Anda di halaman 1dari 34

SENYAWA TERPENOID

(TERPEN)

OLEH : LINDA SUKANDA (ACC 114 010)


terpenoid (Terpen)
Dalam perkembangannya, tumbuhan menghasilkan metabolit sekunder yang
merupakan senyawa hasil metabolisme. Seiring dengan berkembangnya gaya hidup
penggunaan tanaman sebagai obat, maka berkembang pula pengetahuan untuk menganalisis
kandungan biokimia tumbuhan, sebab penggunaan tanaman sebagai obat erat kaitannya
dengan kandungan kimia yang terdapat dalam tanaman tersebut terutama zat bioaktif. Tanpa
adanya senyawa bioaktif dalam tumbuhan, secara umum tumbuhan tersebut tidak dapat
digunakan sebagai obat. Senyawa bioaktif yang terdapat dalam tumbuhan biasanya
diantaranya adalah terpenoid.
Dalam tumbuhan biasanya terdapat senyawa hidrokarbon dan hidrokarbon
teroksigenasi yang merupakan senyawa terpenoid. Kata terpenoid mencakup sejumlah besar
senyawa tumbuhan, dan istilah ini digunakan untuk menunjukkan bahwa secara biosintesis
semua senyawa tumbuhan itu berasal dari senyawa yang sama. Jadi, semua terpenoid berasal
dari molekul isoprene CH2==C(CH3)─CH==CH2 dan kerangka karbonnya dibangun oleh
penyambungan 2 atau lebih satuan C5 ini. Kemudian senyawa itu dipilah-pilah menjadi
beberapa golongan berdasarkan jumlah satuan yang terdapat dalam senyawa tersebut, 2
(C10), 3 (C15), 4 (C20), 6 (C30) atau 8 (C40).
Definisi Terpena (Terpenoid)
Terpenoid merupakan derivat dehidrogenasi dan oksigenasi dari senyawa terpen.
Terpen merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan
sebagian kelompok hewan. Rumus molekul terpen adalah (C5H8)n.
Terpenoid disebut juga dengan isoprenoid. Hal ini disebabkan karena kerangka karbonnya
sama seperti senyawa isopren. Secara struktur kimia terenoid merupakan penggabungan dari
unit isoprena, dapat berupa rantai terbuka atau siklik, dapat mengandung ikatan rangkap,
gugus hidroksil, karbonil atau gugus fungsi lainnya
Terpenoid merupakan komponen penyusun minyak atsiri. Minyak atsiri berasal dari
tumbuhan yang pada awalnya dikenal dari penentuan struktur secara sederhana, yaitu dengan
perbandingan atom hydrogen dan atom karbon dari suatu senyawa terpenoid yaitu 8 : 5 dan
dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa senyawa teresbut adalah golongan
terpenoid.

Minyak atsiri bukanlah senyawa murni akan tetapi merupakan campuran senyawa organic
yang kadangkala terdiri dari lebih dari 25 senyawa atau komponen yang berlainan. Sebagian
besar komponen minyak atsiri adalah senyawa yang hanya mengandung karbon dan
hydrogen atau karbon, hydrogen dan oksigen.
Minyak atsiri adalah bahan yang mudah menguap sehingga mudah dipisahkan dari bahan-
bahan lain yang terdapat dalam tumbuhan. Salah satu cara yang paling banyak digunakan
adalah memisahkan minyak atsiri dari jaringan tumbuhan adalah destilasi. Dimana, uap air
dialirkan kedalam tumpukan jaringan tumbuhan sehingga minyak atsiri tersuling bersama-
sama dengan uap air. Setelah pengembunan, minyak atsiri akan membentuk lapisan yang
terpisah dari air yang selanjutnya dapat dikumpulkan. Minyak atsiri terdiri dari golongan
terpenoid berupa monoterpenoid (atom C 10) dan seskuiterpenoid (atom C 15)

Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa, mulai dari komponen minyak atsiri,
yaitu monoterpena dan sesquiterepena yang mudah menguap (C10 dan C15), diterpena
menguap, yaitu triterpenoid dan sterol (C30), serta pigmen karotenoid (C40). Masing-masing
golongan terpenoid itu penting, baik dalam pertumbuhan dan metabolisme maupun pada
ekologi tumbuha. Terpenoid merupakan unit isoprena (C5H8). Terpenoid merupakan
senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis
diturunkan dari hidrokarbon C30 siklik yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang
nisbi rumit, kebanyakan berupa alcohol, aldehid atau atom karboksilat. Mereka berupa
senyawa berwarna, berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh tinggi dan aktif optik yang
umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya.
Klasifikasi Terpenoid
Terpenoid disebut juga isoprenoid. Hal ini dapat dimengerti karena kerangka
penyusun terpena dan terpenoid adalah isoprena (C5H8). Secara umum terpenoid terdiri dari
unsur-unsur C dan H dengan rumus molekul umum (C 5H8)n.
Berdasarkan mekanisme biosintesisnya, maka senyawa terpenoid dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
No Jenis Senyawa Jumlah atom Sumber
Karbon

1 Monoterpenoid 10 Minyak atsiri

2 Seskuiterpenoid 15 Minyak atsiri

3 Diterpenoid 20 Resin pinus

4 Triterpenoid 30 Damar

5 Tetraterpenoid 40 Zat warna karoten

6 Politerpenoid ≥ 40 Karet alam


Dari rumus di atas sebagian besar terpenoid mengandung atom karbon yang
jumlahnya merupakan kelipatan lima. Penyelidikan selanjutnya menunjukan pula bahwa
sebagian besar terpenoid mempunyai kerangka karbon yang dibangun oleh dua atau lebih unit
C5 yang disebut unit isopren. Unit C5 ini dinamakan demikian karena kerangka karbonnya
seperti senyawa isopren. Wallach (1887) mengatakan bahwa struktur rangka terpenoid
dibangun oleh dua atau lebih molekul isopren. Pendapat ini dikenal dengan “hukum isopren”.
1. Monoterpenoid

Monoterpenoid merupakan senyawa “essence” dan memiliki bau yang spesifik yang
dibangun oleh 2 unit isoppren atau dengan jumlah atom karbon 10. Lebih dari 1000 jenis
senyawa monoterpenoid telah diisolasi dari tumbuhan tingkat tinggi, binatang laut, serangga
dan binatang jenis vertebratadan struktur senyawanya telah diketahui.

Struktur dari senyawa mono terpenoid yang telah dikenal merupakan perbedaan 38
jenis kerangka yang berbeda, sedangkan prisnsip dasar penyusunannya tetap sebagai
penggabungan kepala dan ekor dari 2 unit isoprene. Stuktur monoterpenoid dapat berupa
rantai terbuka dan tertutup atau siklik. Senyawa monoterpenoid banyak dimanfaatkan sebagai
antiseptic, ekspektoran, spasmolitik, anestetik dan sedatif. Disamping itu monoterpenoid yang
sudah dikenal banyak dimanfaatkan sebagai bahan pemberi aroma makan dan parfum dan ini
merupakan senyawa komersialyang banyak diperdagangkan.
Dari segi biogenetik, perubahan geraniol nerol dan linalool dari yang satu menjadi
yang lain berlangsung sebagai akibat reaksi isomerasi. Ketiga alcohol ini yang berasal dari
hidrolisa geranil pirofosfat (GPP) dapat menjadi reaksi-reaksi sekunder, misalnya dehidrasi
menghasilkan mirsen, oksidasi menjadi sitral dan oksidasi-reduksi menghasilkan sitronelal.
Perubahan GPP in vivo menjadi senyawa monoterpen siklik dari segi biogenetik disebabkan
oleh reaksi siklisasi yang diikuti oleh reaksi-reaksi sekunder.

Seperti senyawa organik bahan alam lainnya, monoterpenoid mempunyai kerangka


karbon yang banayak variasinya. Oleh karena itu penetapan struktur merupakan salah satu
bagian yang penting. Penetapan struktur monoterpenoid mengikuti suatu sistematika tertentu
yang dimulai dengan penetapan jenis kerangka karbon. Jenis kerangka karbon suatu
monoterpen monosiklik antara lain dapat ditetapkan oleh reaksi dehidrogenasi menjadi suatu
senyawa aromatik (aromatisasi).

Penetapan struktur selanjutnya ialah menetukan letak atau posisi gugus fungsi dari
senyawa yang bersangkutan didalam kerangka karbon tersebut. Posisi gugus fungsi dapat
diketahui berdasarkan penguraian oksidatif. Cara lain adalah mengubah senyawa yang
bersangkutan oleh reaksi-reaksi tertentu menjadi senyawa lain yang telah diketahui
strukturnya. Dengan kata lainsaling mengaitkan gugus fungsi senyawa lain yang mempunyai
kerangka karbon yang sama. Pembuktian struktur sutau senyawa akhirnya didukung oleh
sintesa senyawa yang bersangkutan dari sutau senyawa yang diketahui strukturnya.
2. Seskuiterpenoid
Seskuiterpenoid merupakan senyawa terpenoid yang dibangun oleh 3 unit isopren
yang terdiri dari kerangka asiklik dan bisiklik dengan kerangka dasar naftalen.Senyawa
seskuiterpenoid ini mempunyai bioaktifitas yang cukup besar, diantaranya adalah anti
feedant, hormon, antimikroba, antibiotik dan toksin serta regulator pertumbuhan tanaman dan
pemanis. Senyawa-senyawa seskuiterpen diturunkan dari cis farnesil pirofosfat dan trans
farnesil pirofosfat melalui reaksi siklisasi dan reaksi sekunder lannya. Kedua isomer farnesil
pirofosfat ini dihasilkan in vivo melalui mekanisme yang sama seperti isomerisasi antara
geranil dan nerol.

3. Diterpenoid
Senyawa diterpenoid merupakan senyawa yang mempunyai 20 atom karbon dan
dibangun oleh 4 unit isopren senyawa ini mempunyai bioaktifitas yang cukup luas yaitu
sebagai hormon pertumbuhan tanaman, podolakton inhibitor pertumbuhan tanaman,
antifeedant serangga, inhibitor tumor, senyawa pemanis, anti fouling dan anti karsinogen.
Senyawa diterpenoid dapat berbentuk asiklik, bisiklik, trisiklik dan tetrasiklik. Senyawa ini
dapat ditemukan pada resin pinus, dan beberapa hewan laut seperti Chromodoris luteorosea
dari golongan molusca, alga coklat seperti Sargassum duplicatum serta dari golongan
Coelenterata. Tata nama yang digunakan lebih banyak adalah nama trivial.
4. Triterpenoid

Lebih dari 4000 jenis triterpenoid telah diisolasi dengan lebih 40 jenis kerangka dasar
yang sudah dikenal dan pada prinsipnya merupakan proses siklisasi dari skualen. Triterpenoid
terdiri dari kerangka dengan 3 siklik 6 yang bergabung dengan siklik 5 atau berupa 4 siklik 6
yang mempunyai gugus fungsi pada siklik tertentu. Sedangkan penamaan lebih
disederhanakan dengan memberikan penomoran pada tiap atom karbon, sehingga
memudahkan dalam penentuan substituen pada masing-masing atom karbon.
Triterpenoid biasanya terdapat pada minyak hati ikan hiu, minyak nabati (minyak
zaitun)dan ada juga ditemukandalam tumbuhan seprimitif sphagnum tetapi yang paling umum
adalah pada tumbuhan berbiji, bebas dan glikosida. Triterpenoid telah digunakan sebagai
tumbuhan obat untuk penyakit diabetes,gangguan menstruasi, patukan ular, gangguan kulit,
kerusakan hati dan malaria. Struktur terpenoida yang bermacam ragam timbul sebagai akibat
dari reaksi-reaksi sekunder berikutnya seperti hidrolisa, isomerisasi, oksidasi, reduksi dan
siklisasi atas geranil-, farnesil-, dan geranil-geranil pirofosfat.
5. Tetraterpenoid
Merupakan senyawa dengan senyawa C yang berjumlah 40. Rumus molekul
tetraterpenoid adalah C40H64. Terdiri dari 8 unit isoprene. Sedangkan biosintesisnya berasal
dari geranyl-geraniol. Tetraterpenoid lebih dikenal dengan nama karotenoid. Terdiri dari
urutan panjang ikatan rangkap terkonjugasi sehingga memberikan warna kuning, oranye dan
merah. Karotenoid terdapat pada tanaman akar wortel, daun bayam, buah tomat, dan biji
kelapa sawit.

6. Polyterpenoid
Disintesis dalam tanaman dari asetal melalui pyroposfat isopentil (C5)dan dari
konjugasi jumlah unit isoprene. Ditemukan dalam latek dari karet. Plyterpenoid merupakan
senyawa penghasil karet.
Tabel 1. Contoh Tumbuhan yang Mengandung Senyawa Terpenoid

Contoh
Nama Sumber Nama Tumbuhan
Senyawa

Kamfer (Cinnamomum
Champor
camphora)
Minyak
Monoterpenoid Kayu putih (Melaleuca
Atsiri Sineol
leucadendron)

Thymol Thymus (Thymus vulgaris)

Bunga Artemisia (Artemisia


Artemisinin
annua)

Bunga Matricia (Matricia


Chamomil
recutita)
Minyak
Sesquiterpenoid Daun Tanaman
Atsiri
Feverfew Feverfew(Tanacetum
parthenium)

Bungan Valerian (Valeriana


Valerian
officinalis)

Tanaman Ginkgo (Ginkgo


Ginkgo
Resin biloba)
Diterpenoid
Pinus Tanaman Taxus (Taxus
Taxol
brevifolia)

Tanaman Labu
Triterpenoid Cucurbitacins Cucurbitacins
(Cucurbita foetidissima)

Tetraterpenoid Pigmen Karoten Karotenoid Wortel (Daucus carota)

Politerpenoid Karet Alam Karet Alam Karet (Ficus elastica)


Sifat Umum Terpenoid
Sifat Fisika Dari Terpenoid
1) Dalam keadaan segar merupakan cairan tidak berwarna, tetapi jika teroksidasi warna akan
berubah menjadi gelap
2) Mempunyai bau yang khas
3) Indeks bias tinggi
4) Kebanyakan optik aktif
5) Kerapatan lebih kecil dari air
6) Larut dalam pelarut organik: eter dan alkohol

Sifat Kimia Dari Terpenoid


1) Senyawa tidak jenuh (rantai terbuka ataupun siklik)
2) Isoprenoid kebanyakan bentuknya khiral dan terjadi dalam dua bentuk enantiomer.

Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa, mulai dari komponen minyak atsiri, yaitu
monoterpena dan sesquiterepena yang mudah menguap (C10 dan C15), diterpena menguap,
yaitu triterpenoid dan sterol (C30), serta pigmen karotenoid (C40). Masing-masing golongan
terpenoid itu penting, baik dalam pertumbuhan dan metabolisme maupun pada ekologi
tumbuha. Terpenoid merupakan unit isoprena (C5H8). Terpenoid merupakan senyawa yang
kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari
hidrokarbon C30 siklik yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang nisbi rumit,
kebanyakan berupa alkohol, aldehid atau atom karboksilat. Mereka berupa senyawa
berwarna, berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh tinggi dan aktif optik yang umumnya
sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya.
Struktur Kimia Terpenoid
1. Monoterpen
2. Seskuiterpen
6. Politerpen

Biosintesis Terpenoid
Terpenoid merupakan bentuk senyawa dengan struktur yang diturunkan dari unit
isoprene (C5) yang bergandengan dalam model kepala ke ekor, sedangkan unit isoprene
diturunkan dari metabolisme asam asetat oleh jalur asam mevalonat (MVA). Adapun
reaaksinya adalah sebagaiberikut :
Biosintesis Terpena Menjadi Monoterpen dan Seterusnya
Secara umum biosintesa terpenoid merupakan terjadinya 3 reaksi dasar, yaitu:

1. Pembentukan isoprena aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat.
2. Penggabungan kepala dan ekor unit isoprene akan membentuk mono-, seskui-, di-, sester-
, dan poli-terpenoid.
3. Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid dan
steroid.

Mekanisme dari tahap-tahap reaksi biosintesis terpenoid Asam asetat setelah


diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis Claisen menghasilkan asam
asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil koenzim A melakukan kondensasi
jenis aldol menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimana ditemukan pada asam
mevanolat. Reaksi-reaksi berikutnya ialah fosforilasi, eliminasi asam fosfat dan
dekarboksilasi menghasilkan IPP yang selanjutnya berisomerisasi menjadi DMAPP oleh
enzim isomerase. IPP sebagai unit isopren aktif bergabung secara kepada ke-ekor dengan
DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah pertama dari polimerisasi isopren untuk
menghasilkan terpenoid. Penggabungan ini terjadi karena serangan elektron dari ikatan
rangkap IPP terhadap atom karbon dari DMAPP yang kekurangan elektron diikuti oleh
penyingkiran ison pirofosfat. Serangan ini menghasilkan geranil pirofosfat (GPP) yakni
senyawa antara bagi semua senyawa monoterpen.
Penggabungan selanjutnya antara satu unit IPP dan GPP, dengan mekanisme yang
sama seperti antara IPP dan DMAPP, menghasilkan farnesil pirofosfat (FPP) yang
merupakan senyawa antara bagi semua senyawa seskuiterpen. Senyawa-senyawa diterpen
diturunkan dari geranil-geranil pirofosfat (GGPP) yang berasal dari kondensasi antara atau
satu unit IPP dan GPP dengan mekanisme yang sama pula.

Bila reaksi organik ditelaah lebih mendalam, ternyata bahwa sintesa terpenoid oleh
organisme adalah sangat sederhana sifatnya. Ditinjau dari segi teori reaksi organik sintesa ini
hanya menggunakan beberapa jenis reaksi dasar. Reaksi-reaksi selanjutnya dari senyawa
antara GPP, FPP dan GGPP untuk menghasilkan senyawa-senyawa terpenoid satu persatu
hanya melibatkan beberapa jenis reaksi sekunder pula. Reaksi-reaksi sekunder ini lazimnya
ialah hidrolisa, siklisasi, oksidasi, reduksi dan reaksi-reaksi spontan yang dapat berlangsung
dengan mudah dalam suasana netral dan pada suhu kamar, seperti isomerisasi, dehidrasi,
dekarboksilasi dan sebagainya.

Dari persamaan reaksi di atas terlihat bahwa pembentukan senyawa-senyawa monoterpen dan
senyawa terpenoida berasal dari penggabungan 3,3 dimetil allil pirofosfat dengan isopentenil
pirofosfat.
Isolasi Senyawa Terpenoid
Untuk mengisolasi suatu senyawa kimia yang berasal dari bahan alam hayati pada
dasarnya menggunakan metode yang sangat bervariasi, seperti yang diaplikasikan dalam
proses industri. Metode pengempaan digunakan pada senyawa katecin dari daun gambir juga
isolasi CPO dari buah kelapa sawit.

Metode ini umum digunakan karena senyawa organik yang diperoleh dengan
kuantitas yang cukup banyak. Tetapi berbeda dengan senyawa bahan alam hasil proses
metabolit sekunder lainnya yang pada umumnya dengan kandungan yang relatif kecil, maka
metode-metode dalam proses industri tersebut tidak dapat digunakan.

Berdasarkan hal diatas maka metode yang umum dalam isolasi senyawa metabolit
sekunder dapat digunakan. Metode standar laboratorium dengan kuantitas sampel terbatas
dan perlunya menentukan metode yang paling sesuai dengan maksud tersebut.

Dari identifikasi awal, maka dapat diamati kandungan senyawa dari tumbuhan
sehingga untuk isolasi dapat diarahkan pada suatu senyawa yang lebih dominan dan salah
satu usaha mengefektifkan isolasi senyawa tertentu maka dapat dimanfaatkan pemilihan
pelarut organik yang akan digunakan pada isolasi tersebut, dimana pelarut polar akan lebih
mudah melarutkan senyawa polar dan sebaliknya senyawa non polar lebih mudah larut dalam
pelarut non polar.
1. Identifikasi Kandungan Kimia

Sebelum melakukan isolasi terhadap suatu senyawa kimia yang diinginkan dalam
suatu tumbuhan maka perlu dilakukan identifikasi pendahuluan kandungan senyawa
metabolit sekunder yang ada pada masing-masing tumbuhan, sehingga dapat diketahui
kandungan senyawa yang ada secara kualitatif dan mungkin juga secara kuantitatif golongan
senyawa yang dikandung oleh tumbuhan tersebut. untuk tujuan tersebut maka diperlukan
metoda persiapan sampel dan metoda identifikasi pendahuluan dari senyawa metabolit
sekunder, yaitu untuk mengetahui adanya Senyawa Alkaloid dan Senyawa Terpenoid,
steroid, fenolik, flavonoid dan saponin.

2. Ekstraksi dan fraksinasi

Secara umum ekstraksi senyawa metabolit sekunder dari seluruh bagian tunbuhan
seperti bunga, buah, daun, kulit batang dan akar menggunakan sistem maserasi menggunakan
pelarut organik polar seperti metanol. Beberapa metode ekstraksi senyawa organik bahan
alam yang umum digunakan antara lain: Maserasi, Perkolasi, Sokletasi, Destilasi Uap,
Pengempaan.
Metode Ekstraksi Senyawa Terpenoid
Ekstraksi senyawa terpenoid dilakukan dengan dua cara yaitu: melalui sokletasi dan
maserasi. 1. 1. 1. 1. .

1. Sokletasi

Sokletasi dilakukan dengan melakukan disokletasi pada serbuk kering yang akan diuji
dengan 5L n-hexana. Ekstrak n-hexana dipekatkanlalu disabunkan dalam 50 mL KOH 10%.
Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diujifitokimia dan uji aktifitas bakteri.

2. Teknik maserasi menggunakan pelarut methanol

Ekstrak methanol dipekatkan lalu lalu dihidriolisis dalam 100 mL HCl4M.hasil


hidrolisis diekstraksi dengan 5 x 50 mL n-heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu
disabunkan dalam 10 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksanadikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji
aktivitas bakteri.

Uji aktivitas bakteri dilakukan dengan pembiakan bakteri dengan menggunakan jarum
ose yang dilakukan secara aseptis. Lalu dimasukkan ke dalam tabung yang berisi 2mL Muller-
Hinton broth kemudian diinkubasi bakteri homogen selama 24 jam pada suhu 35°C. suspensi
baketri homogeny yang telah diinkubasi siap dioleskan pada permukaan media Muller-Hinton
agar secara merata dengan menggunakan lidikapas yang steril. Kemudian tempelkan disk
yang berisi sampel, standartetrasiklin serta pelarutnya yang digunakan sebagai kontrol. Lalu
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35°C. dilakukan pengukuran daya hambat zat terhadap
bakteri.
Uji fitokimia dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard.
Perekasi Lebermann-Burchard merupakan campuran antara asam setatanhidrat dan asam
sulfat pekat. Alasan digunakannya asam asetat anhidrat adalahuntuk membentuk turunan
asetil dari steroid yang akan membentuk turunan asetildidalam kloroform setelah. Alasan
penggunaan kloroform adalah karena golongansenyawa ini paling larut baik didalam pelarut
ini dan yang paling prinsipil adalahtidak mengandung molekul air. Jika dalam larutan uji
terdapat molekul air makaasam asetat anhidrat akan berubah menjadi asam asetat sebelum
reaksi berjalandan turunan asetil tidak akan terbentuk.
Skrining (Penapisan) Fitokimia
Skrining fitokimia
 Merupakan tahap pendahuluan dalam penelitian fitokimia.
 Secara umum dapat dikatakan bahwa metodenya sebagaian besar merupakan reaksi
pengujian warna dengan suatu pereaksi warna.

Dalam penelitian-penelitian internasional terbaru tentang kimia bahan alam, skrining


fitokimia sudah ditinggalkan, tetapi cara ini tetap merupakan langkah awal yang dapat
membantu untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang terkandung dalam
tanaman yang sedang diteliti. Metode yang digunakan pada skrining fitokimia seharusnya
memenuhi beberapa kriteria berikut ini :
 Sederhana
 Cepat
 Hanya membutuhkan peralatan yang sedehana
 Khas untuk satu golongan senyawa
 Memiliki batas limit deteksi yang cukup lebar (bisa mendeteksi keberadaan senyawa
meski dalam konsentrasi yang cukup kecil)
Kesulitan

 Pemilihan pelarut untuk ekstraksi.


 Sering muncul kesulitan jika pemilihan pelarut hanya didasarkan pada ketentuan
kelas kelarutan suatu senyawa yang diteliti secara umum.
 Adanya false-positive result.
Komposisi campuran senyawa yang terkandung dalam tanaman bisa memberikan
“hasil positif” meskipun senyawa yang diuji tidak terkandung dalam tanaman
tersebut. Atau kemungkinan yang lain bisa terjadi karena campuran beberapa
warna hasil reaksi dari golongan senyawa-senyawa lain dengan pereaksi yang
digunakan yang pada akhirnya akan memberikan “hasil positif”
 Hasil negatif (false-negative result)
Harus diwaspadai apakah benar-benar senyawa yang diteliti tidak ada dalam
sampel atau hasil yang negatif itu disebabkan karena prosedur skrining yang
digunakan tidak sesuai atau tidak tepat.
Skrining Fitokimia Terpenoid
Menggunakan Pereaksi Liebermann-Burchard

5 g sampel tanaman

Ekstraksi dengan n-heksan /PE

3 tetes anhidrida asetat Ekstrak n-heksan/PE


+ 1 tetes H2SO4 pekat
Ambil
sebagian

Ekstrak kering Papan tetes

Warna biru
Warna merah
(terpenoid) (steroid)
Teknik Maserasi
Contoh Isolasi Terpenoid
1. Isolasi Limonen dari Kulit Jeruk

Jeruk merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki prospek


kualitas yang baik. Di sisi lain, jeruk merupakan jenis buah berkhasiat tinggi dan
bermanfaat bagi manusia dimana pada pemanfaatannya tidak hanya pada daging saja,
akan tetapi bagian kulitnya juga bisa dimanfaatkan. Secara umum kulit buah jeruk
memiliki komponen penyusun dari berbagai senyawa antara lain asam sitrat, asam amino,
dan minyak atsiri. Dari ketiga senyawa diatas prosentase kandungan minyak atsiri lebih
besar dari asam sitrat maupun asam amino.

Minyak atsiri merupakan suatu senyawa yang banyak dimanfaatkan di bidang


perindustrian seperti minyak wangi/parfum, obat-obatan, kosmetik, dan makanan. Pada
minyak atsiri sendiri terkandung beberapa komponen yaitu terpen, sesquiterpen,
aldehida, ester, dan sterol dengan rincian komponen sebagai berikut : limonene (94%),
mirsen (2%), llinalol (0,5%), oktanal (0,5%), decanal (0,4%), sitronelal (0,1%), neral
(0,1%), geranial (0,1%), valensen (0,05%), sinnsial (0,02%), dan sinensial (0,01%). Dari
komponen-komponen tersebut limonene memiliki prosentase kandungan terbesar karena
limonene merupakan suatu bahan aktif yang paling berperan dari semua senyawa yang
dikandung dalam minyak atsiri. Limonene berfungsi untuk campuran bahan makanan,
kosmetik, bahan tambahan perasa, aroma tambahan, dan lain-lain.

Dari penjelasan diatas kita dapat mengetahui bahwa kandungan limonene pada
kulit jeruk memiliki jumlah terbesar, maka kebutuhan akan limonene juga meningkat
sehingga diperlukan cara yang efisien dan efektif untuk mendapatkannya.
Limonen

Limonen adalah hidrokarbon dan diklasifikasikan dalam terpene siklik. Limonen bisa
diperoleh dari kulit jeruk. Limonen, seperti monoterpene lain, dapat diperoleh dari pohon
tertentu. Limonen dapat didapatkan dari kulit buah jeruk, jintan, adas, dan seledri.
Konsentrasi tipikal dari mono terpene di udara di hutan kayu adalah 1 sampai 10
g/m2 (Filipsson et al., 1998). Limonen dibentuk dari geranylpyrophosphate dengan proses
siklisasi dari neryl carbocation atau senyawa equivalennya. Ada grade (jenis atau kelas) dari
di limonene yaitu food grade dan technical grade. Ketika jeruk dijus, minyak akan diekstrak
dari kulit jeruk. Jus akan terpisah dari minyak dan minyak didistilasi untuk mendapatkan
komponen tertentu. Hasil dari proses ini disebut food grade d-limonen yang kemurniannya 96
sampai 97% dan mempunyai aroma jeruk. Setelah proses jus, kulit akan diproses dengan
ekstraktor. Lebih banyak minyak akan didapatkan dari kulit jeruk. Ketika uap terkondensasi
lapisan minyak akan muncul di permukaan air. Hasil dari proses ini disebut technical
grade dan didapatkan limonen dengan kemurnian 96 sampai 97% dan mempunyai aroma
yang kuat. Kedua produk ini disebutorange terpenes. Food grade d-limonen digunakan untuk
produk bagi konsumen sedangkan technical grade digunakan untuk industry. Secara kimiawi,
kulit jeruk mengandung atsiri yang terdiri dari berbagai komponen seperti terpen,
sesquiterpen, aldehida, ester dan sterol 3 .Rincian komponen minyak kulit jeruk adalah
sebagai berikut: limonen (94%), mirsen (2%), llinalol (0,5%), oktanal (0,5%), dekanal
(0,4%), sitronelal (0,1%), neral (0,1%), geranial (0,1%), valensen (0,05%), -sinnsial (0,02%),
dan ˜-sinensial (0,01%). Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa
organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak/lipofil. Bahan aktif yang
berperan terutama senyawa limonen yang dikandung minyak atsiri kulit jeruk. Limonen
berfungsi melancarkan peredaran darah, meredakan radang tenggorokan dan batuk, dan
bahkan bisa menghambaat pertumbuhan sel kanker. Selain limonen, minyak atsiri kulit jeruk
juga mengandung lonalol, linalil dan terpinol yang berfungsi sebagai penenang (sedative).
Ada pula senyawa sitronela yang berfungsi sebagai penenang dan dapat digunakan sebagai
pengusir nyamuk
Kegunaan Terpenoid
Kegunaan terpenoid bagi tumbuhan antara lain :

a. Fitoaleksin

Fitoaleksin adalah suatu senyawa anti-mikrobial yang dibiosintesis (dibuat) dan


diakumulasikan oleh tanaman setelah terjadi infeksi dari mikroorganisme patogen atau
terpapar senyawa kimia tertentu dan radiasi dengan sinar UV.

b. Insect antifectan, repellant

c. Pertahanan tubuh dari herbifora

d. Feromon Hormon tumbuhan.

Feromon adalah sejenis zat kimia yang berfungsi untuk merangsang dan memiliki
daya pikat seks pada hewan jantan maupun betina].

Bioaktivitas terpenoid pada akar dan daun Jatropha gaumeri (jarak). Karena pada
tanaman ini terkandung golongan senyawa terpenoid dan juga pada ekstrak daun ini
memiliki aktivitas antibakteri dan antioksidan. Aktivitas tersebut dihasilkan dengan
isolasi dan identifikasi pada akar yang menghasilkan 2-epi-jatrogossidin (1). Salah
satunya suatu rhamnofolane diterpene dengan aktifitas antimicrobial, dan kedua 15-epi-
4E jatrogrossidentadione (2), suatu lathyrane diterpene tanpa aktivitas biologi. Dengan
cara yang sama, pemurnian dengan penelitian yang telah diuji dari ekstrak daun dapat
mengdentifikasi sitosterol dan triterpen amaryn, traraxasterol. Metabolit ini ternyata bisa
digunakan sebagai aktifitas antioxidant.
Manfaat Terpenoid
 sebagai pengatur pertumbuhan (seskuiterpenoid absisin dan diterpenoid giberellin)
 sebagai antiseptic, ekspektoran, spasmolitik, anestetik dan sedative, sebagai bahan
pemberi aroma makan dan parfum (monoterpenoid)
 sebagai tumbuhan obat untuk penyakit diabetes,gangguan menstruasi, patukan ular,
gangguan kulit, kerusakan hati dan malaria (triterpenoid).
 sebagai hormon pertumbuhan tanaman, podolakton inhibitor pertumbuhan tanaman,
antifeedant serangga, inhibitor tumor, senyawa pemanis, anti fouling dan anti karsinogen
(diterpenoid)
 Sebagai anti feedant, hormon, antimikroba, antibiotik dan toksin serta regulator
pertumbuhan tanaman dan pemanis (seskuiterpenoid)
 penghasil karet (politerpenoid)
 Karotenoid memberikan sumbangan terhadap warna tumbuhan dan juga diketahui
sebagai pigmen dalam fotosintesis
 Monoterpen dan seskuiterpen juga memberikan bau tertentu pada tumbuhan
 Terpenoid memegang peranan dalam interaksi tumbuhan dan hewan, misalnya sebagai
alat komunikasi dan pertahanan pada serangga.
 Beberapa terpenoid tertentu yang tidak menguap juga diduga berperan sebagai hormon
seks pada fungus.

Anda mungkin juga menyukai