Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMBUATAN, PENGAMATAN, DAN IDENTIFIKASI AMILUM

KHAERUNNISA
N011 22 1104
KELOMPOK III
GOLONGAN JUMAT SIANG

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

Indonesia termasuk kedalam negara yang memiliki keanekaragaman

hayati yang tinggi termasuk keanekaragaman pangan sumber pati yang

dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Bentuk bahan pangan

patipatian yang tersedia di Indonesia mencakup jenis serelia/biji-bijan

(beras, jagung, gandum), umbi-umbian (kentang, singkong, ubi jalar, talas,

ganyoung), batang (sagu), dan biji-bijian (kacang polong, kacang hijau,

kacang merah) (Afandi dkk., 2019).

Karbohidrat merupakan senyawa oksigen, hydrogen, dan karbon

yang terdapat dalam alam dan kehidupan kita sehari-hari. Kebanyakan

karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O. Klasifikasi karbohidrat terdiri

dari monosakarida, polisakarida, dan disakarida. Karbohidrat dalam

tanaman yang dapat kita amati berupa amilum atau pati. Karbohidrat

merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia, yang menyediakan

4 kalori (kilojoule) energi pangan per gram (Fitri dkk., 2020).

Seperti yang diketahui, didalam karbohidrat terdapat amilum atau

pati. Amilum adalah homopolimer (suatu polimer yang terbentuk oleh hanya

satu macam unit monomerik) dari glukosa yang digabung oleh mata rantai

yang sama dengan maltose. Pati atau amilum termasuk karbohidrat

kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak

memiliki bau. Komposisi amilum pada umumnya terdiri dari sebagian 3


besar amilopektin dan sisanya amilosa, dimana masing-masing memiliki

sifat alami yang berbeda yaitu 10-20% amilosa dan 80-90% amilopektin.

Sebagian besar pati alami seperti pati jagung, gandum, tapioka, kentang

dan sagu mengandung prosentase yang tinggi dari rantai percabangan

amilopektin (Fitri dkk., 2020).

Amilum dapat dibedakan berdasarkan letak dan jumlah hilusnya.

Berdasarkan letaknya, terdapat amilum konsentris dan eksentris. Adapun

berdasarkan jumlah hilusnya terbagi menjadi tiga, yaitu monoadel, diadelf,

dan poiliadelf (Mulyani, 2018). Oleh karena itu, praktikum ini diperlukan

untuk mengetahui atau mengidentifikasi amilum di dalam suatu makanan

atau tanaman. tentu saja dapat dilakukan melalui suatu pengujian. salah

satu pengujian yang dapat dilakukan, yaitu pengujian dengan larutan iodin

(Fitri dkk., 2020)

I.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum pembuatan, pengamatan dan identifikasi

amilum agar mengetahui bagaiamana cara membuat amilum dari berbagai

jenis tanaman, membedakan tipe-tipe amilum, serta dapat memastikan

keberadaan amilum dalam sampel dengan uji larutan I-KI


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Amilum

Amilum merupakan campuran dua macam stuktur polisakarida yang

berbeda yaitu amilosa (17-20%) dan amilopektin (83- 80%) (Gunawan dan

Mulyani, 2004). Amilum juga didefinisikan sebagai karbohidrat yang berasal

dari tanaman, sebagai hasil fotosintesis, yang disimpan dalam bagian

tertentu tanaman sebagai cadangan makanan (Priyanta dkk., 2017)

II.2 Tipe-tipe Amilum

II.2.1 Tipe amilum berdasarkan letak hilusnya

Bedasarkan letak hilus butir amilum dibagi menjadi dua macam yaitu

amilum konsentrik dan amilum eksentrik. Tentu saja perbedaan dari kedua

tipe amilum tersebut dilihat dari dimana hilusnya berada serta perbedaan

bentuknya. Pada tipe amilum konsentrik atau amilum sentris posisi hilusnya

terletak di tengah dengan bentuk yang umumnya bulat, misalnya amilum

pada ubi jalar (Ipomea batatas). Selanjutnya yaitu tipe amilum eksentrik

yang pada umumnya berbentuk lonjong dengan posisi hilus yang terletak di

tepi, misalnya amilum pada kentang (Solanum tuberosum) (Hanik, 2022).

II.2.2 Tipe amilum berdasarkan jumlah hilus

Berdasarkan jumlah hilusnya amilum dibagi menjadi tiga macam

yaitu butir amilum tunggal, setengah majemuk, serta amilum majemuk.

Perbedaan dari ketiga jenis ini bisa terlihat dari jumlah hilus dan letak

lamelanya atau lapisan-lapisan pada butir amilum. Amilum tunggal


(Monoadelph) merupakan butir amilum yang mempunyai sebuah hilus yang

dikelilingi oleh lamela, misalnya amilum yang terdapat pada ubi jalar

(Ipomea batatas). Amilum setengah majemuk (Diadelph) merupakan butir

amilum yang mempunyai lebih dari sebuah hilus dan masing-masing

hilusnya dikelilingi oleh lamela, dan bagian luarnya akan dikelilingi oleh

lamela bersama, misalnya amilum pada kentang (Solanum tuberosum).

Dan terakhir yaitu amilum majemuk (Poliadelph) merupakan butir amilum

yang mempunyai lebih dari satu hilus dan masing-masing hilusnya

dikelilingi oleh lamela namun tidak memiliki lamela bersama (Hanik, 2022).

II.3 Jenis-jenis Amilum

Tabel 1. Tumbuhan penghasil amilum (Sukadiruman dkk., 2020)


Nama Simplisia Tumbuhan penghasil Bagian tumbuhan
Amiilum Solani Solanum tuberosum Tuber
Amilum Maydis Zea mays Buah/biji
Amilum Manihot Manihot ultissima Tuber
Amilum Oryzae Oryza sativa Buah/biji
Amilum Marantae Maranta arundinacea Rhizoma
Amilum Sagoo Meroxylon sagoo Empulur batang
Amilum Tritici Triticum aestivum Buah/biji

II.4 Identifikasi Amilum dan Reaksi Uji Larutan I-KI

Identifikasi amilim dengan menggunakan larutan i-KI ditujukan untuk

menguji apakah didalam larutan amilum tersebut terkandung amilosa

ataupun amilopektin. Pengujian amilum dengan melakukan penambahan

Iodium-reagen KI pada larutan pati atau amilum. Jika amilosa pati terdapat

dalam larutan, maka akan menghasilkan warna biru-hitam. Jika tidak

terdapat amilosa pati, maka warna akan tetap oranye atau kuning. Untuk
Amilopektin pati, selulosa, ataupun disakarida seperti sukrosa yang

terdapat dalam larutan tidak akan memberikan perubahan warna (Ariandi,

2017)

II.5 Uraian Tanaman

II.5.1 Kentang (Solanum tuberosum L.)

II.5.1.1 Klasifikasi tanaman kentang

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Tubiflorae

Famili : Solanaceae Gambar 1. Kentang (Solanum


tuberosum L.) (Setiadi, 2009)
Genus : Solanum

Spesies : Solanum tuberosum L. (Setiadi, 2009)

II.5.1.2 Deskripsi tanaman kentang

Tanaman kentang merupakan tanaman yang berbentuk semak

ataupun herba. Batangnya di atas permukaan tanah dan berwarna hijau

tetapi ada pula yang berwarna kemerah-merahan ataupun ungu tua. Warna

dari batang ini di pengaruhi oleh umur tanaman dan keadaan

lingkungannya. Bagian bawah batangnya bisa berkayu sedangkan

tanaman muda tidak berkayu sehingga tidak terlalu kuat dan mudah rubuh

(Setiadi, 2009)
II.5.1.3 Kandungan kimia kentang

Kentang merupakan salah satu bahan makanan yang mempunyai

kandungan gizi yang tinggi. Bagian utama tanaman kentang yang menjadi

bahan makanan adalah umbi. Umbi kentang merupakan sumber

karbohidrat yang mengandung vitamin dan mineral yang cukup tinggi.

Adapun komposisi utama dari umbi kentang ini terdiri atas 80% pati serta

2% protein (Pitojo, 2004)

II.5.1.4 Kegunaan tanaman kentang

Kegunaan tanaman kentang bagi kehidupan sangat banyak, antara

lain sebagai pencegah stress karena kandungan magnesium yang

terkandung dalam tanaman kentang dapat menjadikan tubuh rileks serta

dapat digunakan untuk otot, tulang serta jantung. Vitamin B6 yang terdapat

pada kentang ampuh melawan terjadinya pembentukan tumor dalam tubuh

selain itu vitamin B6 juga sangat membantu kesehatan otak dan membantu

dalam proses transmisi yang dilakukan dalam saraf. Kandungan zat

potasium mampu menghalangi penumpukan kolestrol dalam darah, namun

dengan cara di rebus bukan di goreng. Serta masih banyak lagi manfaat

atau kegunaan yang didapatkan saat mengonsumsi kentang (Mikasusanti,

2020).
II.5.2 Singkong (Manihot utilisima)

II.5.2.1 Klasifikasi tanaman singkong

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Euphorbiales Gambar 2. Tanaman


Singkong (Manihot
Famili : Euphorbiaceae utilisima) (Mas'ad,
2020)
Genus : Manihot

Spesies : Manihot utilisima (Mas’ad, 2020)

II.5.2.2 Deskripsi tanaman singkong

Tanaman singkong biasanya tingginya mencapai 2-3 m. Batangnya

bulat dengan bekas dudukan daun menonjol. Daunnya berbentuk seperti

jari, memiliki lembaran-lembaran yang menjadi mirip dengan jari manusia,

lebar 2-4 cm dan panjang 7-12 cm. Bunganya berbentuk majemuk dan

berbentuk tandan, bunga betina berbagi lima, bunga jantan berbentuk

lonceng. Buah bulat berwarna hijau berbiji coklat. Umbi memiliki garis

tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm. Berwarna kekuning-kuningan tetapi

ada juga yang berwarna putih (Hidayat, 2015).

II.5.2.3 Kandungan kimia singkong

Daun singkong mengandung asam amino metionin, vitamin A, B1,

C, kalsium, kalori, forfor, protein, lemak, hidrat arang, dan zat besi. Umbi

singkong memiliki kandungan kalori, protein, lemak, hidrat arang kalsium,


fosfor, zat besi, vitamin B dan C, dan amilum kulit batangnya mengandung

tamin, enzim peroksidase, glukosa dan kalium oksalat (Hidayat, 2015).

II.5.2.4 Kegunaan tanaman singkong

Singkong (Manihot Esculinta) merupakan makanan pokok didaerah

tandus seperti di indonesia dan memiliki karbohidrat dan bisa juga sebagai

pengganti nasi. Selain kaya akan karbohidrat singkong merupakan kaya

akan protein. Maanfaat singkong ternyata sebagai penurun kadar kolestrol

jahat dalam darah. Singkong juga dapat menurunkan kadar trigleserida dan

mempunya sumber serat yang baik. Jadi, tidak heran jika singkong dapat

menurunkan resiko penyakit jantung, stroke, kanker usus besar dan

membantu mengendalikan diabetes (Pasaribu dkk., 2022)

II.5.3 Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

II.5.3.1 Klasifikasi ubi jalar

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Solanales Gambar 3. Tanaman Ubi


Jalar (Ipomoea batatas)
Famili : Convolvulaceae (Miksusanti dkk., 2020)

Genus : Ipomoea

Spesies : Ipomoea batatas (Miksusanti dkk., 2020)


II.5.3.2 Deskripsi tanaman ubi jalar

Sesuai dengan namanya, tanaman ini tumbuh menjalar, bentuk

batangnya silindris, tipis, dan berwarna coklat sampai hitam. Daunnya

punya ukuran bervariatif tergantung dengan varietas. Selain budidaya ubi

jalar untuk diambil bagian umbinya, ada juga yang memanfaatkan tanaman

ini sebagai tanaman hias. Karena bunganya memiliki warna dan berbentuk

indah menyerupai seperti terompet (Miksusanti dkk., 2020)

Bagian yang dapat dimanfaatkan dari tanaman ini adalah akarnya.

Akar telah membentuk seperti umbi, dan kandungan yang terdapat di

dalamnya sangat banyak sehingga bagian ini sering dimanfaatkan oleh

banyak orang. Ukurannya bervariatif, ada yang panjang, ada juga yang

pendek, memiliki diameter besar sampai sedang. Warna umbi akan

ditentukan sesuai dengan spesies, ada yang ungu, kuning, orange dan

putih (Miksusanti dkk., 2020)

II.5.3.3 Kandungan kimia ubi jalar

Kandungan kimia ubi jalar cukup baik untuk dijadikan bahan

pangan. Komposisi kimia ubi jalar sebagian besar terdiri atas air 72,8%, dan

karbohidrat 24,3%, sedangkan komponen lainnya seperti protein, lemak,

vitamin, dan mineral, sangat tergantung pada faktor genetik dan kondisi

penanamannya. Dengan demikian, ubi jalar merupakan sumber pangan

berenergi, yaitu dalam bentuk gula atau karbohidrat. Selain itu, ubi jalar juga

mengandung berbagai vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh,

seperti kalsium dan zat besi, serta vitamin A dan C (Richana, 2018).
II.5.3.4 Kegunaan tanaman ubi jalar

Ubi jalar dapat digunakan untuk menurunkan berat badan yang

sudah dikenal oleh masyarakat. Dengan mengonsumsi ubi jalar dapat

menurunkan berat badan serta kadar lemak dalam tubuh sehingga dapat

mengurangi obesitas. Ubi jalar memiliki serat, mineral dan vitamim yang

tinggi yang dapat membantu sistem pencernaan dan membuat sistem

pencernaan tetap sehat. Mengonsumsi serat secara teratur dapat

membantu mengendalikan kadar gula darh penderita diabetes (Miksusanti

dkk., 2020).

II.5.4 Jagung (Zea mays L.)

II.5.4.1 Klasifikasi jagung

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Subkelas : Commelilidae
Ordo : Poales
Gambar 4. Tanaman
Famili : Poaceae Jagung (Zea mays L.)
(Suryandari, 2021)
Genus : Zea

Spesies : Zea mays L. (Suryandari, 2021)

II.5.4.2 Deskripsi tanaman jagung

Tanaman jagung sangat mudah dikenali, yaitu berbatang lurus

beruas dan daunnya memanjang yang tumbuh di setiap ruasnya. Jagung

adalah salah satu jenis tanaman yang tergolong sebagai tanaman


musiman. Daur hidup jagung memiliki waktu sekitar 3 hingga 5 bulan. Daur

hidup jagung bagian awal sebagian termasuk pada pertumbuhan vegetatif,

sedangkan sebagiannya lagi termasuk pada tahap reproduktif (Suryandari,

2021)

Tekstur batang jagung bagian luar adalah keras, sedangkan bagian

dalamnya memiliki tekstur yang mirip gabus. Saat dewasa, tanaman jagung

mempunyai bunga jantan yang tumbuh pada bagian puncak tanaman

jagung. Bunga yang tumbuh tersebut memiliki bentuk malai, sedangkan

bunga betina yang tumbuh memiliki bentuk tongkol atau tongkol. Bunga

betina tersebut tumbuh dari bagian buku yang terletak di sela-sela pelepah

daun dan batang (Suryandari, 2021)

II.5.4.3 Kandungan kimia tanaman jagung

Jagung mengandung karbohidrat yang cukup tinggi yaitu sekitar

74,26 gram per 100 gram, dan banyak terkonsentrasi pada bagian

endosperm. Kandungan karbohidrat pada biji jagung terdiri atas amilosa

dan amilopektin, yang tersusun dari rantai gula sukrosa. Kandungan pati

dalam biji jagung berkontribusi besar dalam kesediaan total energi pada biji

jagung. Jagung memiliki kandungan makronutrisi lainnya seperti lemak dan

protein, yang tentunya diperlukan oleh tubuh (Suryandari, 2021).

II.5.4.4 Kegunaan tanaman jagung

Salah satu kelebihan jagung adalah dapat dimanfaatkan sebagai

makanan pokok untuk menggantikan beras. Jagung mempunyai kelebihan

yang lebih besar dibanding nasi sebagai makanan pokok. Hal tersebut
dikarenakan kandungan nutrisi pada jagung lebih lengkap daripada beras.

Jagung banyak dimanfaatkan sebagai bahan dasar berbagai olahan,

seperti pati jagung, gula jagung, dan minyak jagung (Suryandari, 2021).

Jagung juga merupakan salah satu bahan pangan yang terbukti

dapat menurunkan gula darah dalam tubuh dan tidak mengandung

kolestrol. Oleh karena itu, permintaan pasar terhadap produk olahan jagung

selalu mengalami peningkatan dan dapat dijadikan peluang bisnis yang

cukup menjanjikan (Suryandari, 2021).

II.5.5 Padi (Oryza sativa L.)

II.5.5.1 Klasifikasi tanaman padi

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Poales Gambar 5. Tanaman


Padi (Oryza sativa
L.) (Edy, 2022)
Famili : Graminae (Poaceae)

Genus : Oryza L.

Species : Oryza sativa L. (Edy, 2022)

II.5.5.2 Deskripsi tanaman padi

Tanaman padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman penghasil beras

yang merupakan sumber karbohidrat bagi sebagian penduduk dunia.

Penduduk Indonesia, hampir 95% mengonsumsi beras sebagai bahan

pangan pokok. Batang tanaman padi tersusun atas beberapa ruas.


Pemanjangan beberapa ruas batang terjadi ketika tanaman padi memasuki

fase reproduktif. Padi memiliki daun berbentuk lanset dengan urat tulang

daun sejajar tertutupi oleh rambut yang halus dan pendek. Pada bagian

teratas dari batang, terdapat daun bendera yang ukurannya lebih lebar

dibandingkan dengan daun bagian bawah (Edy, 2022)

II.5.5.3 Kandungan kimia tanaman padi

Beras putih yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat memiliki

kandungan gizi per 100 gram beras putih adalah 360 kkal energi, 6.6 gram

protein, 0.58 gram lemak, dan 79.34 gram karbohidrat (Edy, 2022)

II.5.5.4 Kegunaan tanaman padi

Manfaat padi sebagai pemasok energi tubuh, sehingga seseorang bisa

melakukan aktivitas sehari-hari dengan maksimal, memperlancar saluran

pencernaan, sehingga mengurangi risiko terkena infeksi pencernaan, dapat

mencegah seseorang terkena penyakit jantung. Padi akan diolah menjadi beras

kemudian menjadi nasi sebagai makanan pemasok energi tubuh karena

harganya yang relatif murah terutama harga untuk beras putih (Edy, 2022)
BAB III

METODE PRAKTIKUM

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

Alat yang digunakan antara lain baskom, blender, botol drop, deck

glass, jarum preparat, labu erlenmeyer, mikroskop, object glass, oven, pipet

tetes, pisau, plat tetes, dan timbangan.

III.1.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain

aquadest, bahan pembanding seperti tepung beras, tepung terigu, serta

maizena, larutan Iodin, kain saring atau ayakan, sumber amilum (Ipomea

batatas, Manihot utilissima, Oryza sativa, Solanum tuberosum, dan Zea

mays).

III.2 Prosedur Kerja

II.2.1 Pembuatan amilum

Langkah awal yang dilakukan adalah menyiapkan alat-alat dan

bahan-bahan yang akan digunakan. Kemudian kupas kulit singkong

dengan menggunakan pisau, serta cuci sampel hingga bersih. Setelah

bersih, timbang sampel untunk menghitung berat awal dari sampel.

Masukkan singkong yang sudah di potong kecil-kecil ke dalam wadah

blender secara bertahap, tambahkan sedikit air, dan blender sampai halus.

Hasil dari blender tersebut disaring dengan menggunakan wadah

baskom yang diatasnya terdapat kain saring, peras sampel secara


perlahan-lahan. Kemudian hasil saringan dikumpulkan pada gelas piala

atau gelas erlenmeyer, diendapkan dan dibuang air rendamannya. Lakukan

proses enap tuang diulang beberapa kali. Setelah diperoleh hasil endapan

terkahir, keringkan dengan menggunakan oven selama beberapa menit

pada suhu 40-55°C. Terakhir, amilum yang diperoleh ditimbang kembali

untuk dihitung rendemennya.

II.2.2 Pengamatan amilum

Langkah awal yang dilakukan dengan mengidentifikasi amilum

singkong secara organoleptis dan diisi lembar kegiatan yang telah

disediakan. Sampel ditumbuk di dalam mortir dengan menggunakan

alu, sampai sedikit halus. Setelah halus, sampel dimasukan ke erlenmeyer

dan ditambahkan air secukupnya. Sampel yang dalam bentuk larutan

diambil menggunakan pipet tetes, dan diteteskan ke object glass

kemudian ditutup dengan deck glass. Dan terakhir amati sampel dibawah

mikroskop.

II.2.3 Identifikasi keberadaan amilum

Menyiapkan plat tetes dengan label yang sudah diberikan

keterangan seperti nama setiap sampel serta nama bahan

pembandungnya. Sampel yang sudah dilarutkan serta bahan pembanding

yang sudah dilarutkan, diambil menggunakan piper tetes dan teteskan ke

plat tetes sesuai dengan labelnya masing-masing. Teteskan larutan I-KI di

setiap plat tetes. Terakhir mengamati perubahan warna yang terjadi dan

mencatatnya.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil dan Pengamatan

IV.1.1 Pembuatan amilum

Tabel 2. Hasil perhitungan rendemen amilum


Bobot Simplisia Bobot kering
Nama Simplisia Rendemen (%)
(W1) amilum (W2)

Amilum Manihot
600 g 67 g 9%
(Manihot uttlisma)

IV.1.2 Pengamatan amilum


Tabel 3. Hasil pengamatan secara organoleptis
No. Nama Simplisia Hasil Pengamatan Organoleptis
a. Warna : Putih
Amilum Manihot b. Bau : Berbau tanah
1
(Manihot uttlisma) c. Bentuk : Lonjong
d. Rasa : Hambar
a. Warna : Putih
Amilum Oryzae b. Bau : Tidak Berbau
2
(Oryza sativa) c. Bentuk : Bulir kecil
d. Rasa : Hambar
a. Warna : Kuning
Amilum Maydis b. Bau : Tidak berbau
3
(Zea mays) c. Bentuk : Lonjong
d. Rasa : Hambar
a. Warna : Jingga atau cream
Amilum Solani b. Bau : Tidak berbau
4
(Solanum tuberosum) c. Bentuk : Lonjong
d. Rasa : Hambar
Tabel 4. Hasil pengamatan mikroskopis

Sampel Pengamatan Keterangan

Kentang Letak hilusnya tidak terlalu terlihat,


(Solanum sehingga amilumnya tidak dapat di
tuberosum) kategorikan baik amilum
berdasarkan letak hilusnya maupun
dari jumlah hilusnya.

Gambar 6. Amilum
kentang dengan
mikroskop

IV.1.3 Identifikasi amilum

Tabel 5. Hasil identifikasi keberadaan amilum

No Perlakuan Pengamatan Keterangan

Beras : Putih
1 Sebelum Tepung beras : Putih
diteteskan
dengan Ubi/Singkong : Putih
laruran I-KI Kentang : Coklat
Tepung terigu : Putih

Jagung : Kuning
Maizena : Putih Gambar 7. Penampakan
sampel di plat tetes
sebelum di tetes I-KI

Beras : Hitam
2. Setelah Tepung beras : Hitam
diteteskan
dengan Ubi/Singkong : Hitam
laruran I-KI Kentang : Coklat tua
Tepung terigu : Hitam

Jagung : Hijau tua


Maizena : Hitam
Gambar 8. Penampakan
sampel di plat tetes
setelah di tetes I-KI
IV.2 Pembahasan

Pada praktikum pembuatan, pengamatan dan identifikasi amilum ini

dilakukannya pembuatan dengan menggunakan kain saring, pengamatan

dilakukan secara organoleptis dan mikroskopis menggunakan mikroskop,

dan identifikasi amilum dengan menggunakan larutan I-KI. Pada kegiatan

pembuatan amilum dilakukan penimbangan sebelum sampel di haluskan

menggunakan blender, untuk mengetahui berapa berat mula-mulanya dan

didapatkan hasil timbangan 600 g. Sampel yang telah mengalami

pengeringan menggunakan oven juga harus ditimbang sehingga

didapatkan hasil penimbangan sebanyak 67 g. Hasil timbangan dari

keduanya tersebut didapatkan hasi rendemen sebanyak 9 %.

Pada kegiatan identifikasi amilum menggunakan larutan I-KI,

didapatkan hasil bahwa pada tanaman singkong/ubi, kentang, beras, serta

jagung benar mengandung amilum, jika dibandingkan dengan bahan

pembanding seperti tepung beras, terigu, serta maizena juga mengandung

amilum. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan warna setelah ditetesi

dengan larutan I-KI. Pustaka menyatakan bahwa, larutan I-KI dapat

digunakan untuk mengetahui keberadaan amilum dalam suatu sampel.

Ditandai dengan perubahan warna yang terjadi pada sampel, jika terbentuk

warna biru hingga ungu gelap, maka sampe teridentifikasi memiliki amilum.

Perubahan warna menjadi biru menandakan banyaknya amilosa yang

dikandung dan perubahan warna menjadi ungu atau violet menandakan

banyaknya amilopektin yang dikandung (Kurnia, 2020). Sehingga hasil


identifikasi yang dilakukan tersebut sesuai dengan hasil pustaka yang di

dapatkan.

Pada kegiatan pengamatan amilum secara mikroskopis pada

sampel kentang (Solanum tebrosum), tidak terlihat adanya hilus dari amilum

tersebut. Sehingga tidak dapat diidentifikasi kategori dari amilum kentang

yang telah diamati. Namun pustaka menyatakan bahwa berdasarkan letak

hilusnya, kentang termasuk amilum eksentrik yang hilsunya terletak di tepi.

Jika berdasarkan jumlah hilusnya, kentang termasuk amilum setengah

majemuk (Diadelph) karena mempunyai lebih dari sebuah hilus, masing-

masing dikeliling oleh lamela dan dikelilingi oleh lamela bersama (Hanik,

2022).
BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum pembuatan, pengamatan, dan identifikasi

amilum dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa tanaman penghasil

amilum yang kadar amilumnya berbeda-beda. Hal ini dilihat dari ada

tidaknya amilum dengan meneteskan larutan I-KI kedalam sampel dan

warna yang ditimbulkan menunjukkan adanya amilum. Selain itu pada

praktikum ini, tidak didapatkannya hasil dari pengamatan amilum solanum

secara mikroskopis, sehingga dengan tinjauan pustaka didapatkannya tipe

amilum dari kentang.

V.2 Saran

Saran untuk praktikan untuk lebih teliti dan belajar lagi dalam

manggunakan mikroskop, agar didapatkannya hasil pengamatan yang jelas

dan sesuai. Untuk asisten laboratotrium, diharapkan untuk selalu

meningkatkan kinerjanya dalam membimbing praktikan selama praktikum

berlangsung. Dan untuk laboratorium, diharapkan untuk menambah lebih

banyak lagi fasilitas seperti mikroskop agar nantinya praktikum berjalan dan

semua praktikan dapat mencoba untuk mengamati sampelnya

menggunakan mikroskop.
DAFTAR PUSTAKA

Afandi F.A, Wijaya C.H, Suyatma N.E. 2019. Hubungan Antara Kandungan
Karbohidrat dan Indeks Glikemik Pada Pangan Tinggi Karbohidrat.
Pangan. 28(2)
Airiandi. 2017. Pengenalan Enzim Amilase (Alpha-Amylase) dan Reaksi
Enzimatisnya Menghidrolisis Amilosa Pati Menjadi Glukosa. Jurnal
Dinamika. 7(1) : 74-82
Edy. 2022. Pengantar Teknologi Budidaya Tanaman Serealia Jagung Dan
Padi. Yogyakarta: Nas Media Indonesia
Fitri A.S, Fitriana Y.A.N. 2020. Analisis Senyawa Kimia pada Karbohidrat.
Sainteks. 17(1):45
Hanik, R.N. 2022. Anatomi Tumbuhan. Klaten: Lakeisha
Kurnia, M., Fickri, D.Z. 2020. Petunjuk Praktikum Biokimia. Jakarta : jakad
Media Publishing.
Mas’ad, N. 2020. Usaha Pengereman Impor Tepung Menggunakan Bahan
Substitusi Alami. Pasuruan: Lembaga Academic dan Research
Institute.
Miksusanti,Indah, S., Dina, W. Pati Umbi-Umbian Dan Resisten Starch
Sebagai Prebiotik Untuk Kesehatan. Jakarta: Penerbit Nem
Mulyani S. 2020. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
Pitojo S. 2004. Benih Kentang. Yogyakarta: Kanisius.
Richana, N. 2018. Menggali Potensi Ubi Kayu Dan Ubi Jalar Botani,
Budidaya, Teknologi Proses Dan Teknologi Pascapanen. Bandung:
Nuansa Cendekia
Sukardiman. 2020. Buku Ajar Farmakogosi. Edisi 2. Bandung; Airlangga
University Press.
Suryandari, K.C. 2021. Seri Produk Olahan Jagung. Jakarta: Bumi Aksara.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan persen rendemen

Bobot simplisia (W1) = 600 g

Bobot kering amilum (W2) = Wadah 1 = 19,78 g


Wadah 2 = 47,70 g
Jumlah = 67,48 g = 67 g
𝑊1
Rendemen (%) = 𝑊2 𝑥100%

600 𝑔
= 𝑥 100%
67 𝑔

= 8,995 % = 9%

Lampiran 2. Skema kerja praktikum

Pengamatan amilum

Identifikasi amilum secara organoleptis


dengan mengamati bau, rasa, warma,
serta bentuknya

Sampel ditumbuk di dalam mortir sampai


sedikit halus dan tambahkan sedikit air

Ambil sampel dengan pipet tetes dan


teteskan ke object glass dan tutup
menggunakan deck glass

Amati sampel yang dibawah mikroskop


Identifikasi amilum

Siapkan plat tetes dengan label yang sudah


diberikan keterangan

Teteskan sampel dan bahan pembanding yang


sudah dilarutkan di atas plat tetes sesuai
dengan labelnya

Teteskan larutan I-KI di setiap sampel

Amati perubahan warna yang terjadi


Lampiran 3. Dokumentasi praktikum

Gambar 9. Mengelupas kulit singkong Gambar 10. Mencuci singkong

Gambar 11. Menimbang singkong Gambar 12. Menghaluskan singkong


menggunakan blender

Gambar 13. Menyaring sampel dengan Gambar 14. Proses meneteskan sampel
kain saring di plat tetes

Anda mungkin juga menyukai