TUGAS
SEJARAH INDONESIA
PETA KEKUATAN POLITIK NASIONAL
KEKUATAN – KEKUATAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN DAN YANG ADA PADA
MASA SEKARANG
KEKUATAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI
Pada tahun 1960-1965, kekuatan politik terpusat di tangan Presiden Soekarno. Presiden
soekarno memegang seluruh kekuasaan negara dengan TNI AD dan PKI di sampingnya.
Semenjak tahun 1958, TNI AD mulai memainkan peranan penting dalam bidang politik. Salah
satunya adalah usulan dihidupkannya kembali UUD 1945.
Kekuatan Politik Baru
Kekuatan politik baru lainnya adalah PKI. PKI kembali muncul menjadi kekuatan baru pada
pemilihan umum 1955. Kemudian dengan menyokong gagasan Nasakom dari Presiden
Soekarno, PKI dapat memperkuat kedudukannya. Sejak saat itu PKI berusaha menyaingi TNI
dengan memanfaatkan dukungan yang diberikan oleh Soekarno untuk menekan pengaruh
TNI AD.
Strategi PKI
Pada masa demokrasi terpimpin ini peranan partai politik mulai dikurangi, sedangkan di
pihak lain, peranan presiden sangat kuat. Partai politik pada saat ini dikenal dengan
NASAKOM (Nasional, Agama dan Komunis) yang diwakili oleh NU, PNI dan PKI. Pada masa
Demokrasi Terpimpin ini nampak sekali bahwa PKI memainkan peranan bertambah kuat,
terutama melalui G 30 S/PKI akhir September 1965).Untuk mendapatkan citra positif di
depan Soekarno, PKI menerapkan strategi “menempel” pada Presiden Soekarno. Secara
sistematis, PKI berusaha memperoleh citra sebagai Pancasilais dan pendukung kebijakan-
kebijakan Presiden Soekarno yang menguntungkannya. PKI mampu memanfaatkan ajaran
Nasakom yang diciptakan Soekarno sebaik-baiknya, sehingga PKI mendapat tempat yang sah
dalam konstelasi politik Indonesia.
Pembubaran Partai Politik
Kedudukan PKI semakin kuat. Bahkan ketika Presiden Soekarno akan membubarkan partai
melalui penetapan presiden, konsep awal disebutkan bahwa partai yang akan dibubarkan
adalah partai yang memberontak. Namun dalam keputusan final, Presiden Soekarno
meminta menambahkan kata “sedang” di depan kata memberontak.Sehingga rumusannya
berbunyi“sedang memberontak karena para pemimpinnya turut dalam
pemberontakan...”.Sesuai dengan rumusan itu maka calon partai yang kuat untuk
dibubarkan hanya Masyumi dan PSI.
Upaya PKI dalam mempertahankan kedudukannya
PKI menyebar isu bahwa PKI sebagai partai paling Manipolis dan pendukung Presiden
Soekarno yang paling setia. PKI melakukan serangan politik terhadap Partai Murba dengan
tuduhan telah memecah belah persatuan Nasakom, dan akan mengadakan kudeta serta
akan membunuh ajaran dan pribadi Presiden Soekarno. Hasilnya ditangkaplah tokoh-tokoh
Murba, yaitu Soekarni dan Partai Murba dibekukan oleh Presiden Soekarno.
PKI melakukan berbagai aksi corat-coret, pidato-pidato dan petisi-petisi yang menyerukan
pembentukan Kabinet Nasakom dengan tujuan agar PKI memperoleh kedudukan dalam
kabinet. Terhadap TNI AD pun, PKI melakukan berbagai upaya dalam rangkPa mematahkan
pembinaan teritorial yang sudah dilakukan TNI AD. Seperti Peristiwa Bandar Betsy dan
Peristiwa Jengkol.
Peta kekuatan politik nasional pada masa demokrasi terpimpin diwarnai dengan berbagai
konflik-konflik tajam antara kekuatan politik seperti TNI AD dan Partai Komunis Indonesia
(PKI). Penyebab mengapa kedua elemen politik tersebut memiliki peranan kuat terhadap
perpolitikan saat itu antara lain:
a. TNI AD merupakan kekuatan politik yang sangat kuat pada waktu itu.
b. PKI berhasil bangkit dari puing-puing kehancuran setelah pemberontakan Madiun
1948
c. Kedua kekuatan tersebut berebut pengaruh di hadapan Soekarno dan rakyat
Indonesia.
Akibat persaingan tersebut muncullah pertentangan-pertentangan yang sangat tajam
yang akhirnya berujung pada peristiwa misterius pemberontakan G30 S/ PKI 30
September 1965.
Jika kita kembali ke masa orde baru, akan muncul kekuatan politik yang begitu kuat yaitu
Golkar yang diperkuat oleh ABRI pada masa itu. Golkar tampil dominan menguasai setiap lini
kehidupan politik di tanah air ini. Sementara partai semacam PDI dan PPP harus berjuang
keras untuk mendapatkan suara dari masyarakat.
Sejak reformasi, hal semacam itu sudah tidak terjadi. Demokrasi sudah berjalan lebih baik
dibandingkan pada masa Orde lama dan orde baru.
Pada masa sekarang kekuasaan tertinggi di Indonesia adalah rakyat yang diwakili oleh
lembaga tinggi negara yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Rakyat
tetapi pelaksanaannya diatur dalam undang - undang dasar. Seperti yang tertulis pada
Batang tubuh Undang – undang Dasar 1945 pada pasal 2 ayat 1 bahwa MPR terdiri dari
anggota Dewan perwakilan Rakyat dan Dewan perwakilan Daerah.
PERBANDINGAN
- Pasa masa demokrasi terpimpin, situasi dan intrik politik begitu keras bahkan bisa
menyebabkan penghilangan nyawa.
- Pasa masa sekarang, intrik politik berlangsung secara lebih lembut dan lebih
beradab.
UPAYA PEMBEBASAN IRIAN BARAT SECARA DIPLOMASI, EKONOMI, POLITIK DAN
OPERASI MILITER
LATAR BELAKANG
Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, tercatat salah satu peristiwa
penting yakni pembebasan Irian Barat dari tangan pemerintahan Belanda yang masih ingin
menguasai salah satu wilayah Indonesia meski saat itu Indonesia telah menyatakan
kemerdekaannya. Meski sidang Konferensi Meja Bundar (KMB) telah dilaksanakan dan
menghasilkan salah satu keputusan yakni Belanda mengakui kedaulatan Indonesia
sepenuhnya, kecuali wilayah Irian Barat yang rencananya akan dikembalikan setahun
kemudian, namun setelah pengakuan kedaulatan. Belanda tidak juga menyerahkan wilayah
Irian Barat kepada pemerintah Indonesia. Keadaan ini akhirnya melatar belakangi timbulnya
perjuangan melalui jalur diplomasi dan konfrontasi dari pemerintah Indonesia kepada
pemerintah Belanda untuk Irian Barat.
Namun selama bertahun-tahun pemerintahan Belanda tidak menunjukan itikad baik dan
tidak mau berunding. Pada tahun 1952, arogansi Belanda semakin memuncak dengan terus
memperkuat angkatan perangnya di Irian Barat dan memasukkan Irian Barat ke dalam
wilayahnya. Pada tanggal 17 Agustus 1960 Republik Indonesia secara resmi memutuskan
hubungan diplomatik dengan Pemerintah Kerajaan Belanda. Melihat hubungan yang tegang
antara Indonesia dengan Belanda ini, maka dalam Sidang Umum PBB tahun 1961 kembali
masalah ini diperdebatkan. Pada waktu terjadi ketegangan Indonesia dengan Belanda,
Sekretaris Jenderal PBB U Thant menganjurkan kepada salah seorang diplomat Amerika
Serikat Ellsworth Bunker untuk mengajukan usul penyelesaian masalah Irian Barat. Pada
bulan Maret 1962 Ellsworth Bunker mengusulkan agar pihak Belanda menyerahkan
kedaulatan Irian Barat kepada Indonesia yang dilakukan melalui PBB dalam waktu dua tahun.
Akhirnya Indonesia menyetujui usul Bunker tersebut dengan catatan agar waktu dua tahun
itu diperpendek. Sebaliknya Pemerintah Kerajaan Belanda tidak mau melepaskan Irian
bahkan membentuk negara "Boneka" Papua. Dengan sikap Belanda tersebut maka tindakan
bangsa Indonesia dari politik konfrontasi ekonomi ditingkatkan menjadi konfrontasi disegala
bidang. Sekalipun pada tanggal 17 Agustus 1950 terjadi perubahan ketatanegaraan di
Indonesia dari RIS menjadi NKRI, tetapi masalah Irian Barat belum terselesaikan. Berikut ini
beberapa langkah diplomasi dalam penyelesaian Irian Barat :
1. Tanggal 4 Desember 1950 diadakan konferensi Uni Indonesia Belanda. Dalam
konferensi itu Indonesia mengusulkan agar Belanda menyerahkan Irian Barat secara
de jure. Namun ditolak oleh Belanda.
2. Pada bulan Desember 1951 diadakan perundingan bilateral antara Indonesia dan
Belanda. Perundingan ini membahas pembatalan uni dan masuknya Irian Barat ke
wilayah NKRI, namun gagal.
3. Pada bulan September 1952, Indonesia mengirim nota politik tentang perundingan
Indonesia Belanda mengenai Irian Barat, namun gagal.
4. Perjuangan Diplomasi Tingkat Internasional
a. Dalam Konferensi Colombo bulan April 1954, Indonesia memajukan masalah
Irian Barat. Indonesia berhasil mendapat dukungan.
b. Pada tahun 1954 Indonesia mengajukan masalah Irian Barat dalam sidang
PBB. Namun mengalami kegagalan karena tidak memperoleh dukungan yang
kuat.
c. Dalam KAA tahun 1955 Indonesia mendapat dukungan dalam masalah Irian
Barat.
Hingga tahun 1956, perundingan antara Indonesia dan Belanda mengenai masalah Irian
Barat mengalami kegagalan. Karena mengalami kegagalan dan tidak ada itikad baik dari
Belanda untuk menyelesaikannya, maka pemerintah Indonesia mengambil jalan konfrontasi.
Pemerintah Indonesia secara bertahap mulai mengambil langkah yang konkrit dalam
pembebasan Irian Barat. Langkah-langkah tersebut dilakukan melalui konfrontasi ekonomi,
politik, dan militer.
Pada tanggal 5 April 1961 Belanda membentuk Dewan Papua Bagi Rakyat Irian Barat.
Tindakan ini diikuti dengan pernyataan Belanda dalam siding Majelis Umum PBB bulan
September 1961 yang mengumumkan berdirinya Negara Papua Barat, Belanda memperkuat
kedudukan militernya dengan mendatangkan Karel Doorman. Belanda juga membentuk
lembaga-lembaga untuk mempengaruhi masyarakat Irian Barat, seperti membentuk polisi
papua, bahkan melatih pamong-praja setempat yang termakan provokasi anti-Indonesia.