“TRITERPENOID”
Disusun oleh:
Zipora Apriliana (15330003)
Anglia Ananda Agustin (15330022)
Ami Rahmawati S (15330032)
Samha Aunillah (153300
Niken Ambarwati (153300
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Triterpenoid” ini dengan baik.
Sekiranya makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam proses belajar maupun mengajar.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki isi makalah ini agar kedepannya dapat
lebih baik lagi.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman dan pengetahuan
yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan seperti kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Senyawa-senyawa metabolit sekunder juga ditemukan dalam jumlah yang beragam dan
struktur kimia yang beragam. Namun, untuk lebih memudahkan mempelajarinya, telah
diklasifikasikan menjadi beberapa golongan senyawa bahan alam. Salah satu senyawa
metabolit sekunder yang akan dibahas adalah terpenoid.
Terpenoid merupakan kelompok metabolit sekunder terbesar. Saat ini hampir dua puluh
ribu jenis terpenoid telah teridentifikasi. Kelompok terpenoid merupakan derivat dari asam
mevalonat atau prekursor lain yang serupa dan memiliki keragaman struktur yang sangat
banyak. Struktur terpenoid merupakan satu unit isopren (C5H8) atau gabungan lebih dari
satu unit isoprene sehingga pengelompokannya didasarkan pada jumlah unit isopren
penyusunnya. Senyawa ini berstruktur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan berupa alkohol,
aldehid atau atom karboksilat. Mereka berupa senyawa berwarna, berbentuk kristal, dan
seringkali bertitik leleh tinggi dan aktif optik yang umumnya sukar dicirikan karena tak
ada kereaktifan kimianya.
Triterpen merupakan golongan terbesar dari terpenoid dan tersebar luas didalam
tumbuh-tumbuhan baik dalam keadaan bebas, ester atau bentuk glikosida. Beberapa
diantaranya telah dapat diisolasi dari hewan seperti squalen. Secara kimia triterpen adalah
senyawa-senyawa dengan kerangka karbon yang terbentuk berdasarkan 6 unit isopren dan
secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yang disebut squalen (skualen).
1.2 Rumusan Masalah
- Apa yang dimaksud dengan terpenoid?
- Apa yang dimaksud dengan triterpenoid?
-
1.3 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Minyak atsiri bukanlah senyawa murni akan tetapi merupakan campuran senyawa
organik yang kadang kala terdiri dari lebih besar dari 25 senyawa atau komponen yang
berlainan. Sebagian besar komponen minyak atsiri adalah senyawa yang hanya
mengandung karbon, dan hidrogen atau karbon, hidrogen dan oksigen yang tidak bersifat
aromatik yang secara umum disebut terpenoid. Fraksi yang paling mudah menguap
biasanya terdiri dari golongan terpenoid yang mengandung 10 atom karbon. Fraksi yang
mempunyai titik didih lebih tinggi terdiri dari terpenoid yang mengandung 15 atom
karbon.
Sebagian besar terpenoid mempunyai kerangka karbon yang dibangun oleh dua atau
lebih unit C-5 yang disebut isopren. Klasifikasi terpenoid ditentukan dari unit isopren
atau unit C-5 penyusun senyawa tersebut. Senyawa umum biosintesis terpenoid dengan
terjadinya 3 reaksi dasar, yaitu:
1. Pembentukan isoprene aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat.
2. Penggabungan senyawa dan ekor dua unit isopren akan membentuk mono-, seskui-,
di-, sester-, dan poli-terpenoid.
3. Pengabungan ekor dan ekor dari unit C15 atau C20 menghasilkan terpenoid atau
steroid.
Mekanisme dari tahap-tahap reaksi biosintesa terpenoid adalah asam asetat setelah
diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis Claisen menghasilkan asam
asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil koenzim A melakukan
kondensasi jenis aldol menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimana ditemukan
pada asam mevalinat. reaksi-reaksi berikutnya adalah fosforilasi, eliminasi asam fosfat
dan dekarboksilasi menghasilkan Isopentenil pirofosfat (IPP) yang selanjutnya
berisomerisasi menjadi Dimetil alil pirofosfat (DMAPP) oleh enzim isomerase. IPP
sebagai unit isopren aktif bergabung secara kepala ke ekor dengan DMAPP dan
penggabungan ini merupakan langkah pertama dari polimerisasi isopren untuk
menghasilkan terpenoid. Penggabungan ini terjadi karena serangan elektron dari ikatan
rangkap IPP terhhadap atom karbon dari DMAPP yang kekurangan elektron diikuti oleh
penyingkiran ion pirofosfat yang menghasilkan Geranil pirofosfat (GPP) yaitu
senyawa antara bagi semua senyawa monoterpenoid.
Penggabungan selanjutnya antara satu unit IPP dan GPP dengan mekanisme yang
sama menghasilkan Farnesil pirofosfat (FPP) yang merupakan senyawa antara bagi
semua senyawa seskuiterpenoid. senyawa diterpenoid diturunkan dari Geranil-Geranil
Pirofosffat (GGPP) yang berasal dari kondensasi antara satu unit IPP dan GPP dengan
mekanisme yang sama.
Berdasarkan mekanisme tersebut, maka secara umum terpenoid terdiri dari unsur-unsur C dan H
dengan rumus molekul umum (C5H8)n. Klasifikasi biasanya tergantung pada nilai n.
Dari rumus di atas sebagian besar terpenoid mengandung atom karbon yang jumlahnya
merupakan kelipatan lima. Penyelidikan selanjutnya menunjukan pula bahwa sebagian besar
terpenoid mempunyai kerangka karbon yang dibangun oleh dua atau lebih unit C5yang disebut
unit isopren. Unit C5 ini dinamakan demikian karena kerangka karbonnya seperti senyawa
isopren. Wallach (1887) mengatakan bahwa struktur rangka terpenoid dibangun oleh dua atau
lebih molekul isopren. Pendapat ini dikenal dengan “hukum isopren”.
2.1.2 Monoterpenoid
Dari segi biogenetik, perubahan geraniol nerol dan linaol dari salah satu menjadi
yang lain berlangsung sebagai akibat reaksi isomerisasi. Ketiga alkohol ini yang
berasal dari hidrolisa geranil pirofosfat (GPP) dapat menjadi reaksi-reaksi
sekunder, misalnya dehidrasi menghasilkan mirsen, oksidasi menghasilkan sitral
dan oksidasi reduksi menghasilkan sitronelal. Perubahan GPP in vivo menjadi
senyawa-senyawa monoterpen siklik dari segi biogenetic disebabkan reaksi
siklisasi yang diikuti oleh reaksi-reaksi sekunder.Senyawa seperti monoterpenoid
mempunyai kerangka karbon yang banyak variasinya.Oleh karena itu penetapan
struktur merupakan hal yang penting. Jenis kerangka karbon monoterpenoid antara
lain dapat ditetapkan oleh reaksi dehidrogenasi menjadi senyawa aromatik.
Penetapan struktur selanjutnya adalah melalui penetapan gugus fungsi dari
senyawa yang bersangkutan.
2.1.3 Seskuiterpenoid
2.1.4 Diterpenoid
2.1.4 Triterpenoid
Lebih dari 4000 jenis triterpenoid, telah diisolasi dengan lebih dari 40 jenis
kerangka dasar yang sudah dikenal dan pada prinsipnya merupakan proses siklisasi
dar sekualen. Tritepenoid terdiri dari kerangka dengan 3 siklik 6 yang bergabung
dengan siklik 5 atau berupa 4 siklik 6 yang mempunyai fungsi siklik pada siklik
tertentu. Struktur terpenoid yang bermacam ragam timbul akibat dari reaksi
sekunder berikutnya seperti hidrolisa, isomerisasi, oksidasi, reduksi dan siklisasi
atas geranil, farnesil, dan geranil-geranil pirofosfat.
Sebagian besar triterpen mempunyai 4 atau 5 cincin yang tergabung dengan pola yang
sama. Sedangkan gugus fungsinya , misal adanya ikatan rangkap, -OH, -COOH, keton atau
aldehid dan kadang-kadang ada gugus asetoksi, cincin oksida atau lakton.
2.3.2 Saponin
Saponin merupakan jenis glikosida. Glikosida adalah senyawa yang terdiri daro
glikon (Glukosa, fruktosa,dll) dan aglikon (senyawa bahan alam lainya). Saponin
umumnya : berasa pahit dan dapat membentuk buih saat dikocok dengan air.
Selain itu juga bersifat beracun untuk beberapa hewan berdarah dingin (Najib,
2009).
Saponin merupakan glikosida yang memiliki aglikon berupa steroid dan
triterpene. Tumbuhan yang mengandung saponin ini biasanya memiliki Genus
Saponaria dari Keluarga Caryophyllaceae
Dari aglikonnya saponin dapat bagi menjadi dua yaitu:
2.6.1 Squalene
Squalene adalah senyawa organik alami dengan 30 atom karbon yang terutama
didapatkan dari minyak hati ikan hiu. Squalene digunakan dalam pembuatan
kosmetik, dan juga sebagai adjuvan imunologi dalam vaksin. Squalene juga
tengah diteliti sebagai senyawa dengan efek kemopreventif.
Biosintesis Squalene
Dua molekul farnesyl pirofosfat tekondensasi dengan reduksi oleh NADPH untuk
membentuk squalene (dengan enzim squalene sintase):
2.6.2 Amirin
Senyawa amirin terdiri dari α- amirin and β-amirin. Masing- masing memiliki
rumus molekul C30H50O. α-amirin and β-amirin dapat dipisahkan dengan baik
jika dikromatografi memakai n- butanol-NH4OH 2M (1:1) (Harborne, 2006)
2.6.3 Lupeol
Rumus kimia : C 30 H50 O
Titik leleh : 215-216 ° C
Berat molekul : 426.7174 [g / mol]
Ditemukan dalam sayuran seperti kubis putih, merica, mentimun, tomat.
Dalam buah-buahan seperti minyak zaitun, ara, mangga, strawberry, anggur
merah. Dalam tanaman obat seperti ginseng Amerika, tanaman Shea
butter, Tamarindus indica, Allanblackia monticola, Himatanthus sucuuba,
Celastrus paniculatus, Zanthoxylum riedelianum, Leptadenia hastata, Crataeva
nurvala, Bombax Ceiba dan Sebastiania adenophora .
2.6.4 Sikloartenol
Sikloartenol adalah triterpenoid dengan empat cincin siklik (triterpenoid
tetrasiklik alkohol). Sikloartenol merupakan prekursor pertama pada biosintesis
senyawa-senyawa stanol dan sterol berkaitan dengan fitostanol dan fitosterol
2.6.8 Cucurbitacin
Cucurbitacin adalah senyawa biokimia yang tergolong steroid dimana pada
beberapa tanaman berfungsi untuk mempertahankan diri dari herbivora. Senyawa
ini adalah racun bagi beberapa hewan. Cucurbitacin mempunyai rasa pahit.
Manfaat:
1. Meningkatkan sekresi insulin pada pancreas sehingga dapat menurunkan kadar
glukosa dalam darah.
2. Sebagai senyawa anti tumor
BAB III
ISI
3.1 Diagram Alir Isolasi dan Ekstraksi Kulit Batang Srikaya (Annona squamosa L)
3.2 Pembahasan dan Hasil
Menurut (Ridhia, dkk. 2013), dalam mengidentifikasi kulit batang srikaya (Annona
Squamosa L) yang telah dikeringkan diskrining menggunakan preaksi Liebermann-
Burchard, pelarut organik yang digunakan seperti metanol teknis yang didistilasi, etil
asetat teknis yang didistilasi dan n-heksana teknis yang didistilasi. Penggunaan pereaksi
Liebermann-Burchard bertujuan untuk mengetahui apakah senyawa yang diperoleh
termasuk golongan triterpenoid atau tidak. Sedangkan menurut (Hingkuana, dkk. 2013)
dalam jurnalnya tentang identifikasi senyawa triterpenoid pada batang tumbuhan
mangrove (Avicennia marina) yang beraktivitas sebagai antibakteri. Uji aktivitas yang
dilakukan secara in vitro terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan P. earuginosa
menggunakan uji Kirby-Bauer. Uji Kirby-Bauer ini digunakan sebagai uji mikrobiologi
untuk mengetahui aktivitas mikroba dalam suatu sampel. Dengan menggunakan pelarut
organic seperti n-heksana, etil asetat, aseton, methanol dan air suling untuk ekstraksi dan
kolomelusi. Ada juga jurnal yang menggunakan pereaksi yang sama, dengan
menggunakan pereaksi Liebermann-Buchard untuk mengidentifikasi senyawa terpenoid
dari tanaman herba lampasau (Diplazium esculentum Swartz) oleh (Astuti, dkk. 2014).
Pada jurnal ini dilakukan metode uji kualitatif isolate B1 dengan pereaksi Liebermann-
Buchard, jika menunjukkan warna merah maka isolate B1 merupakan senyawa terpenoid.
Identifikasi selanjutnya menggunakan UV-Vis, IR dan 1H-NMR.
Berdasarkan penelitian oleh (Ridhia, dkk. 2013) mengenai isolasi dan karakterisasi
triterpenoid dari fraksinasi n-heksan pada kulit batang srikaya (Annona squamosa), Cara
maserasi dilakukan untuk menarik zat aktif yang ada dalam sampel keluar dengan adanya
perbedaan konsentrasi antara konsentrasi dari dalam sel dengan di luar sel, maka larutan
yang terpekat akan terdorong untuk keluar. Pergantian pelarut dilakukan setiap 2 hari
sekali dan pergatiannya dilakukan sebanyak 5 kali. Pergantian pelarut bertujuan karena
pelarut yang digunakan terus menerus akan mengalami kejenuhan (ekstrak sampel dengan
pelarut setimbang), sehingga zat aktif yang keluar dapat lebih maksimal. Pada saat pelarut
diganti, pelarut akan lebih banyak menarik zat aktif keluar dibandingkan pelarut yang tidak
pernah diganti. Pergantian dilakukan sebanyak 5 kali karena untuk sampel ini hasil
ekstraksi pada ekstrak ke-3 dan ke-4 masih terdapat zat aktif yang dapat di ekstrak,
walaupun secara statistika hasil ekstraksi yang ke-4 kemungkinan akan sama dengan hasil
ekstraksi yang ke-5. Akan tetapi, ada juga beberapa tanaman yang pada ekstraksi ke-5 dan
k- 6 masih terdapat zat aktif yang dapat diekstrak. Sedangkan menurut (Hingkua, S.S, dkk.
2013) pada uji senyawa triterpenoid dari batang tumbuhan mangrove maserasi dilakukan
selama 3x24 jam. Menurut (Astuti, M, dkk. 2014) pada isolasi dan identifikasi terpenoid
dari fraksi n-butanol herba lampasau, lamanya maserasi dilakukan selama 4x24 jam.
Perbandingan metode maserasi antara ketiga jurnal dilihat dari jenis sampel yang
digunakan, jenis pelarut dan banyaknya pelarut yang digunakan, sehingga mempengaruhi
lamanya proses ektraksi sampel. Seperti penjelasan sebelumnya bahwa sampel yang
digunakan, jenis pelarut dan banyaknya pelarut yang digunakan dalam ekstraksi dengan
metode maserasi sangat berpengaruh terhadap lamanya ekstraksi, dan pengulangannya
berkisar antara 3,4, dan 5 kali pengulangan.
Selain itu, pelarut yang pertama digunakan adalah n-heksana, hal ini bertujuan untuk
menghilangkan senyawa lipid yang ada pada kulit batang srikaya, karena berdasarkan
literature kulit batang srikaya mengandung minyak/lipid. Setelah itu, ekstrak disaring
dengan tujuan untuk memisahkan bagian filtrate dan residu. Filtrate yang sudah dipisahkan
kemudian dipekatkan dengan cara evaporasi, sehingga diperoleh ekstrak kental.
Selanjutnya, residu dimaserasi dengan cara yang sama dengan pelarut semi polar yaitu etil
asetat yang dapat menarik senyawa yang bersifat polar maupun non polar, memiliki
toksisitas rendah dan mudah diuapkan sehingga dapat digunakan untuk ekstraksi kulit
batang srikaya dan didapatkan ekstrak pekat etil asetat, dan kemudian dilanjutkan untuk
maserasi dengan pelarut polar yaitu methanol dengan tujuan untuk menarik senyawa polar
dari sampel. Pelarut yang digunakan berbeda-beda dan digunakan secara berurutan yaitu
dari pelarut non polar, semi polar dan polar, hal ini karena secara umum kebanyakan
tanaman itu larut pada pelarut non polar. Dari ketiga ekstrak pekat yang dihasilkan
dilakukan uji triterpenoid. Sedangkan, menurut (Hingkua, S.S, dkk. 2013 dan Astuti, M,
dkk. 2014) pelarut yang pertama digunakan adalah methanol untuk menarik senyawa yang
sifatnya polar.
Menurut (Ridhia, dkk. 2013), untuk menentukan senyawa yang di isolasi telah murni
atau belum maka dilakukan uji titik leleh terhadap senyawa tersebut. Dari hasil pengujian
titik leleh didapatkan titik leleh dari senyawa ini adalah 176,8 0C – 178,2 0C. Rentang
titik leleh senyawa yang didapatkan yaitu 1,4 0C, hal ini mengindikasikan bahwa senyawa
yang didapatkan telah murni karena senyawa yang dapat dikatakan murni yaitu apabila
titik lelehnya memiliki rentang ± 2 0C. Setelah didapatkan senyawa murni , dilakukan
pengujian triterpenoid dengan pereaksi Liebermann – Burchard untuk mengetahui
senyawa yang didapatkan tersebut termasuk golongan Triterpenoid. Dari hasil uji
triterpenoid dengan pereaksi Liebermann – Burchard terdapat cairan bewarna merah
kecoklatan pada plat tetes.
Spektrum inframerah senyawa hasil isolasi dapat dilihat pada gambar 2 yang
memberikan interpretasi data yaitu beberapa serapan penting pada daerah bilangan
gelombang 3440cm-1 yang menunjukkan adanya regangan –OH. Regangan C-O
ditunjukkan pada daerah bilangan gelombang 1199 cm-1. Regangan C=O ditunjukkan pada
daerah bilangan gelombang 1686 cm-1. Adanya –CH2 dan –CH3 ditunjukkan pada daerah
bilangan gelombang 2931 cm-1, yang didukung dengan adanya tekukan–CH pada bilangan
gelombang 1463 cm-15. Adanya gugus geminal dimetil ditunjukkan pada bilangan
gelombang 1372 cm-16.
BAB IV
KESIMPULAN
Triterpen merupakan golongan terbesar dari terpenoid dan tersebar luas didalam
tumbuh-tumbuhan baik dalam keadaan bebas, ester atau bentuk glikosida. Beberapa
diantaranya telah dapat diisolasi dari hewan seperti squalen. Secara kimia triterpen adalah
senyawa-senyawa dengan kerangka karbon yang terbentuk berdasarkan 6 unit isopren dan
secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yang disebut squalen (skualen).
DAFTAR PUSTAKA
Hingkuana, S. S., Julaeha E., dan Kurnia D., 2013. Senyawa Triterpenoid dari Batang
Tumbuhan Mangrove (Avicennia marina) Yang Beraktivitas Antibakteri.Prosiding Seminar
Nasional Sains dan Teknologi Nuklir.226-230.
Mariajancyrani, J., Chandramohan, G., Saravanan., dan A. Elayaraja. 2013. Isolation and
antibacterial activity of terpenoid from Bougainvillea glabra choicy leaves. Asian Journal of
Plant Science and Research. 3(3):70-73.
Ridhia, Ibrahim S., Efdi M,. 2013. Isolasi dan Karakterisasi Triterpenoid dari Fraksi N-heksan
pada Kulit Batang Srikaya (Annona squamosa L). Jurnal Kimia. Vol 2. No 1.