Anda di halaman 1dari 8

NAMA : KHAERUNNISA

NIS / NO URUT : 9729 /14


KELAS : XII MIPA 4

TUGAS
SEJARAH INDONESIA
PETA KEKUATAN POLITIK NASIONAL

KEKUATAN – KEKUATAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN DAN YANG ADA PADA
MASA SEKARANG
 KEKUATAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI
Pada tahun 1960-1965, kekuatan politik terpusat di tangan Presiden Soekarno. Presiden
soekarno memegang seluruh kekuasaan negara dengan TNI AD dan PKI di sampingnya.
Semenjak tahun 1958, TNI AD mulai memainkan peranan penting dalam bidang politik. Salah
satunya adalah usulan dihidupkannya kembali UUD 1945.
Kekuatan Politik Baru
Kekuatan politik baru lainnya adalah PKI. PKI kembali muncul menjadi kekuatan baru pada
pemilihan umum 1955. Kemudian dengan menyokong gagasan Nasakom dari Presiden
Soekarno, PKI dapat memperkuat kedudukannya. Sejak saat itu PKI berusaha menyaingi TNI
dengan memanfaatkan dukungan yang diberikan oleh Soekarno untuk menekan pengaruh
TNI AD.

Strategi PKI
Pada masa demokrasi terpimpin ini peranan partai politik mulai dikurangi, sedangkan di
pihak lain, peranan presiden sangat kuat. Partai politik pada saat ini dikenal dengan
NASAKOM (Nasional, Agama dan Komunis) yang diwakili oleh NU, PNI dan PKI. Pada masa
Demokrasi Terpimpin ini nampak sekali bahwa PKI memainkan peranan bertambah kuat,
terutama melalui G 30 S/PKI akhir September 1965).Untuk mendapatkan citra positif di
depan Soekarno, PKI menerapkan strategi “menempel” pada Presiden Soekarno. Secara
sistematis, PKI berusaha memperoleh citra sebagai Pancasilais dan pendukung kebijakan-
kebijakan Presiden Soekarno yang menguntungkannya. PKI mampu memanfaatkan ajaran
Nasakom yang diciptakan Soekarno sebaik-baiknya, sehingga PKI mendapat tempat yang sah
dalam konstelasi politik Indonesia.
Pembubaran Partai Politik
Kedudukan PKI semakin kuat. Bahkan ketika Presiden Soekarno akan membubarkan partai
melalui penetapan presiden, konsep awal disebutkan bahwa partai yang akan dibubarkan
adalah partai yang memberontak. Namun dalam keputusan final, Presiden Soekarno
meminta menambahkan kata “sedang” di depan kata memberontak.Sehingga rumusannya
berbunyi“sedang memberontak karena para pemimpinnya turut dalam
pemberontakan...”.Sesuai dengan rumusan itu maka calon partai yang kuat untuk
dibubarkan hanya Masyumi dan PSI.
Upaya PKI dalam mempertahankan kedudukannya
PKI menyebar isu bahwa PKI sebagai partai paling Manipolis dan pendukung Presiden
Soekarno yang paling setia. PKI melakukan serangan politik terhadap Partai Murba dengan
tuduhan telah memecah belah persatuan Nasakom, dan akan mengadakan kudeta serta
akan membunuh ajaran dan pribadi Presiden Soekarno. Hasilnya ditangkaplah tokoh-tokoh
Murba, yaitu Soekarni dan Partai Murba dibekukan oleh Presiden Soekarno.
PKI melakukan berbagai aksi corat-coret, pidato-pidato dan petisi-petisi yang menyerukan
pembentukan Kabinet Nasakom dengan tujuan agar PKI memperoleh kedudukan dalam
kabinet. Terhadap TNI AD pun, PKI melakukan berbagai upaya dalam rangkPa mematahkan
pembinaan teritorial yang sudah dilakukan TNI AD. Seperti Peristiwa Bandar Betsy dan
Peristiwa Jengkol.
Peta kekuatan politik nasional pada masa demokrasi terpimpin diwarnai dengan berbagai
konflik-konflik tajam antara kekuatan politik seperti TNI AD dan Partai Komunis Indonesia
(PKI). Penyebab mengapa kedua elemen politik tersebut memiliki peranan kuat terhadap
perpolitikan saat itu antara lain:
a. TNI AD merupakan kekuatan politik yang sangat kuat pada waktu itu.
b. PKI berhasil bangkit dari puing-puing kehancuran setelah pemberontakan Madiun
1948
c. Kedua kekuatan tersebut berebut pengaruh di hadapan Soekarno dan rakyat
Indonesia.
Akibat persaingan tersebut muncullah pertentangan-pertentangan yang sangat tajam
yang akhirnya berujung pada peristiwa misterius pemberontakan G30 S/ PKI 30
September 1965.

 KEKUATAN POLITIK PADA MASA SEKARANG


Peta kekuatan politik pada masa sekarang sudah jauh berubah dibandingkan pada masa
demokrasi terpimpin. Partai-partai seperti PKI, PNI dan lain-lain sudah bubar dan tidak
terlibat lagi dalam politik masa sekarang. Pasa masa sekarang tidak ada lagi parpol dominan,
semuanya terlihat sama di hadapan rakyat Indonesia.

Jika kita kembali ke masa orde baru, akan muncul kekuatan politik yang begitu kuat yaitu
Golkar yang diperkuat oleh ABRI pada masa itu. Golkar tampil dominan menguasai setiap lini
kehidupan politik di tanah air ini. Sementara partai semacam PDI dan PPP harus berjuang
keras untuk mendapatkan suara dari masyarakat.
Sejak reformasi, hal semacam itu sudah tidak terjadi. Demokrasi sudah berjalan lebih baik
dibandingkan pada masa Orde lama dan orde baru.
Pada masa sekarang kekuasaan tertinggi di Indonesia adalah rakyat yang diwakili oleh
lembaga tinggi negara yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Rakyat
tetapi pelaksanaannya diatur dalam undang - undang dasar. Seperti yang tertulis pada
Batang tubuh Undang – undang Dasar 1945 pada pasal 2 ayat 1 bahwa MPR terdiri dari
anggota Dewan perwakilan Rakyat dan Dewan perwakilan Daerah.

 PERBANDINGAN
- Pasa masa demokrasi terpimpin, situasi dan intrik politik begitu keras bahkan bisa
menyebabkan penghilangan nyawa.
- Pasa masa sekarang, intrik politik berlangsung secara lebih lembut dan lebih
beradab.
UPAYA PEMBEBASAN IRIAN BARAT SECARA DIPLOMASI, EKONOMI, POLITIK DAN
OPERASI MILITER
 LATAR BELAKANG
Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, tercatat salah satu peristiwa
penting yakni pembebasan Irian Barat dari tangan pemerintahan Belanda yang masih ingin
menguasai salah satu wilayah Indonesia meski saat itu Indonesia telah menyatakan
kemerdekaannya. Meski sidang Konferensi Meja Bundar (KMB) telah dilaksanakan dan
menghasilkan salah satu keputusan yakni Belanda mengakui kedaulatan Indonesia
sepenuhnya, kecuali wilayah Irian Barat yang rencananya akan dikembalikan setahun
kemudian, namun setelah pengakuan kedaulatan. Belanda tidak juga menyerahkan wilayah
Irian Barat kepada pemerintah Indonesia. Keadaan ini akhirnya melatar belakangi timbulnya
perjuangan melalui jalur diplomasi dan konfrontasi dari pemerintah Indonesia kepada
pemerintah Belanda untuk Irian Barat.

 UPAYA PEMBEBASAN IRIAN BARAT SECARA DIPLOMASI


Irian barat merupakan wilayah Indonesia yang ingin dikuasai oleh Belanda untuk
pembentukan negara boneka Papua. Berbagai upaya yang dilakukan oleh bangsa Indonesia
untuk mempertahankan keutuhan wilayah NKRI, ternyata belum membawa hasil, sehingga
Belanda tetap menduduki Irian Barat. Meskipun berdasarkan hasil Kesepakatan Konferensi
Meja Bundar (KMB) 1949 Pemerintah Belanda memiliki kewajiban mengembalikan Irian
Barat kepada pemerintahan Indonesia.

Namun selama bertahun-tahun pemerintahan Belanda tidak menunjukan itikad baik dan
tidak mau berunding. Pada tahun 1952, arogansi Belanda semakin memuncak dengan terus
memperkuat angkatan perangnya di Irian Barat dan memasukkan Irian Barat ke dalam
wilayahnya. Pada tanggal 17 Agustus 1960 Republik Indonesia secara resmi memutuskan
hubungan diplomatik dengan Pemerintah Kerajaan Belanda. Melihat hubungan yang tegang
antara Indonesia dengan Belanda ini, maka dalam Sidang Umum PBB tahun 1961 kembali
masalah ini diperdebatkan. Pada waktu terjadi ketegangan Indonesia dengan Belanda,
Sekretaris Jenderal PBB U Thant menganjurkan kepada salah seorang diplomat Amerika
Serikat Ellsworth Bunker untuk mengajukan usul penyelesaian masalah Irian Barat. Pada
bulan Maret 1962 Ellsworth Bunker mengusulkan agar pihak Belanda menyerahkan
kedaulatan Irian Barat kepada Indonesia yang dilakukan melalui PBB dalam waktu dua tahun.
Akhirnya Indonesia menyetujui usul Bunker tersebut dengan catatan agar waktu dua tahun
itu diperpendek. Sebaliknya Pemerintah Kerajaan Belanda tidak mau melepaskan Irian
bahkan membentuk negara "Boneka" Papua. Dengan sikap Belanda tersebut maka tindakan
bangsa Indonesia dari politik konfrontasi ekonomi ditingkatkan menjadi konfrontasi disegala
bidang. Sekalipun pada tanggal 17 Agustus 1950 terjadi perubahan ketatanegaraan di
Indonesia dari RIS menjadi NKRI, tetapi masalah Irian Barat belum terselesaikan. Berikut ini
beberapa langkah diplomasi dalam penyelesaian Irian Barat :
1. Tanggal 4 Desember 1950 diadakan konferensi Uni Indonesia Belanda. Dalam
konferensi itu Indonesia mengusulkan agar Belanda menyerahkan Irian Barat secara
de jure. Namun ditolak oleh Belanda.
2. Pada bulan Desember 1951 diadakan perundingan bilateral antara Indonesia dan
Belanda. Perundingan ini membahas pembatalan uni dan masuknya Irian Barat ke
wilayah NKRI, namun gagal.
3. Pada bulan September 1952, Indonesia mengirim nota politik tentang perundingan
Indonesia Belanda mengenai Irian Barat, namun gagal.
4. Perjuangan Diplomasi Tingkat Internasional
a. Dalam Konferensi Colombo bulan April 1954, Indonesia memajukan masalah
Irian Barat. Indonesia berhasil mendapat dukungan.
b. Pada tahun 1954 Indonesia mengajukan masalah Irian Barat dalam sidang
PBB. Namun mengalami kegagalan karena tidak memperoleh dukungan yang
kuat.
c. Dalam KAA tahun 1955 Indonesia mendapat dukungan dalam masalah Irian
Barat.

Hingga tahun 1956, perundingan antara Indonesia dan Belanda mengenai masalah Irian
Barat mengalami kegagalan. Karena mengalami kegagalan dan tidak ada itikad baik dari
Belanda untuk menyelesaikannya, maka pemerintah Indonesia mengambil jalan konfrontasi.
Pemerintah Indonesia secara bertahap mulai mengambil langkah yang konkrit dalam
pembebasan Irian Barat. Langkah-langkah tersebut dilakukan melalui konfrontasi ekonomi,
politik, dan militer.

 UPAYA PEMBEBASAN IRIAN BARAT SECARA EKONOMI


Sejak tahun 1957 Indonesia melancarkan aksi konfrontasi dalam upaya pembebasan Irian
Barat. Jalan konfrontasi yang pertama ditempuh adalah konfrontasi bidang ekonomi. Bentuk
konfrontasi ekonomi dilakukan dengan tindakan-tindakan berikut :
1. Nasionalisasi de javasche Bank menjadi Bank Indonesia tahun 1951.
2. Pemerintah Indonesia melarang maskapai penerbangan Belanda (KLM) melakukan
penerbangan dan pendaratan di wilayah Indonesia.
3. Pemerintah Indonesia melarang beredarnya terbitan berbahasa Belanda.
4. Pemogokan buruh secara total pada perusahan-perusahaan Belanda di Indonesia
yang memuncak pada tanggal 2 Desember 1957.
5. Semua perwakilan konsuler Belanda di Indonesia dihentikan mulai 5 Desember 1957
Pada saat itu juga dilakukan aksi pengambilalihan atau nasionalisasi secara sepihak
terhadap perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia.
Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain Netherlandsche Handel Maatscappij (NHM)
menjadi Bank Dagang Negara, Bank Escompto, dan percetakan de Unie. Tindakan Indonesia
yang mengambil alih seluruh modal dan perusahaan Belanda menimbulkan kemarahan
Belanda, bahkan negara-negara Barat sangat terkejut atas tindakan Indonesia tersebut.
Akibatnya hubungan Indonesia-Belanda semakin tegang, bahkan PBB tidak lagi
mencantumkan masalah Irian Barat dalam agenda sidangnya sejak tahun 1958 .

 UPAYA PEMBEBASAN IRIAN BARAT SECARA POLITIK


Di samping melalui konfrontasi ekonomi, pemerintah RI juga melakukan konfrontasi
politik. Pada tahun 1956 secara sepihak Indonesia membatalkan hasil KMB yang dikukuhkan
dalam UU No 13 tahun 1956. Kemudian untuk mengesahkan kekuasaannya atas Irian Barat,
maka pada tanggal 17 Agustus 1956 pemerintah Indonesia membentuk Provinsi Irian Barat
dengan ibukotanya Soa Siu. Wilayahnya meliputi wilayah yang diduduki Belanda serta
daerah Tidore, Oba, Weda, Patani, dan Wasile. Gubernurnya yang pertama adalah Zainal
Abidin Syah. Selanjutnya dibentuk Partai Persatuan Cenderawasih dengan tujuan untuk
dapat segera menggabungkan wilayah Irian Barat ke dalam RI. Pada tanggal 4 Januari 1958
pemerintah membentuk Front Nasional Pembebasan Irian Barat (FNPIB). Tujuannya untuk
mengerahkan massa dalam upaya pembebasan Irian Barat. Ketegangan Indonesia-Belanda
makin memuncak ketika Indonesia memutuskan hubungan diplomatik dengan Belanda pada
tanggal 17 Agustus 1960. Situasi ini diperjelas dengan pidato Presiden Soekarno dimuka
siding Majelis Umum PBB pada tanggal 30 september 1960.

Pada tanggal 5 April 1961 Belanda membentuk Dewan Papua Bagi Rakyat Irian Barat.
Tindakan ini diikuti dengan pernyataan Belanda dalam siding Majelis Umum PBB bulan
September 1961 yang mengumumkan berdirinya Negara Papua Barat, Belanda memperkuat
kedudukan militernya dengan mendatangkan Karel Doorman. Belanda juga membentuk
lembaga-lembaga untuk mempengaruhi masyarakat Irian Barat, seperti membentuk polisi
papua, bahkan melatih pamong-praja setempat yang termakan provokasi anti-Indonesia.

 UPAYA PEMBEBASAN IRIAN BARAT SECARA MILITER


Perjuangan dengan jalan diplomasi, politik, maupun ekonomi ternyata belum berhasil
mengusir penjajah dari kawasan timur Indonesia ini, sehingga bangsa Indonesia mencoba
alternatif lainnya dengan konfrontasi bersenjata.
Dalam rangka persiapan militer untuk merebut irian melalui jalur konfrontasi, Pemerintah
Indonesia mencari bantuan senjata ke luar negeri. Pada awalnya senjata diharapkan
diperoleh dari negara-negara Blok Barat, khususnya Amerika, tetapi tidak berhasil. Kemudian
usaha pembelian senjata dialihkan ke Uni Soviet,
Pada Desember 1960, Jenderal Nasution bertolak ke Moskow untuk mengadakan
perjanjian pembelian senjata. Kemudian pada tahun 1961, Jenderal Nasution mengunjungi
beberapa negara : India, Pakistan, Australia, Jerman, Prancis, Inggris dll untuk mendengar
sikap negara-negara itu, jika terjadi perang antara Indonesia dengan Belanda. Kesimpulan
yang diperoleh Kasad bahwa negara-negara tersebut tidak mempunyai keterikatan dengan
Belanda dalam bidang bantuan militer, meskipun negara-negara tersebut menekankan
supaya perang dihindari dan bahkan ada yang mendukung posisi Belanda.
Di pihak lain, Belanda mulai menyadari apabila Irian Barat tidak segera diserahkan
kepada Indonesia, maka lawannya akan berusaha membebaskan Irian dengan kekuatan
militer. Belanda tidak tinggal diam melihat persiapan-persiapan yang dilakukan oleh
Indonesia. Awalnya mereka mengajukan protes kepada PBB dengan menuduh Indonesia
melakukan agresi. Selanjutnya Belanda memperkuat kedudukannya di Irian dengan
mendatangkan bantuan dan mengirimkan kapal perangnya ke perairan Irian di antaranya
kapal induk Karel Doorman.
Pada tanggal 19 Desember 1961, pemerintah mengeluarkan Tri Komando Rakyat (Trikora)
yang berisi:
1. Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan Belanda
2. Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat, tanah air Indonesia
3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan
kesatuan tanah air dan bangsa.

Dengan diucapkannya Trikora maka dimulailah konfrontasi melawan Belanda. Pada


tanggal 2 Januari 1962, Presiden Soekarno mengeluarkan keputusan No. 1 tahun 1962 untuk
membentuk Komando Mandala Pembebasan Irian Barat.
Awalnya Belanda meremehkan persiapan-persiapan Komando Mandala tersebut.
Mereka menganggap pasukan Indonesia tidak mungkin dapat masuk ke wilayah Irian. Akan
tetapi setelah operasi-operasi infiltrasi dari pihak Indonesia berhasil yang di antaranya
terbukti dengan jatuhnya Teminabuan ke tangan Indonesia, maka Belanda akhirnya bersedia
untuk duduk di meja perundingan. Tidak hanya Belanda, dunia luar yang dulunya
mendukung posisi Belanda di Forum PBB mulai mengerti bahwa Indonesia tidak main-main.
Pemerintah Belanda juga banyak mendapat tekanan dari Amerika Serikat untuk
berunding. Desakan ini untuk mencegah terseretnya Unni Soviet dan Amerika Serikat ke
dalam suatu konfrontasi langsung di Pasifik, di mana masing-masing pihak memberi bantuan
kepada Indonesia dan Belanda. Sehingga, pada tanggal 15 Agustus 1962, ditandatangani
suatu perjanjian antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Belanda di New york.
Perjanjian New York dibuat berdasarkan prinsip-prinsip yang diusulkan oleh Delegasi
Amerika Serikat, Ellsworth Bunker, yang oleh Sekretaris Jenderal PBB diminta untuk menjadi
penengah. Persoalan terpenting dari perjanjian ini adalah mengenai penyerahan
pemerintahan di Irian Barat dari pihak Kerajaan Belanda kepada PBB. Untuk kepentingan
tersebut maka dibentuklah United Nation Temporary Excecutive Authority (UNTEA) yang
pada waktunya akan menyerahkan Irian Barat ke Indonesia sebelum tanggal 1 Mei 1963.
Sementara Indonesia mendapat kewajiban untuk mengadakan Penentuan Pendapat
Rakyat di irian sebelum akhir 1969, dengan ketentuan bahwa: kedua belah pihak, Indonesia
dan Belanda, akan menerima hasil referendum itu.  Dedangkan pemulihan hubungan
diplomatik keduanya akan dilakukan npada tahun 1963 itu juga, dengan pembukaan
Kedutaan Besar Indonesia di Den Haag dan Kedutaan Besar Belanda di Jakarta.
Kondisi Irian Barat sendiri sangat memprihatinkan selama berada di bawah Belanda.
Tidak ada warisan belanda yang bisa dipakai sebagai modal untuk membangun daerah itu.
Rakyat Irian sama sekali belum diajari untuk menghasilkanbarang-barang yang mempunyai
nilai jual, karena semua barang didatangkan dari luar negeri. Oleh karena itu, pembangunan
Irian menjadi salah satu tantangan negara yang masih muda ini. Itukah sebabnya Presiden
Soekarno mengatakan bahwa pembangunan Irian termasuk ke dalam Trikora.

Anda mungkin juga menyukai