Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara besar yang terdiri dari daratan dan lautan yang luas.
Daratan Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang menduduki bagian wilayah Indonesia
sedang daratan mencakup samudera, laut, sungai, danau, rawa. Semuanya merupakan
aspek penyusun negara Indonesia. Daratan maupun lautan di Indonesia memiliki
kekayaan alam tersendiri yang menjadi tulang punggung kehidupan negara.
Namun sayang kekayaan alam tersebut masih banyak yang terbengkalai.
Kayu angin merupakan kelompok lumut kerak dimana lichen ini
tumbuhnya berupa talus yang terdiri dari benang-benang hifa. Punya warna hijau
kekuningan. Kayu angin hidup secara epifit pada pepohonan. Oleh karena itu banyak
para ahli melakukan penelitian terhadap tumbuhan ini. Salah satu lumut
yang banyak digunakan untuk penelitian adalah lumut jenis Usnea sp. Usnea sp
mengandung zat warna kuning yang disebut dengan asam usnat yang berfungsi
sebagai anti mikroba. Produk yang mengandung salaf usno, usni planta atau binan.
Usnea sp (Usneaceae) secara tradisional digunakan sebagai bahan obat karena
kandungan asam usnatnya yang memiliki aktivitas anti mikroba. Usnea sp atau
kayu angin mengandung asam usnat yang bermanfaat selain sebagai anti
bakteri atau anti mikroba, juga bermanfaat sebagai astringen, dan pelembut kulit.
Usnea sp (Usneaceae) secara tradisional digunakan sebagai bahan obat karena
kandungan asam usnatnya yang memiliki aktivitas antimikroba. Usnea sp. atau kayu
angin mengandung asam usnat yang bermanfaat selain sebagai anti bakteri atau anti
mikroba, juga bermanfaat sebagai astringen, dan pelembut kulit. Dalam penelitian ini
diisolasi asam usnat menggunakan petroleum eter dan premium. Serbuk simplisia
dimaserasi menggunakan kedua pelarut tersebut kemudian isolat dimurnikan
menggunakan aseton, menghasilkan kristal ortorombis berwarna kuning dengan titik
leleh 203-205 C. Isolat diidentifikasi secara spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak
dan inframerah. Rendemen asam usnat yang dimaserasi dalam petroleum eter adalah
0,49-0,78%.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui dan mempraktekkan mekanisme isolasi asam usnat dari kayu
angin (Usnea sp.)
2. Mengetahui dan mempraktekkan senyawa-senyawa kimia yang terkandung
dalam kayu angin (Usnea sp)
3.
1.3 Manfaat
Mendapatkan senyawa murni fenolik dengan metode pemisahan KLT dari Usnea
sp sehingga kita dapat mengetahui senyawa murni apa yang telah terpisah dan
berguna dalam pengerjaan tugas praktikum Kimia Bahan Alam II ini.
Selain itu, juga menambah pengetahuan tentang bagaimana cara mengisolasi
senyawa fenolik dari sampel kayu angin. Selain itu, dapat mengetahui cara
mengidentifikasi senyawa yang ada dalam sampel tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi

Gambar 1. Tumbuhan Usnea sp (Anonim,2011).

Kingdom: Plantae
Divisi: Thallophyta
Subdivisi: Lichenophyta
Kelas: Ascolichenes
Ordo: Lecanorales
Famili: Parmeliaceae
Genus: Usnea
Spesies: Usnea sp (Anonim,2011).

2.2 Morfologi
Sapropit, tahunan, menempel pohon keras. Batang berbentuk benang, bercabang-
cabang, umumnya memanjang, permukaan kasar, hijau kekuningan. Apotesiumnya
tumbuh kearah sisi atau ketengah, bentuk perisai agak bercahaya, tepi berambut
askospora berisi 8 askospora yang kecil ,lonjong. Spermogoniumnya tumbuh kearah
sisi, terbenam agak menonjol (Tjirosoepomo, 1989).
Kayu angin merupakan dua organisme yang terdiri atas cendawan dan ganggang
protococcus yang bersimbiosis membentuk suatu kesatuan individu. Keseluruhan
tumbuhan umumnya berwarna hijau pucat kebiruan, tumbuhan tegak atau berjumbal,
dan panjangnya sampai 30 cm atau lebih. Cabang-cabangnya pejal atau kosong
membentuk thallus berupa benang atau ranting, bentuknya bulat memanjang, cabang
bervariasi, sering kali kasar, berwarna hijau kelabu atau hijau kekuningan. Di
Indonesia, terutama di jumpai di daerah pegunungan,namun dapat pula di jumpai di
dataran rendah dengan kelembapan udara yang cukup tinggi. Kayu angin tumbuh
sebagai epifit di dahan kayu yang tinggi sebab cahaya dan kelembapan yang tinggi
merupakan faktor yang mutlak bagi perkembangannya (Solichin, 1992).
Kayu angin bukanlah termasuk tumbuhan tinggi, tetapi termasuk sejenis lumut
yang hidup menggantung pada ranting pohon namun tunbuhan ini dia tidak
mengambil makanan dari Induk Semangnya atau disebut Epifit. Bentuk seperti
jenggot menggantung seperti cemara, berwarna hijau putih keabuan. Untuk hidupnya
memerlukan kelembaban yang cukup tinggi (Solichin, 1992).
Sebagai epifit kayu angin hidup menempel pada cabang atau kulit pepohonan di
daerah pegunungan. Keberadaannya sangat bergantung pada tumbuhan inang serta
lingkungan yang menjadi tempat tumbuhnya. Kayu angin merupakan obat yang
sangat penting dan banyak digunakan sebagai ramuan tradisional (Tjirosoepomo,
1989).

2.3. Kandungan Kimia


Usnea sp. Mengandung asam usnat, babatolat, usnetin, asam barbatin. Disamping
itu, Usnea Sp juga mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol. Dilaporkan bahwa
asam usnat yang dikandungnya memiliki potensi antibakteri yang efektif terhadap
bakteri gram positif (Kardono, 1996).
Kandungan bahan asam usnat dalam Usnea sp Mengalami penurunan dalam
keadaan basah, dan asam usnat juga mengalami (misalnya besi). Pada penyimpanan
selama 40 hari dengan kelembaban relative yang sesuai dan di ekstrak dengan
metode Marsark, menunjukkan asam usnat tidak menghilang. Ekstraksi hasil yang
sama dengan menggunakan peralatan dari gelas atau kaca (Kheir, 1975).
Hasil isolasi dari asam usnat oleh marshaks dalam bentuk kristal menunjukkan
sifat : dapat larut dalam aseton panas, alkohol, eter, larut sedikit demi sedikit dalam
minyak panas dan tidak larut dalam air.Rumus molekulnya C18H16O7 dengan berat
molekul 334,31 dan melebur pada suhu 193-1940C (Kheir, 1975).

Gambar 2. Asam Usnat

2.4. Kegunaan
- Sebagai bahan makanan.
Saat makanan sulit didapat orang-orang menggunakan lichens sebagai sumber
karbohidrat dan mencampurkannya dengan tepung. Di Jepang, Lichenes
Umbilicaria dari jenis foliose dapat digoreng atau dimakan mentah.
- Sebagai obat-obatan.
Usnea filipendula yang dihaluskan dapat digunakan sebagai obat luka dan
terbukti bersifat anti bakteri. Usnea hlepharea dan Lexuoso digunakan untuk
mengurangi aktivitas bakteri penyebab bau badan.
- Sebagai antibiotik
Senyawa asam usnat ini telah banyak digunakan pada salep
antibiotic,deodorant dan herbal tincture. Pigmen kuning asam usnat digunakan
sebagai antibotika yang mampu menghalangi pertumbuham bakteri
(Solichin, 1992).
Tanaman lichens banyak digunakan sebagai jamu, ini karena tanaman ini juga
berkhasiat astrigen dan antibiotik. Secara tradisional digunakan sebagai obat
batuk,disentri, mencret, perut kembung, sari awan, dan pelembut kulit (Solichin,
1992).
Banyak lichen dan ekstrak yang mengandung asam usnat telah digunakan untuk
aplikasi obat, wewangian, kosmetik dan juga pada aplikasi ekologi. Asam Usnat
sebagai bahan murni telah diformulasikan dalam krim, pasta gigi, obat kumur,
deodoran dan tabir surya produk, dalam beberapa kasus sebagai prinsip aktif, dan
juga sebagai pengawet. Selain antimikroba aktivitas melawan patogen manusia dan
tumbuhan, asam usnat telah terbukti menunjukkan aktivitas sebagai
antivirus,Antiprotozoal, antiproliferatif, antiinflamasi dan aktivitas analgesik. Efek
ekologi, seperti antigrowth, antiherbivora dan sifat anti serangga, juga telah
ditunjukkan. Selain itu, spesies Usnea telah digunakan di Asia, Afrika dan Eropa
untuk penghilang rasa sakit dan kontrol demam . U. barbata diduga digunakan oleh
Hippokrates untuk mengobati keluhan kemih dan U. Longissima oleh orang Cina
dalam penyembuhan luka dan sebagai ekspektoran. Ekstrak dari U. barbata telah
digunakan sebagai sumber dari asam usnat di kosmetik dan farmasi modern
persiapan. Di Argentina U. densirostra, diketahui dijual untuk berbagai gangguan
(Cansaran, 2006).

2.5. Metode isolasi

2.5.1 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh kandungan
senyawa kimia dari jaringan tumbuhan maupun hewan. Ekstrak adalah sediaan
kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut
cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung, ekstrak kering harus
mudah digerus menjadi serbuk. Cairan penyari yang digunakan air, etanol dan
campuran air etanol (Depkes RI, 1979).

2.5.2 Sokletasi
Sokletasi adalah suatu metode atau proses pemisahan suatu komponen yang
terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang-ulang dengan
menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan
terisolasi.Adapun prinsip sokletasi ini adalah penyaringan yang berulang-ulang
sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila
penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah
zat yang tersari. Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap
dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut (Voigt,
1995).
Pengambilan suatu senyawa organik dari suatu bahan alam padat disebut
ekstraksi. Jika senyawa organik yang terdapat dalam bahan padat tersebut dalam
jumlah kecil, maka teknik isolasi yang digunakan tidak dapat secara maserasi,
melainkan dengan teknik lain dimana pelarut yang digunakan harus selalu dalam
keadaan panas sehingga diharapkan dapat mengisolasi senyawa organik itu lebih
efesien. Isolasi semacam itu disebut sokletasi (Voigt, 1995).
Metoda sokletasi merupakan penggabungan antara metoda maserasi dan
perkolasi. Jika pada metoda pemisahan minyak astiri (distilasi uap), tidak dapat
digunakan dengan baik karena persentase senyawa yang akan digunakan atau
yangakan diisolasi cukup kecil atau tidak didapatkan pelarut yang diinginkan untuk
maserasi ataupun perkolasi ini, maka cara yang terbaik yang didapatkan untuk
pemisahan ini adalah sokletasi (Voigt, 1995).
2.6 Metode Pemurnian

2.6.1 Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran/pengotornya
dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut
yang cocok. Prinsip rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan
dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur/pencemarnya. Larutan yang terjadi
dipisahkan satu sama lain, kemudian larutan zat yang diinginkan dikristalkan dengan
cara menjenuhkannya. Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat
yang jamak digunakan, dimana zat-zat tersebut atau zat-zat padat tersebut dilarutkan
dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali. Cara ini bergantung pada
kelarutan zat dalam pelarut tertentu di kala suhu diperbesar. Karena konsentrasi total
impuriti biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, bila dingin, maka
konsentrasi impuriti yang rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang
berkonsentrasi tinggi akan mengendap (Arsyad, 2001).
Rekristalisasi merupakan metode yang sangat penting untuk pemurnian
komponen larutan organic. Ada tujuh metode dalam rekristalisasi yaitu: memilih
pelarut, melarutkan zat terlarut, menghilangkan warna larutan, memindahkan zat
padat, mengkristalkan larutan, mengumpul dan mencuci kristal, mengeringkan
produknya (hasil) (Williamson, 1999).
Prinsip dasar dari proses ini adalah perbedaan kelarutan antara zat yang
dimurnikan dengan zat pencemarnya dan hanya molekul-molekul yang sama yang
mudah masuk kedalam struktur kristalnya, sedangkan molekul-molekul lain atau
pengotor tetap di dalam larutan atau berada di luar kristalnya (Keenan, 1999).

2.6.2 KLT
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa
menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan.
Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit,
baik penyerap maupun cuplikannya.KLT dapat digunakan untuk memisahkan
senyawa – senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida – lipida dan hidrokarbon
yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk
mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari
kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi senyawa
murni skala kecil. Pelarut yang dipilih untuk pengembang disesuaikan dengan sifat
kelarutan senyawa yang dianalisis (Gritter et al., 1991).
Identifikasi dari senyawa-senyawa hasil pemisahan KLT dapat dilakukan dengan
penambahan pereaksi kimia dan reaksi-reaksi warna. Tetapi lazimnya untuk
identifikasi digunakan harga Rf. Harga Rf didefenisikan sebagai berikut:

Rf = Jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik penotolan


Jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik penotolan
(Gritter et al., 1991).
BAB III
PROSEDUR KERJA

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat
Wadah untuk maserasi, corong, botol 500 ml, botol 100 ml, vial, pipet tetes,
seperangkat alat rotary evaporator, chamber, penotol

3.1.2 Bahan
Kayu angin kering. Etil asetat, methanol,penampak noda senyawa golongan
fenolik (FeCl3 1%), kapas, plat KLT

3.2 Cara Kerja


a. Grinder kayua angin sebanayak 30 g
b. Sokletasi dengan etil asetat
c. Uapkan maserat dengan rotary evaporatorsampai kering
d. Lakukan rekristalisasi menggunakan pelarut etil asetat
e. KLT senyawa hasil isolasi menggunakan fase diam silika gel F254, fase
gerak heksan : etil asetat (3: 2)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut:

Berat Kristal Total = 0. 4601 gram

Rendemen = Berat akhir


X 100%
Berat awal

= 0,4601 gram
X 100%
10 gram

= 4,601 %

Rf = Jarak noda

Jarak keseluruhan

= 0,95 cm

4,35 cm

= 0,22 cm
4.1. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami menggunakan sampel Usnea sp atau yang biasa
disebut dengan lumut kerak. Bagian tanaman yang digunakan yaitu lichen atau lumut
kerak itu sendiri, yang sudah dikering dengan cara dikering angin bukan dengan
menggunakan panas matahari . Penggunaan sampel yang kering ditujukan untuk
inaktivasi enzim dan mencegah tumbuhnya jamur sehingga sampel dapat bertahan
lama, pada isolasi asam usnat, Sampel harus dirajang terlebih dahulu tujuan dari
perajangan sampel ini agar dapat memperbesar luas permukaan sehingga daya kontak
zat dengan pelarut lebih besar dan kandungan senyawanya yang tertarik lebih banyak
Kemudian lakukan dengan maserasi dengan pelarut etil asetat. Maserasi pada
prinsipnya merupakan salah satu metode ekstraksi dengan cara perendaman . Asam
usnat termasuk kedalam golongan polifenol. Dalam proses ekstraksi untuk penarikan
senyawa polifenol dilakukan dengan teknik maserasi. Pemilihan teknik didasarkan
pada karakteristik senyawa yang akan dimurnikan. Dalam hal ini asam usnat cukup
stabil dalam pemanasan, dan ditinjau dari peralatan yang cukup sederhana. Mengenai
pelarut yang digunakan utnuk penarikan senyawa polifenol ini menggunakan pelarut
polar. Hal tersebut dilakukan karena kebanyakan dari senyawa fenolat adalah polar.
Selain itu sifat dari pada senyawa yang akan dimurnikan bersifat polar. Setelah
dilakukan ekstraksi maka akan diperoleh ekstrak, ekstrak ini dirotari menggunakan
rotary evaporator untuk menguapkan pelarutnya sehingga didapatkan ekstrak kental.
Prinsip kerja rotary evaporator adalah menguapkan pelarut berdasarkan titik
didihnyadengan menggunakan sistem vakum sehingga didapatkan ekstrak
kental.Kemudian Ekstrak kental ini didiamkan sampai terbentuk kristal, apabila
kristal ini lama terbentuk maka seperti yang kami lakukan, dapat ditambahkan pelarut
metanol kemudian disimpan didalam freezer, tujuannya untuk mempercepat proses
pembentukan Kristal. Kristal diambildengan cara melarutkannya dengan etil asetat.
Setelah itu kristal dipindahkan kedalam vial lalu pisahkan kristalnya dengan etil
asetat dengan cara menguapkan etil asetat.Apabila kristal yang ada di labu rotary
langsung diambil dengan cara pengerokan, kristal yang didapat akan berbentuk
amorf., sedangkan yang kita butuhkan adalah dalam bentuk kristal. Rekristalisasi
merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang umum digunakan,dimana zat
tersebut dilarutkan dalam pelarut kemudian dikristalkan kembali. Prinsip
rekristalisasi adalah dua atau lebih senyawa memiliki kelarutan yang berbeda pada
pelarut yang sama . Dan hanya molekul-molekul yang sama yang mudah masuk ke
dalam struktur kisi-kisikristal, sedangkan molekul-molekul lain atau pengotor akan
tetap di dalam larutan atau berada di luar kristalnya.
Kemudian pengujian lanjutan dilakukan dengan metode KLT. Dari hasil KLT
kristal asam usnat didapat rendemen sebesar 4,601%. Perolehan ini menunjukkan
bahwa Usnea yang digunakan dalam praktikum cukup banyak mengandung asam
usnat. Pada waktu dilakukan KLT pada asam usnat didapat noda yang jika dilihat
dibawah sinar UV menunjukkan warna ungu karena terjadi fluoresensi, hal ini
menunjukkan bahwa zat tersebut adalah asam usnat yang memiliki Rf 0,22. Hasil ini
sudah sesuai denganharga Rf berdasarkan literature yaitu 0,5
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan rendemen sebesar 4,601%
dan nilai Rf yang didapat adalah 0,22 cm.

5.2. Saran
Demi kelancaran dan kesuksesan dari percobaan yang dilakukan, maka praktikan
menyarankan kepada praktikan selanjutnya supaya :
1. Teliti, hati-hati dan serius dalam melaksanakan percobaan, dan sesuai dengan
prosedur kerja.
2. Pahami terlebih dahulu prosedur kerja sebelum melaksanakan percobaan.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, M. N.2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Jakarta: Gramedia.
Cansaran D, Kahya D, Yurdakulol E, Atakol O. Identification and quantitation of
usnic acid from the lichen Usnea species of Anatolia and antimicrobial activity. Z
Naturforsch C. 2006;61:773-776.
Depkes RI.1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta:. Departemen Kesehatan
Indonesia.
Gritter,R.J.,James M. B., dan Arthur E. S., 1991. Pengantar Kromatografi. Bandung:
Penerbit ITBKardono,.B.S.,Zaw,.K,and Sugiarso,Sugeng., Chemical constituents
of Usnea spp from Tawangmangu.1996.
Keenan,W.C. 1999. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Edisi Keenam. Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Kheir,Y.M.,and Patel,M.B., Isolation of Usnic Acid from Sundanese Drug Usnea
moliiuscula, Planta Medica, 27,171-172,1975.
Solichin,M.,Merati,Y.,Myrna,S.N., Analisa Kuantitatif Asam Usnat secara KLT-
Densitometri, Warta Tumbuhan Obat Indonesia, 4, 10-13, 1992.
Tjirosoepomo, gembong. 1989. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
Voigt.R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. EdisiV. Yogyakarta: Gadjah
MadaUniversityPress.
Williamson.1999. Macroscale and Microscale Organic Experiments. USA:
Houghton Mifflin Company.
gambar hasil klt

Anda mungkin juga menyukai