PERCOBAAN III
KELOMPOK C6
KELAS IV C
ANGGOTA :
1. SUJIYATMI (1708067105)
2. TRI HARTOYO (1708067106)
3. WIDAYATININGSIH (1708067101)
4. YESI APRILLIA ANJANI (1708067108)
2019
HALAMAN PENGESAHAN DAN PERNYATAAN
Laporan ini saya susun sendiri berdasarkan data hasil praktikum yang
telah dilakukan.
I. JUDUL PRAKTIKUM
ISOLASI FLAVONOID DARI TEMULAWAK
II. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui langkah- langkah isolasi, mampu melakukan
isolasi dan identifikasi flavonoid dari temulawak.
TOTAL
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Zingiberaceae yang banyak tumbuh dan digunakan sebagai bahan baku obat
secara empiris banyak digunakan sebagai obat tunggal maupun campuran. Terdapat
lebih dari 50 resep obat traditional menggunakan temulawak (Achmad et al, 2007).
melalui pengujian secara in vitro, pengujian praklinis kepada binatang dan uji klinis
banyak manfaat salah satu potensi sebagai anti oksidan (WHO, 1999). Komponen
aktif yang bertanggung jawab sebagai anti oksidan dalam rimpang temulawak adalah
(Masuda, 1992 dan Jayaprakhasha, 2006). Selain itu rimpang temulawak juga
mengandung pati, kurkuminoid, serat kasar, abu, protein, mineral, minyak atsiri yang
penyakit kelainan pada hati (lever), kantong empedu dan pancreas (Fatmawati, 2008).
Disamping itu temulawak juga dapat menambah nafsu makan, menurunkan kadar
kolesterol dalam darah, meningkatkan system imunitas dalam tubuh, berkhasiat anti
bakteri, anti diabetik, anti hepatotoksik, anti inflamasi, anti oksidan, anti tumor,
diuretika, depresan, dan hipolipidemik (Raharjo dan Rostiana, 2003), dan juga anti
mikroba , anti hyperlipidemia dan pencegah kolera (Hwang, 2006). Khasiat lainya
yang dimiliki oleh komponen kimia adalah anti kanker (Darusman et al , 2006;
Hwang et al ,2000).
Flavonoid merupakan salah satu senyawa golongan fenol alam terbesar yang
terdapat dalam semua tumbuhan hijau (Markham, K.R 1988). Menurut (Pourmorad, F
2006, h. 1143) mengemukkan bahwa salah satu golongan senyawa polifenol ini
terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk buah, akar, daun, dan kulit luar
yang dapat menangkal radikal bebas yang berperan pada timbulnya penyakit
degeneratif melalui mekanisme perusakan sistem imunitas tubuh, oksidasi lipid dan
ekstraksi yang merupakan metode penyarian zat berkhasiat atau zat aktif dari bagian
bertujuan untuk mengambil senyawa kimia yang terkandung dalam sampel. Prinsip
ekstraksi didasarkan pada perpindahan masa komponen zat yang terlarut ke dalam
pelarut sehingga terjadi perpindahan pada lapisan antar muka dan berdifusi masuk ke
dalam pelarut (Harborne, J.B 1987). Pelarut yang digunakan pada penelitian ini
adalah etanol 96% sebagai pelarut polar. Dalam hal penyarian, etanol memiliki
kelebihan dibandingkan dengan air dan metanol. Senyawa kimia yang mampu disari
dengan etanol lebih banyak dari pada penyari metanol dan air (Azizah dan Salamah
2013, h. 24). Metode ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini adalah maserasi,
karena metode ini lebih sederhana, mudah dan tanpa pemanasan. Karena jika
B. Rumusan Masalah
Bagaimana memahami prinsip dan cara melakukan isolasi flavonoid dari Temulawak
beserta identifikasi kualitatif hasil isolasi dengan metode kromatografi lapis tipis?
C. Tujuan Penelitian
Dapat memahami prinsip dan melakukan isolasi flavonoid dari Temulawak beserta
D. Manfaat
rekan yang sedang menempuh studi Diploma III Farmasi supaya mendapatkan
A. Temulawak
1. Morfologi temulawak
Klasifikasi tanaman Temulawak sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
mencapai 2 meter. Herbal ini berbatang semu dan berwarna hijau atau coklat gelap.
Setiap batang memiliki 2-9 helai daun yang berbentuk bundar memanjang sampai
lanset dengan warna hijau dan bergaris coklat keunguan. Setiap helaian daun
2. Kandungan Temulawak
isoborneol, kariofilen oksida, humulen oksida, dan germakron (Lim, 2016: 374).
Menurut Hayani (2006) dari hasil analisis mutu rimpang temulawak secara kuantitatif
3. Khasiat Temulawak
2012: 335-340). Efek terapi dari rimpang temulawak diduga karena adanya dua zat
aktif utama yang terkandung berupa kurkumin dan xanthorrhizol yang kadarnya
dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan tumbuh tanaman (Nurcholis dkk,
2012: 153-159).
B. Flavonoid
struktur kimia C6-C3-C6 (White dan Y. Xing, 1951; Madhavi et al., 1985;
Maslarova, 2001). Kerangka flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik A, satu cincin
aromatik B, dan cincin tengah berupa heterosiklik yang mengandung oksigen dan
bentuk teroksidasi cincin ini dijadikan dasar pembagian flavonoid ke dalam sub-sub
C. Maserasi
merendam simplisia dalam pelarut yang sesuai dalam wadah tertutup. Pengadukan
prosesnya membutuhkan waktu yang cukup lama. Ekstraksi secara menyeluruh dapat
metabolit. Beberapa senyawa juga tidak terekstraksi secara efisien jika kurang terlarut
pada suhu kamar (27C). Ekstraksi secara maserasi dilakukan pada suhu kamar (27C),
komponen menggunakan fasa diam berupa plat dengan lapisan bahan adsorben inert
dan fase geraknya berupa cairan atau gas. KLT merupakan salah satu jenis
kromatografi analitik. KLT sering digunakan untuk identifikasi awal, karena banyak
Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit,
senyawa – senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida – lipida dan hidrokarbon
yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk
mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah suatu teknik yang sederhana yang
banyak digunakan, metode ini menggunakan empeng kaca atau lembaran plastik
yang ditutupi penyerap atau lapisan tipis dan kering. Untuk menotolkan karutan
cuplikan pada kempeng kaca, pada dasarnya menggunakan mikro pipet atau pipa
kapiler. Setelah itu, bagian bawah dari lempeng dicelup dalam larutan pengelusi di
saring campuran
Uapkan etanol
3.Identifikasi
Ambil sedikit hasil ekstrasi dengan ujung spatel kecil, larutkan dalam
etanol 70%
4. deteksi : UV 254
A. HASIL
1. MINGGU PERTAMA
2. MINGGU KEDUA
a. Pemerian ekstrak
b. Rendemen ekstrak
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐸𝑘𝑠𝑟𝑎𝑘
Rendemen = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
5,35 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑥100% = 13,375%
40 𝑔𝑟𝑎𝑚
g) Deteksi : UV 366 nm
Hasil pengamatan dengan kromatografi
d) Deteksi : UV 366
- Fase gerak : 8 cm
- Spot 1 : 0,8 cm
- Spot 2 : 3,3 cm
- Spot 3 : 5,5 cm
- Spot 4 : 6,2 cm
Hasil pengamatan setelah dikerok diperoleh jarak
- Fase gerak : 8 cm
- Spot 1 : 6,2 cm
- Spot 2 : 6,9 cm
Perhitungan Rf
6,2
Rf standar kuersetin : =0,775
8
𝑜,8
Rf spot 1 : = 0,1
8
3,3
Rf spot 2 : = 0,41
8
5,5
Rf spot 3 : = 0,68
8
6,2
Rf spot 4 : = 0,77
8
6,2
Rf standar kuersetin : =0,775
8
Hasil setelah dikerok
6,2
Rf spot 1 : = 0,77
8
6,9
Rf spot 2 : = 0,86
8
Evaporator
B. PEMBAHASAN
mendapatkan ekstrak kental temulawak dilakukan dengan cara dingin yaitu ekstraksi
maserasi.
Ekstraksi merupakan salah satu proses yang penting dalam memproduksi ekstrak
tanaman obat dan istilah ini digunakan untuk mengambil senyawa tertentu dengan
Cara kerja maserasi adalah mengambil zat aktif yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai .Selama proses
maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Metode
ekstraksi yang digunakan adalah maserasi disertai pengadukan. Pada prinsipnya
yang cocok disertai dengan adanya pengadukan endapan yang diperoleh dipisahkan
dan filtratnya dipekatkan (Sembiring et al, .2006). Pelarut – pelarut tersebut ada yang
besrsifat polar contohnya air dan ethanol, ada juga pelarut yang bersifat non polar
Pada penelitian ini rendemen ekstrak temulawak yang diperoleh dari proses
maserasi,menggunakan pelarut ethanol 70%. Pelarut etanol besifat polar dan dapat
mengekstraksi senyawa polar lebih banyak pada bahan baku yang digunakan daripada
menggunakan pelarut aseton dan etil asetat (Triantoro, Susanti ,.2007). Ethanol
senyawa resin, lemak, minyak, asam lemak seperti karbohidrat dan senyawa organik
karena selain murah dan mudah dilakukan, dengan perendaman sampel tumbuhan
akan terjadi pemecahan dinding dan membrane sel akibat perbedaan tekanan antara
didalam dan diluar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan
terlarut dalam pelarut. Pelarut yang mengalir kedalam sel akan menyebabkan
protoplasma membangkak dan bahan kandungan sel akan larut sesuai dengan
ekstraksi, penguapan pelarut yang efisien. Komponen utamanya adalah pipa vakum,
(Rahayu, 2009).
Prinsip kerja Rotary Evaporator adalah proses pemisahan ekstrak dari cairan
penyarinya dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu, cairan penyari
dapat menguap 5-10º C di bawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh karena
Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke
yang ditampung dalam labu penampung. Prinsip ini membuat pelarut dapat
dipisahkan dari zat terlarut di dalamnya tanpa pemanasan yang tinggi (Rachman,
2009).
Larutan temulawak disaring dengan kertas saring dan diperas sebelum
dimasukkan ke dalam rotavapour. Hal ini bertujuan untuk mengisolasi larutan dari
selama ± 90 menit pada suhu 60ºC dengan kecepatan 80 rpm diperoleh ekstrak kental
kromatografi lapis tipis (KLT). Kromatografi Lapis Tipis merupakan suatu metode
pemisahan suatu senyawa berdasarkan perbedaan distribusi dua fase yaitu fase diam
dan fase gerak. Fase diam yang digunakan ialah plat silika yang bersifat polar,
sedangkan eluen yang digunakan sebagai fase gerak adalah campuran heksana dan
etil asetat. Heksana yang digunakan bersifat nonpolar, sedangkan etil asetat bersifat
semi polar. Perbandiangan kedua larutan fase gerak yang digunakan adalah 1 : 4,
yaitu sebanyak 2 ml heksana dan 8 ml etil asetat. Eluen yang digunakan dalam fase
gerak lebih berisfat polar dibandingkan dengan fase diam, sehingga senyawa
dengan etanol 96% kemudian ditotolkan menggunakan pipa kapiler pada jarak 1 cm
dari garis bawah dan 1 cm dari garis atas sebanyak 5 kali pada silika gel yang
bahan silika karena pada umumnya silika digunankan untuk memisahkan senyawa
asam-asam amino, fenol, alkaloid, asam lemak, sterol dan terpenoid. Plat KLT silika
gel GF254 diaktifasi dengan cara dioven pada suhu 100℃ selama 1 jam untuk
menghilangkan air yang terdapat pada plat KLT (Sastrohamidjojo, 2007). Standar
flavonoid dan harganya murah. Setelah dielusi dengan menggunakan eluen fase
gerak yaitu campuran heksana dan etil asetat, maka senyawa flavonoid akan terangkat
ke atas mengikuti fase gerak sehingga menimbulkan sebuah noda. Noda yang
gelap. Noda tersebut lalu ditandai kemudian dikerok dan dilarutkan didalam pelarut
etanol 96%. Proses selanjutnya adalah KLT identifikasi dengan menggunakan silika
gel ukuran 2 cm x 10 cm. Menggunakan cara yang sama, kemudian diamati noda
yang terbentuk pada silika gel dengan sinar UV pada panjang gelombang 254 nm.
Kuersetin yang dideteksi oleh sinar UV pada Panjang gelombang 254 akan
cenderung meredup/ menjadi gelap. Setelah dideteksi sinar UV, noda tersebut
menghasilkan warna kuning gelap dibagian tengah dan berwarna kuning terang
terang dibagian pinggir. Dari hasil pengamatan diperoleh beberapa spot, dimana ada 4
spot yang paling mendekati dengan standar baku pembanding kuersetin. Harga Rf 4
spot tersebut secara berturut-turut adalah 0,1; 0,41; 0,68; dan 0,775. Warna noda yang
dihasilkan berwarna serupa dengan warna yang dihasilkan oleh larutan standar
kuersetin. Hal ini membuktikan bahwa pada temulawak terdapat senyawa flavonoid.
Selanjutnya noda kuersetin dan noda KLT identifikasi ditandai dan diukur
panjangnya. Harga Rf merupakan hasil dari jarak substansi dibagi jarak pelarut. Hasil
mendekati Rf standar adalah pada spot 4 dengan harga Rf 0,775. Spot yang harga Rf
identifikasi KLT seperti sebelumnya ,dihasilkan 2 spot yang terlihat jelas Harga 2
spot berturut-turut adalah 0,775 dan 0,86. Dari kedua spot yang Harga Rf nya paling
PENUTUP
A. Kesimpulan
dengan menggunakan :
pembanding = kuersetin
deteksi = UV 366
Lim, T.K. (2016). Edible Medicinal and Non-Medicinal Plants Volume 12. New
York: Springer
Nurcholis, W., dkk. (2012). Variasi Bioaktif dan Bioaktivitas Tiga Nomor Harapan
Temulawak pada Lokasi Budidaya Berbeda. J. Agron. Indonesia. 40(2): 153-159
Fessenden R.J dan J.S Fessenden., 2003, Dasar-dasar kimia organik. Jakarta,
Erlangga
White, P.J. and Y. Xing. (1954). Antioxidants from Cereals and Legumes dalam
Foreidoon Shahidi: Natural Antioxidants, Chemistry, Health Effect and
Applicatons. AOCS Press, Champaign, Illinois: 25-63
Azizah, B. dan Salamah, N., 2013. Standarisasi Parameter Non Spesifik dan
Perbandingan Kadar Kurkumin Ekstrak Etanol dan Ekstrak Terpurifikasi
Rimpang Kunyit. Pharmaciana, 3(1).