Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

SKRINING FITOKIMIA

Penyusun :
Nama : Anisa Fitri (34.18.0224)
Atika Nur Subekti (34.18.0227)
Devi Mia Viola (34.18.0231)
Celya (34.18.0228)
Instruktur :Yuli Nurullaili Efendi, M.Farm., Apt
Tanggal : 9 Desember 2019

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
PROGRAM STUDI D3 FARMASI STIKES SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2019
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“SKRINING FITOKIMIA” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada praktikum Farmakognosi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan mengenai materi babSkrining Fitokimia bagi para pembaca dan
juga bagi penulis maupun bagi para pembaca.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Yuli Nurullaili,
M.Farm.,Apt selaku instruktur praktikum Farmakognosi yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna.Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca
senantiasa kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 8 Desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Tujuan ..................................................................................................
C. Manfaat.................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………….
A. Pengertian skrining fitokimia................................................................
BAB III METODE PRAKTIKUM……………………………………………
A. Alat dan bahan ………………………………………………………….
B. Percobaan ………………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang kaya akan beraneka ragam floradan fauna.
Keanekaragaman ini terutama pada tumbuhan menarikbanyak perhatian orang
uang lebih memilih jalur alternatif dalampengobatan, mengingat terlalu banyak
efek samping yang disebabkanoleh produk obat-obatan sintetis.Dan seiring dengan
perkembangan ilmupengetahuan dan teknologi, dan kecenderungan masyarakat
lebihmemilih produk yang alamiah, maka semakin semakani banyak
penelitiantentang kandungan-kandungan kimia penting dalam tumbuh-
tumbuhanyang dapat digunakan dalam pengembangan obat baru.Uji skrining
fitokimia adalah suatu tahap awal untuk mengidentifikasikandungan dari suatu
senyawa dalam simplisia atau tanaman yang yangakan diuji. Fitokimia atau kimia
tumbuhan mempelajari aneka ragamsenyawa organik yang dibentuk dan yang
terkandung dalam sutautanaman yaitu mengenai struktur kimianya, biosintetisnya,
penyenbaransecara ilmiah serta fungsi biologisnya dari suatu tanaman. 

I.2. Tujuan Praktikum

Sebelum praktikum ini, praktikan wajib memahami berbagai golongan


senyawa yang terdapat dalam tumbuhan, terutama yang disebut metabolit sekunder.

I.3. Manfaat Praktikum

1. Manfaat TeoritisMahasiswa dapat mengetahui zat kimia yang terkandung


dalam tumbuhan tertentu.
2. Manfaat Praktikummahasiswa dapat mampu memberikan informasitentang zat
kimia yang ada didalam tumbuhan tertentu.

 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Pengertian Skirining Fitokimia


Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam satupenelitihan
fitokimia yang bertujuan umtuk memberikan gambaran tentanggolongan senyawa
yang terkadang dalam tanaman yang sedang diteliti.
Metode skirining fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi pengujianwarna
degan menggunakan suatu pereaksi warna.Hal penting yangberperan penting
dalam skring fitokimia adalah pemilihan pelarut danmetode ekstraksi (Kristianti
dkk, 2008).Pendekatan fitokimia meliputi analisis kualitatif kandungan kimia
dalamtumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, buah
dll).Terutama kandungan metabolit sekunder yang bioaktif yaitu
alkaloida,antrakuinon, flavonoida, glikosida jnatung, saponin (steroid
danhiterpenoid ), tannin (polifenolat), minyak atsiri (terpenoid) iridoid
dansebagainya. Dengan tujuan pendekatan skring fitokimia dalam untukmensurvei
tumbuhan untuk mendapatkan kandungan bioaktif ataukandungan yang berguna
untuk pengobatan (Robinso,1995). 
Adapun metode yang digunakan atau dipilih untuk melakukan
skriningfitokimia harus memenuhi beberapa persyaratan antara
lain(Robinson,1995).
1. Sederhana
2. Cepat
3. Dapat dilakukan dengan peralatan minimal
4. Selektif terhadap golongan senyawa yang dipelajari
5. Bersifat semikuantitatif yaitu memiliki batas kepekaan untuk senyawayang
dipelajari.
6. Dapat memberikan keterangan tambahan ada/tidaknya senyawa
darigolongan yang dipelajari.
Untuk identifikasi metabolit sekunder yang terdapat pada suatuekstrak
yang digunakan berbagai metode berikut (Harbone,1987)
a. Identifikasi senyawa fenolik
Identifikasi adanya senyawa fenolik dalam suatu cupikan dapatdilakukan
dengan peraksi besi (III) klorida 1 % dalam etanol. Adanyasenyawa fenolik
ditandai dengan timbulnya warna hijau, merah, ungu,biru, atau hitam yang
kuat
b. Identifikasi senyawa golongan saponin (steroid dan terpenoid).
Saponin adalah suatu golongan gliosida yang larut dalam air danmempunyai
karateristik, dapat membentuk busa apabila dikocok, sertamempunyai
kemamampuan menghemolisis sel darah merah.Sapininmempunyai toksisitas
yang sangat tinggi.Berdasarkna strukturnyasaponin dapat dibedakan atas dua
macam yaitu, saponin yangmempunyai rangka steroid dan saponi yang
mempunyai rangkatriterpenoid.Berdasarkan strukturnya saponin memberikan
reaksiwarna yang karateristik dengan pereaksi Libermann-Burhard (LB).
c. Identifikasi senyawa golongan alkaloid 
Alkaloid merupakan senyawa nitrogen yang sering terdapat dalam
tumbuhan.Atom nitrogen yang terdapat pada molekul alkaloid padaumumnya
merupakan atom nitrogen sekunder ataupun tersier dankadang- kadang
terdapat sebagai atom nitrogen kuarterner. Salah satupereaksi untuk
mengidentifikasi adanya alkaloid menggunakanpereaksi Dragendorff dan
pereaksi mayer.
d. Identifikasi senyawa antrakuinon 
Antrakuinon merupakan suatu glikosida yang didalam tumbuhanbiasanya
terdapat sebagai turunan antrakuinon terhidrolisis temitilasi,atau
terkarboksilasi. Antrakuinon berikatan dengan gula sebagai o-glikosida atau c-
glikosida.Turunan atraquinon dapat beraksi denganbasa memberikan warna
ungu atau hijau.
e. Identifikasi senyawa golongan flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa yang umumnya terdapat padatumbuhan
berpembuluh, terikat pada glukosida dan aglikon flavonoid.Dalam
menganalisis flavonoid.Yang diperiksa adalah aglikon dalamekstrak
tumbuhan yang sudah dihidrolisis. Proses ekstraksi senyawaini dilakukan
dengan etanol mendidih untuk menghindari oksidasienzim.
Para peneliti dalam bahan bidang alami untuk tujuan mencari tetumbuhan
atau senyawa kandungan yang memiliki aktivitas biologi dan melakukan nya dua
mcam pendekatan yaitu:
a. Pendekatan fitofarmakologi
b. Pendekatan krining fitokimia
Pendekatan fitofarmkologi meliputi uji berbagai efek farmakologi terhadap
hewan percobaan dengan ektrak tumbuhan atau bagian tumbuhan.Misalnya efek
farmakologi terhadap susunan saraf pusat, terhadap organ tertentu dan sebagai
nya.Percobaan farmakologi dapat dilakukan secara in vivo atau in vitro. Adapun
aktivitas yang diuji antara lain sntineoplastik(antikanker) , antiviral,
antimikrobal,antimalarial,isektisida hipoglikemik, kardiotonik, estrogenik, atau
androgenik dan sebagainya .
Pendekatan krining fitokimia meliputi analisis kuantitatif kandungan kimia
dalam tumbuhab atau bagian tumbuhan , terutama kandungan metabolit sekunder
yang bioaktif, yaitu alkaloid , antrakinon, flonoid, glikosida jantung , saponin
(steroid dan triterpenoid) , tannin (polifenolat) minyak atsiri (terprnoid) ,iridoid,
dan sebagainya . adapun tujuan utama dari pendekatan strining fitokimia adalah
untuk mensurvey tumbuhan untuk mendapat kandungan bioktif atau kandungan
yang berguna untuk pengebatan .
Analisis kualitatif untuk mengetahui golongan senyawa yang bioaktif tadi
dapat dilakukan dengan uji tabung atau uji kualotatif KLT.Kedua metode ini dapat
dilakukan untuk melakukan survey tumbuhan dilapangan.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

III.1. Alat dan Bahan

Alat :

1. Tabung reaksi 7. Batang pengaduk


2. Cymber 8. Corong pisah
3. Mortir stamper 9. Pipet ukur
4. Pengayak 10. Gelas ukur
5. Pipet tetes 11. Gelas beaker
6. Penangas

Bahan :

1. Bahan simpleks
2. Air
3. Petroleum eter
4. Serbuk simplisia
5. KOH
6. Etanol
7. Eter
8. Anhidrida asam asetat
9. Kloroform P
10. Asam sulfat pekat
11. SbCl3
12. Pereaksi Meyer
13. FeCl3
14. Kalium heksasianoferat
(III)
15. Amonia encer
16. HCl
17. Metanol
18. NaOH
 

III.2. Percobaan
A. Pembuatan Serbuk Simpleks
Kumpulkan bahan simpleks

Cuci dengan air mengalir dan keringkan

Setelah simpleks kering hancurkan, lalu ayak dengan derajat halus


B. Uji Tabung
Sari dalam petroleum eter
Sari ini mengandung zat kimia yang larut dalam minyak. Misalnya minyak atsiri,
lemak dan asam lemak tinggi, steroid dan triterpenoid, juga karotenoid.
Cara penyarian :
25g serbuk simplisia + petroleum eter

Kocok hingga larutan penyari jernih

Pekatkan sari petroleum eter ± 25ml, sisihkan 2ml = uji KLT


1. Minyak atsiri
Lakukan penyulingan air terhadap serbuk simplisia dengan menggunakan alat
destilasi Stahl jika pada pemeriksaan pendahuluan simplisia di duga mengandung
minyak atsiri.
2. Lemak dan asam lemak tinggi
Uapkan 5ml sari petroleum eter ad kering + KOH 0,5N dalam etanol

Panaskan pada suhu 80ºC tangas air

Lakukan penyulingan, sisa larutkan dalam air panas. Dinginkan

Sari dengan eter dengan corong pisah berkali-kali, tiap kali 10ml eter. Pisahkan
(identifikasi steroid, triterprnoid, karotenoid)
Sari air alkalis asam lemak tinggi
3. Steroid dan triterpenoid
Uapkan 5ml sari eter ad kering

Larutkan sisanya dalam 0,5ml anhidrida asam asetat P + 0,5ml kloroform P

Tuang larutan pada tabung reaksi, teteskan asam sulfat pekat (Lieberman
Burchard).

4. Karotenoid
Uapkan 5ml sari eter

+ pada sisanya 2-3 tetes larutan jenuh SbCl3 dalam kloroform P (Carr Price)

Sari dalam eter

Sari ini mengandung senyawa alkaloid , senyawa senyawa fenolik ( fenol-fenol,asam


fenolat,fenilpropanoid,flavonoid,antrakinon,xanton,dan stiben)komponen minyak
atsiri tertentu ,asam lemak.

Cara penyarian :

1. Sari kembali serbuk sisa penyarian petroleum eter dengan eter p


2. Kocok lalu uapkan tidak meninggalkan sisa.
3. Pekatkan sampai 30 ml ,sisihkan 5 ml untuk KLT
1. Alkaloid
2. Uapkan 10 ml ,larutkan sisanya dalam 1,5 ml asam klorida 2%.
3. Bagi menjadi 3 dalam tabung reaksi. Tabung 1 pembanding,tabung 2 direaksikan
dengan dragendroff 3-4 twtes, tabung 3 ditetesi pereaksi mayer atau pereaksi
pengendap lainnya . adanya endapan menunjukkan kandungan alkaloid dalam
simplisia dana ditegaskan dengan uji KLT.
2. Senyawa fenolik

Uapkan  1 ml sari eter, tetes sisanya dengan larutan FeCl3 .adanya senyawa fenolik
ditunjukkan dengan warna hijau,ungu ,biri dan hitam.
a.fenol fenol

Uapkan 1 ml eter ,tetesi sisa denga campuran kalium heksasianoferat (III) dan fecl3.
Adanya fenol fenl ditunjukkan dengan warna biru sampai hitam.

b.fenilpropanoid

1. uapkan 3 ml sampai kering, larutkan sisa dalam air panas, dinginkan.


2. Bagi dalam 2 tabung reaksi. Tabung 1 untuk pembanding, tabung 2 diberi amonia
encer hingga alkalis. Terjadinya fluoresensi biru atau hijau dibawah UV
menunjukkan adanya kumarin atau derivatnya .
3. Tambahkan lar. Hidroksilamin HCl dan lar. KOH 10% dalam etanol ke dalam
larutan sampai pH 8-9.
4. Pekatkan, tambah larutan fecl3. Terjadinya warna violet kemudian hilang dengan
cepat , munujukkan adanya derivat lakton.
5. Lakukan identifikasi KLT.
c. flavonoid
1. uapkan 3 ml, larutkan sisanya dalam 1-2 ml metanol 50%, panaskan.
2. Tambah logam Mg dan 4 tetes HCl pekat. Adanya aglukon falvoboid dengan
terjadinya wana merah hingga jingga.

d. antrakuinon

1. tuangkan 3 ml sari eter dalam tabung reaksi.


2. Tambah 1 ml amonia 25% atau NaOH 10%, kemudian kocok. Bila warna berubah
merah ,menunjukkan adanya antrakuinon.

3.komponen minyak atsiri tertentu

Mempunyai kerangka aromatik atau non terpen lebih larut dalam eter atau
alkohol.Contoh : eugenol,anetol,sinamaldehida,vanilin,dsb.

4.asam lemak

Uapkan 5 ml sampai kering.Jika sisa berminyak, maka terdapat asam lemak.Lakukan


identifikasi KLT.

Sari etanol-air.

Cara penyarian :

Sari serbuk dengan campuran etanl 70% berkali kali hingga hampir jernih.

Pekatkan sari yang diperoleh menjadi 40 ml , sisihkan 5ml pekatkan, gunakan sebagai
larutan percobaan KLT.
1.Garam alkaloid ,alkaloid basa kuarterner dan amina teroksidasi

Uapkan 10 ml , tambah HCl 10% pada sisanya panaskan dan aduk.

Bagi menjadi dua .larutan 1 garam alkaloid ,larutkan 2 untuk amina teroksidasi
dan basa kuartener.

a) Larutan I
 Tambahkan amonia encer hingga pH 8-9, sari dengan kloroform.
 Uapkan sari kloroform sampai kering, larutkan sisanya dalam HCl 2%
 Sisihkan 0,5 ml untuk larutan percobaan KLT alkaloid, bagi sisa
larutan menjadi tiga bagian. Tabung A sebagai pembanding, tabung B
direaksikan dengan Meayer LP, tabung C direaksikan dengan
Dragendorff LP atau reagen pengendap lain. Adanya alkaloid
ditunjukkan dengan timbulnya endapan atau kekeruhan pada larutan
percobaan. Selain itu adanya alkaloid dapat pula ditunjukkan dengan
KLT
b) Larutan II
 Tambahkan sedikit NaCl padat sambil diaduk, saring larutan
 Cuci kertas saring dengan HCl 10% LP, sisihkan 0,5 ml untuk larutan
percobaan KLT
 Uji sisa larutan dengan meayer LP atau Dragendorff, adanya
kekeruhan menunjukkan adanya basa kuartener atau amina teroksidasi
1. Antosian
Warna larutan menjadi merah jika sari dalam etanol-air bereaksi asam. Tetapi
menjadi ungu jika pH netral dan berwarna biru atau hijau jika bereaksi alkalis.
Perubahan warna demikian menunjukkan adanya antosian. Selain itu dapat
ditunjukkan dengan KLT
2. Glikosida
 Tambahkan 15ml HCl 10% LP ke dalam 20 ml sari etanol-air.
 Refluks selama 30 menit, dinginkan
 Sari larutan di dalam corong pisah sebanyak 3 kali, masing masing dengan 8
ml eter P
 Pisahkan lapisan eter, tambahkan natrium sulfat anhidrat. Sisihkan sebagian
uji KLT
 Gunakan sisa sari eter untuk pengujian aglikon stroid , triterpenoid, kumarin,
dll
 Netralkan fase air-asam dan gunakan untuk pengujian gula dengan pereaksi
Molisch
3. Saponin
 Uapkan 2 ml sari etanol-air hingga kira kira tinggal separuhnya
 Encerkan dengan air sama banyak, kemudian kocok selama 15 menit.
Terbentuknya buih stabil menunjukkan adanya saponin. Bisa juga ditunjukkan
dengan pereaksi Liebermann-Burchard yang didasarkan atas reaksi terhadap
aglikon triterpenoid atau steroid yang menyusunnya
4. Tanin
 Encerkan 1 ml sari etanol-air dengan 2 ml air
 Tambahkan FeCl3 P. Munculnya warna biru-hijau kehitaman menunjukkan
adanya tanin. Dapat pula ditunjukkan dengan uji KLT
5. Karbohidrat
Kemungkinan sedikit senyawa karbohidrat dapat tersari dalam etanol-air.
Sebagian masih terdapat pada serbuk sisa penyarian bersama dengan senyawa-
senyawa anorganik
a) Uapkan 2 ml sari etanol-air hingga kering. Tambahkan 2-3 tetes asam sulfat
pekat, tambahkan pereaksi Molisch. Terbentuknya warna merah menunjukkan
adanya karbohidrat
b) Enaptuangkan 5 ml sari dan encerkan. Tambahkan larutan Lugol LP.
Terjadinya warna biru menunjukkan adanya pati.
C. Uji Kualitatif Secara Kromatografi Lapis Tipis

Analisis dengan KLT dapat digunakan untuk mengidentifikasi simplisia yang


kelompok kandungan kimianya telah diketahui dari uji tabung.
Penyelidikan larutan percobaan

1. Alkaloid
a) Uapkan 2 ml sari eter (larutan B) hingga kering, basahi dengan sedikit HCl
dan metanol
b) Ambil sedikit larutan yang digunakan untuk identifikasi garam alkaloid dan
alkaloid basa kuartener pada sari etanol air (larutan C)
2. Antraglikosida , flavonoid dan kumarin
Gunakan sari eter (larutan B) yang telah dipekatkan
3. Saponin dan tanin
Gunakan sari etanol-air (larutan C) yang telah dipekatkan
4. Minyak atsiri
Gunakan sari petroleum eter (larutan A) yang telah dipekatkan
5. Glikosida jantung
Gunakan sari eter hasil hidrolisis sari etanol-air (larutan C) yang digunakan untuk
uji glikosida. Pekatkan larutan

Lempeng KLT

Silika gel F 254

Fase gerak

Gunakan fase gerak yang sesuai untuk masing masing kandungan kimia yang akan
diperiksa . Perhatikan skema sistem KLT, bila tidak terdapat fase gerak yang sesuai,
carilah di literatur. Diskusikan dengan dosen/ instruktur praktikum

Pereaksi penampak atau cara deteksi

gunakan pereaksi penampak bercak yang sesuai untuk masing masing kandungan kimia
yang akan diperiksa. Perhatikan skema sistem KLT, bila tidak ada yang sesuai, cari di
literatur. Diskusikan dengan dosen/instruktur praktikum
Skema Sistem KLT
Alkaloid Antrakuinon
Fase diam Silika gel F 254 Silika gel F-254
Fase gerak Toluena-etil asetat-dietil Etil asetat-metanol-air (100 :
amina (7 : 2 : 3) 13,5 : 10)
Deteksi Dragendorff dilanjutkan KOH 5% etanolik
natrium nitrit
Keterangan Bercak warna jingga sampai Bercak di bawah sinar
merah tua di bawah sinar tampak berwarna merah
tampak menunjukkan adanya
antrakuinon

Glikosida jantung flavonoid


Fase diam Silika gel F 254 Silika gel F-254
Fase gerak Etil asetat-metanol-air ( 100 : Etil asetat-as. Formiat-as.
13,5 : 10) Asetat glasial-air ( 100 : 11 :
11 : 27)
pembanding Digitonin Rutin
Deteksi SbCl3 AlCl3
Keterangan Di bawah sinar tampak Di bawah UV 365 berpendar
kuning intensif, hijau atau
jingga

Saponin Minyak atsiri


Fase diam Silika gel F 254 Silika gel F-254
Fase gerak Kloroform-metanol-air ( 64 : Toluena-etil asetat (93 : 7)
50 : 10)
Pembanding Stigmasterol (steroid) Betulin Thymol Eugenol
(triterpenoid)
Deteksi Anisaldehid asam sulfat, Anisaldehid asam sulfat,
dipanaskan 100 C dipanaskan 100 C
Keterangan Bercak berwarna biru di bawah Bercak di bawah sinar tampak
sinar tampak berwarna biru, hijau, merah
menunjukkan adanya senyawa
terpen yang biasanya
merupakan penyusun minyak
atsiri
Kumarin Tanin dan senyawa fenolik lain
Fase diam Silika gel F 254 Silika gel F-254
Fase gerak Dietil eter-toluen (1 : 1), Etil asetat-metanol-air ( 100 :
dijenuhkan dengan asam asetat 13,5 : 10)
10%
pembanding Kumarin standar Asam galat
Deteksi KOH 5% etanolik FeCl3
Keterangan Biru muda atau sawo matang Di bawah sinar tampak senyawa
fenolik akan berwarna hijau
hingga biru kehitaman

IV. HASIL PRAKTIKUM

N Uj/ perlakuan Hasil


O
Serbuk sambilato

Uji tabung
1 5 gram serbuk sambilato + 5ml petroleum Warna bening
eter
a) Lemak lemak dan garam lemak
tinggi 5mlsari PE + KOH + etanol
disari eter (-)tidak ada lemak

b) Steroid dan triberpenoid 5 ml sari


PE+ as. Asetat + 0,5 ml kloroorm P
+ H2SO4 P (-) larutan bewarna colat
jernih

c) Alkaloid
10 ml sari eter +_ 1,5 ml HCl 2% (-) tidak ada endpan
dibagi menjadi 3 tabung : (-) tidak ada endapan
T1: pembanding (-) tidak ada endapan
T2: p. dragen draff
T3: p. mayer

d) Senyawa fenolik (+) biru pekat


1ml sari eter + Larutan FeCl3
- Fenol-fenol
1ml sari eter + K3[Fe(CN)6]+
FeCl3

- fenilpropenoid (-) jernih


3ml sari eter + air panas dibagi 2 (+) berfluransi biru
tabung : (-) tidak terdapat warna violet
T1: pembanding
T2: + ammonia eter+ UV + (-) tidak terjadi perubahan
hidroklamin HCl + KOH 10% + warna merah atau jingga
etanol

- flavonoid Tidak terdapat perubahan


3 ml sari eter + 2 ml mentol 50 % warna terdapat 2 lapisan tetapi
+ logam Mg + 4 tetes Hcl P jernih

- antrakinon

e) asam lemak
- sari etanol air
- garam alkaloid- alkaloid basa
kuarteruer dan ammonia
teroksidasi sari etaanol air + HCl
10% dibagi menjadi 2 tabung :
T1 : garam alkaloid (-) tidak ada endapan
T2: ammonia teroksidasi dan (+) terdapat endapan
basa kuartener KLT (+) terdapat endapan
Larutan 1 dan 2 dibagi menjadi
3:
TA : pembanding (-) warna colat
TB: p. mayer (-) tidak warna biru atau hijau
TC: p. dragendorff Lp
(-) tidak warna merah tapi
f) antasian colat
- sari etanol-air + HCl
- sari etanol –air + NaOH
(-) tdak tersapat buih
g) glokosida Pada literature siponin
+15 ml HCl 10% Lp + sari etanol air terkandung dalam daun
sambiloto
h) saponin
2ml sari etanol –air + air 15 menit (-) tidak muncul warna biru
atau ungu
Pada literature tannin terdapat
pada bagian daun sambiloto
i) tanin
1 ml sari etanol-air + FeCl3 P

(-) warna coklat

(-) warna coklat


j) karbohidrat
- sari etanol-air + 1 tetes H2SO4 P
+ p. mayer
- sari etanol + air (encerkan )
2 Dibawah sinar Rf
1 . flonoid (sambiloto Sampel
Dibawah sinar UV 254 5,5 cm
a). = 0, 78
7 cm

b). -
keterangan : dibawah sinar UV 254 hasil
berwarna biru

Fase gerak (5ml) : etil asetat – air formiat , (-) berpendar kuning intinsif hijau atau
as. jingga
Asetat glacial –air
Pembanding : rutin
Deteksi : AlCl3

- tidak terlihat pada sinar tampak


2. saponin

Fase gerak : kloroorm –metanol –air (5ml)


Pembanding: stagmasterd (steloid) pada
praktikum tidak dipakai
deteksi : anisaldehid as. Sulfat dipanas kan
100°C

a) dibawah sinar UV 254 Sampel :


0,8 cm
a) = 0,11
7 cm

0,5 cm
b) =0,07
7 cm

b) dibawah sinar UV 254 setelah a) Sampel


disemprot anisaldehid + dipanas kan 0,9 cm
= 0,12
7 cm
c) dibawah sibnar tampak setelah
disemprot anisaldehid dipanaskan a) Sampel
0,7 cm
= 0,1
7 cm

3. tanin

Fase gerak (5ml) asetat – methanol- air


Pembanding : asam galat (pada praktikum
tidak
dipakai )
deteksi : FeCl3
a) Sampel
0,7 cm
= 0,1
7 cm

b. dibawah sinar UV 254 setelah disemprot a) Sampel


FeCl3 3,2cm
= 0,45
7 cm

c. dibawah sinar UV 254 setelah disemprt a) Sampel


FeCl3 2,9 cm
= 0,41
7 cm
4. minyak atsiri Sampel
Fase gerak (5ml) : tolven –etil asetat 1,3 cm
a) = 0,18
Pembanding ; tymol 7 cm
Deteksi : anis aldehid asam sulfat
0,4 cm
a. Dibawah sinar UV 254 b) = 0,057
7 cm

Pembanding
0,7 cm
a) = 0,1
7 cm

0,6 cm
b) = 0,085
7 cm

b. Dibawah sinar UV 254 setelah


disemprot anisaldehid
0,5 cm
a) =0,07
7 cm

0,3 cm
b) =¿ 0,04
7 cm

0,2 cm
c) =0,02
7 cm

0,1 cm
d) =0,01
7 cm
c. Dibawah sinar tampak
- Tidak tampak

Pembanding :
4,9 cm
a) =0,7
7 cm

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini praktikan melakukan percobaan mengenai skrining fitokimia . skrining
fitokimia dilakukan terhadap serbuk simplisia sambiloto. Tujuan dilakukannya praktikum ini
yaitu untuk mengetahui berbagai macam zat kandungan yang terdapat dalam jaringan tanaman
Andrographis paniculata Ness. Sambiloto adalah tanaman liar yang diduga berasal dari india.
Tanaman yang sangat pahit ini dipatenkan sebagai obat antiHIV oleh sebuah perusahaan farmasi
jerman. Sementara di Indonesia, Dirjen POM Depkes RI menetapkan sambiloto sebagai salah
satu dari sembilan tanaman obat unggulan yang sudah diuji secara klinis.

Tanaman sambiloto berkembang baik dengan biji atau stek batang. Kandungan kimia yang
terdapat pada sambiloto, yaitu :

 Sambiloto mengandung senyawa flavonoidyg bersifat mencegah sekaligus


menghancurkan penggumpalan darah.
 Sambiloto memiliki kadar kalium yang tinngi dan rendah kandungan natrium. Kalium
diperlukan untuk mengeluarkan air dan natrium dalam tubuhsehingga dapat menurunkan
tekanan darah. Sementara natrium harus dihindari karena dapat meningkatkan tekanan
darah.

Salah satu tananman yang sering digunakan sebagai obat tradisional di indonesia adalah
sambiloto yang mempunyai banyak sekali khasiat, diantaranya untuk penyakit kurap, sakit perut,
demam karena gigitan serangga/ular berbisa, tifus dan penyakit malaria. Tanaman ini juga
mengandung andrognafin, androgofolid (zat pahit) dan panikulin dimana sifat antibiotiknya
mampu meningkatkan fungsi pertahanan tubuh dan membantu menyembuhkan luka akibat
kanker.
Tanaman sambiloto mempunyai nama lain Andragraphis Panikulat Ness memiliki sinonim
Justica Paniculata Burn ; Justica Latebrosa Puss

Klasifikasi tanaman sambiloto adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Sub-kingdom : Tracheo bionta

Superdivisio : Spermathopyta

Divisio : Magnoliopyta

Kelas : Magnolopsida

Sub kelas : Asteridae

Genus : Andrographis

Species : Andrographys paniculata Ness

Sifat sifat kimia yang dimiliki tanaman sambiloto antara lain rasa pahit, dingin, masuk meridian
patru, lambung, usus besar dan usus kecil. Ddaun dan percabangannya mengandung laktase
yhang terdiri dari deoksi androdidhidroandragrofolid, dan homoanrodrogofolid, flavonoid,
alkena, keton, aldehid, mineral (kailum, kalsium,natrium) asam kersik, damar.

Flvonoid terbanyak di isolasi dari akar yaitu polimetatoksivaflapon, andrografin, pati, ikkulin.
Mono-O-metilwhitin dan akfrogenin-7,4 dimetileter. Zat aktif andrografolit terfbukti berkhasiat
sebagai hepatoprotektor (melindungi sel hati dari zat toksin).
Daun sambiloto mengantung saponin, flavonoid, dan tanin juga mengandung zat pahit
andrograpolit yhang merupakan golongan diterpenoid.

Pada percobaan kali ini seharusnya tahap pertama melakukan pembuatan serbuk simplisianya
namun di laboratorium sudah tersedia serbuknya. Sehingga praktikum langsung melakukan uji
tabung. Namun sebelum uji tabung dillakukan mula-mula penyaringan serbuk simplisia, untuk
uji tabung dan uji KLT pada minyak atsih, lemak + asam lemak tinggi, steroid dan tritepinod
serta karotenoid di lakukan penyarian dengan menggunakan petroleumeter.

Pada uji tabung dan uji KLT pada alkoloid, senyawa fenolik seperti : fenol-fenol, fenil
propanoloid, flavonoid, antrakinon juga pada asam lemak penyarian di lakukan dengan
menggunakan sri eter, dan pada ujitabung dan uji KLT pada senyawa garam dan alkaloid,
alkaloid basah kuartener, amina teroksidasi, kemudian antosian, glikosida, saponin, tanin dan
karbohidrat penyarian serbuk simplisia dilakukan dengan menggunakan etanol dan air. Hal ini
dilakukan dengan penyarian berbeda-beda untuk masing-masing identifikasi senyawa
dikarenakan senyawa-senyawa yang dikelompokkan tersebut larut dalam bahan cairan penyari
tersebut, sehingga memperbesar kemungkinan keberhasilan dalam identifikasi yang dilakukan.

Penyaria pertama dilakukan dengan menggunakan petroleum eter serbuk yang disari yaitu
sebanyak 5 gram serbuk dengan menggunakan petroleum sebanyak 25ml, penyarian dilakukan
dua kali , bertujuan untuk benar-benar memastikan bahwa senyawa-senyawa yang diinginkan
terlarut dalam petroleum eter seutuhnya. Hasil dari penyarian dengan petroleum eter yaitu
larutan berwarna bening.

Pada uji lemak dan asam lemak tinggi, larutan sebanyak 5ml sari PE (+) KOH (+) etanol
kemudian disari dengan eter menunjukkan hasil yang (-) negatif yang ditandai dengan tidak ada
kandungan asam lemak tinggi larutan sari air akan alkalis.

Pada skrining fitokimia golongan senyawa kimia steroid dan triterpenoid sari PE diuapkan
hingga kering pada cawan porselen diatas waterbath senyawa ditambah dengan asam asetat
anhidrida, kemudian hasil menunjukkan kenegatifan (-) ditandai dengan terbentuknya larutan
berwarna coklat. Adanya kandungan steroid atau triterpenoid ditandai dengan terjadinya cincin
coklat kemerahan atau ungu pada batas dua larutan, sedangkan bagian atas larutan menjadi
warna hijau biru atau ungu.
Pada skrining fitokimia golongan alkaloid sari eter ditambahkan dengan 1ml HCl 2% dan air,
kemudian dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit, kemudian didinginkan. Filtrat tersebut
dibagi menjadi 3 tabung . tebung pertama sebagai pembanding, tabung kedua ditambah dengan
pereaksi dragendorff, dan tabung ketiga ditambahkan dengan pereaksi meyer. Pada tabung kedua
yang ditambah dengan pereaksi dragendarf menunjukkan hasil yg negatif ditandai dengan tidak
adanya endapan. Padahal jika terdapat alkaloid akan terbentuk endapan kuning jingga. Pada
tabung ketiga yang ditambah pereaksi mayer menunjukkan hasil yang negatif yang ditandai
dengan tidak terdapat endapan. Seharusnya ketika ditambahkan pereaksi meyer akan terdapat
endapan atau gumpalan putih atau putih kekuningan. Serbuk atau tumbuhan segar dikatakan
mengandung alkoloid apabila 2 dari 3 reaksi yang dilakukan diatas memberikan reaksi positif,
namun pada reaksi yang dilakukan tidak ada yang menunjukkan reaksi yang positif sehingga
simplisia ambiloto dapat dikatakan tidak mengandung alkoloid.

Pada uji tabung senyawa fenolik 1ml sari eter(+) larutan FeCl3 menghasilkan hasil yang positif
ditandai dengan munculnya warna biru pekat pada reaksi yang terjadi. Hal ini menunjukkan
bahwa sambiloto mengandung senyawa fenolik. Pada uji tabung pada fenilpropanoid sari eter
diuapkan sampai kering dan ditambahkan dengan air panas kemudian dibagi menjadi 2 tabung.
Tabung 1 sebagai pembanding dan tabung 2 direaksikan dengan amonia encer (NH4) kemudia
dilihat dibawah sinar UV hasil positif berfluoresensi biru pada saat larutan ditambah dengan
larutan hidrokalamin HCl (+) larutan KOH 10% (+) etanol menunjukkan hasil yang negatif
ditandai dengan tidak adanya warna violet.

(Gambar struktur kimia Fenilpropanolamin)


Pada uji tabung flavonoid, sampel sari eter (+) 2ml metanol 50% (+) logam Mg (+) 4 tetes HCl
pekat menunjukkan hasil yang negatif yang ditandai dengan tidak terjadinya perubahan warna
merah/jingga. Sebenarnya jika sampel mengandung flavonoid akan terjadi perubahan warna
menjadi merah atau jingga. Padahal pada literatur sambiloto ini mengandu g flavonoid akan
tetapi pada identifikasi yang praktikan lakukan tidak ditemukan adanya flavonoid. Hal ini
kemungkinan terjadi karena kesalahan prosedur kerja atau kekadaluarsaan simplisia sehingga
kandungan zat-zatnya telah hilang.

( Struktur molukuler dari rangka flavon ) (Struktur isoflavon)

Pada uji tabung antrakinon dilakukan dengan menggunakan sari eter + 1ml ammonia
25% atau NaOH % praktikum menggunakan NaOH 10% menggunakan hasil (-) ditanda dengan
adanya 2 lapis tapi jernih dapat dikatakan bahwa sambiloto tidak mengandung antrakinon .

Struktur kimia antrakinon

Pada uji tabung asam lemak, sari yang diguanakan adalah sari etanol –air sari diuapkan +

HCl 10% sisanya dipanaskan diaduk larutan ini dibagi menjadi tabung tabung 1 untuk garam
alkaloid dan tabung 2 untuk untuk namonia teroksidasi dan basa kuartenes pada tabung 1 dibagi

menjadi menjadi 3 tabung , taung 1 sebagai pembanding tabung 2 ditambah dengan pereaksi

mayer , tabung 3 ditambah dengan pereaksi dragendorf tabung 1 menunjukan hasil (-) ditandai

dengan tidak adanya endapan ,tabung 2 menunjukkan hasil (+) ditandai dengan adanya endapan ,

dan tabung 3 menunjukkan hasil (+) ditandai dengan adanya endapan hal ini menunjukkan

bahwa terdapat asam lemak pada simplisia sambiloto

Pada uji tabung golongan atosian digunakan sari etanol- air + HCl 10% menunjukkan

hasil (-) karena warna larutan tidak sesuai pada literature warna larutan seharus nya menjadi

merah jika bereksi dengan asam .

Pada uji tabung golongan glikosida sari etanol air+ 15 ml HCl 10% menunjukkann hasil

yang (-) karena tidak berwarna merah tetapi berwrna coklat .

Pada uji tabung golongan saponin, sari etanol –air digunakan hingga kira-kira sisa

separuh kemudian diencerkan dengan air yang sama banyak selanjutnya dikocok Selma 15

menit. Hal ini bertujuan untuk menimbulkan buaih karena adanya reaksi . maka dari hasil uji ini

menunjukkan hasil yang (-) tidak terdapat buih sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel yang

digunakan pada praktikum tidak mengandung saponin .

Pada uji tabung senyawa tanin digunakan sari etanol air + 2ml air+ FeCl pekat

menunjukan hasil yang (-) yaitu dengan terjadi tidak munculnya warna biru- hijau padahal pada

literature tanin ini terkandung oada bagian daun sambiloto ketidak sesuaian ini terjadi mungkin

karena tidak sesuainya prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum.

Uji tabung terakhir pada senyawa karbohidrat , yang digunakan sari etanol air + 3 tetes

H2SO4 + pereaksi molish menunjukkan hasil yang (-) ditandai dengan tidak terbentuknya warna
merah tetapi warna coklat . pada sari etanol air+ air (encerkan) + larutan lugo Lp menunjukkan

hasil yang (-) ditandai dengan tidak terjadi nya warna biru yang menunjukkan adanya pati , hal

ini dapat disimpulkan bahwa simplisia sambiloto tidak mengandung karbohidrat .

Selanjutnya praktikum melakukan uji KLT terhadap serbuk simplisia sambiloto

berdasarkan kandungan senyawa kimia yang terdapat pada sssambiloto berdasarkan literatur

senyawa kimia tersebut yaitu, flavonoid , saponin ,tanin , dan minyak atsiri .

Kramatografi digunakan untuk memisahkan subtansi campur menjadi komponen-

komponennya mula-mula chamber digunakan dengan pelarut pembanding , fase diam pada uji

KLT ini adalah silica grl F 254 , fase geraknya campur sebanyak 5 ml : etil asetat asam formiat ,

asam asetat glacial – air kemudian kerts saring dimasuk kan chamber dikatakan peruh apabila

seluruh kertas saring telah basah dengan pelarut ditotolkan sari flavonoidnya ( titik

penotoloannya 0,5 cm dari atas bawah kemudian disebelah kiri totolkan pembanding yaitu rutin .

dan diteksi yang digunakan adalah AlCl3 dibawah sinar UV 254 Rf didapat 0,78 pada sempelnya

hasil terlihat berwarna biru (-) berpendar kuning instersif hijau atau jingga, dibawah sinar

tampak tidak tampak adanya Rf .

Pada senyawa kimia saponin fase diam berupa silica gel F 254 ,fase gerak berupa :

kloroform – methanol- air jumlahcampuran 5 ml tidak menggunakan pembanding karena tidak

tersedia pada laboratorium . deteksi anisaldehid dibawah sinar UV 254 Rf sampel ada 2 yaitu

0,11 dan 0,07. Menurut literatur bercak spot tersebut adalah kandungan siponi ndari serbuk

simplisia
Pada sinar UV 254 setelah disemprot anisaldehid + dipanaskan menunjukkan adanya

satun spot dengan Rf 0,12 menggunakan penampak anisaldehid menghasilkan satu spot dengan

Rf 0,1 .

Pada KLT terdapat senyawa kimia tanin yang terdapat kandungan sambiloto dengan pelat

silika Gel F254 menggunakan pengembang etil asetat ,- metal –air (100: 13,5 : 10) selayaknya 5

ml menunjukkan adanya satu spot di bawah sinar UV 254 dengan Rf 0,1 kemudian spot tersebut

dideteksi dengan penampak FeCl3 menghasilkan satu spot dengan Rf 0,45 dan dibawah sinar UV

254 setelah disemprot dengan penampak mendapatkan Rf 0,41 hal ini menunjukkan bahwa

adanya senyawa tanin dpada simplisia sambiloto.

Pada KLT terdapat senyawa minyak atsiri yang teerkandung dengan sambiloto dengan

pelat silika gel F 254 menggunakan pengembang (5ml) : toluene –etil asetat (93:7) menunjukkan

dengan adanya empat spot , 2 spot pada pembanding (tymol) dan dua spot pada seempel .

dibawah sinar UV didapatkan Rf pembanding 0,1 dan ),085 dan Rf pada sampel 0,18 dan 0,057

menggunakan penampaak anisaldehid yang kemudian dipanaskan dibawah sinar Uv 254

mendapatkan empat spot pada sempel dengan Rf 0,07 , 0,04, 0,02, 0,01 dan pada pembanding

terdapat satu spot dengan Rf 0,7. Hal ini menunjukkan bahwa adanya senyawa minyak atsiri

yang yang tekandung pada simplisia sambiloto Yang digunakan dan terdapat senyawa lain yang

terdapat didalam nya .


BAB V

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari hasil praktikum dari pembahsan diatas dapat disimpulkan bahwa pada skrining fitokinia

membutuhkan ketelitian yang pasif. Pada sampel yang digunakan dalam praktikum merupakan

serbuk simplisia sambiloto pada uji tabung hanya beberapa yang mendapatkan hasil yang positif

dan pada uji KLT hampir semua senyawa analisis memiliki Rf yang baik sehingga hal ini

menimbulkan ketidak sesuaian antara kedua uji yang dilakukan . hal tersebut dapat terjadi karena

kesalahan praktikan dalam melakukan uji atau bahkan dari pereaksi . preaksi yang mungkin telah

terdapat kotoran. Sambiloto pada uji KLT positif mengandung flavonoid, tanin dan minyak

atsiri.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim . 2019 petunjuk Praktikum Farmakognosi :Yogyakarta : SSG Pres

Anonim. 1979. Msteria medika Indonesia. Jilid III .Jakarta : Dapartemen Kesehatan Republik

Indonesia.

Anonym.2000 . Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. 3-5 . Jakarta : dapkes RI

Edrick, lim,2012. Sambiloto . Diakses pada 20september 2012 ,oleh lim edrick.

https// id.Scribd.com./doc/106432808/ sambiloto.

Harbone, J.B , 1996. Metode Fitokimia .Edisi 2.Bandung: ITB press

Anda mungkin juga menyukai