Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA

KHAERUNNISA
N011 22 1104
KELOMPOK III
GOLONGAN JUMAT SIANG

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang terkenal dengan

kekayaan alam yang melimpah dimilikinya. Banyak tanaman yang dapat

tumbuh di Indonesia sehingga lebih dari 20 .000 jenis tumbuhan obat dan

300 jenis di antaranya dapat dimanfaatkan untuk obat tradisional.

Tumbuhan memiliki khasiat yang berbeda-beda sehingga pentingnya

sumber obat-obatan tradisional dari bahan alam salah satunya tumbuh-

tumbuhan (Ningrum dkk., 2019).

Obat tradisional yang berasal dari bahan atau ramuan bahan yang

berupa bahan tumbuhan, hewan, mineral, atau campuran dari bahan

tersebut yang secara turun temurun untuk pengobatan dan dapat di

terapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat dan tidak

mengandung bahan kimia sinetik. Penggunaan obat tradisional secara

luas disebabkan selain alami, muda di dapat, dan tidak menghasilkan efek

samping yang ditimbulkan seperti yang sering terjadi pada pengobatan

secara kimiawi (Lau dkk., 2018).

Salah satu tanaman obat tersebut adalah sambiloto yang

mempunyai berbagai macam manfaat bagi kesehatan manusia.

Berbagai aktivitas farmakologi dari sambiloto adalah antiiflamasi,

antibakteri, antipiretik, antioksidan, antiparasitik, hepatoprotektor, dan

antidiabetes (Kumar dkk., 2012).. Sambiloto secara empiris juga


digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah

(Dalimartha, 2007)

Namun kelemahan obat tradisional adalah belum banyaknya

ditemukan informasi mengenai kandungan kimia dan senyawa yang

bertanggung jawab terhadap aktivitas biologisnya (Warditiani dkk., 2018).

Sehingga terdapat upaya dalam pencarian tumbuhan berkhasiat obat

tersebut dapat dilakukan dengan mengidentifikasi kandungan senyawa

kimia secara kualitatif dengan menggunakan pereaksi-pereaksi yang

mampu memberikan ciri khas dari setiap golongan metabolit sekunder

untuk mengetahui kandungan senyawa kimia apa yang terkandung di

dalamnya (Ridhay dkk., 2012).

Oleh karena itu perlu dilakukan praktikum identifikasi kandungan

kimia yang terkandung di dalam daun sambiloto (Andrographis paniculate)

dengan mengidentifikasi kandungan alkaloid, flavonoid, dan tanin pada

tanaman tersebut.

I.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui prinsip dasar dan

cara identifikasi komponen kimia dalam simplisia/sampel dalam hal ini

yaitu daun sambiloto (Andrographis paniculate) dengan melakukan

beberapa pengujian.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Uraian Tanaman

II.1.1 Klasifikasi tanaman

Klasifikasi tanaman sambiloto dapat diuraikan sebagai berikut

(Prapanza dan Lukito, 2003).

Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Subkelas : Gamopetalae

Ordo : Personales

Famili : Acanthaceae
Gambar 1. Tanaman
sambiloto (Andrographis
Subfamili : Acanthoidae paniculate) (Hariana,
2008)
Genus : Andrographis

Spesies : Andrographis paniculate

II.1.2 Morofologi tanamam

Diukur dari pangkal batang hingga ujung tajuk, tinggi sambiloto

bervariasi, antara 30-100 cm. Tinggi dan rendahnya tanaman sangat

tergantung dari cara penanaman, tempat penanaman, media tanam, dan

cara perawatannya. Tanaman yang rasanya sangat pahit ini memiliki

banyak cabang. Bunganya berwarna putih keunguan. Daunnya kecil-kecil,

berbentuk lanset (pedang), ujung runcing, tepi rata, tangkai pendek, dan

letaknya saling berhadapan. Panjang daun 2-8 cm dan lebar 1-3 cm.

Permukaan atas daun berwarna hijau tua dan permukaan bawahnya


berwarna hijau muda. Buah sambiloto berbentuk jorong (bulat panjang),

pangkal dan ujungnya tajam. Panjang buah sekitar 2 cm. Setiap buah

terdiri dari dua rongga. Setiap rongga berisi 3— 7 biji kecil berwarna

cokelat muda yang berbentuk gepeng (Prapanza dan Lukito, 2003).

II.1.3 Manfaat tanaman

Sambiloto dapat berfungsi sebagai penurun panas/panas dalam,

antiracun, antipiretik, antiradang, antibengkak, antibakteri, penghilang

nyeri (analgesik), dan penghilang lembap. Sambiloto berperan dalam

kondensasi sitoplasma sel tumor, pyknosis, dan menghancurkan inti sel.

Selain itu, sambiloto juga efektif mengatasi infeksi, merangsang

fagositosis, merusak sel trophacyt dan trophoblast.

II.1.4 Kandungan kimia

Sambiloto kaya kandungan kimia, seperti lakltone berupa deoxy-

andrographolide, andrographolide (zat pahit), neoandrographolide, 14-

deoxy-11, 12 didehydroandrographolide, dan homoandrographolide (daun

dan cabang). Sementara akar anggota famili Acanthaceae itu

mengandung flavonoid berupa polymethoxyflavone, andrographin,

panicolin, mono-o- metilwithin, dan apigenin-7,4-dimetil eter, alkane,

keton, aldehid, kalium, kalsium, natrium, serta asam kersik. Selain itu,

terdapat andrografolida 1% (hepatoprotektor), kalmegin (zat amorf), dan

hablur kuning (Hariana, 2008).


II.2 Pengertian IKK (Identitas Komponen Kimia)

Identifikasi komponen kimia (screening komponen kimia)

merupakan metode identifikasi yang bersifat kualitatif dengan

menggunakan reagen tertentu dan bertujuan untuk mengetahui komponen

senyawa kimia yang terkandung dalam suatu simplisia agar tidak keliru

dalam pemanfaatan dan penggunaan simplisia (Najib, 2018).

II.3 Penggolongan Senyawa Metabolit Sekunder

II.3.1 Alkaloid

Alkaloid adalah senyawa organik yang mengandung senyawa

dasar nitrogen. Alkaloid mempunyai ciri khas mengandung paling sedikit

satu atom N yang bersifat basa dan pada umumnya merupakan bagian

dari cincin heterosiklik. Terdapat lebih dari lima ribu alkaloid dan hampir

semuanya memiliki keaktifan fisiologis tertentu. Senyawa alkaloid ini dapat

ditemukan di dalam bermacam bagian tumbuhan, tetapi kadarnya kurang

dari 1%. Struktur alkaloid tidak mudah ditetapkan karena sangat rumit, di

samping molekul-molekul sangat mudah mengalami reaksi penataan

ulang (Emelda, 2021).

II.3.2 Flavonoid

Flavonoid adalah senyawa metabolit sekunder yang paling

beragam. Sekitar 5-10% metabolit sekunder tumbuhan berbentuk

flavonoid dengan struktur kimia dan peran biologi yang cukup beragam.

Senyawa flavonoid merupakan senyawa fenol terbesar yang ada di alam,


yang mengandung 𝐶15 , yang terdiri atas dua infi fenolat yang dihubungkan

dengan tiga satuan karbon (Emelda, 2021).

II.3.3 Tanin

Tanin adalah senyawa polifenol yang berfungsi mengikat dan

mempresipitasi protein. Pada umumnya tanin terdiri atas molekul

oligometrik yang mengandung fenol bebas di dalamnya dan bersifat larut

dalam air. Tanin mengandung rasa pahit, sepat, dan bau yang

memusingkan, yang tidak disukai serangga (Emelda, 2021).

II.3.4 Saponin

Saponin merupakan glikosida yang ada pada berbagai tanaman.

Fungsi saponin dalam tumbuhan adalah sebagai bentuk penyimpanan

karbohidrat dan merupakan hasil yang tidak diperlukan dari metabolisme

tumbuhan serta sebagai pelindung terhadap serangan serangga. Saponin

memiliki rasa pahit, membentuk busa yang stabil dalam larutan air,

menghemolisis eritrosit, memiliki sifat racun yang kuat untuk ikan dan

amfibi, membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksisteroid

lainnya, sulit dimurnikan dan diidentifikasi, dan memiliki berat molekul

relatif tinggi (Emelda, 2021).

II.3.5 Triterpenoid/Steroid

Terpenoid merupakan kelompok senyawa metabolit sekunder yang

terbesar jika dilihat dari jumlah senyawa maupun variasi kerangka dasar

strukturnya. Terpenoid ditemukan berlimpah dalam tanaman tingkat tinggi.

Terpenoid adalah senyawa kimiawi tumbuhan yang berbau dan dapat


diisolasi dengan penyulingan sebagai minyak atsiri. Senyawa-senyawa

yang termasuk dalam kelompok terpenoid adalah monoterpen,

seskuiterpen, diterpen, triterpen, tetraterpen, politerpen (Emelda, 2021).

Steroid merupakan kelompok senyawa bahan alam yang

kebanyakan strukturnya terdiri atas 17 karbon dengan membentuk struktur

1,2-siklopentenoperhidrofenantren. Steroid terdiri atas beberspa kelompok

senyawa yang didasarkan pada efek fisiologis yang dapat ditimbulkan.

Steroid bersifat toksik dan antijamur dan bermanfaat bagi tumbuhan

(Emelda, 2021).

II.4 Metode IKK

II.4.1 Metode Tabung

Metode tabung merupakan metode pengidentifikasian kandungan

kimia dengan menggunakan tabung reaksi sebagai wadah pencampuran

dan pengamatan. Melalui metode ini, dapat diamati lebih mudah

perubahan warna dan juga endapan yang terbentuk dibandingkan dengan

metode lainnya (Kumalasari dan Sulistyani, 2011).

II.4.2 Metode Semprot

Metode semprot merupakan metode yang dimana senyawa

dideteksi di bawah sinar UV dan dipertegas dengan dilakukan dengan

suatu pereaksi pada lempeng KLT. Metode ini biasanya dilakukan untuk

memperjelas hasil uji tabung (Kumalasari dan Sulistyani, 2011).


II.4.3 Metode Plat Tetes

Metode plat tetes dilakukan dengan meneteskan pereaksi dan

sampel pada plat tetes lalu diaduk dan diamati perubahan warnanya.

Salah satu contohnya yaitu lapisan kloroform diteteskan sebanyak 3 tetes

dan ditambahkan pereaksi Liebermann Burchad, jika menghasilkan warna

meah ungu maka positif terpenoid dan jika menghasilkan warna hijau

maka positif steroid (Santoni, dkk., 2022).

II.5 Reagen Kimia

Reagen merupakan zat yang ditambahkan ke dalam suatu sistem

untuk mengadakan suatu reaksi kimia atau dengan kata lain ditambahkan

untuk melihat terjadinya suatu reaksi kimia. Reagen dapat ditemukan dalam

ditemukan dalam bentuk solid (padat) ataupun dalam bentuk cair. Dan

setiap reagen tersebut mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda-

beda pula, mulai dari bentuk, warna, bau, dan lain-lain (Mulyono, 2008).

Adapun reagen atau pereaksi-pereaksi yang dapat digunakan dalam

identifikasi komponen kimia adalah sebagai berikut (Sangi, 2018):

a. Pereaksi Vanilin H2SO4

Pereaksi vanilin H2SO4 dibuat dengan cara, mencampurkan 1 gram

vanillin dengan 25 mL asam sulfat, kemudian disimpan dalam botol

coklat.

b. Pereaksi AlCl3

Pereaksi AlCl3 dibuat dengan cara, sebanyak 1 gram serbuk AlCl3

dimasukkan ke dalam gelas beaker, kemudian dilarutkan dengan


etanol 70% hingga larut sempurna. Larutan kemudian dimasukkan

ke dalam labu ukur 10 mL dan ditambahkan etanol 70% hingga

tanda batas.

c. Pereaksi FeCl3

Pereaksi FeCl3 dibuat dengan cara, sebanyak 1 gram kristal FeCl 3.

6H2O dilarutkan dengan air sampai 100 mL lalu disimpan dalam

botol coklat.

d. Pereaksi Dragendorf

Pereaksi Dragendorf dibuat dengan cara, sebanyak 8 gram KI

dilarutkan dalam 20 mL aquadest, sedangkan pada bagian yang lain,

larutkan 0,85 gram Bismut subnitrat dalam 10 mL asam asetat glasial

dan 40 mL aquadest. Kedua larutan ini kemudian dicampurkan dan

disimpan dalam botol berwarna coklat.

e. Pereaksi Lieberman Buchard

Pereaksi Lieberman Buchard dibuat dengan cara, mencampurkan 5

mL asam asetat anhidrat, 5 mL asam sulfat pekat dan 50 mL etanol

absolut, kemudian disimpan dalam botol coklat.

f. Pereaksi mayer Pereaksi mayer dibuat dengan cara, sebanyak 1,36

gram HgCl2 dilarutkan di dalam 60 mL aquadest. Pada bagian yang

lain, larutkan pula 5 gram KI dalam 10 mL aquadest. Kedua larutan

ini kemudian dicampur dan diencerkan dengan aquadest sampai 100

mL dan disimpan dalam botol coklat.


g. Pereaksi wagner

Peraksi wagner dibuat dengan cara, sebanyak 1,27 gram I2 dan 2

gram KI dilarutkan dalam 5 mL aquades. Larutan ini kemudian

diencerkan hingga 10 mL dengan aquadest dan disimpan dalam

botol coklat

II.5 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Identifikasi Komponen Kimia

Pada umumnya memiliki kandungan senyawa fitokimia diantaranya

alkaloid, flavonoid, saponin, serta fenol. Senyawa fitokimia pada suatu

tanaman dapat diperoleh dengan cara ekstraksi. Beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi proses ekstraksi diantaranya bagian tanaman,

ukuran bahan, suhu, metode, waktu, konsentrasi pelarut, serta jenis

pelarut. Polaritas dari jenis pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus

sama atau sangat dekat dengan polaritas bahan aktif yang diekstrak agar

ekstraksi berjalan secara efisien sebab menurut prinsip like dissolves like

tidak semua senyawa akan terlarut dalam suatu cairan pelarut (Prayoga,

dkk., 2019).

II.6 Mekanisme Terbentuknya Endapan dan Perubahan Warna

Pengujian alkaloid dilakukan dengan reagen dragendorff. Pada

pembuatan pereaksi Dragendorff, bismut nitrat dilarutkan dalam HCl agar

tidak terjadi reaksi hidrolisis karena garam-garam bismut mudah

terhidrolisis membentuk ion bismutil (BiO+). Agar ion Bi3+ tetap berada

dalam larutan, maka larutan itu ditambah asam sehingga kesetimbangan

akan bergeser ke arah kiri. Selanjutnya ion Bi3+ dari bismut nitrat bereaksi
dengan kalium iodida membentuk endapan hitam Bismut(III) iodida yang

kemudian melarut dalam kalium iodida berlebih membentuk kalium

tetraiodobismutat (Svehla, 1990). Pada uji alkaloid dengan pereaksi

Dragendorff, nitrogen digunakan untuk membentuk ikatan kovalen

koordinat dengan K+ yang merupakan ion logam (Marliana, 2005).

Uji fitokimia senyawa tanin dengan menambahkan ekstrak etanol

kulit batang kelor dengan larutan FeCl3 dan yang kedua menggunakan

gelatin menunjukkan hasil positif. Uji Fitokimia menggunakan FeCl3 dapat

menunjukkan adanya gugus fenol, apabila terdapat senyawa fenol, maka

dimungkinkan juga terdapat tanin, karena tanin merupakan senyawa

polifenol. Perubahan warna hijau kehitaman terjadi akibat pembentukan

senyawa komplek antara tanin dengan FeCl3. Untuk memperkuat dugaan

terdapatnya tanin adalah dengan pengujian menggunakan gelatin. Tanin

akan menimbulkan endapan baik sedikit atau banyak jika ditambah

dengan gelatin (Ikalinus dkk., 2015).

Uji flavonoid menggunakan dilakukan dengan menambah HCl

pekat pada paliasa. Penambahan HCl pekat digunakan untuk

menghidrolisis flavonoid menjadi aglikonnya, yaitu dengan menghidrolisis

O-glikosil. Glikosil akan tergantikan oleh H+ dari asam karena sifatnya

yang elektrofilik. Reduksi HCl pekat dapat menghasilkan senyawa

kompleks yang berwarna merah atau jingga pada flavonol, flavanon,

flavanonol dan xanton (Ikalinus dkk., 2015).


BAB III

METODE PENGAMATAN

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu gelas erlenmeyer,

tabung reaksi, pipet tetes, rak tabung reaksi, vial, dan penangas air

III.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu alumunium foil,

aquadest, sampel yang akan digunakan yaitu sambiloto (Andrographis

paniculate), HCL 2 N, HCL pekat, reagen dragendorf, dan larutan FeCl3

III.2 Prosedur Kerja

III.2.1 Pembuatan larutan stok

Langkah awal yang dilakukan dengan mengambil sebanyak 2 gram

simplisia sambiloto (Andrographis paniculate) yang kemudian dimasukkan

ke dalam Erlenmeyer 100 mL serta tambahkan 100 mL aquades. Terkhir

panaskan selama 5 menit dan disaring

III.2.2 Uji alkaloid

Setelah pembuatan larutan stok, 1 mL larutan stok dimasukkan

kedalam salah satu tabung reaksi yang telah di label. Tambahkan 3 tetes

HCl 2 N pada tabung reaksi serta tambahkan reagen dragendorf pada

larutan.
III.2.3 Uji flavonoid

Setelah pembuatan larutan stok, 1 ml sampel dimasukkan kedalam

tabung reaksi yang telah diberi label. Tambahkan HCl pekat lalu panaskan

larutan pada tabung reaksi menggunakan gegep dengan waktu 15 menit

diatas penangas air

III.2.4 Uji tanin

Setelah pembuatan larutan stok, 3 ml larutan stok dimasukkan

kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 ml air panas. Didihkan

selama 5 menit lalu filtratnya ditambahkan FeCl 3 sebanyak 3-4 tetes.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

Tabel 1. Hasil uji metabolit sekunder

Nama Uji Pereaksi Hasil Gambar


Simplisia
Alkaloid HCl 2 N dan Berwarna jingga
reagen tanpa endapan
dragendorf

Flavonoid HCl pekat Berwarna hijau


keruh
Sambiloto
(Andrographis
paniculate)

Tanin FeCl3 Berwarna kuning


keemasan

IV.2 Pembahasan

Senyawa Metabolit sekunder adalah senyawa yang disintesis oleh

tumbuhan, mikroba atau hewan melewati proses biosintesis yang

digunakan untuk menunjang kehidupan namun tidak vital (jika tidak ada

tidak akan mati) sebagaimana gula, asam amino dan asam lemak.

Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya

mempunyai kemampuan bioaktivitas dan berfungsi sebagai pelindung

tumbuhan dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu sendiri atau
lingkungannya. Senyawa kimia sebagai hasil metabolit sekunder telah

banyak digunakan untuk zat warna, racun, aroma makanan, obat-obatan

dan sebagainya (Wulandari dkk., 2018).

Pada praktikum IKK dilakukan dilakukan pengidentifikasiaan

komponen kimia pada daun sambiloto. Identifikasi komponen kimia

(screening komponen kimia) merupakan metode identifikasi dengan

menggunakan reagen tertentu dan bertujuan untuk mengetahui komponen

senyawa kimia yang terkandung dalam suatu simplisia agar tidak keliru

dalam pemanfaatan dan penggunaan simplisia (Najib, 2018).

Sampel yang digunakan pada praktikum IKK adalah daun

sambiloto. Pustaka menyatakan bahwa pada daunnya terdapat

kandungan antibakteri seperti andrographolide, tanin, flavonoid, alkaloid,

steroid, saponin, fenol, terpenoid, dan glikosida (Brigitta dkk., 2021).

Sehingga jika dilakukannya pengujian dengan IKK hasil yang didapatkan

adalah positif.

Pengujian pada praktikum IKK dilakukan sebanyak tiga pengujian

yang berbeda antara lain, uji alkaloid, uji flavonoid, serta pengujian tanin.

Pada uji alkaloid 1 ml sampel yang telah dibuat dalam larutan stok

dimasukkan ke dalam tabung reaksi ditetesi dengan HCl 2 N lalu

dipanaskan kemudian dilakukan reaksi pengendapan dengan

menggunakan pereaksi dragendorff diperoleh hasil yaitu larutan berwarna

jingga namun tidak terbentuk adanya endapan. Berdasarkan pustaka,

hasil positif yang mengandung alkaloid adalah dengan terbentuknya


endapan berwarna jingga setelah penambahan reagen dragendoff

(Muthmainnah, 2017). Sehingga hasil pengamatan tidak sesuai dengan

pustaka.

Pada uji flavonoid 1 ml sampel yang telah dibuat dalam larutan stok

dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkannya HCl pekat.

Setalah dilakukan pemanasan selama 5 menit pada penangas air, di

dapatkan hasil bahwa tidak adanya perubahan pada larutan setalah

dilakukan beberapa pemerian tersebut. Berdasarkan pustaka, reduksi HCl

pekat dapat menghasilkan senyawa kompleks yang berwarna merah atau

jingga pada flavonol, flavanon, flavanonol dan xanton (Ikalinus dkk.,

2015). Sehingga hasil pengamatan tidak sesuai dengan pustaka, karena

seharusnya terjadi perbuhan warna pada larutan.

Pada uji tanin, sebanyak 3 ml larutan stok dimasukkan kedalam

tabung reaksi yang kemudian di teteskan sebanyak 3-4 tetes FeCl3.

Setelah dilakukannya pemanasan pada penangas air, didapatkan hasil

bahwa larutan berwarna kuning keemasan tanpa adanya endapan

ataupun buih. Berdasarkan pustaka, suatu larutan akan mengandung

tanin jika larutan berwarna hijau-hitam atau biru-hitam pada uji tanin

(Muthmainnah, 2017). Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil

pengamatan tidak sesuai dengan pustaka.


BAB V

PENUTUP

V,1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum, tidak didapatkannya senyawa alkalod,

flavonoid, serta tanin. Karena pada pengujian ketiga senyawa tersebut

didapatkan hasil yang negatif. Pada uji alkaloid larutan berwarna jingga

namun tidak menunjukkan adanya endapan, uji flavonoid tidak

menunjukkan perubahan apapun serta uji tanin yang menunjukkan larutan

berwarna jingga, Sehingga seluruh hasil tersebut dinyatakan tidak sesuai

dengan pustaka.

V.2 Saran

Saran untuk praktikan untuk lebih teliti dalam melakukan

pembuatan larutan ataupun saat pengujian, sehingga bisa didapatkan

hasil yang lebih sesuai dengan pustaka. Untuk asisten laboratotrium,

diharapkan untuk selalu meningkatkan kinerjanya dalam membimbing

praktikan selama praktikum berlangsung. Dan untuk laboratorium,

diharapkan untuk menambah lebih banyak lagi fasilitas agar nantinya

praktikum berjalan dengan lancar


DAFTAR PUSTAKA

Brigitta, P., Fatmawati, N., Budayanti, N. 2021. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol
Daun Sambiloto (Andrographis paniculata) Sebagai Anti Bakteri
Streptococcus pyogenes Atcc 19615. Jurnal Medika Udayana.
10(3): 94-98

Dalimartha, Setiawan. 2007. 36 Resep Tumbuhan Obat untuk


Menurunkan Kolesterol. Edisi 13. Jakarta: Penebar Swadaya

Emelda. 2021. Farmakognosi Untuk Mahasiswa Kompetensi Keahlian


Farmasi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Hariana, H.A. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, Edisi 3. Depok:


Penebar Swadaya.

Ikalinus, R., Widyastuti, S. K., & Setiasih, N. L. E. 2015. Skrining Fitokimia


Ekstrak Etanol Kulit Batang Kelor (Moringa oleifera). Indonesia
Medicus Veterinus, 4(1): 71-79

Kumalasari, E. & Sulistyani, N., 2011. Aktivitas Antifungi Ekstrak Etanol


Batang Binahong Terhadap Candida albicans Serta Skrining
Fitokimia. Jurnal Ilmiah Kefarmasian, 1(2): 51-62.

Kumar, A., J., Dora, A., Sigh, R., Tripathi. 2012. A Review on King of
Bitter (Kalmegh). International Journal of Research in Pharmacy
and Chemistry, 2 (1): 116-124.

Lau, S. H. A., & Wuru, A. F. 2018. Identifikasi Fitokimia Ekstrak Metanol


Daun Paliasa (Melochiaumbellata (Houtt) Stapf) Dari Desa
Renggarasi Dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis (Klt). Jurnal
Farmasi Sandi Karsa, 4(7): 29-33.

Mulyono. 2008. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta: PT


Bumi Akasara.
Muthmainnah, B. 2017. Skrining Fitokimia Senyawa Metabolit Sekunder
dari Ekstrak Etanol Buah Delima (Punica Granatum L.) dengan
Metode Uji Warna. Media Farmasi, 13(2): 1-6.

Najib, A. 2018. Ekstraksi Senyawa Bahan Alam. Slemen: Deepublish

Ningrum, R., dkk. 2019. Alkaloid Compund Identification of Rhodomyrtus


tomentosa Stem as Biology Instructional Material for Senior High
School X Grade. JPBI, 2(3) : 231-235

Prapanza, I.E., Lukito, M.A. 2003. Khasiat dan Manfaat Sambiloto: Raja
Pahit Penakluk Aneka Penyakit. Sorong: Agro Media.

Prayoga, D. G. E., dkk. 2019. Identifikasi Senyawa Fitokimia Dan Aktivitas


Antioksidan Ekstrak Kasar Daun Pepe (Gymnema Reticulatum
Br.) Pada Berbagai Jenis Pelarut. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Pangan. Vol. 8(2) : 111-121.

Ridhay, A., Noor, A., Soekamto, N. H. 2012. A Stigmasterol Glycoside


from the Root Wood of Melochiaumbellata (Houtt) stapfvar.
Journal of Chemistry,12(1): 100-103.

Sangi, M., dkk. 2018. Analisis Fitokimia Tumbuhan Obat Di Kabupaten


Minahasa Utara. Jurnal Kimia Farmasi, 1(1) : 47-53.

Warditiani, N.K., Larasanty, L.P.F., Widjaja, L.N.K. 2018. Identifikasi


Kandungan Kimia Ekstrak Terpurifikasi Herba Sambiloto. Jurnal
Farmasi Udayana, 3(1): 22-26.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema kerja praktikum

Pembuatan larutan stok

2 gram simplisia dimasukkan ke


dalam Erlenmeyer 100 mL dan
di ad 100 mL aquades

Panaskan selama 5 menit dan


disaring

Uji alkaloid

1 mL larutan stock dimasukkan


kedalam tabung reaksi

Tambahkan 3 tetes HCl pekat

Tambahkan reagen dragendorff


Uji flavonoid

1 ml larutan stok dimasukkan kedalam


tabung reaksi

Tambahkan HCl pekat lalu panaskan


dengan waktu 15 menit diatas penangas
air

Uji tanin

1 gram ekstrak dimasukkan kedalam


tabung reaksi dan ditambahkan 10 ml air
panas

Didihkan selama 5 menit lalu filtratnya


ditambahkan FeCl3 sebanyak 3-4 tetes
Lampiran 2. Dokumentasi praktikum

Gambar 3. Penambahan pereaksi


Gambar 2. Memasukkan larutan pada larutan
stok kedalam tabung reaksi

Gambar 4. Proses pemanasan Gambar 5. Hasil pengujian IKK


larutan pada penangas air pada sampel

Anda mungkin juga menyukai