PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
Mendapatkan senyawa murni flavonoid dengan metode pemisahan KLT dari
Manihot esculanta sehingga kita dapat mengetahui senyawa murni apa yang telah
terpisah dan berguna dalam pengerjaan tugas praktikum Kimia Bahan Alam II ini.
Memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat tentang
kandungan dan manfaat Manihot esculanta baik dalam bidang kesehatan maupun
kehidupan sehari-hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taksonomi
(Haryati, 2004).
Kingdom: Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Subkelas: Rosidae
Ordo: Euphorbiales
Famili: Euphorbiaceae
Genus: Manihot
Spesies: Manihot esculenta Crantz (Haryati, 2004).
2.5 Flavonoid
a. Isolasi Flavonoid
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1.1 Alat
3.1.2 Bahan
- Daun singkong 10 kg, Metanol, etil asetat, penampak noda untuk flavonoid
(sitro borak) kertas saring
4.1 Hasil
Rendemen
Berat isolate + botol = 33,729 gram
Berat botol kosong = 26,7293 gram
Berat isolate = 7 gram gram
Rendemen = Jumlah senyawa isolat
X 100%
Jumlah sampel awal
= 7 gram
X 100%
10000 gram
= 0,07 %
Pada praktikum Kimia Bahan Alam kali ini adalah isolasi senyawa flavonoid
pada daun singkong (Manihot esculanta) untuk mengisolasi rutin (flavonoid-3-
glikosida)sebagai salah satu jenis glikosida flavonoid (glikosida flavonol) yang
terkandung dalam daunsingkong/ketela pohon.
Disini kami mengumpulkan 10 kg daun singkong yang telah dikutil dan
dirajang, daun singkong yang telah dirajang itu direbus dengan tujuan agar zat-zat
yang tidak dibutuhkan dapat keluar dari daun seperti hal nya daun singkong
mengandung sianida yang dapat berbahaya bagi tubuh jika dikonsumsi dalam
jumlah berlebih. Daun singkong direbus selama 1 jam dan kemudian diambil air
hasil kempaannya yang didiamkan selama beberapa hari untuk menunggu hasil
endapannya. Setelah ditunggu beberapa hari kemudian saring endapannya dan
larutkan dalam metanol 500ml dimana fungsi dari metanol ialah untuk
membebaskan sampel dari zat-zat pengotornya, karena sifat rutin yang polar maka
pengisolasian rutin dilakukan dengan penggunaan pelarut polar yaitu metanol,
dengan penggunaan metanol yang kemudian dipanaskan membuat semua senyawa
polar tertarik bersama filtrat. Filtrat yang diperoleh diuapkan hingga didapat
ekstrak kental, kemudian disimpan dalam lemari pendingin untuk mempercepat
pembentukan kristal rutin dan untuk mencegah terjadinya penjamuran pada
sampel, karena jika terbentuk jamur maka hasil yang kita dapatkan tidak berupa
senyawa rutin, jamur akan menghidrolisi rutin sehingga yang terbentuk adalah
quersetin. Endapan yang telah terbentuk diambil kemudian lakukan penguapan
dengan rotary evaporator dimana prinsip rotary evaporator ini adalah
memisahkan uap yang terbentuk dari cairan berdasarkan titik didihnya. Pada
rotary evaporator suhu yang digunakan yaitu 640C karena metanol memiliki titik
didih 64,70C, sehingga pada suhu tersebut akan menguap seluruh metanol.
Pengerjaan ini dapat dihentikan apabilasudah tidak ada lagi pelarut yang turun
kedalam wadah penampung dan diperolehlah ekstrak kental hasil rotary.
Setelah itu lakukan rekristalisasi dengan N-heksana : etil asetat (3 : 2) dimana
rekristalisasi merupakan proses pemurnian senyawa dari zat-zat pengotornya.
Prinsip rekristalisasi adalah pencucian fraksi dengan konsentrasi kecil pelarut
yang melarutkannya. Oleh sebab itu, maka etil asetat yang ditambahakan lebih
sedikit daripada penambahan N-heksan sehingga rutin yang terbentuk tidak akan
larut dalam pelarut N-heksan. Lalu tunggulah sampai terbentuknya kristal,
kemudian barulah cek KLT dibawah sinar UV λ365nm.
Kelompok kami hanya mendapatkan endapan yang lumayan banyak,
sehingga hasil kristal yang telah ditimbang pun mempunyai berat 5,32 g dalam 10
g sampel yang diambil,
Pada pengujian dengan KLT menggunakan fase diam kertas saring dan fase
gerak butanol : asam asetat :air (4 :1 :5) . Dengan digunakannya eluen yang
bersifat polar maka senyawa polar akan terelusi lebih dulu dan memiliki Rf yang
lebih tinggi, dibandingkan dengan senyawa non polar ataupun semipolar. Pada
KLT ini yang diuji adalah senyawa polar yaitu glikosida flavonoid (rutin).
Pada praktikum yang dilakukan dapat kita lihat bahwa didapatkan jarak eluen
(noda) sepanjang 0,8 cm dan jarak antar eluen ke noda 4 cm sehingga didapatkan
nilai Rf nya 0,2. Menurut literatur seharusnya nilai Rf dari rutin adalah sekitaran
0,5cm hal ini dikarenakan sifat gugus glikosida flavonoid termasuk rutin
merupakan salah satu metabolitsekunder yang bersifat polar, termasuk kedalam
kelompok glikosida O (molekul gulaberikatan dengan O-aglikon).
Melihat dari banyaknya manfaat rutin pada tinjauan pustaka diatas baik
terhadap kesehatan maupun bahan baku industri yang prospek sebagai agen
pengobatan, maka perlu disediakan rutin sebagai bahan baku dalam jumlah yang
cukup dan menjadi salah satu produk unggulan Indonesia, hal ini juga merupakan
salah satu cara untuk memperkecil pengeluaran negara.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Rutin merupakan salah satu jenis glikosida flavonoid yang bersifat polar,
sehingga dapat diekstraksi dengan pelarut polar, seperti air, methanol atau etanol.
Filtrat yang didapatdari hasil penyarian didinginkan untuk mempercepat
pembentukan kristal. Analisa dari aglikon dan glikosida ini dapat dilakukan
dengan menggunakankromatografi lapis tipis, dan menggunakan eluen tertentu
sesuai dengan kepolaran senyawayang dianalisa.
Didapatkan nilai Rf dari isolasi flavonoid daun Singkong (Manihot
esculanta)ini adalah 0,2 cm dengan Rendemennya 0,07 %.
5.2 Saran
1. Sampel yang akan diisolasi atau diuji harus merupakan spesies yang
sama
2. Lakukan pengerjaan sesuai prosedur dan literatur
3. Gunakan pelarut-pelarut yang sesuai berdasarkan kepolarannya
4. Alat – alat yang digunakan dalam keadaan steril
DAFTAR PUSTAKA