bougies), digunakan lewat uretra, berbentuk
batang dengan panjang antara 7 – 14 cm.
(Syamsuni, 2007)
Plasma protein
rektum Darah Cairan
jaringan
Suppositoria Metabolisme obat Urine
3. Basis lainnya
Dalam kelompok basis lain ini termasuk campuran bahan bersifat seperti
lemak dan yang larut dalam air atau bercampur dengan air. Bahan-bahan ini
mungkin berbentuk zat kimia atau campuran fisika. Beberapa di antaranya
berbentuk emulsi, umumnya dari tipe air dalam minyak atau mungkin dapat
menyebar dalam cairan berair. Salah satu dari bahan ini adalah polioksil 40 stearat
suatu zat aktif pada perdagangan. Polioksil 40 stearat adalah campuran ester
monostearatdan distearat dari polioksietilendiol dan glikol bebas. Bahan ini
menyerupai lilin, putih, kecoklat-coklatan, padat dan larut dalam air. Umumnya
mempunyai titik leleh antara 390C dan 450C. Basis ini mempunyai kemampuan
menahan air atau larutan berair dan kadang-kadang digolongkan sebagai basis
supositoria yang ‘hidrofilik’ (Ansel, 2005).
Cetakan Suppositoria
Cetakan suppositoria terdapat di pasaran dengan kemampuan produksi satu
per satu atau sejumlah tertentu supositoria dari berbagai bentuk dan ukuran. Untuk
membuat suppositoria satu per satu bisa digunakan cetakan dari plastic. Cetakan –
cetakan lainnya seperti yang umum terdapat di Apotek dapat menghasilkan
suppositoria 6, 12 atau lebih dalam 1x pembuatan. Cetakan yang digunakan di
industry menghasilkan ratusan suppositoria dari suatu pencetak tunggal. Cetakan
yang umum digunakan sekarang terbuat dari stainless steel, aluminium, tembaga
atau plastik. (Ansel, 2005).
Pelumasan Cetakan
Tergantung pada formulasinya, cetakan suppositoria mungkin memerlukan
pelumasan sebelum leburan dituangkan kedalamnya, supaya bersih dan
memudahkan terlepasnya suppositoria dari cetakan. Pelumasan jarang dilakukan
bagi suppositoria dengan basis oleum cacao atau PEG, karena bahan ini cukup
menciut begitu dingin dalam cetakan, sehingga akan terlepas dari permukaan
cetakan dan mudah dikeluarkannya. Pelumasan biasanya diperlukan bilamana
membuat suppositoria dengan basis gelatin gliserin. Lapisan tipis dari minyak
mineral dioleskan dengan jari pada permukaan cetakan, biasanya cukup untuk
suatu pelumasan. Harus diingat bahwa bahan – bahan yang mungkin
menimbulkan iritasi terhadap membran mukosa seharusnya tidak digunakan
sebagai bahan pelumas suppositoria. (Ansel, 2005).
Kalibrasi Cetakan
Penting bagi para ahli farmasi untuk mengkalibrasi setiap cetakan
supositoria untuk basis yang biasanya digunakan (umumnya basis oleum cacao
dan PEG) supaya mereka siap membuat suppositoria yang mengandung obat,
untuk setiap jumlah obat yang tepat ukurannya. Langkah pertama dalam kalibrasi
cetakan, yaitu membuat dan mencetak suppositoria dari basis saja. Cetakan
dikeluarkan dari cetakan rata – ratanya (bagi pemakaian basis tertentu). Untuk
menentukan volume cetakan suppositoria tadi lalu dilebur dengan hati – hati
dalam gelas ukur dan volume leburan ini ditentukan untuk keseluruhan dan rata –
ratanya. (Ansel, 2005).
3.1. Alat
- Mortir dan stamper
- Beker glass
- Batang pengaduk
- Cawan penguap
- Thermometer
- Aluminium voil
- Spatula
- Timbangan analitik
- Anak timbangan
- Pencetak suppositoria
- kulkas
- Kertas perkamen
- Sudip
- serbet
3.2. Bahan
- Benzocain
- Theophyllin
- Ol. Cacao
- Parafin
3.3. Golongan Obat
3.4. Formula
R/ Benzocain 0,500
Theophyllin 0,500
Dasar supp qs
m.f.supp.dtd.No. III
s.I dd supp I
#
Pro : Tn.Jalal
3.5. Penimbangan
Benzocain 3 X 0,500g = 1,5 gram
Theophyllin 3 X 0,500g = 1,5 grama
Oleum cacao 3 X 3 = 9 – 3g = 6 gram
3.6. Prosedur Pembuatan
a. Pembuatan Sediaan
1) Ditimbang semua bahan
2) Bahan obat digerus homogen
3) Dasar suppositoria dilarutkan dalam wadah yang diletakkan diatas
water batch dengan suhu maksimum 39˚C
4) Campurkan bahan obat sedikit demi sedikit dengan dasar
suppositoria yang sudah larut sambil di aduk sampai homogen
diatas water batch
5) Masukkan bahan yang sudah homogen tersebut kedalam cetakan
(cetakan diolesi sedikit parafin).
6) Cetakan di masukkan kedalam freaser ± 20 menit
7) Lakukan pengujian evaluasi sediaan
8) Sediaan dikemas dalam wadal al.foil
b. Evaluasi Sediaan
Uji Keseragaman Bobot
1) Timbang semua sediaan suppositoria (A)
A
2) Hitung bobot rata-rata = (B)
n
3) Timbang sediaan satu persatu (C)
4) Hitung persen penyimapangan berat sediaan dengan Rumus
B C
penyimpangan = X 100%
B
Syarat : Menurut USP tidak boleh lebih dari dua suppositoria
mempunyai persen penyimpangan bobot > 5% dan tidak
satupun suppositoria mempunyai persen penyimpangan
bobot >10%
Penentuan Titik Leleh
Menggunakan alat khusus seperti thermometer tetapi tidak sama
Uji Homogenitas
Suppositoria dibelah menjadi dua bagian,pembelahan dilakukan
satu arah dan amati homogenitas bahan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL
Diperolah sediaan suppositoria dengan bobot rata-rata 2,72 gram dengan
penyimpanga bobot 2,941%; 2,57%; 2,57% memenuhi persyaratan. Penentuan
titik leleh pada suhu 37,8˚C .
4.2. PERHITUNG AN
1. Bobot rata-rata
Bobot keseluruhan sediaan Suppositoria (3 sediaan) 8,1 gram
8,1gram
Bobot rata-rata = 2,72 gram
3
2. Persen Penyimpangan
Sediaan 1 = 2,8 gram
2,72 g 2,8 g
Persen Penyimpangan = X 100% 2,941%
2,72 g
Sediaan 2 = 2,65 gram
2,72 g 2,65 g
Persen Penyimpangan = X 100% 2,57%
2,72 g
Sediaan 3 = 2,65 gram
2,72 g 2,65 g
Persen Penyimpangan = X 100% 2,57%
2,72 g
4.3. PEMBAHASAN
Percobaan yang dilakukan adalah membuat sediaan obat dalam bentuk
supositoria serta melakukan evaluasi sediaan tersebut. Bentuk sediaan sudah
sesuai dengan persyaratan. Evaluasi sediaan yang dilakukan adalah persen
penyimpangan dimana menurut persyaratan persen penyimpangan tidak boleh
lebih dari dua supositoria yang persen penyimpangannya >5% dan tidak satupun
supositoria yang persen penyimpangannya >10%, namun sediaan yang dibuat
memenuhi syarat dimana semua sediaan yang persen penyimpangannya tidak
lebih dari 10 persen. Pada saat percobaan peleburan Oleum cacao pada terjadi
pada suhu 390 sampai 400C.
Oleum cacao meleleh antara 300 sampai 360C merupakan basis supositoria
yang ideal, yang dapat melumer pada suhu tubuh tapi tetap dapat bertahan sebagai
bentuk padat pada suhu kamar biasa. Akan tetap, oleh karena kandungan
trigliserida nya, oleum cacao menunjukkan sifat polimorfisme, atau keberadaan
zaat tersebut dalam berbagai bentuk kristal. Oleh karena itu bila oleum cacao
tergesa-gesa atau tidak hati-hati dicairkan pada suhu yang melebihi suhu
minimumnya, lalu segera didinginka, maka hasilnya berbentuk kristal mentastabil
(suatu bentuk kristal) dengan titik levbur yang lebih rendah dari titik lebur oleum
cacao asalnya. (Ansel, 2005)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
e.1. Kesimpulan
1. Pembuatan supositoria dengan basis oleum cacao yang dipanaskan pada
suhu tidak lebih dari 39oC yang ditujukan untuk rektal, biasanya
berbentuk torpedo. Memiliki keunggulan yaitu bagian yang besar masuk
melalui jaringan otot dubur, supositoria akan tertarik masuk dengan
sendirinya.
2. Uji yang dilakukan untuk mengevaluasi suppositoria yaitu uji
keseragaman bobot dan uji titik leleh.
3. Persyaratan suppositoria adalah tidak lebih dari 2 suppositoria yang
penyimpangan bobotnya tidak lebih dari 5% dan tidak lebih dari 1
suppositoria penyimpangan bobotnya tidak lebih dari 10%.
e.2. Saran
1. Sebaiknya pada saat melelehkan basis oleum cacao suhu yang digunakan
tidak lebih dari 39oC karena akan merubah titik leburnya sehingga akan
sangat sulit untuk dibekukan.
2. Saat pengisian bahan ke pencetak dilakukan dengan pelan-pelan agar
tidak terbentuk gelembung udara di dalam supositoria yang akan
membentuk rongga-rongga kosong, yang akan berakibat berkurangnya
bobot dan hasil yang kurang bagus.
3. Waktu pada saat pencetakan sebaiknya lebih lama agar diperoleh
suppositoria yang baik.
4. Pada saat penimbangan bahan dilakukan dengan benar dan tepat agar
suppositoria yang diperoleh memenuhi syarat.
DAFTAR PUSTAKA
Syamsuni, H.A. (2007). Ilmu Resep. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Anief, Moh. (1997). Ilmu Meracik Obat. Yogjakarta : Gadjah Mada University
Press